MAKALAH
“ HIPOPITUITARISME “
Oleh :
Kelompok : V
Tingkat : II A
T.A 2010/2011
KATA PENGANTAR
Rasa syukur tak mampu kami ucapkan dengan kata-kata Ya Allah ,ketika kau begitu
setia menggerakkan tangan kami sehingga penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan yang
menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan tugas mata Kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Pada system Program D.III Keperawatan .Kami yakin tidak ada
daya dan upaya yang kami miliki selain isinmu Ya Allah.
Makalah ini merupakan suatu bukti upaya dari kerja keras kami untuk menghasilkan
sesuatu yang terbaik,semoga jerih payah yang telah dicapai dapat memberikan konstribusi bagi
pengembangan ilmu dan teknologi serta dapat digunakn juga sebagai ihnformasi bagi pembaca
kalngan umum.Khususnya bagi mahasiswa POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
Kami menyadari sebagai manusia biasa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan .Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
untuk hasil yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
III. PENUTUP
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary merupakan kelenjar yang
sebesar kelereng namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi kelangsungan
dan homeostasis tubuhmanusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian anterior, memiliki
kemampuan dalam mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan
kelenjar ini diberi nama Master of Gland.
Pituitary adalah kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak di dalam sel tursika, yakni suatu
lekukan di dalam tulang sfenoid hipopituitarisme dapat desebabkan oleh macam-macam
kelainan kelamin antara lain nekrosis, hipofisis postpartura (penyakit shecan), nekrosis karena
meningitis basalis, trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor
granulema dan lain-lain.
Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam sela
tursika,di ronggadinding tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus
posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau
adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Pada manusia
lobus Intermedia terdapatmenyatu dengan lobus anterior.
Kerja indirek hormon pertumbuhan GH bekerja pada untuk menstimulasi sintesis dan
sekresi IGF-1 peptida yang menstimulasipertumbuhan. Pada sel lemak, IGF-1 menstimulasi
lipolisis dan pada otot hormon ini menstimulasisintesis protein. Reseptor GH fungsional juga
terdapat di tulang, menstimulasi produksi lokal IGF-1 padakondrosit proliferatif.
Kerja direk hormon pertumbuhan GH bersifat diabetogenik karena kerja hormon ini
berlawanan dengan insulin dan bersifat lipolitik di sellemak dan glukoneogenik di sel otot Kadar
GH normal : -setelah diberi glukosa 2 mU/L -stress > 20 mU/L.
MSH atau melanocortin stimulating hormone merupakan suatu unsur pokok dari
propiomelanokortin.Hormon ini mengingkatkan pigmentasi kulit dan merangsang dispersi
granula-granula melanin dalam melanositm.Sekresi MSH diatur oleh CRH (corticotrophin
releasing hormone) dari hipotalamus dan dihambat oleh pengeluaran kortisol.Prolaktin
Merupakan salah satu kelompok hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan payudara dan
sekresi susu. Pelepasan prolaktin berada dibawah pengaruh penghambatan tonik oleh
hipotalamus melaluidopamin, yang disekresi oleh sistem neuron dopaminergik tuberohipofiseal.
Jika faktor-faktorpenghambat ini tidak ada maka sekresi prolaktin akan meningkat dan dapat
terjadi laktasi. Thyrotropin-releasing hormone (TRH) merangsang sekresi prolaktin. Kadar
prolaktin normal: 50-400 mU/L.
B. TUJUAN PENULISAN
Membahas tentang :
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4.Patofisiologi
5.Manifestasi Klinik
6.Pemeriksaan Penunjang
7.Penatalaksanaan Medis
8.Komplikasi
Bab II : Tinjauan Medis dan Tinjauan Keperawatan terdiri dari Pengkajian data dasar,analisa
data,diagnosa,intervensi dan evaluasi.
Bab III : Penutup :Pada bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan isi makalah, dan beberapa saran-saran
BAB II
TINJAUAN MEDIS
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan Manifestasi Klinik :
A. Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Merupakan kelenjar yang sangat vaskuler dengan sinus - sinus kapiler yang luas diantara
sel – sel kelenjar, 0,6 gr dan diameternya sekitar 1 cm sekresi hipofisis anterior diatur oleh
hormon yang dinamakan ”releasing dan inhibitory hormones (atau factor) hipotalamus” yang
disekresi dalam hipotalamus sendiri dan kemudian dihantarkan kehipofisis anterior melalui
pembuluh darah kecil yang dinamakan pembuluh partal hipotalamik hipofisial. Kelenjar hipofisis
anterior terdiri atas beberapa jenis sel.
