Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN SGD LBM 1

KEDOKTERAN PARIWISATA

Disusun Oleh :
Putu Demas Ardina Merta 018.06.0060

Tutor SGD :
dr. Irsandi Rizki Farmananda,S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, sehingga penyusunan
makalah SGD (Small Group Discussion) LBM 1 pada blok Kedokteran Pariwisata
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 1 yang meliputi seven jumps step yang dibagi menjadi dua sesi diskusi.
Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Irsandi Rizki Farmananda,S.Ked, selaku dosen tutor dan fasilitator
kelompok SGD 5 yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam
pelaksanaan Small Group Discussion (SGD).
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan makalah laporan tutorial LBM 1.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berhadap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 28 Juli 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Skenario.........................................................................................................1

1.2 Deksripsi Masalah..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

2.1 Brainstorming.................................................................................................5

2.2 Rangkuman Permasalahan...........................................................................12

2.3 Learning Issue..............................................................................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................28

3.1 Kesimpulan..................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Wabah virus corona telah ditetapkan sebagai pandemic oleh World Helah
Organizaniton (WHO) pada tahun 2020. Sejak dinyatakan sebagai pandemi,
kasus Covid-19 terus meningkat. Mobilitas, interaksi penduduk yang tinggi,
keramaian kerumunan terbukti dalam riset studi epidemiologi terakhir menjadi
pemicu ledakan-ledakan kasus perburukan pandemi Covid-19 di satu negara
atau wilayah. Pemerintah Indonesia maupun WHO menetapkan upaya
pencegahan penyebaran dan penanganan kasus COVID-19 untuk mengatasi
pandemi COVID-19 seperti menerapkan protokol kesehatan 5M, termasuk
penyediaan vaksin COVID-19. Penyebaran virus dan penambahan korban
yang cepat menyebabkan kapasitas rumah sakit overload karena kurangnya
penerapan 3 T dan 3 M. Hal ini berimbas pada kebutuhan tenaga medis dan
paramedis yang banyak. Tepat setahun setelah kasus pertama Covid-19,
pemerintah Indonesia menemukan adanya mutasi virus corona dengan varian
baru. Disisi lain secara berkala Pemerintah Indonesia sedang melakukan
program vaksinasi untuk mencegah terjadinya penyebaran virus corona. Hal
itu merupakan komitmen pemerintah untuk melindungi masyarakat dan upaya
mempercepat terbentuknya kekebalan komunitas.

1.2 Deksripsi Masalah


Pada skenario SGD kali ini yang kelompok penulis dapat, dijelaskan
mengenai kondisi pandemic COVID-19 akibat virus SARS-Cov2 yang masih
terus berlanjut dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam
waktu dekat ini. Dalam memahami lebih lanjut mengenai masalah yang
dipaparkan pada scenario tersebut, kelompok kami menggunakan seven jump
steps dalam memilah beberapa masalah yang kami pecah menjadi beberapa

1
langkah.
Adapun isi dari The Seven Jump Steps adalah sebagai berikut:
1. Memahami skenario; menerangkan istilah yang sulit (terminologi)
2. Pernyataan masalah
3. Brainstorming
4. Menganalisis masalah
5. Menformulasi/mengajukan Learning Issue
6. Mencari referensi/informasi/belajar mandiri
7. Menggabungkan/ memadukan/ menganalsis informasi dan dilakukan
pelaporan
Langkah pertama adalah memahami beberapa terminologi yang menurut
kelompok kami merupakan istilah yang sulit dan perlu diperjelas lebih lanjut
antara lain :
NO TERMINOLOGI PENJELASAN
1. 5M Merupakan pelaksanaan promosi
kesehatan dengan pemberian edukasi
untuk pencegahan dan penurunan tingkat
penularan COVID-19. Protokol
kesehatan ini meliputi :
1. memakai masker,
2. menjaga jarak,
3. mencuci tangan,
4. menghindari kerumunan
5. mengurangi mobilitas.
(Aulia dkk., 2021)
2. Pandemi Kejadian luar biasa peningkatan penyakit
menular dengan mencakup antar negara
bahkan benua (Siahaan, 2020).
3. Mobilitas 1. Kesiapan untuk bergerak.
2. Gerakan / perpindahan
3. gerak perubahan yang terjadi di
antara warga masyarakat, baik secara

2
fisik maupun secara sosial;
(KBBI, 2020)
4. Vaksin Vaksinasi adalah pemberian vaksin
(antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) system
imun di dalam tubuh.Vaksinasi sebagai
upaya pencegahan primer yang sangat
handal, untuk mencegah penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksinasi
(Maddeppungeng, 2018)
5. Kekebalan komunitas Perlindungan relatif dari kelompok
(Herd Imunnity) populasi yang dicapai dengan
mengurangi atau memutus rantai
penularan agen infeksi karena sebagian
besar populasi resisten terhadap infeksi
melalui imunisasi atau infeksi alami
sebelumnya (Nasution, 2020)
6. COVID-19 COVID-19 (coronavirus disease 2019)
adalah penyakit yang disebabkan oleh
jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2,
yang dilaporkan pertama kali di Wuhan
Tiongkok pada tanggal 31 Desember
2019 (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).

Setelah memahami arti dan makna beberapa terminologi yang sempat


dibingungkan, kelompok kami melanjutan tahap The Seven Jump Steps pada
pelaksanaan diskusi SGD LBM 1. Pada step kedua kelompok kami
mengajukan beberapa permasalahan yang terdapat pada skenario antara lain :
1. Apakah PPKM ini efektif ? Jelaskan
2. Jelaskan Virus corona varian baru
3. Kenapa virus corona bisa bermutasi dan apa pemicunya?

