Anda di halaman 1dari 11

KUALITAS FISIK DAN KIMIA UDARA, KARAKTERISTIK PEKERJA,

SERTA KELUHAN PERNAPASAN PADA PEKERJA PERCETAKAN DI


SURABAYA
The Physical and Chemical Air Quality, Worker’s Characteristics, and Respiratory
Symptoms Among Printing Workers in Surabaya

Devi Anggar Oktaviani dan Corie Indria Prasasti


Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
devi.anggar-13@fkm.unair.ac.id

Abstrak: Industri percetakan merupakan industri yang dalam proses produksinya menghasilkan pencemar udara
seperti Particulate Matter (PM). Kadar PM2,5 yang melampaui batas dapat menyebabkan keluhan pernapasan,
penyakit kardiovaskular, dan gangguan fungsi paru. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas fisik dan
kimia udara serta keluhan pernapasan yang dialami oleh pekerja percetakan unit produksi di Surabaya. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional dan dianalisis secara deskriptif. Kualitas fisik dan
kimia udara diukur pada tiga titik dalam unit produksi menggunakan Thermohygrometer dan Haz Dust EPAM 5000.
Data karakteristik pekerja dan keluhan pernapasan diperoleh dari kuesioner kepada 20 pekerja. Hasil pengukuran
kadar debu PM2,5 tertinggi terdapat di ruang pemotongan (titik 1), dengan nilai maksimum sebesar 20,0 μg/m3 dan
rerata sebesar 6,1 μg/m3. Hasil pengukuran tersebut masih memenuhi nilai ambang batas yang ditetapkan sebesar
25 μg/m3. Industri percetakan disarankan untuk meningkatkan upaya pengendalian administratif dengan cara mengatur
lama jam kerja dan pemakaian masker, membersihkan ventilasi, dust collector, maupun fasilitas produksi serta
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala ke puskesmas setempat bagi pekerja.

Kata kunci: kualitas fisik dan kimia udara, industri percetakan, keluhan pernapasan

Abstract: Printing industry is an industry which in its production process generate air pollutants such as Particulate
Matter (PM). The exceeds limit of PM2,5 can cause respiratory symptoms, cardiovascular disease, and pulmonary
function disorder. The objective of this study was to analyze physical and chemical air quality and respiratory symptoms
among printing industry workers in Surabaya. It was observational study with cross sectional approach and analyzed
descriptively. The physical and chemical air quality was measured by Thermohygrometer and Haz Dust EPAM 5000
at three different areas in production unit. Worker’s characteristics and respiratory symptoms were obtained from 20
respondent’s questionnaires. The highest concentration of PM2,5 level was at cutting room (area 1), which maximum
concentration was 20.0 μg/m3 and the average was 6.1 μg/m3. The result showed that PM2,5 levels was below threshold
limit value. It is suggested to printing industry to improve administrative control application by managing work period
and useing mask, to clean ventilation, dust collector, or production facilities and to examine health status regularly to
public health center for workers at printing industry.

Keywords: physical and chemical air quality, printing industry, respiratory symptoms

PENDAHULUAN Berbagai bahan pencemar udara yang


berasal dari sumber bergerak maupun tidak
Kualitas udara dalam ruang sangat
bergerak banyak memengaruhi kualitas udara
memengaruhi manusia karena sebagian besar
di lingkungan kerja. Bahaya potensial dari bahan
manusia menghabiskan 85-90% waktunya di
pencemar udara tersebut dapat muncul dalam
dalam ruang. Keberadaan bahan pencemar
bentuk yang bervariasi dan berdampak terhadap
udara dihasilkan dari proses alam maupun
kesehatan. Hal ini merupakan kewajiban bagi
aktivitas manusia. Kontribusi pencemar udara
perusahaan industri untuk melindungi pekerjanya
akibat aktivitas manusia berasal dari sumber
dari risiko sakit. Pencemar udara yang paling
pencemar tidak bergerak seperti lingkungan kerja
dominan dan memengaruhi kesehatan manusia
perkantoran, industri, maupun sumber bergerak
adalah partikel, CO, NOx, SOx, dan Hidrokarbon
seperti kendaraan bermotor (BBTKL dan PPM,
(Sugiarti, 2009).
2009).

