Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth :
Ibu Direktur RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
di
Padang,

1. Dasar : Berdasarkan Surat Perintah Tugas Direktur RS. Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang Nomor : 094/ 105/ TU/ VI/ 2019
No NAMA /NIP PANGKAT /GOL JABATAN
1. drg.Lisa Herman Penata TK I, Dokter Gigi Muda
Nip.19780404 200903 2 001 III/d

2 Latar : Rumah Sakit sebagai sebuah organisasi juga memiliki


tujuan – tujuan yang harus dicapai, dalam hal ini adalah pemberian
. Belakang
pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap para pelanggan baik
internal maupun eksternal. Undang – undang nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit mengisyaratkan bahwa Rumah Sakit harus
memiliki standar pelayanan yang harus dicapai dalam setiap aspek
kegiatannya.
Untuk mencapai standar ini Rumah Sakit harus memiliki organisasi
yang efektif, efisien dan akuntabel .
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai
visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata kelola
perusahaan dan tata kelola klinis yang baik.
Dalam perjalanannya, pengelolaan Rumah sakit,
sebagaimana sebuah organisasi, juga rawan terjadi penyimpangan
– penyimpangan.
Penyimpangan yang terjadi pada pemberian layanan, bukan tidak
mungkin bisa beresiko cidera, bahkan kematian pasien dan
berlanjut pada tuntutan hukum.
Begitu juga bila yang terjadi adalah penyimpangan terhadap
keuangan dan aset, bisa menjadi ancaman tindak kecurangan atau
korupsi. Apapun bentuk penyimpangannya, potensial untuk
menimbulkan kerugian terhadap Rumah Sakit. oleh karena itu,
Undang–undang mengutamakan
Bahwa dalam penyelenggaraannya, Rumah Sakit harus dilakukan
audit.
Audit yang dimaksud bisa berupa audit kinerja dan audit medik.
Audit medik dilakukan oleh Komite Medik dan audit kinerja
dilakukan oleh tenaga pengawas baik internal maupun eksternal.
Audit kinerja internal dilakukan oleh Satuan Pemeriksa Internal
(SPI) Rumah Sakit.