3
4. Apa beda 5m dan 3T ?
Pembahasan mengenai pengajuan masalah atau identifikasi masalah akan
dijelaskan lebih lanjut pada tahap 3 yaitu Brainstorming (BAB II)

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.3 Brainstorming
Setelah diskusi pada LBM 1 sesi pertama yang dilaksanakan pada tanggal
26 Juli 2021, kelompok kami melanjutkan diskusi untuk membahas The seven
jump steps tahap ke –tiga yaitu brainstorming.
1. Apakah PPKM ini efektif? Jelaskan
Menurut Kemendagri (2021), mengenai PPKM (Pemberlakukan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Corona Virus Disease 2019 di Wilayah
Jawa Dan Bali nomor 15 tahun 2021. PPKM merupakan tindakan
pembatasan pada beberapa kegiatan di masyarakat, Instruksi menteri ini
sudah dilaksanakan mulai tanggal 3 Juli 2021 (poin ke tiga belas) sampai
dengan tanggal 20 Juli 2021. PPKM ini tidak hanya berhenti sampai disitu
saja, namun masih diperpanjangan dengan keluarnya surat Instruksi
Menteri Nomor 17 Tahun 2021 tentang Tentang Perpanjangan PPKM
Berbasis Mikro
Efektivitas dari PPKM Darurat ini sangat bervariasi .Secara umum,
pemberlakuan PPKM darurat selama satu minggu tampak memang
berhasil mengurangi aktivitas masyarakat di ruang publik. Akan tetapi,
ketika data aktivitas masyarakat di ruang publik tersebut di breakdown ke
tingkat provinsi, penurunan aktivitas tersebut sesungguhnya sangat
bervariasi, bahkan ada peningkatan di berbagai area tertentu. Hal ini
diungkapkan dari hasil riset dari Institute For Policy Development,
Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) FISIPOL UGM,
berjudul ‘Catatan Setengah Jalan PPKM Darurat’ yang dipublikasikan
pada Kamis tanggal 15 Juli 2021 yang dikutip oleh Cahyani Widi (2021).
Riset yang tergolong kepada riset big data tersebut, dengan sumber data
dari google mobility, google trend, serta dari machine
learning: similarweb, berhasil mengungkapkan bahwa peningkatan

5
aktivitas masyarakat di area rumah paling tinggi terjadi di Provinsi Jawa
Timur. Sementara peningkatan paling rendah terjadi di Provinsi Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Banten. 
Salah satu dari tim peneliti Cahyani Widi (2021), mengungkapkan
bahwa PPKM Darurat berhasil meningkatkan aktivitas masyarakat Jawa
Timur di area rumah sebanyak 2,71%. Sedangkan di wilayah Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Baten, PPKM Darurat hanya berhasil
meningkatkan aktivitas masyarakat di area rumah sebanyak kurang dari
1%.  PPKM Darurat terlihat berjalan kurang efektif di Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan Banten jika dibandingkan pada provinsi lainnya
Lalu, dengan adanya PPKM Darurat, aktivitas masyarakat di
tempat kerja juga terlihat mengalami penurunan yang cukup siginifikan.
Namun, jika di breakdown ternyata tidak semua provinsi mengalami
penurunan, sebagaimana halnya yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah.
Aktivitas masyarakat Jawa Tengah di tempat kerja justru mengalami
peningkatan sebesar 0,57% Cahyani Widi (2021).
Di Yogyakarta, penurunan mobilitas masyarakat di area retail dan
rekreasi memang cukup signifikan. Namun, mobilitas masyarakat di area
taman justru mengalami peningkatan. Peningkatan mobilitas masyarakat di
area taman ini diketahui terjadi juga di wilayah DKI Jakarta.  
Dari data yang sudah disampaikan diatas, pemberlakukan PPKM
Darurat ini memiliki dampak yang bervariasi pada beberapa daerah di
Indonesia, hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor Geografis
pada beberapa daerah yang tidak dapat dihindari dan aktivitas
perekonomian pada beberapa daerah yang masih harus dijalankan. Namun
dengan pengontrolan lebih lanjut dan penerapan pembatasan kegiatan
masyarakat, distribusi pada beberapa fasilitas kesehatan masih dapat
terkendali dengan baik dan merata seperti masih terjadi penumpukkan
pasien di faskes yang dapat diminimalkan, distribusi tabung oksigen yang
terkendali, serta penyiapan penambahan tempat tidur, posko, tenda,

6
gedung darurat, ataupun selter, yang mana ini merupakan hal yang sangat
diharapkan untuk terjadi.
2. Jelaskan Virus corona varian baru
Menurut European Centre for Disease Prevention and Control
(2021), saat ini sudah banyak varian dari COVID-19 yang terdaftar pada
WHO. Antara lain :

Menurut European Centre for Disease Prevention and Control (2021),


variasi delta dikatakan 60% lebih tinggi tingkat penularannya dengan varian
yang alfa (yang pertama kali muncul di Wuhan) dan dikatakan sujah jauh
lebih mudah menular daripada versi asli dari virus ini.
Akibatnya variasi delta ini dapat meningkatkan jumlah kasus rawat ini dan
menurunkan efekvititas dari vaksinasi. Saat ini variasi delta sudah dapat
banyak ditemukan di berbagai kota di Indonesia dengan jumlah terbanyak
dibandingkan variasi alfa atau beta. Dari penelitian epidemiologi yang
dilakukan Harvey et al., (2021) saat ini dari total 211 kasus yang ditemukan, :
160 merupakan varian Delta, 45 kasus merupakan varian Alpha, dan 6 kasus
merupakan varian Beta.
Varian delta mupakan perkembangan lebih lanjut dari varian alfa.
Transmisi varian delta 60% lebih tinggi dari varian alfa yang transmisinya
sudah lebih tinggi dari versi virus aslinya). Varian delta dikatakan

