Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun oleh:
EGA ANDIAN PUTRI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS TERBUKA
JEMBER

KATA PENGANTAR

1
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas turorial yang ke-dua untuk mata kuliah Bahasa Indonesia, dengan judul
“E-learning Pada Masa Pandemi Covid-19”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Jember, 24 November 2021


PENULIS

EGA ANDIAN PUTRI

DAFTAR ISI

2
JUDUL……………………………………………………………………………………...1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….3

BAB 1 PENDAHULUAN.…………………………………………………………………4

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………...7

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..………12

BAB 1
PENDAHULUAN

3
1. Latar Belakang

Saat ini, akibat COVID-19, dunia tengah menghadapi krisis kesehatan global dan
sosial ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di Indonesia, kehidupan jutaan anak
dan keluarga seakan terhenti. Pembatasan sosial dan penutupan sekolah berdampak pada
pendidikan, kesehatan mental, dan akses kepada pelayanan kesehatan dasar. Semenjak
Indonesia mengonfirmasi kasus COVID-19 yang pertama, UNICEF telah memimpin
berbagai upaya merespons pandemi ini bersama dengan pemerintah, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan mitra lain.

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit baru yang disebabkan oleh
virus dari golongan Coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona.
Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah
itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke sejumlah negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan. Agar penyebaran COVID-19 tidak makin
meluas, beberapa negara memberlakukan kebijakan lockdown. Di Indonesia, pemerintah
menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk
menekan penyebaran virus ini.

Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, jumlah
kasus terkonfirmasi positif hingga 4 November 2021 adalah 4.246.802 orang dengan jumlah
kematian 143.500 jiwa. Dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau
tingkat kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah sekitar 3,4%. Case
fatality rate (CFR) merupakan presentase jumlah kematian dari seluruh kasus positif
COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.

Data terakhir menyebutkan, persentase kematian akibat COVID-19 berdasarkan


kelompok usia adalah sebagai berikut:

 Usia 0–5 tahun: 0,5%


 Usia 6–18 tahun: 0,5%
 Usia 19–30 tahun: 2,9%
 Usia 31–45 tahun: 12,9%
 Usia 46–59 tahun: 36,4%
 Usia 60 tahun ke atas: 46,8%

Sedangkan, berdasarkan jenis kelamin, 52,3% penderita yang meninggal akibat


COVID-19 adalah laki-laki dan 47,7% sisanya adalah perempuan. Meski jumlah kematian
akibat COVID-19 tergolong tinggi, jumlah penyintas atau orang yang pernah terinfeksi
COVID-19 kemudian sembuh juga terus bertambah, yaitu 4.091.938 jiwa.

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau


bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit
tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada penderita
kanker. Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga
medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh sebab itu, para tenaga medis dan orang-orang
yang sering kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, terdapat beberapa varian SARS-CoV-2
4
penyebab COVID-19. Varian yang dimaksud dibagi menjadi dua jenis, yaitu variant of
concern (VOC) dan variant of interest (VOI).

VOC adalah varian virus SARS-CoV-2 yang dapat meningkatkan risiko penularan
COVID-19 dengan cepat, memperparah gejala, dan mengurangi efektivitas terapi. Berikut ini
adalah jenis variant of concern tersebut:
 Varian Alfa (B.1.1.7) yang pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020.
 Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pertama kali ditemukan di Afrika
Selatan pada Mei 2020.
 Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pertama kali ditemukan di Brazil pada
November 2020.
 Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pertama kali ditemukan di India
pada Oktober 2020.

Sementara itu, VOI adalah varian yang saat ini sedang diteliti karena dicurigai
berpotensi menjadi VOC. Jenis varian tersebut adalah:

 Varian Lamda (c.37) yang pertama kali ditemukan di Peru pada Desember 2020.
 Varian Mu (B.1621) yang pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2020.