Pada umumnya terdapat satu jenis sel untuk setiap jenis hormon yang dibentuk pada
kelenjar ini, dengan teknik pewarnaan khusus berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satu
sama lain.Satu-satunya kemungkinan pengecualiannya adalah sel dari jenis yang sama mungkin
menyekresi hormon iuteinisasi dan hormon perangsang folikel. Berdasarkan ciri – ciri
pewarnaannya, sel-sel hipofise anterior dibedakan ke dalam 3 kelompok klasik: Kromofobik
(tanpa granul), Eosinofilik, dan Basofilik. Sel-sel eosinfilik dianggap bertanggung jawab untuk
sekresi ACTH, TSH, LH serta FSH.
1. ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) merangsang biosintesis dan pelepasan kortisol oleh korteks
adrenal.
2. Hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid-Stimulating Hormon : tirotropin) merangsang uptake
yodida dan sintesis serta pelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
3. Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte-Stimulating Hormon) merangsang perkembangan
folikel de graaf dan sekresi hormon esterogen dan ovarium serta spermatogenesis pada testis.
4. Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang sudah masak di dalam
ovarium. Pada laki – laki hormon ini, yang dahulunya disebut hormon perangsang sel
interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating Hormon), merangsang produksi dan pelepasan
testosteron oleh sel – sel leydig di testis.
5. Prolaktrin (PRL) merangsang sekresi air susu oleh payudara ibu setelah melahirkan.
6. Pengendalian sekresi hipofisis anterior.
Sistem rangkap (dual system) yang mengendalikan sekresi hormon hipofise anterior melalui 2
mekanisme kontrol antara lain :
a. Umpan Balik negatif, dimana hormon dari kelenjar sasaran yang bekerja pada tingakat
hipofise/hipotalamus menghambat sekresi hormon trofiknya.
b. PengendalianOleh hormon – hormon hipotalamus yang berasal dari sel-sel neuronai di dalam
atau di dekat eminensia medialis dan disekresikan ke sirkulasi partai hipofise.
B. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Kelenjar hipofisis posterior terutama terdiri atas sel-sel glia yang disebut pituisit.
Namun, pituisit ini tidak mensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur penunjang
bagi banyak sekali ujung-ujung serat saraf dan bagian terminal akhir serat dari jaras saraf yang
berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikel hipotalamus.
Jaras saraf ini berjalan menuju ke neurohipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian akhir saraf
ini merupakan knop bulat yang mengandung banyak granula-granula sekretonik, yang terletak
pada permukaan kapiler tempat granula-granula tersebut mensekresikan hormon hipofisis
posterior berikut: Hormon antidiuretik (ADH) yang juga disebut sebagai vasopresin yaitu
senyawa oktapeptida yang merupakan produk utama hipofise posterior. Memainkan peranan
fisiologik yang penting dalam pengaturan metabolisme air.
Hormon antidiuretik (ADH) dalam jumlah sedikit sekali, sekecil 2 nanogram, bila disuntukkan
ke orang dapat menyebabkan anti diuresis yaitu penurunan ekskresi air oleh ginjal. Stimulus
yang lazim menimbulkan ekskresi ADH adalah peningkatan osmolaritas plasma. Dalam keadaan
normal osmolaritas plasma dipertahankan secara ketat sebesar 280 mOsm/kg plasma. Kalau
terjadi kehilangan air ekstraselular, osmolaritas plasma akan meningkat shingga mengaktifkan
osmoreseptor, kemudian sinyal untuk pelepasan ADH, peningkatan osmolaritas plasma juga
merangsang pusat rasa haus yang secara anatomis berdekatan / berhubungan dengan nukleus
supraoptikus. Kerja ADH untuk mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel –
sel ductus colligens ginjal. ADH mengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah
permeabilitas membran sel epitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari tubulus ke dalam
cairan hipertonik diruang pertibuler/interstisial. Aktifitas ADH dan rasa haus yang saling
terintigritas itu sangat efektif untuk mempertahankan osmolaritas cairan tubuh dalam batas –
batas yang sangat sempit.
C. Hipofisis Pars Intermedus
Berasal dari bagian dorsal kantong Rathke yang menjadi satu dengan hipofisis
posterior. Pars intermedus mengeluarkan hormon MSH (melanocyte stimulating hormon)
melanotropin =intermedian. MSH terdiri dari sub unit alfa dan sub untui beta, beta MHS lebih
menentukan khasiat hormon tersebut. Pada manusia, pars intermedus sangat rudimeter
sehingga pada orang dewasa tidak ada bukti bahwa MSH dihasilkan oleh bagian ini. Beta MSH
memiliki struktur kimia yang mirip dengan ACTH (adrenocortico tropic hormon), sehingga ACTH
memiliki khasiat seperti MSH.