HARAPAN TERHADAP KEBERADAAN SPI DI RUMAH SAKIT


Tujuan pokok dari suatu pemeriksaan internal adalah
membantu agar para anggota organisasi dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya secara efektif, sehingga sistem
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Rumah Sakit
sebagai sebuah organisasi, bila ingin maju maka SPI-nya haruslah
kuat. ini menjadi semacam peraturan tidak tertulis bagi sebuah
organisasi yang menginginkan tetap eksis dan berkembang.
Karena dengan SPI yang berfungsi sesuai dengan tugas pokok
dan perannya, maka organisasi dapat mencegah terjadinya
kehilangan uang, menjaga aset dari tindakan korupsi, kelalaian,
kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan, kecurangan dan
pemborosan yang pada akhirnya organisasi dihindarkan dari
kerugian – kerugian yang bisa dicegah.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI
diharapkan dapat menjadi Mitra Kerja yang baik bagi Manajemen
dalam menilai setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah
Sakit.
SPI bukanlah unit kerja yang mencari kesalahan, tetapi
unit kerja yang membantu top manajemen dalam mengawasi dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen sehingga
mengarahkan jalan-nya perusahaan dalam jalur yang benar.
Karena Rumah Sakit merupakan organisasi yang unik,
maka SPI Rumah sakit harus mampu memngakomodasi keunikan
tersebut.  Keunikan tersebut karena Rumah Sakit merupakan
organisasi dengan produknya adalah jasa pelayanan yang
berhubungan dengan manusia, sehingga area auditnya meliputi
audit medik, audit keuangan dan aset, audit sumber daya manusia
beserta administrasinya. Audit medik yang merupakan kekhususan
SPI Rumah Sakit inilah yang akan berperan penting secara
langsung terhadap mutu layanan yang diberikan oleh sebuah
Rumah Sakit.
Pembentukan SPI haruslah didasari dengan itikad baik
untuk memajukan Rumah Sakit. Dengan audit yang kuat dan
sesuai harapan, Rumah Sakit akan semakin dipercaya dimana
kepercayaan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakitlah yang
akan menentukan hidup matinya Rumah Sakit. 
Oleh karena itu anggota SPI diharapkan mampu :
Menjalin komunikasi dengan seluruh anggota organisasi melalui
sebuah metode pendekatan audit yang bersifat fasilitatif. Anggota
SPI diharapkan mampu menempatkan diri untuk membantu para
anggota organisasi dalam menilai kinerja dan mengatasi
persoalan atau hambatan yang terjadi sehingga dapat berfungsi
secara efektif dan kinerja menjadi optimal.
Anggota SPI harus memiliki pemahaman yang memadai terhadap
bidang – bidang yang akan diaudit. Karena itu, penempatan
personil sebagai anggota SPI harus memikirkan berbagai aspek
baik latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, kompetensi
melakukan audit, memiliki catatan kinerja baik, loyalitas tinggi
dan dedikasi terhadap pekerjaan. Integritas dan kredibilitas
anggota menjadi penilaian utama. Penempatan personil yang
tidak layak hanya akan memperlemah SPI dan ini akan membuat
SPI tidak bisa memberikan kinerja seperti yang diharapkan.
Karena itu, anggota SPI hendaknya juga diberikan pengetahuan
dan ketrampilan yang memadai sebagai dasar kompetensi
mereka melakukan kegiatan audit.
Disamping memiliki ilmu yang memadai, anggota harus mengasai
kemampuan untuk menganalisa, melakukan penilaian,
mengajukan rekomendasi atau saran – saran perbaikan sampai
melakukan penilaian ulang apakah proses perbaikan sudah
dilakukan sehingga persoalan benar – benar bisa selesai dengan
tuntas.

Tim SPI bukanlah merupakan Tim yang mencari – cari kesalahan


anggota.  Tim ini merupakan unit kerja yang membantu
manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi sistem
pengendalian manajemen sehingga mengarahkan jalan-nya
perusahaan dalam jalur yang benar. Temuan SPI tidak selalu
negatif tetapi juga ada temuan positif, temuan positif ini
sebaiknya di sebarluarkan sehingga dapat menjadi contoh bagi
unit kerja yang lain. Setiap temuan Tim SPI yang memerlukan
tindak lanjut oleh manajemen sebaiknya melalui manajemen
review yang khusus membahas temuan atau rekomendasi SPI.
Sehingga tidak ada kesan bahwa SPI merupakan “polisi”
perusahaan yang langsung bisa mengambil tindakan koreksi
tanpa koordinasi dengan manajemen. Untuk ini diperlukan
komitmen yang kuat antara manajemen dengan SPI agar sistem
kendali tetap bisa berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan
ketakutan pada anggota organisasi.

Adanya kewenangan yang memadai yang diberikan kepada Tim


SPI untuk bisa mengakses berbagai tempat atau dokumen di
organisasi sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dalam
rangka melakukan tugasnya . Apabila tidak ada keterbukaan dan
akses yang cukup, maka segala penyimpangan yang beresiko
terhadap kerugian Rumah sakit tidak segera diketahui untuk
segera dicarikan jalan penyelesaiannya.

Tim mampu mengawal tindak lanjut yang direkomendasikan oleh


auditor eksternal agar dapat diselesaikan oleh manajemen.

Adanya independensi dari Tim SPI, yang artinya bahwa Tim SPI
berpihak pada kebenaran faktual yang berdasarkan data dan
fakta yang otentik, relevan dan cukup.

