DOI : 10.14710/jkli.18.2.135-143
Info Artikel : Diterima Agustus 2019 ; Disetujui September 2019 ; Publikasi Oktober 2019
ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu sumber air permukaan yang memiliki peran vital bagi ekosistem perairan dan
makhluk hidup adalah sungai. Sungai Bedadung merupakan salah satu sungai besar yang melewati wilayah
Perkotaan Kabupaten Jember. Air dari sungai tersebut dimanfaatkan sebagai pemasok air baku untuk PDAM
Kabupaten Jember. Akan tetapi akibat tekanan aktivitas antropogenik menurunkan kualitas air sungai tersebut.
Pemantauan kualitas air diperlukan sebagai salah satu pertimbangan pengendalian pencemaran pada air sungai
tersebut. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi kondisi kualitas air dan beban pencemaran di intake intalasi
pengolahan air (IPA) PDAM Kabupaten Jember.
Metode: Pengambilan contoh air secara grab sampling dilakukan di intake IPA Tegal Gede dan IPA Tegal
Besar dengan beberapa parameter kualitas air yang diamati yaitu suhu, kekeruhan, TDS, pH, DO, BOD, COD,
yang dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 serta
debit air yang digunakan untuk menghitung beban pencemaran serta dilanjutkan uji t untuk mengetahui
perbandingan kondisi beban pencemaran.
Hasil: Hasil penelitian menjabarkan bahwa kualitas air sungai di intake IPA Tegal Gede dan IPA Tegal Besar
secara berurutan tergolong kelas I dan III. Nilai COD di intake IPA Tegal Besar tergolong kelas III. Nilai beban
pencemaran menujukkan perbedaan yang signifikan pada kedua intake IPA. Beban pencamaran di IPA Tegal
Gede dan Tegal Besar dengan nilai rata-rata secara berurutan yaitu 24,96 kg/hari dan 74,03 kg/hari.
Simpulan: Kualitas air Sungai Bedadung berdasarkan parameter fisika dan kimia di intake IPA Tegal Gede di
IPA Tegal Besar secara berurutan tergolong kelas I dan III serta kondisi beban pencemaranya beragam.
ABSTRACT
Title: Identification of the Water Quality and Pollution Load Bedadung River in Water Treatment Plants Intake
of Jember Regency Municipal Waterworks
Background: River as one of surface water resource has a vital role for ecosystems and organism. Jember
Regency Municipal Waterworks utilized the river as water raw resources. However, the anthropogenic activities
impacted water quality decline in the river. Water quality monitoring was needed as a consideration for
pollution controlling in the river. The focus research investigated water quality and pollution load in the water
treatment plants (WTP) intake of Jember Regency Municipal Waterworkers.
Methods: Water sampling by grab sampling was carried out he intake of Tegal Gede and Tegal Besar WTP
with observed pysicochemical parameters i.e temperature, turbidity, TDS, pH, DO, BOD, COD compered with
Government Regulation No.82 of 2001 and stream flow for pollution load measurement and continued by t-test
to compire the pollution load conditions.
Results: The water quality refer to physicochemical parameter in intake of Tegal Gede and Tegal Besar WTP
respectively including I and III standard. COD caused water quality decline in intake of Tegal Besar WTP. The
t-test of the pollution load represented a significantly difference at the both water treatment plants locations.
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
136 Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
The evenly of pollution load in the Tegal Gede and Tegal Besar WTP respectively were 24.96 kg/day and 74.03
kg/day.
Conclusion: The water quality refer to physicochemical parameter in intake of Tegal Gede and Tegal Besar
WTP respectively including I and III standard and had the pollution load diverse.
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 137
2. Pengukuran di lapangan meliputi parameter suhu Hidup Nomor 1 tahun 2010 tentang Tata Laksana
sedangkan pengukuran di Laboratorium Teknik Pengendalian Pencemaran.2 Pengukuran nilai
Pengendalian dan Kanservasi Lingkungan Jurusan paremeter fisika-kimia kualitas air dilakukan pada
Teknik Pertanian Universitas Jember meliputi pukul 07.00 (pagi); 11.30 (siang); dan 16.00 (sore)
parameter kekeruhan, TDS, pH, DO, BOD dan WIB dan pengulangan 3 kali. Pemilihan waktu
COD. Parameter tersebut dapat menjadi parameter tersebut berdasarkan aktivitas puncak dari
kunci jika terjadi pencemaran pada air sungai aktivitas antropogenik.36 Adapun analisis
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan pengukuran tiap parameter berikut ini.