Dalam hal ini, perlu tindakan pemerintah dan kesadaran penuh dari masyarakat agar
angka penyebaran virus ini dapat ditekan. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh
(Arum, 2020), Pemerintah Indonesia masih hanya melakukan penanganan berupa pembatasan
sosial saja (social distancing). Padahal banyak kalangan yang menganggap bahwa lebih
efektif menerapkan sistem karantina wilayah atau lockdown untuk mencegah penyebaran
virus ini agar tidak menginfeksi lebih banyak orang (Nurhalimah, 2020), sedangkan
pembatasan sosial masih rawan penyebarannya disebabkan banyak masyarakat yang tidak
mau mengikuti karena pada hakikatnya hal tersebut hanya sekadar himbauan dan tidak ada
sanksi berat yang bisa membuat masyarakat patuh. Selaras dengan itu, penelitian dari
(Telaumbanua, 2020) menyebutkan bahwa pemerintah dituntut untuk menangani ancaman
nyata Covid-19. Jawaban sementara pemerintah terhadap tuntutan tersebut adalah Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2018 terkait Kekarantinaan Kesehatan. Keputusannya adalah
pemerintah pusat tidak memberlakukan karantina wilayah atau lockdown melainkan
memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagaimana diatur dalam PP
Nomor 21 Tahun 2020 dan juga melakukan tindakan tes massal menggunakan alat rapid test
yang jika seseorang dinyatakan hasil tesnya reaktif maka akan dilakukan swab test untuk
memastikan orang tersebut positif atau negatif Covid-19.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan diharuskan dapat mengurangi permasalahan


yang sudah ada, Setidaknya upaya memberantas epidemi maupun pandemi di Indonesia
dilakukan melalui tindakan-tindakan, seperti: kewaspadaan diri, penanganan terhadap
penderita, sumber penyakit harus dimusnahkan, dan sosialisasi kepada masyarakat. Upaya-
upaya yang sistematis yang dilakukan di antaranya adalah perencanaan gerakan skala
nasional pemberantasan penyakit dan perjanjian- perjanjian skala regional maupun
internasional (Sumampouw, 2017). Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga membuat rilis
panduan yang bersifat sementara sesuai dengan instrumen International Health Regulation
2005 (Organization, 2008) seperti panduan tentang surveilans dan respons, diagnosis via
laboratorium, manajemen klinis, tindakan preventif dan tindakan pengendalian infeksi,
komunikasi risiko, pola perawatan untuk pasien dengan status dalam pengawasan atau
terduga terinfeksi Covid-19, dan pemberdayaan khalayak. Sebelumnya, WHO mengatakan

5
Covid-19 tergolong virus yang eskalasi penyebarannya sangat tinggi juga menyebar di
banyak sekali negara sehingga langsung menentukan status Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) sejak tanggal 30 Januari 2020 (Tim Kerja Kementerian
Dalam Negeri, 2020).
Seperti yang telah diketahui, vaksin untuk Covid-19 sampai sejauh ini masih belum
ditemukan. Para ilmuwan masih mencoba mengembangkan vaksin untuk virus yang satu ini.
Amerika Serikat sedang mencoba meneliti vaksin yang berbasis RNA juga DNA, sedangkan
negara Perancis mencoba melakukan modifikasi vaksin untuk penyakit campak sehingga bisa
dipakai untuk menangani Covid-19. Vaksin dipastikan akan hadir tidak dalam waktu dekat-
dekat ini, karena vaksin harus melewati serangkaian uji klinis agar terlihat daya kuratifnya
(Mardhia et al., 2020). Sambil menunggu adanya vaksin dan jika mengacu pada prediksi dari
Sarah Gilbert (Profesor Vaksinologi Oxford University), yang percaya 80 persen vaksin
Covid-19 akan ditemukan pada bulan September 2020 menurut yang dilansir oleh CNBC
(2020). Pemerintah Indonesia selain mengadakan kegiatan Rapid Test di berbagai daerah,
juga aktif memberlakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR), tes ini berupa
pemeriksaaan imunoglobulin sebagai upaya tes screening terhadap Covid-19. Bedanya
dengan Rapid Test, tes PCR dilakukan dengan pengambilan spesimen lendir, dahak, atau
cairan pada nasofaring yang kemudian diteliti dengan cara mengubah RNA menjadi DNA
sehingga alat PCR bisa memproses amplifikasi (perbanyakan materi genetik) sehingga
mampu mendeteksi RNA virus corona, sedangkan Rapid Test dilakukan hanya dengan
mengambil sedikit sampel darah untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG yang
diproduksi tubuh untuk melawan Covid-19. Namun kalau soal sensitivitas, PCR masih
unggul dibanding Rapid Test karena mungkin saja IgM dan IgG yang terbentuk itu karena
adanya infeksi virus lain yang bukan Covid-19, akan tetapi PCR membutuhkan waktu yang
cukup lama dan metodologi di laboratorium yang rumit (Elvina, 2020; Long et al., 2020).