195
196 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 195–205

Kondisi lingkungan dan perilaku pekerja yang pencemar udara yang terdiri dari senyawa organik
tidak aman merupakan dua hal terbesar yang volatil (VOC), pencemar udara berbahaya (HAPs),
menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan Particulate Matter (PM), Nitrogen Oksida (Nox),
terutama pada manusia. Perkembangan industri dan Sulfur Oksida (SOx). Sebagian besar VOC dan
dan penggunaan teknologi yang semakin HAPs berasal dari tinta cetak termasuk aplikasi
meningkat memiliki dampak yang signifikan dari mesin inkjet, larutan pembersih, larutan cetak,
terhadap terjadinya penurunan kualitas lingkungan pembersihan, perekatan, dan pelapisan gulungan.
seperti timbulnya pencemaran udara, baik yang Larutan dengan komposisi VOC dan tekanan uap
terjadi di dalam ruang (indoor) maupun di luar yang tinggi dapat menguap dengan cepat pada
ruang (outdoor). Penurunan kualitas lingkungan suhu ruang sehingga menghasilkan peningkatan
tersebut dapat memengaruhi kesehatan manusia emisi udara. PM umumnya berasal dari debu
hingga berpotensi menyebabkan penularan kertas yang bersumber dari pemotongan,
penyakit (Keputusan Menteri Kesehatan Republik pelipatan, dan pengeleman. NOx dan SOx
Indonesia Nomor 1407/MENKES/SK/XI/2002). dihasilkan dari generator, pembakaran bahan
Keberadaan partikel debu di udara dalam bakar mesin, pengering, dan beberapa peralatan
kadar yang berlebih mengakibatkan pencemaran kontrol seperti oksidasi.
udara. Pencemaran udara adalah terdapatnya Particulate Matter merupakan suatu campuran
bahan, zat, atau komponen lain di dalam udara kompleks dari partikel padat dan cair sangat kecil
yang menyebabkan perubahan susunan udara yang ditemukan di udara. Partikel merupakan
(Wardhana, 2007). Dampak pencemaran udara salah satu pencemar yang sering dijadikan
ini dapat terjadi pada berbagai aspek kehidupan. sebagai salah satu indikator pencemaran udara
Pencemaran udara tersebut akan menyebabkan untuk menunjukkan tingkat bahaya dalam
terjadinya hujan asam dan mempercepat lingkungan di dalam ruang (indoor) maupun di
pemanasan global di atmosfer. Jika ditinjau dari luar ruang (outdoor) terhadap kesehatan dan
segi ekonomi, maka pencemaran udara akan keselamatan kerja (Putri, 2012).
meningkatkan biaya pemeliharaan alat dan Partikel memiliki beberapa variasi ukuran dan
bangunan serta biaya perawatan penyakit akibat tersusun dari banyak material serta unsur kimia.
pajanan pencemar. Dampak pencemaran udara Salah satu partikel yang dapat masuk ke dalam
dari segi kesehatan akan memicu timbulnya saluran pernapasan adalah PM2,5. Berdasarkan
penyakit akut dan kronis (Mukono, 2003). ukurannya partikel dibedakan menjadi dua
Industri percetakan merupakan salah satu kategori, yaitu partikel kurang dari sama dengan
industri manufaktur yang dalam kegiatannya 10 mikron dan partikel kurang dari sama dengan
menambah nilai barang atau materi dengan 2,5 mikron (EPA, 2014). Berdasarkan diameter
mengubah bentuk, sifat, atau menggabungkan aerodinamikanya partikel debu terdiri dari PM10,
bahan lain yang telah diolah (Groover, 2007). PM2,5, dan PM0,1.
Saat ini industri manufaktur telah meningkat Ukuran partikel secara langsung dapat
dengan pesat, hal ini didukung dengan data dari berkaitan dengan potensi penyebab masalah
Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan kesehatan. Partikel yang terkandung dalam udara
bahwa jumlah industri manufaktur makro dan umumnya memiliki ukuran 0,1-50 mikron atau
mikro terutama industri percetakan di Jawa lebih. Partikel yang memiliki ukuran diameter
Timur pada triwulan III tahun 2015 mengalami 2,5 mikron atau kurang dapat menyebabkan
kenaikan masing-masing sebesar 3,08% dan pencemaran udara dan memiliki dampak yang
5,2%. Peningkatan jumlah industri tersebut diikuti signifikan terhadap kesehatan. PM2,5 adalah suatu
dengan peningkatan jumlah pekerja percetakan partikel yang memiliki ukuran diameter 2,5 mikron
di Surabaya sejak satu tahun terakhir. Menurut atau disebut dengan partikel udara halus. PM2,5
data BPS tahun 2014 dan tahun 2015, jumlah yang terhirup dapat memengaruhi kesehatan
pekerja di industri percetakan di Surabaya pada manusia. Partikel tersebut masuk ke dalam
tahun 2014 sebanyak 1.935 orang dan meningkat alveoli dan dapat menimbulkan reaksi radang
menjadi 2.736 orang pada tahun 2015 (BPS, 2014 yang dapat menyebabkan keluhan pernapasan.
dan 2015). PM2,5 sangat berbahaya untuk kesehatan manusia
Colorado Department of Public Health and karena partikel tersebut dapat menembus bagian
Environmnet (CDPHE), menyebutkan bahwa pada terdalam dari paru-paru, penyakit kardiovaskuler
umumnya industri percetakan menghasilkan jenis bahkan kematian (Depkes, 2009).
D A Oktaviani dan C I Prasasti, Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja 197

Partikel debu yang berada di lokasi kerja pekerja sebab partikel tersebut akan lebih mudah
dapat berpotensi masuk ke dalam saluran terurai pada saat suhu udara tinggi (Qian et al.,
pernapasan melalui hidung dan mulut sehingga 2008).
dapat mengakibatkan keluhan pernapasan. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di
Pajanan partikel debu di percetakan dalam percetakan Surabaya menunjukkan bahwa area
jumlah berlebih dapat berdampak pada kerusakan kerja unit produksi merupakan tempat yang
patologis manusia. Namun, kerusakan ini berdebu, masih terdapat pekerja yang tidak
tergantung dari sifat, intensitas, lama pajanan, menggunakan masker dan berisiko menimbulkan
dan kerentanan individu (Ekowati, 2012). keluhan pernapasan pada pekerja. Oleh sebab
Dampak pajanan partikel debu atau itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
Particulate Matter (PM) terhadap kesehatan, baik kualitas fisik dan kimia udara di industri percetakan
dalam bentuk padat maupun cair bergantung pada dan keluhan pernapasan pada pekerja unit
ukurannya. Ukuran partikel yang membahayakan produksi di Surabaya.
bagi kesehatan saluran pernapasan tersebut
umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai
METODE PENELITIAN
dengan 10 mikron. Ukuran PM yang kurang dari
5 mikron dapat masuk ke dalam paru-paru dan Jenis penelitian yang digunakan adalah
mengendap di alveoli, dan yang lebih besar dari observasional dengan desain cross sectional.
5 mikron dapat mengganggu saluran pernapasan Penelitian ini dilakukan selama enam bulan,
bagian atas dan menyebabkan iritasi (Kemenkes dimulai sejak bulan Agustus 2015 hingga Februari
RI, 2004). 2016. Penelitian dilakukan pada unit produksi
Keberadaan partikel debu di lingkungan kerja percetakan di Surabaya. Variabel bebas dalam
percetakan dapat mengganggu produktivitas penelitian ini adalah kualitas fisik dan kimia udara
serta kesehatan pekerja. Partikel debu dalam dalam ruang. Kualitas fisik terdiri dari suhu, dan
kondisi tertentu merupakan bahaya yang dapat kelembapan, sedangkan kualitas kimia udara
menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, adalah kadar PM2,5. Variabel bebas lain yang
gangguan penglihatan, gangguan pernapasan diteliti adalah karakteristik pekerja yang meliputi,
bahkan dapat menimbulkan keracunan umum usia, masa kerja, lama kerja, pemakaian APD
(Depkes RI, 2013). Standar kadar debu PM2,5 masker, dan variabel terikat adalah keluhan
di dalam ruang kerja diatur oleh WHO yaitu pernapasan.
konsentrasi harian kadar debu PM 2,5 yang Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
diperbolehkan selama 24 jam adalah 25 μg/m3 20 pekerja di unit produksi yang memenuhi kriteria
dan 10 μg/m3 untuk rata-rata per tahun. Kadar inklusi. Kriteria inklusi, yaitu bekerja minimal
partikel debu yang tidak memenuhi nilai ambang 5 jam per hari, masa kerja minimal 1 tahun, tidak
batas tentunya akan menimbulkan risiko keluhan merokok, dan bersedia berpartisipasi dalam
kesehatan. penelitian. Sampel yaitu total populasi di unit
Objek dalam penelitian ini merupakan salah produksi dengan jumlah sebanyak 20 orang.
satu industri di Surabaya yang bergerak di bidang Pengukuran kadar PM2,5 dilakukan di ruang
percetakan sejak tahun 2002. Industri ini terdiri pemotongan, ruang finishing, dan ruang cetak
dari beberapa unit, salah satunya adalah unit secara purposive. Penentuan titik pengukuran
produksi. Unit tersebut merupakan unit yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa titik
paling banyak menghasilkan debu terutama dari tersebut merupakan tempat yang dekat dengan
proses pemotongan kertas. Sisa kertas hasil sumber pencemar dan banyak pekerja yang
produksi di unit ini bervariasi, mulai dari debu yang beraktivitas di area tersebut. Kadar PM2,5 diukur
berukuran sangat kecil hingga potongan kertas. pada saat proses produksi berlangsung selama
Sisa potongan kertas tersebut dikumpulkan dan 30 menit.
dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya Data diperoleh melalui kuesioner, observasi,
diangkut oleh pihak ketiga. Partikel debu kertas wawancara, dan pengukuran di unit produksi.
yang berasal dari mesin pemotongan sebagian Kuesioner digunakan untuk memperoleh data
akan dihisap oleh dust collector dan sebagian lagi keluhan pernapasan pada pekerja, observasi
akan berhamburan di udara atau jatuh ke lantai. dilakukan selama kurang lebih 30 menit untuk
Pada saat cuaca panas penyebaran partikel debu memperoleh data mengenai kondisi lingkungan
akan memberikan dampak terhadap kesehatan kerja dan perilaku pekerja, wawancara dilakukan
198 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 195–205