Adanya aturan internal organisasi yang jelas yang mengatur


tentang Tim SPI ini yang diketahui dan disepakati oleh semua
pihak di Rumah Sakit. Aturan ini memuat tentang pengertian,
ruang lingkup, dasar hukum, hak dan kewenangan auditor, serta
bentuk pertanggungjawabannya. Hal ini untuk menghindari salah
pengertian tentang keberadaan Tim SPI itu sendiri di Rumah
Sakit.

Dengan adanya pelatihan SPI ini diharapkan ke depan SPI


dapat menjadi mitra kerja manajemen dalam mengawal organisasi
mencapai visi dan misinya melalui SPI yang menjadi :
1.    Pihak paling independen untk melakukan pengawasan seluruh
jajaran organisasi sesuai tupoksinya.
2.    Pihak yang mengawal misi khusus yaitu pengelolaan resiko dan
pengendalian operasional yang akan menjadi penyeimbang bagi
jajaran manajemen dalam menjalankan organisasi agar dapat
mengeliminasi hambatan – hambatan yang muncul menjadi sekecil
mungkin.
3.    Tim yang menerapkan kinerja secara integrasi dan
berkesinambungan setiap waktu sebagai sebuah siklus.
4.    Tim yang memiliki anggota dengan kompetensi memadai yang
memiliki pengalaman untuk mencegah terjadinya tindak
kecurangan yang akan merugikan organisasi.

3 Acara : Mengikuti Pelatihan Pengendalian Kinerja RS Melalui Optimalisasi


. Peran SPI
4 Tujuan : Jl. Gereja No.34 Belakang Tangsi, INA MUARA HOTEL (Padangt)
5 Pelaksanaan : Tanggal 25s/d 2 Juni 2019
.
6 Hasil Adapun hasil dari kegiatan tersebut, didapatkan beberapa materi
. yaitu :

1. SPI (Satuan Pengawasan Internal)


“Agent Perubahan–perubahan Konsultan” untuk Semua
Unsur yang ada di lingkungan Rumah Sakit
Wajib ada di Rumah Sakit.
2. Ketentuan/Kewajiban
Permenkeu nomor 200/PMK.05/2017
BLU Menetapkan Sistem Pengendalian Internal :
 Pengamanan Aset BLU
 Tercapainya efektifitas dan efisiensi BLU
 Ketaatan Terhadap peraturan perundang-
undangan.
3. Auditor
Bekerja untuk memperoleh keyakinan apakah
sudah berjalan dengsn baik dan benar.
Membandingkan yang ada dengan Kriteria yang
berlaku.
Harus ikut dalam setiap Perkembangan Rumah
Sakit.
Standar Kerja Auditor harus ada

Harus ada perencanaan

Harus ada Persiapan

4. Kekuatan Auditor adalah Surat Tugas dari DIREKTUR

5. Auditor harus mempunyai Data dan KKA (Kertas Kerja


Audit)
 Data Penting ,Lengkap,,kompeten dan
relevan,material,singkat dan Padat
 Formal,Konsisten dan benar –benar bermamfaat
dengan tujuan yang jelas.
 Sistematis ,Rapih,mudah dibacamudah
dimengerti.
 Faktual,Penghitungan pendapat dan kesimpulan
 Tegas ,Lugas,Jelas
 Berurutan
 Identifikasi Jelas dan relevan dengan
objek/masalah yang diaudit,periode audit,nama
objek,,tanggal kejadian,nama auditi dan auditor
dan diberi nomor indek dokumen.

6. Laporan Temuan Hasil Audit


Struktur /sistematika laporan:
Kondisi
Kriteria
Sebab
Akibat
Rekomendasi
Tanggapan Auditi
7. .Materi (Terlampir)

Demikianlah laporan perjalanan dinas ini kami sampaikan kepada Ibu sebagai bahan masukan bagi
pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Padang, 1 Juli 2019
Yang melakukan Perjalanan Dinas :

1. drg.Lisa Herman
Nip. 19780404 200903 2 001

Anda mungkin juga menyukai