D. ETIOLOGI
1. Penyakit pada kelenjar hipofisis atau pada hipotalamus
2. Kraniokaringoma (tumor pada hipofisis serebri) dan tumor hipofisis non sekreting
3. Perubahan iskemik karena perdarahan pascapartum (sindrom sheena) atau akibat syok septik,
menimbulkan infrak pada hipofisis
4. Infeksi : ensefalitis viral dan bakteremia
5. Kerusakan pada hipofisis akibat terapi radiasi
6. Trauma termasuk pembedahan atau benturan
E. PATOFISIOLOGI
Pengaturan sekresi hormon perifer umumnya oleh glandula pituitari anterior dan
hipotalamus serta jalur umpan balik negatif.Kelenjar hipofisis atau pituitari terletak di bawah
hipotalamus otak dan melekat melelalui suatu tangkai pada eminensia medialis otak yang terdiri
dari lobus posterior (neorohipofisi ) dan lobus anterior.
Lobus p o s t e r i o r berasal dari infundibulan diencefalon
yang m e m p u n y a i sambungan saraf langsung lewat jaras serat yang besar yang
mengekskresi hormon ADH dan oksitosin.Lobus anterior berkembang dari
ektodermstomadeum (kantong Rathke ) dan dikendalikan melalui sekresi
hipotalamus yang mensekresi hormone THS ,ACTH,FSH,LH.Ujung serabut saraf
hipotalamus melepaskan neurohormon ke dalam kapiler eminensia medialis dan
dibawah kesistem portal hipofi sis.
Eminensia medialis merupakan lintasan akhir bersama seluruh faktor pelepas
(releasing factor).Ada 2 ti pe sekresi hipotalamus yaitu hormon pelepas (releasing)
dan hormon penghambat (inhibisi).Hormon hipofi sis y a n g ti d a m e m i l i k i k o n t r o l
umpan balik dari produk kelenjar sasaran (growth hormone,
p r o l a k ti n , d a n m e l a n o c y t e - s ti m u l a ti n g h o r m o n ) .
memerlukan inhibitor dan stimulator hipotalamus untuk pengendaliannya.Yang memiliki
stimulator adalah kortikotropin, tirotropin, LH, FSH.Growth hormone atau somatropin
mempunyai pengaruh metabolik utama yang pada anak-anak untuk untuk pertumbuhan
somati k danorang dewasa untuk mempertahankan ukuran normal tubuh,
pengaturan sintesis protein dan pembuatan nutrien.Growth hormon memproduksi
somatomedin yang memperantarai efek growth promoting. Apabila tanpa somatomedin maka
GH tidak dapat merangsang pertumbuhan.Sekresi GH diatur oleh G H R H d a r i d a n o l e h
h i p o t a l a m u s ( h o r m o n penghambat). Pelepasan GH dirangsang oleh hipoglikemia dan oleh
asam amino (seperti arginin).
Penghambatan pelepasan GH dan somatostatin oleh kelenjar hipofisis akan mengakibatkan
pertumbuhan terhambat yang ditandai anak cebol, kepala bulat, wajah pendek dan lebar, tulang
frontal menonjol, mata agak menonjol,gigi berupsi lambat,eksretmitas kecil,pertumbuhan
rambut hampir tidak ada ,kerelambatan mental,hal ini di akubatkan oleh proses patologik
yaitu : Trombosis vaskuler yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal
a. Tumor hipofisis yang merusak sel-sel hipofisisy a n g n o r m a l .
b. Trombosis vaskuler yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal.
c. Penyakit granulamatosa infiltratif yang merusak hipofisis.
d. Destruksi sel-sel hipofisis yang bersifat idiopatik atau autoimun.
I. KOMPLIKASI
1. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Tromboflebitas
c. Tromboembolism
d. Percepatan uterosklerosis
2. Imunologi Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeksi.
3. Perubahan mata
a. Galukoma
b. Lesi kornea
4. Muskulokletal
a. Kelisutan otot
b. Kesembuhan luka yang jelek.
c. Osteoporosis dengan fraktur komplikasi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis
aseptic kaput femoris.
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
INTE
TUJUAN & KH
Tujuan :
5. Pertahankan tempa
6. Resiko Gangguan Integritas Kulit
(Kekeringan) berhubungan dengan
Menurunnya Kadar Hormonal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Saran kami kepada pembaca agar senantiasa selalu berorientasi pada Konsep Dasar
Keperawatan yang ada, dalam menetapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan masalah
keperawatan yaitu Hipopitutarisme yang telah diberikan agar dipertahankan / ditingkatkan agar
lebih baik untuk masa yang akan datang..
DAFTAR PUSTAKA