Anda di halaman 1dari 4

VII.

Pembahasan Learning Issue


1. Proses Pembentukan Darah
Proses pembentukan elemen-elemen berwujud darah
disebut hemopoiesis. Proses pembentukan ini terutama terjadi di
sumsum tulang merah. Terdapat beberapa pembagian hemopoisis
tergantung jenis sel yang akan dibuat.
a. Eritropoiesis :
Di dalam sumsum tulang merah, terjadi peristiwa eritropoiesis
yaitu pembentukan sel eritrosit atau sel darah merah. Eritrosist
berasal dari sel punca pluripoten di dalam sumsum tulang merah
yang menghasilkan eritrosit dan beberapa jenis sel darah lain.
Eritoblas berinti akan menjadi eritrosit matur. Sel ini
mengeluarkan nukleus dan organelnya, menciptakan ruang yang
lebih banyak untuk hemoglobin. Retikulosit merupakan sel
darah merah imatur yang mengandung sisa organel (terutama
ribosom). Eritrosit matur dilepaskan ke kapiler yang banyak
terdapat di dalam sumsum tulang.
b. Leukopoiesis :
Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang
dirangsang oleh adanya colony stimulating factors atau faktor
perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni ini
dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa. Perkembangan
dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya
pembelahan dari sel punca plurtipoten yang belum
terdiferensiasi.
1) Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit
granular (granulosit) yaitu eosinofil, neutrofil, dan basofil.
2) Monoblas berkembang menjadi monosit, monosit dapat
berubah menjadi makrofag.
3) Sedangkan limfoblas berkembang menjadi limfosit B dan
limfosit T.
c. Trombopoiesis :
Proses ini adalah pembentukan trombosit (keping darah).
Pembentukan keping darah dimulai dengan pembentukan
megakarioblas dari sel punca pluritipoten. Megakarioblas
membelah menjadi megakariosit, yaitu sel raksasa dengan inti
besar dan multilobus (banyak ruang). Megakariosit kemudian
terpecah-pecah menjadi keping darah (trombosit) ketika masuk
ke dalam aliran dalam pada pembuluh.
2. Volume Darah dalam Sirkulasi
Dalam sirkulasi, darah memiliki volume yang berbeda-beda
tergantung luas penampang maupun kebutuhan jaringan yang akan
disuplai nutrisi dan oksigen. Sekitar 84 persen dari seluruh volume
darah di dalam tubuh terdapat di sirkulasi sistemik, dan 16 persen di
dalam jantung dan paru. Dari 84 persen di sirkulasi sistemik, 64
persennya di vena, dan 13 persen di arteri, dan 7 persen di arteriol
sistemik dan kapiler. Jantung mengandung 7 persen darah
sedangkan pembuluh darah paru mengandung 9 persen. Selain
persentase volume darah pada sistem sirkulasi, umumnya pada
tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-
kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung kepada umur,
jenis kelamin, berat badan, keadaan jantung maupun pembuluh
darah.
Sel-sel pada darah orang dewasa memiliki kandungan
sebagai berikut :
a. Sel darah merah (eritrosit) : 4,2 – 6,2 juta/ml darah
b. Sel darah putih (leukosit) : 5.000 – 10.000/ml darah
c. Keping darah (trombosit) : 140.000 – 340.000/ml darah
3. Proses Pembekuan Darah
Dalam proses darah dapat menjadi membeku/menggumpal
sangat berkaitan dengan hemostasis. Mekanisme hemostasis adalah
penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak.
Pembuluh darah yang tersayat atau robek akan segera
berkonstriksi. Konstriksi ini, atau spasme vaskular, memperlambat
aliran darah sehingga dapat mengurangi risiko kehilangan darah.
Ketika proses ini juga berlangsung, suatu protein plasma yang
disekresikan oleh megakariosit, yaitu trombosit melekat ke kolagen
terpajan (tempat pembuluh darah tersayat/robek). Pelekatan ini
mencegah trombosit untuk tersapu oleh sirkulasi. Lapisan trombosit
yang tersumbat ini membentuk dasar dari sumbatan trombosit
hemostatik pada tempat yang mengalami kerusakan. Kolagen
mengaktifkan trombosit. Trombosit yang aktif melepaskan beberapa
senyawa kimia yang penting, salah satunya adalah adenosin difosfat
(ADP) yang menyebabkan permukaan trombosit darah yang
terdapat di sekitar menjadi lekat sehingga trombosit yang lain ikut
bergabung dengan trombosit yang aktif tadi. Trombosit yang baru
bergabung akan melepaskan ADP yang mengakibatkan semakin
banyak trombosit yang menumpuk sehingga di tempat kerusakan
cepat terbentuk sumbatan trombosit melalui mekanisme umpan-
balik positif. Namun proses ini juga dihambat oleh prostasiklin dan
nitrat oksida yang dilepas oleh endotel didekatnya. Alasannya
adalah agar proses pembekuan tidak berlebihan dan dapat dikontrol.
Pada umumnya pembentukan sumbatan-sumbatan pada
luka kecil sudah cukup untuk mengatasi robekan pada pembuluh
darah. Namun jika terjadi luka yang lebih besar, darah akan
mengalami koagulasi dan menggumpal atau membentuk bekuan.
Hal ini dapat terjadi karena perubahan fibrinogen, yaitu suatu
protein plasma larut berukuran besar yang dihasilkan oleh hati dan
secara normal selalu ada di dalam plasma. Fibrinogen akan berubah
menjadi fibrin, yaitu suatu molekul tak-larut berbentuk benang.
Perubahan menjadi fibrin ini di-katalis oleh enzim trombin. Benang
fibrin inilah yang nantinya akan menangkap sel-sel darah yang
mengakibatkan terjadinya pembekuan.

Anda mungkin juga menyukai