kepada kepala produksi untuk memperoleh selama 30 menit pada tiga titik yang berbeda di
data mengenai gambaran umum kegiatan, unit produksi yaitu, ruang pemotongan, ruang
pekerja, serta manajemen pengendalian debu finishing, dan ruang cetak.
di unit produksi, pengukuran dilakukan untuk
memperoleh data suhu, kelembapan, dan Tabel 1.
kadar PM2,5. Pengukuran suhu menggunakan Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Udara di
Thermohygrometer dan pengukuran kadar debu Unit Produksi Tahun 2016
PM 2,5 menggunakan Haz Dust EPAM 5000. Parameter Titik I Titik II Titik III NAB
Pengukuran dilakukan di tiga titik pengukuran yaitu Kadar PM2,5 20,0 6,0 2,2 25*
ruang pemotongan, ruang finishing, dan ruang maksimum (μg/m3)
cetak. Hasil pengukuran kadar PM2,5 tersebut Kadar PM2,5 3,1 2,5 1,4 25*
kemudian dikonversikan ke dalam persamaan minimum μg/m )3

model konversi Canter untuk mendapatkan kadar Rerata Kadar PM2,5 6,1 4,8 1,7 25*
3
(μg/m )
PM2,5 dengan waktu pengukuran 24 jam sehingga
sesuai dengan standar WHO. Persamaan konversi Suhu (°C) 32,4 33,1 32,9 18–30**
Canter tersebut adalah sebagai berikut: Kelembapan (%) 67 69 64 65–95**
Keterangan
p *WHO
⎛t ⎞ **Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1406/MENKES/
C1 = C2 ⎜ 1 ⎟
⎝ t2 ⎠ SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri
Keterangan:
C1 = konsentrasi rerata udara dengan lama pencuplikan
Berdarkan Tabel 1 di atas, kadar PM 2,5
contoh t1 (μg/m3)
C2 = konsentrasi rerata udara dari hasil pengukuran
maksimum di titik 1, 2, dan 3 secara berurutan
dengan lama pencuplikan contoh t2 (dalam yaitu 20,0 μg/m3; 6,0 μg/m3; dan 2,2 μg/m3. Kadar
penelitian ini C2[C] (μg/m3) PM2,5 minimum di titik 1, 2, dan 3 secara berurutan
t1 = lama pencuplikan contoh 1 (24 jam) yaitu 3,1 μg/m3; 2,5 μg/m3; dan 1,4 μg/m3. Hasil
t2 = lama pencuplikan contoh 2 dari hasil pengukuran pengukuran terhadap nilai rerata kadar PM2,5 di
contoh udara (jam) titik 1, 2, dan 3 secara berurutan yaitu, 6,1 μg/
p = faktor konversi yang bernilai antara 0,17 dan m3; 4,8 μg/m3; dan 1,7 μg/m3. Pengukuran kadar
0,2
PM2,5 di unit produksi menunjukkan bahwa kadar
PM 2,5 maksimum, kadar PM 2,5 minimum, dan
Nilai p pada persamaan konversi Canter
rerata kadar PM2,5 tertinggi terdapat di titik 1.
diperoleh dari PP No. 41 Tahun 1999 dengan
Menurut WHO, standar kadar debu PM2,5 di titik 1
C1 = 150 μg/m3, t1 = 1 hari, C2 = 50 μg/m3, dan
masih memenuhi nilai ambang batas yang telah
t2 = 365 hari, diperoleh nilai p = 0,186.
ditetapkan sebesar 25 μg/m3. Pada ketiga titik,
Data mengenai kondisi objek penelitian yang
nilai yang masih memenuhi ambang batas adalah
telah dikumpulkan kemudian dideskripsikan
kadar PM2,5 maksimum, minimum, dan rerata.
menggunakan tabel dan narasi. Penelitian ini
Hasil pengukuran menunjukkan kadar PM2,5
telah mendapat persetujuan etik dari Komisi
di ruang pemotongan (titik 1) lebih tinggi dari pada
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan
kadar PM2,5 di ruang finishing dan ruang cetak (titik
Masyarakat Universitas Airlangga dengan nomor
2 dan titik 3). Pengukuran suhu dan kelembapan
07-KEPK.
dilakukan sebagai data penunjang kadar debu
PM2,5 di unit produksi. Suhu yang terdapat di
HASIL DAN PEMBAHASAN titik 1, 2, dan 3 secara berurutan adalah, 32,4°C;
33,1°C; dan 32,9°C. Kelembapan yang terdapat
Kualitas fisik dan kimia udara di unit produksi di titik 1, 2, dan 3 secara berurutan adalah, 67%;
69%; dan 64%. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Keluhan pernapasan pada pekerja di unit
Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
produksi dapat disebabkan karena kualitas
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
fisik udara yang berupa suhu dan kelembapan
Perkantoran dan Industri, maka hasil pengukuran
serta kualitas kimia udara berupa kadar PM2,5.
suhu di ketiga ruangan melebihi baku mutu dan
Pengukuran kadar PM2,5 dilakukan secara sesaat
D A Oktaviani dan C I Prasasti, Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja 199

