Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: PERSEPSI PADA PASIEN DENGAN


HALUSINASI DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TANGGAL 14 NOVEMBER 2019

OLEH:

KELOMPOK 2

Ni Kadek Diah Widiastiti Kusumayanti 1902621006

Ni Made Sinta Febrina 1902621009

Luh Dea Pratiwi 1902621019

I Dewa Ayu Alit Maharani Laras 1902621022

Ni Made Sri Ardhia Padmasari 1902621031

Ayu Indri Agustin 1902621033

Anak Agung Gede Candra Dwipa 1902621043

Ni Made Sekar Sari 1902621045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK
Mengevaluasi kegiatan menghardik dan mengontrol halusinasi dengan obat.
B. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan TAK diharapkan klien dapat mengontrol halusinasi
dengan menghardik dan penggunaan obat.
b) Tujuan Khusus
 Klien dapat mengingat atau menerapkan kembali kegiatan menghardik
 Klien dapat memahami pentingnya mengontrol halusinasi dengan obat
 Klien dapat memahami 6 benar pemberian obat (jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat)
 Klien dapat menjelaskan 6 benar pemberian obat (jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
C. LANDASAN TEORI
Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori yang bersifat maladaptif berupa
merasakan sensasi yang palsu dan salah pada indra penglihatan, pendengaran, pengecapan,
perabaan, dan penciuman (Samal, Ahmad, Saidah, 2018; Wardani, 2016). Pasien dengan
halusinasi biasanya akan mengalami fase halusinasi mulai dari halusinasi yang
menyenangkan (comforting) hingga merugikan pasien dengan lingkungan sekitar
(conquering) (Dhani, 2014). Intervensi stimulasi persepsi, sensori, dan orientasi realita
penting diberikan pada klien untuk membantu mengembalikan persepsi sensori klien dan
mengontrol halusinasinya. Terdapat beberapa intervensi yang dapat diberikan, seperti
pengetahuan tentang halusinasi, cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap, dan kegiatan harian (Bate, 2013). Dari beberapa intervensi tersebut,
pengotrolan dengan obat menjadi intervensi paling penting dalam mengontrol halusinasi
pada klien, berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, dalam dua tahun terakhir terjadi kekambuhan pada pasien ODGJ
yang menjalani rawat jalan akibat ketidakpatuhan minum obat (Kaunang, Kanine, Kallo,
2015). Kaunang, Kanine, Kallo (2015) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan pada kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pasien skizofrenia.
Kepatuhan minum obat klien dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (pengetahuan) dan
dukungan dari orang disekitar klien.
Selain intervensi utama, dibutuhkan pula intervensi penunjang/pendukung dalam
memberikan intervensi utama. Terapi musik merupakan salah satu intervensi psikososial
yang dapat digunakan untuk menurunkan gejala skizofrenia serta meningkatkan interaksi
sosial serta fungsi neuropsikologis (Kwon, Gang, dan Oh, 2013 dalam Kamardi, Satiadarma,
& Suryadi, 2017). Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, American Music Therapy
Association (2008) menyatakan tujuan terapi music, yaitu untuk meningkatkan kesehatan
secara menyeluruh dalam fungsi mental, fungsi fisik, dan fungsi sosial. Tujuan spesifiknya,
yaitu untuk menurunkan ketegangan otot, menurunkan kecemasan, menurunkan agitasi,
memperbaiki hubungan interpersonal, meningkatkan motivasi, meningkatkan konsep diri,
meningkatkan kelompok yang kohesif, meningkatkan kemampuan verbal, melepaskan emosi
dengan nyaman. Terapi musik yang diikuti dengan terapi melempar/mengoper bola secara
bergantian juga dapat membantu pasien dalam meningkatkan konsentrasi dan melatih otot-
otot pergerakan dalam kecepatan mengoper bola secara bergantian.
D. KLIEN
 Karakteristik/kriteria klien
 Klien dengan gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
 Klien dengan perubahan persepsi sensori halusinasi
 Klien dengan gangguan jiwa yang bersedia ikut berpartisipasi
 Proses seleksi
 Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
 Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
 Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
E. PENGORGANISASIAN
 Waktu
Hari : Kamis
Tanggal : 14 November 2019
Waktu : 10.00 WITA - selesai
 Tim terapis
a. Leader :
 Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi
b. Co-leader :
 Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator :
 Memotivasi klien untuk berpatisipasi dalam aktivitas kelompok
 Memotivasi klien dalam mengekspresikan perasaan sebelum, saat, dan setelah
kegiatan
 Mengatur posisi klien selama pelaksanaan aktivitas kelompok
 Membimbing klien selama aktivitas kelompok
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
d. Observer :
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan
jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua klien dengan evaluasi
kelompok
 Setting tempat
a) terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) tempat tenang dan nyaman
c) denah setting tempat sebagai berikut
L C Keterangan:
L L
F
K : leader
K C
K L : co-leader
K
K : klien
F
F
F : fasilitator
K O
: observer
K
K
F K
O
 Metode dan media
a. Media
 Musik
 Bola
 Name tag
b. Metode
 Bermain
 Diskusi
 Tanya-jawab

F. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam perkenalan (salam dari terapis):
- “Om Swastyastu, selamat pagi bapak-bapak bli-bli semuanya”
- “Masih ingat dengan kami semua?”
b. Evaluasi/ validasi (menanyakan perasaan klien saat ini):
- “Bagaimana kabarnya pagi ini bapak-bapak, bli-bli semua?”
c. Kontrak
1) Penjelasan tujuan kegiatan
- “Baiklah, Bapak-bapak, bli-bli, kira-kira masih ingatkan dengan janji kita
kemarin untuk berkumpul disini?”
- “Jadi, seperti apa yang telah kami janjikan kepada bapak-bapak, dan bli-
bli semua, hari ini kita akan melaksanakan kegiatan aktivitas kelompok
berupa mengevaluasi menghardik yang sudah diajarkan teman kami
minggu lalu juga menambahkan pengetahuan mengenai penggunaan obat
untuk mengontrol halusinasi yang bapak-bapak dan bli-bli disini sering
alami”
2) Penjelasan aturan main: (ijin bila mau meninggalkan, lama kegiatan, harus
mengikuti sampai selesai)
- “Seperti kegiatan sebelumnya, pada kegiatan kali ini juga ada beberapa
peraturan yang harus bapak-bapak dan bli-bli patuhi selama mengikuti
kegiatan ini”
- “Yang pertama, bapak-bapak, bli-bli disini harus mengikuti kegiatan ini
dari awal sampai akhir”
- “Kedua, jika salah satu di antara bapak-bapak atau bli-bli ada yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada saya ataupun
teman-teman saya yang ada disini. Tidak boleh langsung lari atau kabur.
Izinnya juga tidak boleh lebih dari 5 menit dan akan tetap dalam
pengawasan perawat”
- “Kita akan melakukan kegiatan ini kurang lebih selama 30 menit”
- “Bagaimana bapak- bapak dan bli-bli semua, apa ada yang kurang jelas?”
- “Baik, kalau begitu kita mulai kegiatannya ya”
2. Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama panggilan serta memakai
nametag:
- “Sebelum saya lanjutkan, bapak-bapak dan bli-bli disini masih ingat
dengan nama kami tidak?”
- “Kita kenalan ulang ya. Nama saya Sinta Febrina, bisa dipanggil Sinta”
- “Teman-teman saya lainnya, ada Candra, Dea, Diah, Indri, Laras, Made,
dan Sari”
- “Nah…sekarang sambil kita bermain bola dan bernyanyi, nanti kita
kenalan satu-satu, ya”
- “Setelah kenalan, teman-teman saya akan membagikan name tag kepada
bapak-bapak dan bli-bli semuanya”
- “Sekarang kita mulai bermain bola sambil bernyanyi. Siapa yang
memegang bola saat musik berhenti, harap berdiri, perkenalkan nama
lengkap, nama panggilan, dan hobi”
- “Kita mulai ya…”
b. “Nah, sekarang saya bertanya siapa masih ingat apa itu halusinasi? Ayo yang ingat
tunjuk tangan”
c. “Ya, betul sekali ya bapak-bapak dan bli-bli semua. Halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori yang bersifat maladaptif berupa merasakan sensasi yang palsu dan
salah pada indra penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman”
d. “Kemarin sudah diajarkan teman-teman saya cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik. Siapa masih ingat bagaimana cara menghardik? Ayo coba dicontohkan
pak”
e. “Bagus sekali ya, bapak-bapak dan bli-bli disini masih ingat cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik”
f. “Sekarang saya akan berbagi informasi, cara mengontrol halusinasi tidak hanya
dengan menghardik, tetapi juga menggunakan obat”
g. “Kalau bapak-bapak dan bli-bli disini mengalami halusinasi, cara mengontrolnya
tidak hanya dengan menghardik, tetapi juga dengan kepatuhan mengonsumsi obat
yang sudah diresepkan dokter. Penggunaan obat terdiri dari langkah 6 benar yang
terdiri dari jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat.
h. Obat pada pasien dengan halusinasi biasanya disebut obat antipsikosis (untuk
