TENTANG
BUPATI PASER,
dan
BUPATI PASER,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum.
Pasal 3
Obyek Retribusi adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah Orang pribadi atau Badan yang menggunakan tempat parkir di tepi
jalan umum.
Pasal 5
Wajib Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan parkir di tepi jalan umum.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan tingkat kepadatan, jenis kendaraan dan
frekwensi pemanfaatan tempat parkir.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan
pada biaya penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum, kemampuan masyarakat,
aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut;
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 9
(1) Struktur Tarif digolongkan berdasarkan Tingkat Kepadatan Parkir di Tepi Jalan Umum;
(2) Tingkat Kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan jumlah
rata-rata kendaraan yang parkir dibandingkan dengan kapasitas tempat parkir ditepi
jalan umum.
(3) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
Tingkat Kepadatan
Jenis Kendaraan Tarif
Parkir
Rendah - Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up dan sejenis Rp. 2.000,- / sekali parkir
- Bus Standar, Truk, Alat Besar dan yang Rp. 3.000,- / sekali parkir
sejenis
- Sepeda Motor Rp. 1.000,- / sekali parkir
- Kendaraan tidak bermotor Rp. 500,- / sekali parkir
Sedang - Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up dan sejenis Rp. 2.000,- / sekali parkir
- Bus Standar, Truk, Alat Besar dan yang Rp. 3.000,- / sekali parkir
sejenis
- Sepeda Motor Rp. 1.000,- / sekali parkir
- Kendaraan tidak bermotor Rp. 500,- / sekali parkir
Tinggi - Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up dan sejenis Rp. 2.000,- / sekali parkir
- Bus Standar, Truk, Alat Besar dan yang Rp. 3.000,- / sekali parkir
sejenis
- Sepeda Motor Rp. 1.000,- / sekali parkir
- Kendaraan tidak bermotor Rp. 500,- / sekali parkir
BAB VII
PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 10
(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali;
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian;
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
Retribusi yang terutang dipungut dikawasan Daerah tempat pelayanan penyediaan parkir.
BAB IX
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 12
Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan Retribusi dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
karcis, kupon dan kartu langganan;
(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 14
Dalam hal ini Wajib Retribusi membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
Retribusi yang terutang, yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
STRD.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;
(3) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatas disetorkan ke
Kas Daerah;
(4) Tata Cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Tata Cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.
BAB XIV
PELAKSANAAN PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo pembayaran;
(2) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang;
(3) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
BAB XV
KADALUWARSA PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN
PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA
Pasal 18
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retrubusi menjadi kadaluwarsa setelah melampaui
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib
Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), tertangguh jika :
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak
langsung
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
Kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang
Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 19
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kadaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kadaluwarsa diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XVI
PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 20
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi yang diberi insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaiaman dimaksud pada ayat (1)
diatur sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB XVII
P E N Y I DI K A N
Pasal 21
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang
Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi
daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau sanksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 22
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling
banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Tingkat II Pasir
Nomor 15 Tahun 1999 tentang Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir Tahun 1999 Nomor 03 Seri B) dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
ttd
H.HELMY LATHYF
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASER TAHUN 2011 NOMOR 12
H. Suwardi, SH, M. Si
Pembina
Nip. 19620424 199303 1 011
No. Nama Jabatan Paraf
1. H.Andi Azis Kasubbag.Produk Hukum Daerah
2. H.Suwardi Kepala Bagian Hukum
3. H.Heriansyah Idris Asisten Tata Pemerintahan
4. H.Helmy Lathyf Sekretaris Daerah