7
menghasilkan penyakit yang lebih berat, hostpitalisasi 2x lipat dibandingkan
alfa, Efektivitas vaksi terhadap varian delta lebih rendah dalam mencegah
COVID-19 yang bergejala dengan hasil sebagai berikut :
a. 1 Dosis vaksin AZ atau Pzfizer hanay 33% efektif terhadap delta (50%
terhadap alfa (Harvey et al., 2021)
b. 2 Dosis vaksin AZ 60% efektif terhadap delta (66% terhadap alfa)
c. Varian delta lebih banyak ditemukan pada dewasa muda

3. Kenapa virus corona bisa bermutasi dan apa pemicunya?


Menurut Harvey et al., (2021), suatu virus akan bermutasi dari
waktu-kewaktu, Sehingga muncul nya varian baru adalah yang yang tidak
bisa dihindari. Kondisi mutasi ini terjadi akibat perubahan reseptor protein
yang diakibatkan oleh transmisi atau beberapa mutasi/severity disease
lainnya.

Gambar 1. Mutasi Virus SARS-Cov-2


Mutasi ini dapat menyebabkan virus lebih mudah untuk bertasmisi,
terjadinya peningkatan pada gejala yang dialami, vaksinasi, dan semakin
sulit untuk didiagnosis. Ketika variasi mutasi ini meningkatkan resiko ke
kesehatan masnusia, maka WHO dapat mengkategorikan variasi ini
sebagai variant of concern atau varian yang memprihatikan. Hal ini
menandakan bahwa varian itu menjadi ancaman kesehatan global

8
4. Apa beda 5M dan 3T ?
Merupakan pelaksanaan promosi kesehatan dengan pemberian edukasi
untuk pencegahan dan penurunan tingkat penularan COVID-19. Protokol
kesehatan ini meliputi :
1. memakai masker,
2. menjaga jarak,
3. mencuci tangan,
4. menghindari kerumunan
5. mengurangi mobilitas.
(Aulia dkk., 2021)
Sedangkan 3T adalah pelaksanaan testing, tracing dan treatment
yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan, kemenkes dan Pemerintah Daerah
(Aulia dkk., 2021)
Perbedaan mencolok untuk 5M dan 3T ada pada tujuannya. Pada
5M diupayakan untuk pencegahan preventif primer sedangkan 3T
diupayan untuk preventif sekunder. 5M dilakukan secara individu dan
mandiri kesehatan sedangkan 3T dibantu oleh tenaga kesehatan.
Hal ini dapat diperhatikan pada Level Preventian oleh Leavell dan
Clark (Aulia et al., 2021). Pencegahan penyakit terbagi dalam 5 tahapan,
yang sering disebut dengan 5 level of prevention.
1. Health Promotion (Primary)
a. Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air
rumah tangga yang baik,perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran dan air limbah dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian
yang baik.
2. Specific Proctection/Perlindungan Khusus (Primary)
a. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
b. Isolasi penderitaan penyakit menular

9
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum
maupun di tempat kerja.
3. Early Diagnosis and Promt Treatment/Diagnosis Dini dan Pengobatan
yang Cepat dan Tepat (Secondary)
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap
jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan
segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya
menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
4. Disability Limiation/Pembatasan Kecatatan (Secondary)
Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak
melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan.
Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi
menjegah terjadinya infertilitas. Pada tahapan ini dapat disebut juga
Pengobatan yang Sempurna (Perfect Treatment) karena kecacatannya
yang ditakutkan terjadi disebabkan pengobatan kepada penderita tidak
sempurna. Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan
penyakit menyerang dan membuat cacat si penderita baru kemudian
diambil tindakan. Banyak penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan
dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih sempurna. Salah satunya
adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter sampai habis
5. Rehabilitation/Tertiary)
Rehabilitasi ini terdiri atas:
a. Fisik

10
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena
kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki
yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya
b. Mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali
bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-
kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam
masyarakat
c. Sosial Vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang
semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak
mampuannya. Rehabilitasi aesthesis Yaitu usaha rehabilitasi
aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,
walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak
dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu
d. Astehisis
Yaitu usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi
dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya:
penggunaan mata palsu

11
1.4 Rangkuman Permasalahan

Pandemi

COVID-19

Primary Secondary Tertiary

Health Promotion Early Detect Rehabilitation


Specific Protection Disability

Pengendalian Penyakit

Dari hasil diskusi kelompok, kami mendapatkan rangkuman permasalahan


menjelaskan mengenai upaya prevensi yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu
primary (utama) yang dapat berupa tidakan promosi kesehatan dan beberapa
perlindungan utama lainnya seperti vaksinasi dan pembatasan mobilisasi
kemudian ada pula pemberian tidakan secondary (cadangan) dapat berupa
pemberian pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap
jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
Mencegah penularan dari orang lain ke orang lainnya bila penyakitnya menular.
Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit. Setelah itu
dilakukan itu semua terdapat pula tindakan tersier berupa rehabilitasi, bertujuan
mengembalikan klien ke tingkat fungsi tertinggi dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dalam kesehatan. Dalam keperawatan kesehatan masyarakat, pencegahan
tersier juga berfokus pada pencegahan kekambuhan dari masalah.