Gambar 2. Lokasi pengambilan contoh air di intake IPA Tegal Gede dan Tegal Besar
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
138 Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
a. Pengukuran suhu dilakukan di lapangan reaktor COD selama 2 jam, (2) reagen
menggunakan termometer. didinginkan hingga mencapai suhu ruang dan
b. Pengukuran kekeruhan menggunakan dilakukan pembacaan pada spektrofometer.
turbiditymeter di laboratorium. h. Pengukuran kecepatan aliran air dan luas
c. Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) penampang sungai merupakan data input
menggunakan TDSmeter di laboratorium. untuk menghitung debit air sungai. Pengkuran
d. Pengukuran pH atau tingkat derajat keasaman kecepatan aliran menggunakan currentmeter
air menggunakan pHmeter di laboratorium. pada masing-masing pias yang sudah
e. Identifikasi nilai Dissolved Oxygen (DO) ditentukan. Kriteria pengukuran kecepatan
diukur menggunakan metode winkler. aliran merujuk pada tabel 1 dan persamaan 3.
Rujukan perhitungan ini berdasarkan Standar Pengukuran debit air merujuk pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) 6989.72:2009. Nasional Indonesia (SNI) 8066:2015.
Persamaan yang digunakan dalam
menyelidiki nilai DO dapat dilihat pada Tabel 1. Posisi titik ketinggian pengukuran aliran
persamaan 1. Kedalaman Titik Kecepatan Rata-
DO = (1) Air (m) Pengukuran Rata (m/detik)
< 0.6 0.6 d V0.6
Keterangan :
0.6 – 3.0 0.2 d ; 0.8 d (V0.2d + V0.8d) /2
DO = oksigen terlarut (mgO2/L)
3.0 – 0.6 0.2 d ; 0.6 d ; (V0.2d + V0.6d +
a = volume titran (mL)
0.8 d V0.8d) /4
N = normalitas larutan natrium (ek/L)
(Sumber: Aziza dkk. 2018)6
V = volume botol Winkler (mL)
f. Nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) Q = V .A (3)
dapat diketahui berdasarkan metode winkler. Keterangan:
Rujukan perhitungan ini berdasarkan Standar Q = Debit pada titik ke-n (m3/detik)
Nasional Indonesia (SNI) 6989.72:2009. V = Kecepatan aliran (m/detik)
Persamaan yang digunakan dalam A = Luas penampang (m)
menyelidiki nilai DO dapat dilihat pada i. Penentuan nilai beban pencemaran diperoleh
persamaan 2. dari perkalian antara debit air dan konsentrasi
X X 5 B0 B5 1 P (2)
BOD yang dapat dilihat pada persamaan 4.17
BOD520 0 L=QxC (4)
P
Keterangan : Keterangan:
X0 = DO contoh t = 0 (mg O2 /L) L = Beban pencemaran (kg/hari)
X5 = DO contoh t = 5 (mg O2 /L) Q = Debit air sungai (m3/detik)
B0 = DO blanko t = 0 (mg O2 /L) C = Konsentrasi parameter (mg/L)
B5 = DO blanko t = 5 hari (mg O2 /L) Data beban pencemaran di Sungai Bedadung
P = Derajat pengenceran yang menjadi masukan di masing-masing IPA akan
g. Spektrofometri salah satu metode yang dapat dibandingkan untuk mengetahui perbedaan antara
digunakan untuk mengidenfikasi nilai kondisi beban pencemaran yang dihadapi IPA Tegal
Chemical Oxygen Demand (COD). Rujukan Gede dan Tegal Besar menggunakan uji t dengan
perhitungan ini berdasarkan Standar Nasional menggunakan software SPSS 15.0. Pada output
Indonesia (SNI) 6989.2:2009. Prosedur penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
pengukuran yaitu (1) dimasukkan contoh air pertimbangan terkait pengendalian pencemaran sungai
sejumlah 0,2 mL ke dalam reagen High Range dan pengolahan air di PDAM, khususnya di IPA
(HR) dan dipanaskan menggunakan pada Tegal Gede dan Tegal Besar.
(a) Titik 1 (Intake IPA Tegal Gede) (b) Titik 2 (Intake IPA Tegal Besar)
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 139
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku
Analisis Kualitas Air di Sekitar Intake IPA Tegal mutu kelas I berpotensi layak dimanfaatkan sebagai
Gede dan IPA Tegal Besar sumber air baku. Namun nilai COD pada intake Tegal
Kualitas air di intake PDAM Kabupaten Jember Besar tergolong kelas III. Oleh sebab itu kualitas air
memiliki nilai yang beragam. Secara umum kualitas di intake tersebut tergolong kelas III meskipun
air di intake Tegal Gede berdasarkan parameter fisika parameter lainnya tergolong kelas I. Hasil
dan kimia air sungai tersebut tidak melebihi baku pemeriksaan kualitas air dapat dilihat pada tabel 2.
mutu kelas I menurut Peraturan Pemerintah Republik Hasil pemeriksaan parameter kualitas air baik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan parameter fisika dan kimia memiliki perbedaan.