hasil pengukuran kelembapan di ketiga titik sudah Berdasarkan Gambar 1, nilai maksimal
sesuai dengan baku mutu. PM2,5 terdapat pada menit ke-2 dan pada menit
Tingginya suhu udara dapat mempercepat ke-21 terjadi penurunan kadar partikel yang
terjadinya perubahan kadar gas atau pencemar menunjukkan nilai minimum. Peningkatan kadar
di udara. Semakin tinggi suhu udara, maka PM2,5 pada menit ke-2 dipengaruhi oleh adanya
partikel akan menjadi semakin kering dan ringan angin yang berhembus ke alat dan saat proses
sehingga partikel tersebut menjadi lebih reaktif pengukuran kedua mesin pemotong sedang
serta bertahan lama di udara. Perubahan suhu beroperasi sehingga menyebabkan kadar partikel
udara di dalam ruang dapat dipengaruhi oleh debu cenderung meningkat. Fluktuasi kadar PM2,5
faktor ventilasi alami maupun buatan (mekanik) dipengaruhi oleh bangunan ruang pemotongan
dan bahan struktur bangunan. Jenis plafon eternit yang merupakan ruang terbuka tanpa sekat
yang digunakan industri memengaruhi kualitas sehingga terjadi pergerakan angin di sekitar
suhu di dalam ruangan karena panas dari luar ruangan yang memengaruhi hasil pengukuran.
ruangan terserap melalui plafon. Kepadatan
hunian dengan banyaknya pekerja di dalam
ruangan juga berkontribusi memengaruhi suhu
udara ruang.
Pada suhu udara yang tinggi, kelembapan
udara dapat meningkat dan menyebabkan kadar
uap air di udara bereaksi dengan pencemar udara
menjadi zat lain (Mukono, 2008a). Kelembapan
udara dapat memengaruhi konsentrasi partikel
debu di udara. Semakin tinggi kelembapan maka
kemungkinan pencemar udara untuk bereaksi
dengan air akan semakin tinggi sehingga berat Gambar 2. Fluktuasi Kadar PM2,5 di Ruang Finishing
jenis pencemar semakin meningkat (Salisa,
2011).
Pengukuran kadar debu PM2,5 selain dapat Berdasarkan Gambar 2, nilai maksimal
mengetahui nilai maksimum, minimum, dan PM2,5 terdapat pada menit ke-2 dan pada menit
rerata dapat pula digunakan untuk mengetahui ke-9 terjadi penurunan kadar partikel debu yang
fluktuasi dari pengukuran kadar debu PM 2,5 menunjukkan nilai minimum. Pengukuran kadar
selama waktu tertentu. Pengukuran kadar PM2,5 PM2,5 di ruang finishing dilakukan saat pekerja
di ruang pemotongan, ruang finishing, dan ruang melakukan proses pelipatan maupun pengemasan.
cetak berdasarkan pada pertimbangan banyaknya Proses tersebut dilakukan di beberapa meja yang
pekerja dan terdapat sumber pencemaran. tersebar di dalam ruangan. Produk yang sudah
Pengukuran kadar PM2,5 dilakukan selama 30 dikemas kemudian diletakkan di meja sehingga
menit pada saat proses produksi berlangsung ruangan tersebut dipenuhi dengan hasil produk
menggunakan Haz Dust EPAM 5000. dan memungkinkan untuk adanya tumpukan
debu. Kondisi ruang finishing berupa ruang
terbuka tanpa sekat sehingga pergerakan angin
cenderung memengaruhi hasil pengukuran. Pada
saat proses pengukuran terdapat 13 orang pekerja
yang sedang beraktivitas di dalam ruangan.
Pekerja yang lalu-lalang memengaruhi fluktuasi
kadar PM2,5 akibat timbulnya pergerakan udara
dan terbawanya debu melalui angin sehingga
memengaruhi perubahan konsentrasi PM2,5 pada
alat pengukuran. Perubahan gerak udara juga
menyebabkan terjadinya penyebaran bahan
pencemar udara sehingga pada jarak tertentu
Gambar 1. F l u k t u a s i K a d a r P M 2 , 5 d i R u a n g kadar pencemar tersebut akan mempunyai jumlah
Pemotongan konsentrasi yang berbeda.
200 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 195–205