12
1.5 Learning Issue
Setelah kami berdiskusi panjang mengenai skenario LBM 1 Sesi ke-1. Kami
melanjutkan diskusi kami pada The seven jump steps yaitu menentukan
learning issue yang akan dibahas pada LBM 1 Sesi ke-2. Adapan learning
issue kami yang ajukan antara lain :
1. COVID-19 (update terkini terkait penyakit Sars-COV-2)
2. Level prevention di indonesia dan dampak yang ditimbulkan
3. Level mobilisasi yang saat ini diterapkan di Indonesia
4. Problem vaksin
5. Peran mahasiswa

COVID-19 (update terkini terkait penyakit Sars-COV-2)


Menurut PDPI dkk., (2020) Kasus COVID-19 dapat dibagi menjadi
beberapa kriteria yaitu suspek, probable, konfirmasi, kontak erat. Untuk detil
nya akan dipaparkan di table berikut :
1. Kasus SUSPEK (Kriteria A)
KASUS SUSPEK
Kriteria A
Kriteria Klinis Kriteria Epidemiologis
Memenuhi >1 kriteria klinis dan 1 Dalam 14 hari terakhir sebelum
kriteria epidemiologis timbul gejala
- Demam akut ≥ 38/riwayat - Riwayat tinggal atau bekerja di
demam dan batuk atau tempat beriko tinggi penularan,
- >3 atau lebih gejala. Tanda akut atau
berikut : demam riwayat - Riwayat tinggal atau berpergian
demam, batuk, kelelahan di negara/wilayah Indonesia yang
(fatigue), sakit kepala, myalgia, melaporkan transmisi lokal atau
nyeri tenggorokan, coryza. - Bekerja di fasilitas pelayanan
Pilak, hidung tersumbat, sesak kesehatan baik melakukan
nafas, anoreksia, mual, muntah, pelayanan medis, dan non medis
diare, penurunan kesadaran serta petugas yang melaksanakan
kegiatan investigas, pemantauan

13
kasus dan kontak

2. Kasus SUSPEK (Kriteria B dan C)


KASUS SUSPEK
Kriteria B Kriteria C
- Seseorang dengan ISPA Berat - Seseorang yang
- Asimtomatik
- Tidak memenuhi keriteria
epidemiologis
- Rapid Antigen SARS-Cov-2 (+)

3. Kasus PROBABLE (Kriteria A, B, C dan D)


KASUS PROBABLE
Kriteria A Kriteria B Kriteria C Kriteria D
- Seseorang yang - Kasus - Seseorang - Orang
memenuhi suspek dengan gejala dewasa yang
kriteria klinis - Gambaran aku anosmia meninggal
- Memiliki riwayat radiologis (hilangnya dengan
kontak erat sugestif kemampuan distress
dengan kasus ke arah indra pernapasan
probable; atau COVID- penciuman) - Riwayat
terkonfirmasi ; 19 atau ageusia kontak erat
atau berkaitan (hilangnya dengan kasus
dengan cluster kemampuan probable atau
COVID-19 indra perasa) terkonfirmasi
dengan tidak atau
ada penyebab berkaitan
lain yang dapat dengan
diindentifikasi cluster
COVID-19

4. Kasus TERKONFIRMASI

14
KASUS TERKONFIRMASI
Salah Satu Dari
- Seseorang - Seseorang dengan hasil - Seseorang tanpa gejala
dengan rapid antigen SARS- (asimtomatik) + hasil rapid
hasil RT- Cov-2 positif dengan antigen (SARS-Cov-2)
PCR kriteria definisi kasus positif dengan riwayat
positif probable atau kasus kontak erat dengan kasus
suspek (kriteria A atau probable atau terkonfirmasi
B

5. Kasus ERAT
KASUS ERAT
Riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19
- Kontak tatap muka/berdekatan dalam radius 1 meter + jangka waktu
≥ 15 menit
- Sentuhan fisik langsung (bersalaman, berpegangan tangan, dll
- Orang yang memberikan perawatan langsung tanpa menggunakan
APD sesuai standar
- Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidik
epidemiologi setempat

Selain pembagian pasien COVID-19 berdasarkan kriteria, Selanjutnya


dapat dibagi tingkat keparahan yang dialami menjadi 5 pembagian yaitu
tanpa gejala, ringan, sedang, berat, dan kritis. Adapun pembagian derajat
keparahan dapat dilihat sebagai berikut (PDPI et al., 2020) :

Klasifikasi Derajat Keparahan : Derajat Ringan dan Sedang


RINGAN SEDANG
- Tanpa bukti pneumonia virus / Remaja / dewasa
hipoksia - Tanda klinis pneumonia (demam,
- Demam, batuk, fatigue, batuk sesak, takipnea)
anoreksia, napas pendek, - Tanda pneumonia berat (SpO2 ≥

15
myalgia 93% room air
- Gjelasa Tidak spesifik : seperti Anak-anak
nyeri tenggorokan, kongesti - Klinis pneumonia tidak berat
hidung, sakit kepala, diare (batuk / sulit napas + napas cepat
mual, muntah, anosmia, ageusia dan / atau retraksi dinding dada)
-> sebelum onset gejala - Tanpa pneumonia berat
pernapaan
- Gejala atipikal pada pasien usia
tua / immunocompromised

