Plika Vokalis
Nazaneen Grant, MD; Richard J. Wong, MD; Dennis H. Kraus, MD; Hetko
Schoder, MD; Ryan C. Branski, PhD
Abstrak
Laporan kasus kami pada tahun 2008 mengatakan bahwa terdapat peningkatan
pengambilan 18F-fluorodeoksiglukosa (FDG) pada PET scans setelah dilakukan
injeksi kalsium hidroksiapatit pada plika vokalis yang mengalami paralisis.
Penemuan tersebut cukup menarik karena menurut laporan yang diterbitkan pada
tahun 2005 oleh Lee dkk. mengatakan bahwa peningkatan FDG kontralateral
umum terjadi pada kasus paralisis plika vokalis unilateral, kemungkinan akibat
peningkatan aktivitas otot kompensatorik. Kombinasi dari penemuan-penemuan
tersebut menggarisbawahi adanya kebingungan dalam menginterpretasi hasil PET
scans pada kejadian kemungkinan keganasan. Hal ini juga dapat menandakan
bahwa tedapat peningkatan reaktivitas jaringan setelah dilakukan injeksi
substansi.
Tabel Kesimpulan Karakteristik Kasus Individual
No. Diagnosis Bahan Injeksi Interval SUV SUV
antara plika plika
injeksi dan vokalis vokalis
PET (bulan) yang tidak
diinjeksi diinjeksi
Perbedaan pada pengambilan PET antara plika vokalis yang diinjeksi dengan
plika vokalis yang tidak diinjeksi dinilai dengan menggunakan uji Wilcoxon
signed-rank. Seluruh pengamatan dianggap bersifat mandiri – bahwa hasil PET
scans dari pasien yang telah menjalani scan berulang pada waktu yang berbeda
setelah injeksi plika vokalis dianggap tidak berhubungan. Kemudian dilakukan uji
koefisien korelasi Spearman untuk mengestimasi hubungn antara perbedaan
pengambilan PET dengan jarak waktu antara injeksi dengan PET scans.
Gambar 1. CT scan aksial (A) dan gabungan PET/CT (B) setelah injeksi plika
vokalis kanan dengan kalsium hidroksiapatit menunjukkan pengambilan FDG
yang lebih besar dibandingkan plika vokalis kontralateral
Dewan institusional dari kedua institusi yang berpartisipasi – Pusat Kanker
Memorial Sloan-Kettering dan Fakultas Kedokteran Universitas Weill Cornell-
telah menyetujui penelitian ini.
Hasil
Dua bentuk keganasan yang paling sering ditemukan yaitu kanker paru (n=7) dan
kanker esofagus (n=4) (lihat tabel).
Dua dari 3 pasien yang mendapat injeksi metilselulosa memiliki nilai standard
pengambilan yang lebih besar pada plika vokalis yang diinjeksi daripada plika
vokalis yang tidak diinjeksi. Pada pasien yang mendapat injeksi kalsium
hidroksiapatit dan metilselulosa, nilai standard pengambilan lebih tinggi pada
plika vokalis yang diinjeksi.
Rerata jarak waktu antara pemberian injeksi dan PET beragam mulai dari 0.1
hingga 8 bulan (rerata : 3.61 bulan) (lihat tabel).
Rerata nilai standard pengambilan adalah 3.70 pada plika vokalis yang
diinjeksi dan 2.97 pada plika vokalis yang tidak diinjeksi (lihat tabel). Nilai
standard pengambilan lebih tinggi pada plika vokalis yang diinjeksi daripada plika
vokalis yang tidak diinjeksi pada 10 dari 18 PET scans, sama antara plika vokalis
yang diinjeksi maupun tidak diinjeksi pada 3 PET scans, dan lebih rendah pada
plika vokalis yang diinjeksi daripada plika vokalis yang tidak diinjeksi pada 5
PET scans. Perbedaan pada pengambilan PET antara plika vokalis yang diinjeksi
dengan plika vokalis yang tidak diinjeksi tidak signifikan secara statistik (p=0.34).
Analisa statistik dari hubungan antara jumlah pengambilan PET dengan jarak
waktu antara injeksi dengan PET menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar
-0.24, menandakan hubungan yang bertolak belakang. Namun begitu, koefisien
korelasi tidak berbeda secara signifikan dari angka nol (p=0.34) (gambar 2).
Diskusi
Hanya dua bahan injeksi yang digunakan pada penelitian kami : kalsium
hidroksiapatit dan metilselulosa. Analisa reaktivitas terhadap filler lain seperti
kolagen, lemak, dan bahan permanen seperti Silastic atau Gore-Tex dapat
bermanfaat.