lebih dari 36 tahun sebesar 15,0%. Pekerja yang


memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun sebesar
65,0% dan masa kerja lebih dari sama dengan
5 tahun sebesar 35,0%. Pekerja yang bekerja
dengan lama kerja kurang dari 8 jam/hari sebesar
30,0% dan yang bekerja lebih dari sama dengan
8 jam/hari sebesar 70,0%. Pekerja yang memakai
masker saat bekerja sebesar 5,0% dan yang tidak
menggunakan masker sebesar 95,0%.
Umumnya pekerja dalam kelompok usia
kurang dari 25 tahun merupakan kelompok usia
Gambar 3. Fluktuasi Kadar PM2,5 di Ruang Cetak
produktif dan sumber daya manusia yang paling
banyak dicari oleh perusahaan, sebab pekerja
Berdasarkan Gambar 3, nilai maksimal dengan rentang usia tersebut memiliki potensi
PM 2,5 terdapat pada menit ke-10 dan terjadi dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.
penurunan kadar partikel pada menit ke-26 yang Hal tersebut sejalan dengan misi perusahaan
menunjukkan nilai minimum. Kondisi ruang cetak yang berupaya menjadi industri grafika profesional
berupa ruang tertutup berukuran 5 meter × 4 dalam menyediakan produk maupun jasa yang
meter, dilengkapi dengan 1 buah mesin cetak kompetitif dengan standar tinggi.
4 warna dan 2 buah kipas angin yang sedang Usia berhubungan dengan proses penuaan
beroperasi. Pada saat proses pengukuran, atau pertambahan usia, semakin tua usia
pergerakan udara dipengaruhi oleh kipas angin seseorang maka semakin besar kemungkinan
dan dua pintu berukuran 3 meter × 1 meter yang terjadinya keluhan pernapasan hingga penurunan
berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara fungsi paru. Usia 18–40 tahun merupakan usia
sehingga hasil pengukuran cenderung stabil. produktif bagi seseorang. Pada keadaan normal,
usia juga memengaruhi frekuensi pernapasan.
Karakteristik Pekerja Unit Produksi Frekuensi pernapasan pada orang dewasa
Karakteristik pekerja yang diamati meliputi berkisar antara 16–18 kali per menit dan pada
usia, masa kerja, lama kerja, dan penggunaan anak-anak sekitar 24 kali per menit (Rahardjo,
masker. Karakteristik pekerja tersebut dapat 2012). Variabel usia memiliki hubungan dengan
memengaruhi terjadinya keluhan pernapasan dan keluhan gangguan pernapasan, peningkatan
kemampuan seseorang dalam bekerja. usia pada pekerja diikuti dengan peningkatan
persentase pekerja yang mengalami keluhan
Tabel 2. saluran pernapasan.
Karakteristik Pekerja Unit Produksi Tahun 2016 Masa kerja merupakan jangka waktu yang
agak lama di mana seorang pekerja masuk dalam
Karakteristik Pekerja n %
suatu wilayah tempat usaha sampai batas waktu
Usia
tertentu (Suma’mur 2009). Masa kerja merupakan
< 25 tahun 11 55,0
salah satu faktor risiko terhadap timbulnya keluhan
26–35 tahun 6 30,0
> 36 tahun 3 15,0
pernapasan dan penyakit pada pekerja. Pekerja
Masa Kerja yang memiliki masa kerja > 5 tahun berpotensi
< 5 tahun 13 65,0 mengalami keluhan pernapasan lebih besar
≥ 5 tahun 7 35,0 dibandingkan dengan pekerja yang bekerja
Lama Kerja kurang dari 5 tahun. Sebagian besar pekerja yang
< 8 jam/hari 6 30,0 berada di unit produksi memiliki risiko lebih kecil
≥ 8 jam/hari 14 70,0 untuk mengalami keluhan pernapasan karena
Pemakaian Masker masa kerjanya tergolong relatif singkat, yakni
Ya 1 5,0 < 5 tahun.
Tidak 19 95,0 Jumlah pesanan produk memengaruhi
Jumlah 20 100,0 lamanya jam kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Pekerja dituntut
Pekerja yang berusia kurang dari 25 tahun untuk menyelesaikan pekerjaan agar pesanan
sebesar 55,0%, 26–35 tahun sebesar 30,0%, dan dapat selesai tepat pada waktunya, hal tersebut
D A Oktaviani dan C I Prasasti, Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja 201

tentunya menimbulkan konsekuensi terhadap Keluhan pernapasan yang dialami pekerja unit
bertambahnya jam kerja. Pembagian jam kerja produksi
yang ditetapkan perusahaan terdiri dari dua rotasi
Hasil identifikasi keluhan pernapasan yang
kerja dan jika diakumulasikan maka total jam
dialami oleh pekerja unit produksi menunjukkan
kerja untuk satu periode rotasi kerja selama satu
bahwa sebagian besar pekerja sebanyak 65,0%
minggu adalah 46 jam. Pada umumnya, pekerja
mengalami keluhan pernapasan. Keluhan
dapat bekerja secara optimal dalam satu hari
pernapasan pada pekerja dapat dipengaruhi oleh
selama 8 jam. Lama kerja menentukan kesehatan,
karakteristik pekerja yang meliputi usia, lama
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pekerja.
kerja, dan pemakaian APD masker.
Menambah waktu kerja lebih dari kemampuan
Mekanisme pertahanan tubuh menanggapi
dapat menimbulkan kelelahan, gangguan
adanya suatu zat atau partikel berbahaya di dalam
kesehatan, penyakit serta kecelakaan kerja.
organ tubuh ditandai dengan adanya keluhan
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
seperti batuk, dahak, bunyi mengi, dan sesak
Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai
nafas. Sebagian besar pekerja unit produksi
Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat
mengalami keluhan pernapasan. Jenis keluhan
Kerja, waktu yang digunakan untuk bekerja tidak
pernapasan yang dialami oleh pekerja adalah
boleh melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
batuk, batuk berdahak, nafas berbunyi, dan sesak
Apabila melampaui waktu tersebut maka potensi
nafas.
untuk terjadinya dampak negatif bagi pekerja akan
semakin besar (Suma’mur, 2009).
Pemakaian alat pelindung diri merupakan Tabel 3.
salah satu usaha seseorang dalam melindungi Keluhan Pernapasan Pekerja di Unit Produksi Tahun
dirinya dari pencemaran debu maupun partikel 2016
berbahaya yang terdapat di lokasi kerja.
Keluhan Pernapasan n %
Penggunaan APD berupa masker bertujuan
Ya 13 65,0
melindungi masuknya debu ke organ pernapasan
Tidak 7 35,0
melalui hidung dan atau mulut. Berdasarkan
Jumlah 20 100,0
hasil diketahui bahwa 95,0% pekerja tidak
menggunakan APD masker saat bekerja. Hasil
wawancara kepada kepala produksi pada tanggal
13 Januari 2016, diperoleh informasi bahwa Keluhan yang dialami oleh pekerja
pengelola industri sudah menyediakan APD merupakan indikasi dari sistem proteksi tubuh
berupa masker untuk pekerja, namun pekerja dalam membersihkan partikel asing yang masuk
hanya menggunakan masker pada saat kegiatan ke dalam sistem pernapasan. Keluhan pernapasan
kebersihan bukan pada saat proses kerja karena berupa batuk, batuk berdahak, nafas berbunyi,
lingkungan kerja dinilai relatif aman dari potensi dan sesak nafas dapat disebabkan dari adanya
bahaya debu. pajanan dari pencemar yang ada di di udara.
Proses produksi di industri percetakan Sistem pernapasan dimulai dari hidung hingga
umumnya menggunakan bahan seperti tinta, alveoli paru-paru. Partikel yang terhirup kemudian
alkohol, larutan cetak, dan bahan kimia lain yang terkumpul di sepanjang saluran pernapasan akan
dapat menguap ke udara dalam bentuk partikel. memengaruhi tingkat keparahan dan kerusakan
Ukuran partikel secara langsung dapat berkaitan pada jaringan. Namun tingkat keparahan dan
dengan potensi penyebab masalah kesehatan. kerusakan jaringan dipengaruhi oleh ukuran
Partikel yang memiliki ukuran diameter 2,5 mikron partikel tersebut. Semakin kecil suatu ukuran
atau kurang, dapat menyebabkan pencemaran partikel maka semakin jauh untuk mencapai
udara dan memiliki dampak yang signifikan saluran pernapasan bagian bawah. Keluhan
terhadap kesehatan. pernapasan yang terjadi pada seseorang juga
PM 2,5 yang terhirup dapat memengaruhi dipengaruhi oleh konsentrasi, durasi pajanan, dan
kesehatan manusia. Partikel tersebut masuk ke sifat kimia partikel yang terhirup.
dalam alveoli dan dapat menimbulkan reaksi radang Pekerja yang mengalami keluhan batuk
yang dapat menyebabkan daya kembang paru sebesar 55,0%, batuk berdahak sebesar 60,0%,
menjadi terbatas serta dapat mengakibatkan keluhan nafas berbunyi sebesar 20,0%, dan sesak nafas
pernapasan pada manusia (Rahardjo, 2012). sebesar 25,0%. Batuk dan batuk berdahak
202 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 195–205