Klasifikasi Derajat Keparahan : Derajat Berat


Remaja/Dewasa Anak-anak
- Tanda klinis pneumonia dan - Tanda klinis pneumonia dan salah
salah satu dari RR > 30x /menit satu dari
- Distress pernapasan berat a. Sanosis sentral SpO2 <93%
- SpO2 <93% room air
b. Distres pernapasan berat

c. Tanda bahaya umum (tidak

mampu menyusui / minum,

letargi, penurupan kesadaran,

kejang)

d. Napas cepat/tarikan dinding

dada/ takipnea

Klasifikasi Derajat Keparahan : Derajat Kritis


KRITIS
- Pasien dengan ARDS, sepses, dan syok sepsis

Perlu diketahui untuk diagnosis COVID-19 dilakukan pemeriksaan RT-


PCR, dengan keterangan sebagai berikut PDPI dkk., (2020) :

16
RT-PCR
- Hari ke 1, jika ditemukan positif maka tidak perlu mengulang swab hari ke-2
- Pada hari ke 1 jika ditemukan negative maka diwajibkan mengulang swab
pada hari ke-2 (peraturan dapat berubah tergantung dari kebijakan penggunaan
alat dan rumah sakit nya.
- Untuk pasien rawat inap, PCR swab hanya dilakukan 3 kali
- PCR untuk follow-up hanya dilakukan pada pasien dengan gejala berat &
kritis (10 hari setelah pengambilan swab yang positif)
- Jika saat klinis membaik, bebas demam 3 hari namun didapatkan hasil PCR
follow up positif -> kemunginan positif persisten -> lihat hasil Cycle
Threshold (CT) value nya
Rapid Antigen SARS-COV-2
- Menurut rekomendasi WHO, Rapid antigen SARS-COV-2 direkomendasikan
karena 1. Memiliki sensitivitias sebesar 80%, dan spesifisitas sebesar 97% jika
dibandingkan dengan RT-PCR
- Namun alat ini hanya digunakan dalam kondisi RT-PCR yang tidak tersedia
atau membutuhkan hasil diagnois yang cepat berdasarkan pertimbangan klinis
- Hanya dilakukan oleh petugas terlatuh dalam 5-& hari pertama onset gejala
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Tanpa Gejala
ISOLASI dan Pemantauan Non-farmakologis
- Dilakukan isolasi mandiri di - Pasien
rumah 10 hari sejak a. Protokol kesehatan 3m
pengambilan specimen b. Kamar tidur sendiri
diagnosis c. Etika Batuk
- Dipantau oleh petugas FKTP d. Berjemur matahari
- Kontrol di FKTP setelah 10 e. Cuci alat makan/minum
hari karantina segera
- Lingkungan
a. Ventilasi-cahaya-udara
- Keluarga
a. 3M

17
b. Kontak erat -> periksa
FKTP/RS
Farmakologis
- Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari)
- Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
- Multivitamin dengan kandungan vitamin C 1-2 tablet perhari (30
hari)
- Vitamin D
- Suplemen : 400-1000 IU/hari
- Obat : 1000-5000IU/hari
- Komordib (+) -> lanjutkan pengobatan
- Rutin meminum ACE-inhibitor dan ARB -> konsultasi ke
Sp.PD/Sp.JP
- Obat yang mengandung sifat antioksidan
- Obat suportif lainnya

Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Gejala Ringan


ISOLASI dan Pemantauan Non-farmakologis
- Isolasi mandiri di rumah - Sama dengan pasien tanpa gejala
selama 10 hari sejak muncul
gejala + 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan
pernapasan
- Dipantau oleh petugas FKTP
- Kontrol di FKTP setelah masa
isolasi selesai
Farmakologis
- Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari)
- Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
- Multivitamin dengan kandungan vitamin C 1-2 tablet perhari (30
hari)
- Dianjurkan vit komposisis C-B-E-Zink
- Vitamin D
- Suplemen : 400-1000 IU/hari
- Obat : 1000-5000IU/hari

18
- Terapi simptomatik
- Pengobatan komorbid/komplikasi
- Obat suportif lainnya

Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Gejala Sedang


ISOLASI dan Pemantauan Non-farmakologis
- Rujuk ke RS dengan perawatan - Istirahat total, berikan kalori dan
COVID-19/RS darurat COVID- hidrasi yang adekuat, cek
19 keseimbangan elekrolit, terapi
- Isolasi di RS perawatan oksigen
COVID-19/RS darurat COVID- - Pemeriksaan darah perifer
19 lengkap dengan hitung jenis.
Pantau CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan foto toraks.
Farmakologis
- Faviparivir (Avigan)
- Dengan hari 1 : loading dose 2x1600mg
- Hari 2-5 : 2x600mg
- Remdesivir
- 200mg IV drip (hari 1)
- 1x100mg IV drip (hari2-5 atau 2-10)
- Vitamin C 3x200400mg dalam 100cc Na Cl 0,9% habis dalam 1 jam
IV
- Antikoagulan LMWH.UFH sesuai pertimbangan DPJP
- Pengobatan sistomatis

Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Gejala Berat/Kritis


Monitoring Monitoring Keadaan Kritis
- Frekuensi napas ≥ 30x/menit - Gagal napas yang butuh ventilasi
- SpO2 ≤ 93% mekanik, syok, gagal multiorgan
yang butuh ICU
- PaO2 / FiO2 ≤ 300mmHg
- Gagal napas + ARDS ->
- ↑ Keterlibatan area paru > 50%
pertimbangkan ventilator mekanik
pada radiologi toraks dalam 24- - Pencegahan perburukan penyakit