Mengetahui adanya virus Covid-19 masuk di Indonesia pemerintah tidak tinggal


diam. Banyak yang meragukan Indonesia terkait penanganan virus corona, Presiden
Indonesia buka suara. Jokowi menyakini sejak awal pemerintah telah benar-benar
mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk rumah sakit 100 dengan ruangan standar
isolasi. Jokowi juga mengatakan miliki reagen yang cukup. “Kita juga miliki tim gabungan
TNI/Sipil dalam penanganan ini, (tim) ini yang belum pernah saya sampaikan sebelumnya”.
Selain itu, kata Jokowi, pemerintah juga memiliki standar operasional yang standarnya sama
dengan standar internasional. Langkah-langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat
menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan
Social Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan memutus
mata rantai infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya
minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari
pertemuan massal. Kenyataannya banyak masyarakat yang menggampangkan atau bahkan
menyepelekan hal ini , seperti contohnya masyarakat menganggap enteng dan tidak
mengindahkan himbauan pemerintah. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa
menuturkan, pasien Corona COVID-19 di Jawa Timur bertambah menjadi 187 orang hingga
5 April 2020. (http://repository.unmuhjember.ac.id/8721/3/BAB%201.pdf)

BAB 2
PEMBAHASAN

6
1. Pengertian E-learning

E-Learning merupakan sembarang pengajaran dan pembelajaran yang


menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan E-Learning sebagai
bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. E-Learning  juga
disebut sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik lternat yang
memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya (Yazdi, 2012:146).

E-Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan


serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.  Intinya
menekankan pada penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat E-Learning itu
sendiri. Istilah “E” atau singkatan dari Elektronik dalam E-Learning digunakan untuk
merujuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran
lewat teknologi elektronik internet (Yazdi, 2012:146).

Sejalan dengan pandangan di atas E-Learning adalah kegiatan belajar yang


berbasis pada perangkat elektronik. Konsep E-Learning telah membawa pengaruh yang
signifikan dalam proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital,
baik secara isi (contents) maupun sistemnya. Istilah E-Learning memiliki definisi yang
sangat luas. Secara etimologi E-Learning terdiri dari huruf “E” yang merupakan
singkatan dari elektronik dan kata Learning yang artinya pembelajaran. Maka dari itulah
E-Learning diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan perangkat
elektronik, khususnya perangkat lternat (Rahman, 2018:169-170).

Penggunaan E-Learning  sebagai media mengelola pembelajaran pada masa lternat


COVID-19 ini sangat cocok untuk diterapkan. Penggunaan E-Learning sebagai media
mengelola pembelajaran hanya membutuhkan sedikit pengetahuan lternativ dalam
mengoperasikan E-Learning.

Sehingga siapa saja sangat memungkinkan untuk bisa menggunakan E-Learning


sebagai media dalam mengelola pembelajaran. Adapun beberapa kegiatan pembelajaran
yang bisa dilakukan dengan media E-Learning adalah melakukan obrolan dengan teman
atau pengajar, membuat forum diskusi, melakukan konsultasi pembelajaran dan
mengerjakan tugas yang diberikan secara online.

E-Learning bisa digunakan untuk melakukan obrolan baik antar mahasiswa


ataupun antara mahasiswa dengan dosen, kegiatan perkuliahan tatap muka yang
waktunya terbatas sehingga tidak cukup untuk melakukan obrolan-obrolan ringan akan
teratasi dengan adanya media E-Learning ini. Media E-Learning, menjadikan kegiatan
perkuliahan lebih bermakna, karena antara mahasiswa dengan mahasiswa serta dengan
dosen bisa melanjutkan perkuliahan tatap muka melalui obrolan ringan secara online
dengan menggunakan E-Learning.

Selain untuk melakukan obrolan ringan, E-Learning juga bisa digunakan untuk
melakukan diskusi dalam forum tertentu yang lebih serius. Perlunya pelatihan bagi guru
dan siswa agar dapat memanfaatkan E-Learning secara optimal demi proses

7
pembelajaran. Hingga dalam masa lternat ini proses pembelajaran diharapkan dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Akhir kata semoga lternat ini segera berakhir.

Sehingga siapa saja sangat memungkinkan untuk bisa menggunakan E-Learning


sebagai media dalam mengelola pembelajaran. Adapun beberapa kegiatan pembelajaran
yang bisa dilakukan dengan media E-Learning adalah melakukan obrolan dengan teman
atau pengajar, membuat forum diskusi, melakukan konsultasi pembelajaran dan
mengerjakan tugas yang diberikan secara online.