Tabel 4. merupakan gejala yang timbul paling awal akibat


Jenis Keluhan Pernapasan yang Dialami Pekerja Unit selalu terpajan pencemar udara. Refleks batuk
Produksi Tahun 2016 mendorong sekresi ke atas sehingga benda yang
Keluhan Pernapasan n % masuk ke dalam saluran pernapasan dapat ditelan
Batuk atau dikeluarkan (Suryanta, 2009).
Ya 11 55,0 Dahak merupakan terdapatnya lendir yang
Tidak 9 45,0 berlebih pada saluran pernapasan. Keberadaan
Batuk berdahak lendir tersebut disebabkan karena adanya
Ya 12 60,0 gangguan fisik, kimia, atau infeksi pada membran
Tidak 8 40,0 mukosa (Pranowowati dan Maryanto, 2010). Dahak
Nafas berbunyi yang berlebih terbentuk dari kelenjar lendir dan
Ya 4 20,0 sel goblet karena pengaruh stimuli yang berasal
Tidak 16 80,0 dari gas, alergen, partikel, dan mikroorganisme
Sesak nafas infeksius.
Ya 5 25,0 Sesak nafas atau kesulitan bernafas
Tidak 15 75,0 merupakan salah satu gejala penyakit yang
Jumlah 20 100,0 mengenai jaringan parenkim paru dan rongga
pleura. Seseorang yang mengalami sesak nafas
sering mengeluh merasa tercekik atau nafas
menjadi pendek (Pranowowati dan Maryanto,
merupakan keluhan yang paling banyak dirasakan
2010). Kondisi tersebut disebabkan karena
oleh pekerja.
menyempitnya rongga saluran nafas dan
Umumnya batuk merupakan gejala
menimbulkan terjadinya sesak nafas. Terjadinya
yang ditemukan akibat adanya penyakit pada
sesak juga disebabkan karena berkurangnya
pernapasan. Pajanan debu, asap, dan pencemar
volume paru yang masih berfungsi, berkurangnya
yang masuk ke dalam saluran nafas bagian
elastisitas paru, dan ekspansi paru yang terhambat
bawah dibersihkan melalui mekanisme batuk
(Danusantoso, 2000). Keluhan sesak nafas yang
(Pranowowati dan Maryanto, 2010). Gejala batuk
dialami pekerja terjadi apabila pekerja berjalan
yang disebabkan oleh adanya iritasi partikel debu
cepat di tempat yang datar atau berjalan biasa di
akan menimbulkan rangsangan berupa ekskresi
tempat yang sedikit menanjak.
berlebih di saluran pernapasan. Reaksi tersebut
Bunyi mengi merupakan salah satu tanda
dikeluarkan secara mendadak dalam bentuk udara
penyakit saluran pernapasan yang termasuk dalam
maupun lendir disertai bunyi yang khas. Refleks
penanganan infeksi akut saluran pernapasan.
tersebut mendorong sekresi ke atas sehingga
Bunyi tersebut dapat terdengar saat inspirasi
benda yang masuk ke dalam saluran pernapasan
maupun ekspirasi karena adanya penyempitan
dapat ditelan atau dikeluarkan (Suryanta, 2009).
jalan udara. Penyakit asma maupun obstruksi
Menurut Hariadi (2008), gejala penyakit
dan tersumbatnya sebagian bronkus oleh benda
yang paling penting dapat diidentifikasi melalui
asing seperti partikel juga merupakan salah satu
adanya batuk, namun hal tersebut relatif tidak
penyebab terjadinya bunyi mengi.
spesifik. Berbagai rangsangan kimia, mekanis,
Beberapa penyakit atau gangguan kesehatan
atau thermal memungkinkan terjadinya batuk
yang berhubungan dengan saluran pernapasan
yang bersifat sementara tanpa adanya penyebab
dapat memengaruhi terjadinya gangguan
suatu penyakit. Jenis batuk menentukan tingkat
pernapasan. Penyakit yang paling memengaruhi
gangguan pernapasan yang dialami. Pada
terjadinya keparahan gangguan saluran
umumnya, keluhan pernapasan yang timbul
pernapasan adalah penyakit asma (EPA, 2014).
merupakan suatu awal terjadinya penyakit pada
Penelitian yang dilakukan Okwari (2005)
saluran pernapasan.
menyatakan bahwa keluhan batuk, nyeri dada,
Partikel debu dan gas yang ada di dalam
dan iritasi hidung banyak dialami oleh pekerja
ruang kerja dapat menimbulkan terjadinya reaksi
yang terpajan debu. Keluhan yang dialami oleh
batuk hingga dapat menyebabkan iritasi pada
pekerja merupakan indikasi dari sistem proteksi
mukosa pada saluran pernapasan. Batuk terjadi
tubuh dalam membersihkan partikel asing yang
dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir
masuk ke dalam sistem pernapasan. Partikel
secara mendadak dan disertai bunyi. Batuk
debu yang berada di industri secara potensial
D A Oktaviani dan C I Prasasti, Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja 203