19
48 jam a. ARDS/efusi paru luas : high
flow nasal cannula / HFNC
- ↑ CRP Progresif
(lebih disarankan) atau non-
- Asidosis laktat progresif
invasive mechanical
ventilation / NIV
b. Edema paru : batasi resusitasi
cairan
c. Posisikan pasien sadar dalam
dosis tengkurap (awake prone
position)
Farmakologis
- NRM (Non-Rebreathing Mask
- 15 lpm -> tirasi sesuai SpO2
- HFNC (High Glow Nasal Canulla)
- FiO2 100% -> titrasi sesuai SpO2, berikan 1 jam -> evaluasi
- Tenaga kesehatan wajib menggunakan respirator (PAPR, N95)
- Apakah mencapai perbaikan & kriteria ventilasi aman (Indeks ROX)
- Indeks ROX = (SpO2/FiO2)/lanju napas
- ≥ 4,88 pada jam 2,6,12 -> tidak perlu ventilasi invasive
- ≤ 3,85 risiko tinggi untuk intubasi
- NIV (Non-invasive ventilatation)
- Berikan 1 jam -> evaluasi
- Perbaikan & mencapai kriteria ventilasi aman -> lanjutkan ventilasi
-> nilai ulang 2 jam kemudian
- Risiko aerosol -> lakukan di ruangan bertekanan negative
- Perhatian khusus
a. Jangan gunakan pada pasien syok
b. ARDS ringan –sedang -> kombinasi awake prone position +
HFNC / NIV 2x2 jam/hari -> perbaikan oksigenasi & ↓ kebutuhan
intubasi
c. ARDS Berat -> langsung ventilasi invasif
- Kriteria ventilasi aman :

20
- Vol. tidal < 8 mL/kg
- Gejala gagal napas (-)-
- Peningkatan FiO2/PEEP
- Tenaga kesehatan wajib menggunakan respirator (PAPR, N95)

Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Gejala Berat/Kritis


Dengan Terapi Oksigen
Ventilasi Mekanik Invasif ECMO (Ekxtra Corporeal
(Ventilator) Membrane Oxygenation
- Sama dengan protocol - Dapat diberikan bila fasilitas dan
sumber daya tersedia, memenuhi
ventilator ARDS
indikasi, dan setelah pasien
- Vol. tidakl ≤ 8 ml/kg
menerima terapi posisi prone dan
- P plateau < 30 cmH2O ventilator ARDS yang maksimal
- Indikasi
- Titrasi PEEP & recruitment
a. PaO2/FiO2 <60mmHg (>6 jam)
maneuver
b. PaO2/FiO2 <50mmHg (>3 jam)
- Target driving pressure c. Ph (7,20 + Pa CO2 > 80mmHg
(>6 jam)
rendah
- Kontraindikasi Absolut
a. Clinical Fraility Scale kategori
≥3
b. Ventilasi mekanik > 10 hari
c. Komorbid bermakna
d. DM tidak terkontrol +
disfungsi organ kronik
e. Gagal organ multiple; berat
f. Injuri neurologic akut berat
g. Perdarahan tidak terkontrol
h. Kontraindikasi pemakaian
antikoagulan

21
i. Dalam proses resusitasi jantung
paru
Farmakologis
- Favipiravir (Avigan)
- Hari 1 : loading dose 2x1600mg
- Hari 2-5 : 2x600mg
- Remdesivir
- 2000 IV drip (Hari 1)
- 1x100mg iv drip
- (hari ke 2-5 atau ke 2-10)
- Vitamin C
- 3x200-400mg dalam 100cc NaCl 0.9% habis dalam 1 jam IV
- Vit. B1 1 amp/24 jam IV
- Vit D 1000-5000 IU/Hari
- Antikoagulan LMWH/UFH sesuai pertimbangan DPJP
- Dexametason 6 minggu/24 jam IV (10 hari)

Sebelumnya penulis sudah menjelaskan dengan detail bagaimana


pemilahan pasien, serta tatalaksana pasien COVID-19 yang disesuaikan dengan
tingkat keparahannya. Lalu bagaimana dengan orang sedang isolasi, kriteria
sembuh dan kapan pemulangan dapat dilakukan ?
Menurut sumber yang penulis dapat dari PDPI dkk., (2020), dapat dilihat
pada table berikut :
Klasifikasi Tanpa Gejala Ringan Sedang Berat
Gejala
Tindak Isolasi Isolasi Rujuk ke RS Rujuk ke RS
lanjut mandiri di mandiri di Darurat Darurat
rumah rumah
Durasi Isolasi 10 Hari tanpa 10 sejak 10 sejak 1x PCR
gejala timbul gejala timbul gejala negative + 3
+ 3 hari bebas + 3 hari bebas hari bebas
gejala gejala gejala
Pemantauan - - - Lanjut isolasi
lanjutan mandiri 7 hari

22
KRITERIA SELESAI ISOLASI
Derajat Awal Dilakukan RT-PCR Kriteria Selesai Isolasi
Keparahan
Asimptomatik Tidak perlu Isolasi mandiri di rumah sejak
pengambilan specimen
diagnosis konfirmasi
Ringan - Tidak perlu (pada kasus 10 hari setelah onset gejala
Sedang sedang + komorbid atau yang dan ≥ 3 hari bebas gejala
berpotensi perburukan demam & gangguan
evaluasi RT-PCR dapat pernapasan
dilakukan
Berat/Kritis + Ya Follow up RT-PCR 1x
dirawat di RS negative dan ≥ 3 hari bebas
gejala demam & gangguan
pernapasan
Bila tidak bisa dilakukan Isolasi di RS 10 hari setelah
onset gejala + ≥ 3 hari bebas
gejala demam/gangguan
pernapasan -> alih rawat non
isolasi kosong / pulang

Menurut PDPI dkk., (2020). Pasien dapat dipulangkan ketika kriteria


selesai isolasi dan kriteria klinis didpatkan hasil perbaikan oleh DPJP sehingga
diperbolehkan untuk pulang. Pasien tidak perlu melakukan perawatan atau
tindakan khusus baik terkait sakit COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain
dengan syarat ketika dipulangkan dapat dilanjukan isolasi mandiri selama 7 hari
dan ketika terdapat gejala yang muncul kembali dapat dimonitoring dan dilakukan
pemulihan sesuai dengan protokol kesehatan.