E-Learning bisa digunakan untuk melakukan obrolan baik antar mahasiswa


ataupun antara mahasiswa dengan dosen, kegiatan perkuliahan tatap muka yang
waktunya terbatas sehingga tidak cukup untuk melakukan obrolan-obrolan ringan akan
teratasi dengan adanya media E-Learning ini. Media E-Learning, menjadikan kegiatan
perkuliahan lebih bermakna, karena antara mahasiswa dengan mahasiswa serta dengan
dosen bisa melanjutkan perkuliahan tatap muka melalui obrolan ringan secara online
dengan menggunakan E-Learning.

Selain untuk melakukan obrolan ringan, E-Learning juga bisa digunakan untuk
melakukan diskusi dalam forum tertentu yang lebih serius. Perlunya pelatihan bagi guru
dan siswa agar dapat memanfaatkan E-Learning secara optimal demi proses
pembelajaran. Hingga dalam masa lternat ini proses pembelajaran diharapkan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.

2. Manfaat E-learning
Menurut Karwati (201 4), secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu:
a) Dari Sudut Mahasiswa: e-learning memungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang
tinggi. Artinya, mahasiswa dapat mengakses bahan- bahan belajar setiap saat dan berulang-
ulang. Mahasiswa juga dapat berkomunikasi dengan dosen setiap saat. Dengan kondisi yang
demikian ini, mahasiswa dapat lebih memantapkan pengua- saannya terhadap materi
pembelajaran.
b) Dari Sudut Dosen, e-learning banyak memberikan manfaat bagi dosen, terutama yang
berkaitan dengan:
 Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi
tanggungjawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi;
 Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena
waktu luang yang dimiliki lternat lebih banyak;
 Mengontrol kegiatan belajar mahasiswa. Bahkan dosen juga dapat mengetahui kapan
maha- siswanya belajar, lter apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu lter dipelajari, serta
berapa kali lter tertentu dipelajari ulang;
 Mengecek apakah mahasiswa telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari
lter tertentu; dan
 Memeriksa jawaban mahasiswa dan memberitahukan hasilnya kepada mahasiswa.

3. Metode Penyampaian e-Learning


Pada dasarnya metode penyampaian materi e-learning, dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu: (Pardede, 2011)
a. Synchronous e-learning, proses pembelajaran disampaikan secara langsung. Proses
pembelajaran dilakukan secara real time, di mana pengajar dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara online pada waktu yang sama di ruang atau tempat yang
berbeda, misalnya: Video Conference, teleconference, chatting, skype, dan
sebagainya. (Pardede, 2011)

8
b. Asynchronous e-learning, proses pembelajaran disampaikan tidak secara langsung
atau tidak secara bersamaan. Sistem e-learning berupa LMS dan konten baik
berbasis teks atau multimedia sangat berperan. Aplikasi yang tidak bergantung pada
waktu dan tempat dimana pengajar dan peserta didik dapat mengakses ke sistem dan
melakukan komunikasi antar mereka yang disesuaikan dengan waktu dan tempat
masing-masing pengguna. Pengajar menyampaikan materi pembelajaran melalui
teks/audio/video, lternat atau lainnya, dan peserta didik merespons pada lain waktu.
Misalnya, Pengajar menyampaikan materi pembelajaran dan peserta didik merespon
melalui web atau e-mail. (Pardede, 2011)