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitas air di intake IPA Tegal Gede dan Tegal Besar
Nilai Rata-Rata di IPA Nilai Rata-Rata di IPA Tegal
Kelas Tegal Gede Besar
Parameter Satuan Kelas I
III
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1. Karakteristik Kualitas Air IPA Tegal Gede Pradana tahun 2018, menjabarkan bahwa Sungai
Hasil analisis kualitas air pada Titik 1 (IPA Bedadung segmen Kecamatan Patrang-Sumbersari
Tegal Gede) didapatkan nilai suhu, kekeruhan, dan memiliki memiliki profil sungai dan kecepatan aliran
TDS yang relatif seragam pada setiap pengamatan. yang beragam5. Kondisi ini mendukung pembentukan
Nilai rata-rata suhu, kekeruhan, dan TDS secara turbulensi dan memudahkan tranfer oksigen dari atas
berurutan yaitu 28,37°C; 12,36 mg/L; dan 156,59 perairan ke dalam badan air. Disisi lain jika nilai DO
mg/L. Suhu perairan pada titik ini cenderung normal tinggi akan mempengaruhi reduksi bahan organik
dan menjadi ciri khas suhu perairan wilayah tropis.19 mudah terurai yang diindikasikan oleh nilai BOD dan
Nilai kekeruhan cenderung rendah sehingga halangan COD. Nilai kedua parameter tersebut juga
matahari mengenai perairan tidak besar. Nilai dipengaruhi oleh aktivitas domestik dan industri.
kekeruhan yang rendah mengindikasikan rendahnya Rendahnya nilai BOD dan COD di titik 1
padatan yang melayang pada badan air dan rendahnya mengindikasikan tingkat pencemaran oleh sumber
jumlah alga.30 Banyaknya padatan terlarut atau TDS pencemar relatif rendah.5,20
yang berukuran >1nm relatif rendah. TDS merupakan 2. Karakteristik IPA Kualitas Air di Sekitar IPA
parameter kualitas air yang munujukkan kandungan Tegal Besar
mineral dan bentuk ion bebas seperti Na, Ca dan Mg. Hasil analisis kualitas air pada Titik 2 (IPA tegal
Jika nilai TDS tinggi maka tidak layak dimanfaatkan Gede) didapatkan nilai suhu, kekeruhan, dan TDS
sebagai sumbai sumber air baku karena menimbulkan yang relatif seragam pada setiap pengamatan. Nilai
risiko gangguan kesehatan bila digunakan sebagai rata-rata suhu, kekeruhan, dan TDS secara berurutan
sumber air bersih.21, 32 yaitu 29,46°C; 3,39 mg/L; dan 179,85 mg/L.
Parameter kimia yang terdiri atas pH, DO, BOD, Kekeruhan relatif rendah sehingga di sekitar intake ini
dan COD memilki nilai yang beragam. Nilai rata-rata kondisi kejernihan airnya tinggi. Kondisi ini
parameter pH, DO, BOD, dan COD secara berurutan mendukung penyediaan oksigen oleh aktivitas
yaitu 7,68; 7,97 mg/L; 0,87 mg/L; dan 7,67 mg/L. pH fotosintesis pada badan air.22
di sekitar Intake IPA Tege Gede relatif netral karena Parameter kimia yang terdiri atas pH, DO, BOD,
masih dalam rentang nilai 7-9. Jika nilai pH diluar dan COD memiliki nilai yang beragam. Nilai rata-rata
rentang nilai tersebut dapat mengancam kelangsungan parameter pH, DO, BOD, dan COD secara berurutan
hidup organisme. Nilai pH yang rendah dapat yaitu 7,4; 6,44 mg/L; 1,66 mg/L; dan 26 mg/L.
mengancam ekosistem perairan dan pertumbuhan ikan Parameter COD melebihi baku mutu kelas I.