Level prevention di indonesia dan dampak yang ditimbulkan

23
Dewasa ini, indonesia sudah melakukan beberapa tindakan prevention
yang dapat terlihat pada table data berikut
Five Level of Prevention
Primer Sekunder Tersier
- No disesease - Ketika sudah - Diseased advanced
- Health promotion ditemukan - Disabbility limitation &
& specific penyakit rehabilitation
protection - Merupakan - Menurunkan progresivitas
- Reduksi faktor tahap prevensy penyakit
risiko sebelum early diagnosis - Mencegah komplikasi dan
sakit & promt meningkatkan kualitas
treatment hidup
- Penyakit sudah
ada teteapi
belum diketahui
pasien
Contoh Contoh Contoh
- KIE - Deteksi dini - Mencegah komplikasi
- Imunisasi penyakit - Rehabilitasi pasien
- Kesehatan - Pengobatan dengan komplikasi
Lingkungan Sebelum ada
komplikasi

Level mobilisasi yang saat ini diterapkan di Indonesia


Untuk saat ini penetapan aturan mobilisasi sudah mengalami banyak
perubahan, mulai pemberlakuan PSBB, PPKM Level 1-dan 4, PPKM 100%
dengan pengurangan mobilisasi yang memang diajukan sebagai srategi utama,
hingga saat ini beralih menjadi PPKMM Darurat. (Kemendagri, 2021)
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro jilid
pertama di tujuh provinsi di Pulau Jawa dan Bali pada 9-22 Februari telah
dilaksanakan. Dampaknya positif. Tren kasus COVID- 19 secara nasional turun

24
signifikan. Termasuk tingkat keterisian tempat tidur maupun ruang isolasi
perawatan di rumah sakit rujukan di daerah, mengalami penurunan.
Faktor lain mengapa PPKM skala mikro bisa berhasil adalah keterlibatan
berbagai pihak di dalamnya. Dari mulai aparat keamanan seperti Kepolisian, TNI,
satpol PP, maupun tenaga kesehatan di Puskesmas, lurah/kepala desa, hingga di
tingkat RT/ RW. Peran Babinsa dan Babinkamtibmas dalam melakukan pelacakan
kasus juga ikut membantu.
Di perkantoran, para pengusaha juga berperan besar dalam menjalankan
aturan kerja Work Frome Home (WFH). Kebijakan presentase pegawai kerja di
rumah terbukti efektif dalam mencegah kasus COVID-19 klaster perkantoran.
Klaster perkantoran memang memiliki korelasi dalam penyebaran COVID-19
terbawa hingga ke tingkat keluarga. Para pengusaha mal juga banyak berkorban
dalam membatasi jumlah pengunjung dan waktu operasisonal.
Di sisi lain, kesadaran warga dalam mentaati protokol kesehatan seperti
memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak juga semakin baik. Di
jalanan atau tempat-tempat umum, kepatuhan terhadap prokes ini terlihat. Mereka
yang tak menggunakan masker misalnya, justru tampak aneh. Hasil survei pun
menunjukkan tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan meningkat dari
kisaran 87,64 hingga 88,73 persen (Cahyani Widi, 2021)
Semua ini memperlihatkan bagaimana semangat gotong royong sangat
membantu dalam aksi pelaksanaan PPKM skala mikro. Karena itu, modal sosial
ini menjadi kelebihan yang harus kita manfaatkan bersama untuk mengendalikan
kasus COVID-19.
Di sisi lain, kita juga mesti mendukung upaya pemerintah dalam distribusi
vaksin. Ikut dalam vaksinasi COVID-19, adalah salah satu cara kita dalam
berjuang bersama memerangi pandemi ini.
Dari penjelasan data tersebut kita dapat melihat untuk pemberian prevensi
dari pemerintah memiliki trend yang baik untuk penurunan kasus penularan
COVID-19. Mari dukung upaya pemerintah dengan pengadaan vaksin sceara
besar besaran.
Problem vaksin

25
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal
atau terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan,
biasanya dengan pemberian vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa
sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksin bukanlah obat, vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik
tubuh agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat. Selama belum
ada obat yang defenitif untuk COVID-19, maka vaksin COVID-19 yang aman dan
efektif serta perilaku 3M (memakasi masker, mencuci tangan dengan sabun dan
menjaga jarak) adalah upaya perlindungan yang bisa kita lakukan agar terhindar
dari penyakit COVID-19.
Kekebalan kelompok atau herd Immunity merupakan situasi dimana
sebagian besar masyarakat terlindung/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga
menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut terlindunginya
kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan sasaran vaksinasi.
Kondisi tersebut hanya dapat tercapai dengan cakupan vaksinasi yang tinggi dan
merata
Peran mahasiswa
Sebagai mahasiswa yang memiliki peran sebagai agent of change pada
kondisi pandemic ini, menyediakan informasi tentang COVID-19 dan memantau
pergerakan masyarakat dengan cara berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan yang
dapat dijangkau.
Sebagai upaya pencegahan penularan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), pemerintah melakukan program vaksinasi, baik yang didatangkan
dari luar negeri maupun dibuat sendiri di Indonesia. Namun, pelaksanaan
pemberian vaksin yang akan dilakukan secara bertahap ini bukan hal yang mudah,
sehingga perlu peran serta dan dukungan positif seluruh masyarakat. Salah
satunya adalah dukungan dari mahasiswa.