berdampak terhadap kesehatan paru, mereduksi Hasil penelitian Santiasih (2012) menyatakan
jarak penglihatan, mereduksi radiasi matahari, bahwa terdapat korelasi positif antara konsentrasi
dan meningkatkan kemungkinan presipitasi. PM2,5 dengan keluhan pernapasan pada tenaga
Jenis debu juga memiliki kaitan dengan daya kerja di dalam ruang. Keberadaan partikel debu
larut dan sifat kimianya, karena dengan adanya di udara secara potensial menyebabkan kerugian
perbedaan daya larut dan sifat kimia tersebut di antaranya kesehatan paru, mereduksi jarak
dapat memengaruhi kemampuannya untuk penglihatan, mereduksi radiasi matahari. Faktor
mengendap di paru. penggunaan masker, kebiasaan merokok, dan
Penelitian yang dilakukan Rahardjo (2012) kadar debu berhubungan dengan timbulnya
mengatakan bahwa apabila PM2,5 di udara terhirup keluhan pernapasan pada pekerja (Sholikhah,
maka dapat memengaruhi kesehatan manusia. 2012).
PM2,5 sangat berbahaya untuk kesehatan manusia Kadar PM2,5 di ketiga unit produksi masih
karena partikel tersebut dapat menembus bagian memenuhi nilai ambang batas. Pekerja yang
terdalam dari paru, penyakit kardiovaskuler berada di ruang finishing dengan kadar PM2,5
bahkan kematian. Partikel tersebut masuk ke memenuhi nilai ambang batas lebih banyak
dalam alveoli dan dapat menimbulkan reaksi mengalami keluhan pernapasan daripada di
radang yang dapat menyebabkan daya kembang ruang pemotongan dan ruang cetak. Keluhan
paru menjadi terbatas serta dapat mengakibatkan pernapasan yang dirasakan pekerja dengan
keluhan pernapasan pada manusia. kondisi kadar PM 2,5 yang memenuhi nilai
Berdasarkan Tabel 5, pekerja yang mengalami ambang batas dipengaruhi oleh lama kerja yang
keluhan pernapasan di ruang pemotongan berhubungan dengan lama pajanan partikel
dengan kadar PM2,5 memenuhi nilai ambang batas debu PM2,5 di tempat kerja, frekuensi kerja, dan
sebanyak 30,8%, pekerja yang mengalami keluhan pemakaian APD berupa masker (Oktaviani,
pernapasan di ruang finishing dengan kadar 2016).
PM2,5 memenuhi nilai ambang batas sebanyak Kadar PM2,5 di unit produksi yang berada di
53,8%, dan pekerja yang mengalami keluhan bawah nilai ambang batas dipengaruhi adanya
pernapasan di ruang cetak dengan kadar PM2,5 penghisap debu maupun kegiatan membersihkan
memenuhi nilai ambang batas sebanyak 15,4%. ruangan secara berkala sehingga partikel debu
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa pekerja yang dihasilkan dari proses produksi dapat segera
merupakan orang yang tidak memiliki kebiasaan dihisap dan diminimalkan. Luas ventilasi yang
merokok sehingga keluhan pernapasan yang mengelilingi ruangan juga merupakan salah satu
timbul dapat disebabkan oleh faktor lain termasuk faktor yang dapat meminimalisasi keberadaan
pajanan partikel yang ada di lingkungan kerja kadar partikel di lingkungan kerja. Di ruang
percetakan. Suatu penelitian di Amerika Serikat pemotongan dan ruang finishing terdapat ventilasi
menemukan bahwa 8-22% bukan perokok juga alami yang berupa lubang angin dengan luas
menderita batuk yang antara lain disebabkan 50m 2. Bila dibandingkan dengan Keputusan
oleh penyakit kronik, pencemaran udara, dan lain Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
sebagainya. Keluhan tersebut dalam prosesnya 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
berpotensi menjadi lebih berat hingga dapat Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
berakhir pada kegagalan pernapasan bahkan Industri, maka standar ventilasi di kedua ruangan
kematian (Depkes, 2009). tersebut telah memenuhi standar ventilasi minimal

Tabel 5.
Kadar PM2,5 dan Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Unit Produksi Tahun 2016

Keluhan Pernapasan
Lokasi Kadar PM2,5
Ya % Tidak %
Ruang Pemotongan Memenuhi NAB 4 30,8 2 28,6
Ruang Finishing Memenuhi NAB 7 53,8 4 57,1
Ruang Cetak Memenuhi NAB 2 15,4 1 14,3
Jumlah 13 100,0 7 100,0
204 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 195–205

yang ditetapkan, yaitu lebih dari 15% dari luas dari lama kerja atau lama pajanan dan pemakaian
lantai. Ventilasi ruangan yang cukup membantu APD masker.
pekerja untuk memperoleh kenyamanan Saran yang dapat diberikan pada perusahaan
dan menghilangkan gas atau partikel yang adalah melakukan pemeriksaan kesehatan
mengganggu (BSN, 2001). secara rutin sebagai upaya mencegah terjadinya
Salah satu dampak dari kegiatan percetakan gangguan faal paru yang kemungkinan dialami
dapat menimbulkan pencemaran udara akibat oleh pekerja unit produksi, meningkatkan
adanya partikel, baik yang berasal dari kegiatan pengendalian administratif dengan cara
pemotongan kertas maupun penggunaan mesin mengatur lama jam kerja dan pemakaian masker,
dalam proses pencetakan. Ukuran partikel yang membersihkan ventilasi, dust collector, maupun
sangat halus seperti PM 2,5, partikel tersebut fasilitas produksi.
bersifat mudah terhirup dan dapat mencapai
alveoli sehingga dapat mengakibatkan inflamasi
DAFTAR PUSTAKA
pada paru-paru pembuluh darah, bahkan hati
serta organ lainnya (EPA, 2014). Alfiah, T. 2009. Pencemaran Udara Teknik Lingkungan.
Surabaya: Teknik Lingkungan ITATS.
Konsekuensi patologis dan klinis yang berasal Badan Pusat Statistik. 2015. Surabaya dalam Angka 2014.
dari pajanan partikel debu sangat bervariasi. Dipetik February 2, 2016 dari http://surabayakota.
Manifestasi penyakit tersebut dapat dipengaruhi bps.go.id/website/pdf_publikasi/Surabaya-Dalam-
oleh beberapa faktor seperti sifat debu, intensitas, angka-2014.pdf
lama pajanan, dan kerentanan individu. Organ Badan Pusat Statistik. 2015. Surabaya Dalam Angka
2015. Dipetik February 2, 2016, http://surabayakota.
pernapasan yang terpajan partikel tersebut bps.go.id/website/pdf_publikasi/Surabaya-Dalam-
juga akan memberikan respons yang berbeda angka-2015.pdf
tergantung dari sifat kimia bahan tersebut, sifat Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI 03-6572-
fisika, dan toksisitas partikel debu yang terdapat 2001 Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
di lingkungan kerja (Alfiah, 2009). Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
Jakarta.
BBTKL dan PPM. 2009. Situasii Kecenderungan
SIMPULAN DAN SARAN Parameter Pencemar Lingkungan dan Risiko
Gangguan Kesehatan di Kota Surabaya Tahun
Kualitas fisik suhu di ketiga titik pengukuran 2006–2008. Laporan. Surabaya.
pada unit produksi seluruhnya belum memenuhi Colorado Department of Public Health and Environment.
2014. A Guide to Environmental Regulations for:
baku mutu dan faktor kualitas fisik udara yang
Printing & Imaging Facilities. Dipetik January 12,
berupa kelembapan telah memenuhi baku mutu 2015, darii rado.gov/pacific/sites/default/files/AP_
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Guide-to-Environmental-Regulations-for-Printing-
Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002 and-Imaging-Facilities_1.pdf
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Danusantoso, H. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Hipokrates.
Perkantoran dan Industri. Kualitas kimia berupa
Departemen Kesehatan. 2009. Pedoman Pengendalian
kadar PM2,5 dalam udara di unit produksi yang Penyakit ISPA. Dipetik Desember 18, 2015 dari
terdiri dari tiga titik pengukuran seluruhnya masih id.scribd.com/mobile/doc/21879326.
memenuhi nilai ambang batas yang ditetapkan Departemen Kesehatan. 2013. Parameter Pencemaran
sesuai dengan standar WHO. Udara dan Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik
December 14, 2015 dari http://www.depkes.go.id/
Sebagian besar pekerja di unit produksi
downloads/udara.pdf
merupakan pekerja usia produktif yang berusia Ekowati, R. 2012. Analisis Risiko Paparan Debu (Linen
kurang dari 25 tahun, memiliki masa kerja kurang Dust) terhadap Gangguan Fungsi Paru. Universitas
dari 5 tahun, lama kerja lebih dari sama dengan Airlangga. Thesis. Surabaya: Universitas Airlangga
8 jam/hari, dan tidak menggunakan APD masker EPA. 2014. Particulate Matter. Dipetik January 5, 2016
dari http://www.epa.gov/pm/
saat bekerja.
G r o o v e r, M . P. 2 0 0 7 . Fu n d a m e n t a l o f M o d e r n
Keluhan pernapasan yang paling banyak Manufacturing: Materials, Processes, and Systems,
dialami pekerja bila diurutkan adalah, batuk, 3rd Edition, John Wiley & Sons, New York.
batuk berdahak, sesak nafas, dan nafas berbunyi. Hariadi, S., Amin, M., Wibisono, M.J., Hasan, H. 2008.
Pekerja yang berada di area kadar debu PM2,5 Dasar-dasar Diagnostik Fisik Paru. Surabaya:
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru, Fakultas Kedokteran
memenuhi nilai ambang batas mengalami keluhan Universitas Airlangga.
pernapasan disebabkan karena adanya pengaruh
D A Oktaviani dan C I Prasasti, Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja 205

Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota
Kesehatan Nomor 1405/MENKES/XI/2002 tentang Semarang. Jurnal Gizi dan Kesehatan. 2(1): Januari
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran 2010: 10–11.
dan Industri. Qian, Z., Molin, H.Q., Kong, H., Bentley, L.C., Liu,
Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri W. 2008. High Temperatures Enhanced Accute
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1407/MENKES/ Mortality Effects of Ambient Particle Pollution in the
SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak “Oven” City of Wuhan, China. Environmental Health
Pencemaran Udara. Perspectives 116(9).
Kementerian Kesehatan RI. 2004. Parameter Udara dan Rahardjo, R.A. 2012. Hubungan Antara Paparan Debu
Dampaknya terhadap Kesehatan. Dipetik Januari Padi Dengan Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di
2, 2016 dari http://www.depkes.go.id/downloads/ Penggilingan Padi Anggraini, Sragen, Jawa Tengah.
Udara.pdf Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Surakarta:
Mukono, J. 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Universitas Sebelas Maret.
terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Cetakan Santiasih, I. 2012. Paparan Partikulat (PM10 dan PM2,5)
kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Terhadap Tenaga Kerja di Dalam Ruangan. Paper
Mukono, J. 2008a. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya and Presentation of Environment.
terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Surabaya: Engineering. Dipetik January 17, 2016 dari http://digilib.
Airlangga University Press. its.ac.id/public/ITS-Master-29011-3310201006-
Oktaviani, D.A. 2016. Analisis Kadar PM2,5 dan keluhan abstract-id-santiasih.pdf
Pernapasan Pada Pekerja Percetakan di CV Bayu Salisa, S.S. 2011. Paparan Asap dari Aktivitas Pengasapan
Mandiri. Thesis. Universitas Airlangga. Surabaya. Ikan Terhadap Keluhan Mata, Pernapasan, dan Fungsi
Okwari, P.O. 2005. Lung Function Status of Workers Paru (Studi di Jalan Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran,
Exposed to Wood Dust in Timber Markets in Calabar, Kecamatan Bulak, Surabaya). Universitas Airlangga.
Nigeria. African Journal of Medicine And Medical Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Sciences. 2(34): 141–5. Sholikhah, A.M. 2015. Hubungan Karakteristik Pekerja
Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir dan Kadar Debu Total Dengan Keluhan Pernapasan
(P3KRBiN). 2004. Perkiraan Deposisi Partikel Udara Pada Pekerja Industri Kayu X di Kabupaten Lumajang.
(PM10/PM2,5 dan TSP) pada Saluran Pernapasan Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(1): 1–12.
Penduduk Cilegon Menggunakan Perangkat Lunak Sugiarti. 2009. Gas Pencemar dan Pengaruhnya Bagi
Ludep. BATAN. Dipetik February 25, 2016 dari http:// Kesehatan Manusia. Fakultas Matematika dan Ilmu
digilib.batan.go.id/e-prosiding/File%20Prosiding/ Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Energi/Pros_LitNuklir_2008/Data/Sumiardjo_245. Jurnal Chemical. 10(1).
pdf Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Putri, E.P. 2012. Konsentrasi PM2,5 di Udara dalam Ruang Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
dan Penurunan Fungsi Paru pada Orang Dewasa di Suryanta, N. 2009. Pengaruh Pengendalian Paparan
Sekitar Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta Timur Debu pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau
Tahun 2012. Universitas Indonesia. Skripsi. Depok: di PT. XX Kabupaten Deli Serdang. Universitas
Universitas Indonesia. Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas
Pranowowati, P., Maryanto, S. 2010. Induksi Partikel Sumatera Utara.
Terhirup dalam Asap Terhadap Kapasitas Fungsi Wardhana, W.A. 2007. Dampak Pencemaran Lingkungan
Paru pada Pengrajin Pengasapan Ikan di Kelurahan (edisi revisi). Edisi III. Yogyakarta: Andi offset
27–127.

Anda mungkin juga menyukai