1. Proses Pembentukan Darah Proses pembentukan elemen-elemen berwujud darah disebut hemopoiesis. Proses pembentukan ini terutama terjadi di sumsum tulang merah. Terdapat beberapa pembagian hemopoisis tergantung jenis sel yang akan dibuat. a. Eritropoiesis : Di dalam sumsum tulang merah, terjadi peristiwa eritropoiesis yaitu pembentukan sel eritrosit atau sel darah merah. Eritrosist berasal dari sel punca pluripoten di dalam sumsum tulang merah yang menghasilkan eritrosit dan beberapa jenis sel darah lain. Eritoblas berinti akan menjadi eritrosit matur. Sel ini mengeluarkan nukleus dan organelnya, menciptakan ruang yang lebih banyak untuk hemoglobin. Retikulosit merupakan sel darah merah imatur yang mengandung sisa organel (terutama ribosom). Eritrosit matur dilepaskan ke kapiler yang banyak terdapat di dalam sumsum tulang. b. Leukopoiesis : Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony stimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa. Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya pembelahan dari sel punca plurtipoten yang belum terdiferensiasi. 1) Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit granular (granulosit) yaitu eosinofil, neutrofil, dan basofil. 2) Monoblas berkembang menjadi monosit, monosit dapat berubah menjadi makrofag. 3) Sedangkan limfoblas berkembang menjadi limfosit B dan limfosit T. c. Trombopoiesis : Proses ini adalah pembentukan trombosit (keping darah). Pembentukan keping darah dimulai dengan pembentukan megakarioblas dari sel punca pluritipoten. Megakarioblas membelah menjadi megakariosit, yaitu sel raksasa dengan inti besar dan multilobus (banyak ruang). Megakariosit kemudian terpecah-pecah menjadi keping darah (trombosit) ketika masuk ke dalam aliran dalam pada pembuluh. 2. Volume Darah dalam Sirkulasi Dalam sirkulasi, darah memiliki volume yang berbeda-beda tergantung luas penampang maupun kebutuhan jaringan yang akan disuplai nutrisi dan oksigen. Sekitar 84 persen dari seluruh volume darah di dalam tubuh terdapat di sirkulasi sistemik, dan 16 persen di dalam jantung dan paru. Dari 84 persen di sirkulasi sistemik, 64 persennya di vena, dan 13 persen di arteri, dan 7 persen di arteriol sistemik dan kapiler. Jantung mengandung 7 persen darah sedangkan pembuluh darah paru mengandung 9 persen. Selain persentase volume darah pada sistem sirkulasi, umumnya pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira- kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung kepada umur, jenis kelamin, berat badan, keadaan jantung maupun pembuluh darah. Sel-sel pada darah orang dewasa memiliki kandungan sebagai berikut : a. Sel darah merah (eritrosit) : 4,2 – 6,2 juta/ml darah b. Sel darah putih (leukosit) : 5.000 – 10.000/ml darah c. Keping darah (trombosit) : 140.000 – 340.000/ml darah 3. Proses Pembekuan Darah Dalam proses darah dapat menjadi membeku/menggumpal sangat berkaitan dengan hemostasis. Mekanisme hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak. Pembuluh darah yang tersayat atau robek akan segera berkonstriksi. Konstriksi ini, atau spasme vaskular, memperlambat aliran darah sehingga dapat mengurangi risiko kehilangan darah. Ketika proses ini juga berlangsung, suatu protein plasma yang disekresikan oleh megakariosit, yaitu trombosit melekat ke kolagen terpajan (tempat pembuluh darah tersayat/robek). Pelekatan ini mencegah trombosit untuk tersapu oleh sirkulasi. Lapisan trombosit yang tersumbat ini membentuk dasar dari sumbatan trombosit hemostatik pada tempat yang mengalami kerusakan. Kolagen mengaktifkan trombosit. Trombosit yang aktif melepaskan beberapa senyawa kimia yang penting, salah satunya adalah adenosin difosfat (ADP) yang menyebabkan permukaan trombosit darah yang terdapat di sekitar menjadi lekat sehingga trombosit yang lain ikut bergabung dengan trombosit yang aktif tadi. Trombosit yang baru bergabung akan melepaskan ADP yang mengakibatkan semakin banyak trombosit yang menumpuk sehingga di tempat kerusakan cepat terbentuk sumbatan trombosit melalui mekanisme umpan- balik positif. Namun proses ini juga dihambat oleh prostasiklin dan nitrat oksida yang dilepas oleh endotel didekatnya. Alasannya adalah agar proses pembekuan tidak berlebihan dan dapat dikontrol. Pada umumnya pembentukan sumbatan-sumbatan pada luka kecil sudah cukup untuk mengatasi robekan pada pembuluh darah. Namun jika terjadi luka yang lebih besar, darah akan mengalami koagulasi dan menggumpal atau membentuk bekuan. Hal ini dapat terjadi karena perubahan fibrinogen, yaitu suatu protein plasma larut berukuran besar yang dihasilkan oleh hati dan secara normal selalu ada di dalam plasma. Fibrinogen akan berubah menjadi fibrin, yaitu suatu molekul tak-larut berbentuk benang. Perubahan menjadi fibrin ini di-katalis oleh enzim trombin. Benang fibrin inilah yang nantinya akan menangkap sel-sel darah yang mengakibatkan terjadinya pembekuan.