26
Dengan memberikan dukungan atas semua tahapan persiapan hingga
pelaksanaan, mengikuti informasi melalui sumber resmi, karena informasi bisa
menyesatkan, sehingga jangan pernah menyampaikan informasi yang belum jelas
kebenarannya. Selain itu saling mengingatkan untuk tetap melaksanakan protokol
kesehatan, menjaga imun tubuh, menjaga kebugaran, tetap memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak serta mengikuti semua tahapan vaksinasinya.

27
BAB III
PENUTUP

1.6 Kesimpulan
Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan
masyarakat, tetapi juga memengaruhi kondisi perekonomian, pendidikan, dan
kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Menurunnya berbagai aktivitas ini
berdampak pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat
rentan dan miskin. Oleh sebab itu, pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
daerah, mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi penyebaran
COVID-19 serta kebijakan kebijakan yang bersifat penanggulangan dampak
sosial dan ekonomi akibat pandemi ini. Kendati demikian, pelaksanaan
berbagai kebijakan ini perlu dipantau dan dievaluasi untuk mengetahui
efektivitasnya.
Melalui diskusi dan tahapan The seven jump steps yang kelompok kami
lakukan. Pandemic COVID1-19 yang masuk kedalam penyakit pandemic ini
memiliki kesimpulan sebagai berikut :
1. Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
2. Gejala umum berupa demam ≥ 38°C, batuk kering, dan sesak napas. Jika
ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah
melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat/kontak
erat dengan penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan

28
dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan
diagnosisnya.
3. Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat
menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat
batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di
sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah
terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata,
hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi
COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi COVID-19 ketika tanpa
sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita
penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang
yang sakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan
untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya.
Tetap pantau sumber informasi yang akurat dan resmi mengenai
perkembangan penyakit ini.
COVID-19 dapat mengalami mutase yang disebabkan oleh perubahan
squensi RNA dan DNA dari virusnya, hal ini menyebabkan beberapa
perubahan seperti lebih mudahvirus lebih mudah untuk bertasmisi,
terjadinya peningkatan pada gejala yang dialami, vaksinasi, dan semakin
sulit untuk didiagnosis. Ketika variasi mutasi ini meningkatkan resiko ke
kesehatan masnusia, maka WHO dapat mengkategorikan variasi ini
sebagai variant of concern atau varian yang memprihatikan. Hal ini
menandakan bahwa varian itu menjadi ancaman kesehatan global
4. Penekanan virus ini dapat dilakukan dengan meningkatkan system imun
tubuh melalui vaksinasi dan diharapakan lebih cepat terciptanya
lingkungan Herd Immunitty

29
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, G., Rahmah Fahriati, A., Okta Ratnaningtyas, T., Meitania Utami, S., Dwi
Pratiwi, R., Adi Ismaya, N., Purnama Sari, F., Monja, T., Kania Rahsa Puji,
L., & Ayu Sabrina, P. (2021). Covid-19 Prevention Education With the
Health Protocol of 5M and the Importance of Multivitamins During Covid-
19 Pandemic. Jurnal Abdi Masyarakat, 2(1), 133–139.
http://openjournal.wdh.ac.id/index.php/JAM/article/view/138
Cahyani Widi. (2021). Peneliti UGM : Efektivitas PPKM Darurat Jawa-Bali
Sangat Bervariasi.
European Centre for Disease Prevention and Control. (2021). An update on SARS-
CoV-2 virus mutations & variants. January.
Harvey, W. T., Carabelli, A. M., Jackson, B., Gupta, R. K., Thomson, E. C.,
Harrison, E. M., Ludden, C., Reeve, R., Rambaut, A., Peacock, S. J., &
Robertson, D. L. (2021). SARS-CoV-2 variants, spike mutations and
immune escape. Nature Reviews Microbiology, 19(7), 409–424.
https://doi.org/10.1038/s41579-021-00573-0
Kemendagri. (2021a). Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat
Corona Virus Disease-2019 Di Wilayah Jawa dan Bali. 6.
Kemendagri. (2021b). Tentang Perpanjangan PPKM Berbasis Mikro. 283.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pertanyaan dan Jawaban
Terkait Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 ). World Health
Organization, 2019, 1–13. https://www.who.int/indonesia/news/novel-
coronavirus/qa-for-public
Maddeppungeng, M. (2018). Prosedur Vaksinasi. Buku, 5(Csl 5), 1–13.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2018/04/PROSEDUR-VAKSINASI.pdf
Nasution, S. A. (2020). HERD IMMUNITY DAN COVID-19: DAN COVID-19 :
SUATU SOLUSI? Suatu Solusi ? Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia, 6.
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI. (2020). Pedoman tatalaksana
COVID-19 Edisi 3 Desember 2020. In Pedoman Tatalaksana COVID-19.
https://www.papdi.or.id/download/983-pedoman-tatalaksana-covid-19-edisi-
3-desember-2020
Siahaan, M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan.
Jurnal Kajian Ilmiah, 1(1), 73–80. https://doi.org/10.31599/jki.v1i1.265

30

Anda mungkin juga menyukai