4. Penerapan E-learning di UT
E-learning pada era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, sudah
merupakan kebutuhan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Teknologi lternat dan
internet dimanfaatkan dalam pembuatan materi pembelajaran, penyelesaian tugas-tugas,
atau sebagai media penyampaian materi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik.
E-learning memberikan kemudahan untuk peserta didik dalam memperoleh materi
pembelajaran langsung dari sumbernya seperti pengajar, ahli/pakar, atau nara sumber
lainnya. Selain itu, peserta didik akan mendapatkan kesempatan untuk lebih peka dan
kritis terhadap materi pembelajaran yang disajikan oleh pengajar karena isi materi
pembelajaran yang disajikan oleh pengajar dapat langsung dikomentari atau dikritisi
langsung oleh pembelajar. Bahkan pembelajar dituntut secara mandiri untuk mencari
referensi lain, selain materi pembelajaran yang diberikan oleh pengajar, sehingga peserta
didik memperoleh informasi banyak tentang materi pembelajaran dalam waktu singkat,
kapan saja, dan di mana saja. (Pardede, 2011)
Salah satu institusi pendidikan di Indonesia yang memanfaatkan e-learning adalah
UT. UT telah mengembangkan berbagai macam media pembelajaran untuk
meningkatkan layanan bantuan belajar kepada mahasiswanya. Pada awalnya media
pembelajaran yang dikembangkan oleh UT menggunakan sistem modular (printed
lternat) sebagai bahan belajar utama. Dengan teknologi informasi dan komunikasi maka
UT telah mengembangkan media pembelajaran dengan berberbasiskan pada teknologi
informasi dan komunikasi melalui penggunakan teknologi lternat dengan perangkat
internet dan program e-learning sebagai media utamanya. Mulai tahun 1998 UT telah
memanfaatkan e-learning sebagai salah satu alat dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada mahasiswanya. UT telah menjadikan pembelajaran melalui e-
learning sebagai salah satu lternative pembelajaran yang dapat dipilih oleh mahasiswa.
Artinya, dengan pemanfaatan internet mahasiswa dapat memilih berbagai pilihan layanan
bantuan belajar yang telah disediakan oleh UT.
Di UT penerapan e-learning memiliki beberapa tujuan diantaranya untuk
meningkatkan interaktivitas mahasiswa dengan materi ajar, meningkatkan interaksi
antara mahasiswa dengan dosen (tutor), juga interaksi antarmahasiswa itu sendiri
(Belawati, 2003). E-learning di UT diterapkan dalam beberapa jenis layanan, yaitu:
pemberian bahan ajar suplemen berbasis web (Web based supplement) yang dikenal
dengan istilah web suplemen, tutorial berbasis jaringan (web based tutorial) yang dikenal
dengan tutorial online, dan kuliah online (web based cources), latihan mandiri, kit
tutorial, dan lainnya. (Pardede, 2011)

5. Kekurangan E-Learning

Adapun kekurangan dari E-Learning yang diantaranya sebagai berikut:

9
 Interaksi secara langsung antara pengajar dan siswa akan berkurang.
 Proses pembelajaran akan cenderung mengarah kepada pelatihan bukan mengarah
pada pendidikan.
 Akan mengabaikan aspek akademik atau sosial dan sebaliknya dapat mendorong
aspek komersial.
 Dan siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mengalami
kegagalan.

BAB 3
PENUTUP

10
1. Kesimpulan
a. E-learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu belajar siswa. Pengaruh
tersebut berada dalam kategori yang kuat. Semakin intensif e-learning dimanfaatkan, maka
mutu belajar siswa akan semakin meningkat pula.
b. Pemanfaatan web e-learning akan meningkatkan hasil belajar secara tidak langsung.
c. Tujuan digunakannya e-learning dalam sistem pembelajaran adalah untuk memperluas akses
pendidikan kemasyarakat luas, serta dalam rangka meningkatkan mutu belajar.

2. Saran-saran
a. Dibutuhkan kecepatan koneksi internet yang tersedia agar pelaksanaan metode pembelajaran
berbasis e-learning dapat berjalan lancar.
b. Dibutuhkan serangkaian pelatihan dalam rangka sosialisasi pengembangan metode
pembelajaran berbasis e-learning ini agar seluruh penggunanya pola pemikiran efektif dan
menerima e-learning menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran dan evaluasi dalam
kegiatan belajar mengajar..
c. Diperlukan dukungan sepenuhnya dari lembaga dalam pemanfaatan e-learning sebagai media
pembelajaran baik dalam bentuk instruksi maupun kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Hartanto, W. (2016). Penggunaan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18.
2. Husain, B. (2021). Pembelajaran E-Learning Di Masa Pandemic.
https://books.google.co.id/books?id=E72NDwAAQBAJ
3. Organisasi, J. M. dan. (2020). Pandemic Covid-19. Pandemik Covid-19: Analisis
Perencanaan Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Berbagai Upaya Pencegahan,
Vol. 11 No(Pandemic Covid-19), 178–188.
4. Pardede, T. (2011). Pemanfaatan e-learning sebagai media pembelajaran pada
pendidikan
tinggi jarak jauh. Seminar Nasional FMIPA UT 2011, 1, 55–60.
5. Putu Diah Pebriyanti. (2020). Keunggulan Dan Kelemahan Menggunakan Metode
Pembelajaran E - Learning. Keunggulan Dan Kelemahan Menggunakan Metode
Pembelajaran E - Learning, April,
6. Ranius, A. Y. (2013). Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
Ilmiah Matrik, 53-62.
7. Farisi, M. I. (2012). Konsep belajar jarak jauh dan aplikasinya. Orientasi Pengelola PJJ.

12

Anda mungkin juga menyukai