menangani gangguan psikologis yang pasien alami), tujuan konsumsi obat ini untuk
mengontrol gejala halusinasi yang bapak-bapak dan bli-bli alami. Dosis dan
banyaknya obat yang bapak-bapak dan bli-bli konsumsi biasanya berbeda-beda
sesuai dengan kondisi keparahan halusinasi yang bapak-bapak dan bli-bli alami.
Cara minum obatnya bisa dengan bantuan air dan buah, yang terpenting adalah
kepatuhan bapak-bapak dan bli-bli disini dalam konsumsi obat. Bila obat
dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu panjang, maka kemungkinan untuk
sembuh juga tinggi. Namun, apabila bapak-bapak dan bli-bli tidak rutin dan malas
minum obat, maka kekambuhan akan mudah terjadi.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif/klien:
- “Bagaimana perasaan bapak-bapak dan bli-bli disini setelah kita belajar
mengenai halusinasi, menghardik, dan penggunaan obat?”
b. Evaluasi respon objektif klien (observasi perilaku klien selama kegiatan dikaitkan
dengan tujuan):
- Semua klien kooperatif, tidak ada yang melamun atau saling mengganggu
antaranggota kelompok, dan tidak ada yang meninggalkan tempat sampai
kegiatan berakhir.
c. Tindak lanjut (apa yang dapat klien laksanakan setelah TAK):
- “Baik, untuk kegiatan kita hari ini sudah selesai. Semoga apa yang sudah kita
lakukan bersama tadi dapat dapat membantu bapak-bapak dan bli-bli disini
dalam mengontrol halusinasi yang dialami. Kalau halusinasi mulai muncul dan
mengganggu bapak-bapak dan bli-bli disini, cara menghardik dan kontrol obat
dapat diterapkan secara mandiri”.
d. Kontrak yang akan datang
 “Bapak-bapak, bli-bli semua, jadi, kegiatan kita hari ini sudah selesai. Saya harap
bapak-bapak dan bli-bli dapat melakukan kegiatan tersebut dengan teman-teman
lainnya dan mengingat tentang pentingnya konsumsi obat secara rutin dan terus-
menerus untuk mengontrol halusinasi yang bapak-bapak dan bli-bli alami. Mungkin
minggu depan akan dilakukan kegiatan yang serupa bersama teman saya lainnya.
Terima kasih atas perhatian dan partisipasi bapak-bapak dan bli-bli semuanya dalam
kegiatan ini. Mohon maaf apabila ada salah kata dan perbuatan. Saya tutup dengan
parama shanti, Om shanti, shanti, shanti, Om. Selamat Siang”
DAFTAR PUSTAKA

American Music Therapy Association. (2008). Music Therapy in Mental-Health Evidance-Based


Practice Support. Silver Spring, Maryland. Available from
http://www.musictherapy.org/assets/1/7/bib_psychopathology.pdf

Dhani, I. (2014). Asuhan keperawatan pada tn. A dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi
penglihatan di Ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Kamardi, Satiadarma, & Suryadi (2017). Penerapan Terapi Musik untuk Menurunkan Gejala
Negatif pada Penderita Schizophrenia di Panti Sosial X. Jurnal Muara Ilmu Sosial,
Humaniora, dan Seni, Vol. 1(1): 127 – 136. ISSN 2579-6348.

Kaunang, I., Kanine, E., & Kallo, V. (2015). Hubungan kepatuhan minum obat dengan
prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat jalan di ruang poliklinik
jiwa rumah sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. E-Joural Keperawatan (e-
Kp), 2(2), halaman 1-7.

Samal, M.H., Ahmad, A.K, & Saidah. (2018). Pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada
klien halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di rskd provinsi
sulawesi selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(5). ISSN: 2302-2531.

Wardani, N.S. (2016). Pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap
kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi di rs jiwa
pontianak. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 3(1). ISSN 2086-8375.

Anda mungkin juga menyukai