air tawar.20 Oksigen terlarut diindikasikan oleh nilai Peningkatan nilai parameter COD ini dipengaruhi
DO. Nilai DO relatif tinggi di titik 1. Tingginya nilai oleh akumulasi bahan organik dan cemaran senyawa
DO diperngaruhi oleh profil sungai. Hasil penelitian kimia dari indutri. Sebagai pembanding studi industri
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
140 Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
batik dan laundry yang membuang limbahnya ke Sungai Bedadung Utama dan anak sungainya berasal
sungai mampu meningkatan nilai COD hingga dari sumber pencemar non-point source sehingga
mencapai 500 mg/L.22,35 Aktivitas domestik mampu pengukuran pencemaran pada penelitian dilakukan
meningkatan nilai COD Sungai Code hingga langsung pada aliran sungai, dengan asumsi seluruh
mencapai 100 mg/L berdasarkan penyelidikan oleh zat pencemar yang berasal dari sumber pencemar
Widodo di tahun 2013.23 Perbedaan kondisi kualitas domestik, pertanian maupun industri telah tercampur
air di kedua IPA dipengaruhi oleh akumulasi bahan merata di dalam aliran air sungai.5,6,36
pencemar. Nilai parameter fisika dan kimia di IPA Nilai beban pencemaran tertinggi di kedua titik
Tegal Besar juga dipengaruhi oleh akumulasi dari pada hari pertama hingga ketiga rata-rata terjadi pada
Sungai Antirogo dan Kalijompo yang bermuara di siang hari pukul 11.30 WIB dengan nilai 30,23
Kecamatan Sumbersari. kg/hari di titik 1 dan 77,90 kg/hari di titik 2. Hal
Pengelolaan dan pengendalian pencemaran air tersebut disebabkan oleh nilai BOD yang dihasilkan
sungai harus tetap dilakukan meskipun fungsi pada titik 2 lebih tinggi dari titik 1. Kenaikan
alamiahnya dalam kondisi baik. Sungai Bedadung konsentrasi BOD tersebut dapat disebabkan oleh
yang melintasi Kecamatan Sumbersari dan Kaliwates kondisi tata guna lahan dan aktivitas masyarakat.
berpotensi mengalami tekanan pencemaran yang Kondisi tata guna lahan pada setiap lokasi dapat
tinggi mengingat Rencana Tata Raung Wilayah disajikan pada gambar 4. Banyaknya aktivitas
(RTRW) tahun 2015 kedua kecamatan tersebut masyarakat seperti mandi, buang air besar, mencuci
termasuk wilayah Perkotaan Kabupaten Jember. pakaian bahkan membuang sampah secara langsung
Penyelidikan oleh Evan di tahun 2012 menujukkan ke badan sungai. Besarnya nilai BOD tersebut dapat
bahwa lemahnya aplikasi manajemen kualitas mempengaruhi jumlah beban pencemaran yang terjadi
lingkungan di beberapa negara berkembang di Benua di badan air.34,37
Asia berisiko meningkatan pencemaran pada sumber Debit sungai juga akan mempengaruhi nilai
daya air.24 Oleh sebab itu diperlukan upaa pencegahan beban pencemaran. Semakin tinggi debit yang
dari pencemaran yang akan timbul ang diakibatkan dihasilkan maka beban pencemaran yang terjadi juga
olek aktivitas antropogenik atau proses alam. Adapun semakin tinggi. Pada titik 2, debit yang dihasilkan
beberapa strategi pengendalian pencemaran sungai adalah 501,6 – 570,25 L/s lebih besar bila
yaitu pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah dibandingkan debit pada titik 1 adalah 310,56-339,77
(IPAL) komunal, perbaikan sanitasi lingkungan, L/s. Debit pada titik 2 bertambah karena sebelumnya
peningkatan peran masyarakat dan stakeholder, serta juga telah mendapat masukan dari Sungai Antirogo.
penguatan kelembagaan.25,26,28 Secara teoritis parameter debit dan konsentrasi BOD
saling mempengaruhi terjadinya kenaikan beban
Analsis Beban Pencemaran pencemaran. Sejalan dengan kondisi ini hasil kajian
Nilai beban pencemaran dipengaruhi oleh yang dilakukan oleh Liu dkk. (2016) water level yang
besarnya debit aliran sungai dan zat pencemar yang berimplikasi dengan debit air memiliki hubungan kuat
terkandung dalam aliran sungai dalam hal ini adalah terhadap peningkatan nilai distribusi bahan organik
konsentrasi DO dan BOD. Hasil penyelidikan Pradana pada badan air.30
dan Aziza analisis beban pencemaran di sekitar
Gambar 4. Hasil pemeriksaan debit, BOD, dan beban pencemaran di kedua IPA PDAM
Titik 2 memiliki nilai rata-rata beban rata-rata beban pencemaran pada IPA tegal Gede dan
pencemaran yang lebih tinggi dari titik 1. Hasil Tegal Besar secara berurutan yaitu 24,97 kg/hari dan
pemantauan beban pencemaran di IPA Tegal Gede 74,03 kg/hari. Fakta empiris ini didukung dengan uji
dan Tegal Besar dapat dilihat pada gambar 5. Nilai statistika. Pada uji normalitas dihasilkan nilai Sig uji
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 141
Shapiro Wilk pada Titik 1 sebesar 0,091 > 0,05 dan dengan jumlah 18 data diperoleh df = 16, serta
pada Titik 2 sebesar 0,526 > 0,05. Karena semua > nilai signifikansi ∝ = 0.05 (5%) maka diperoleh nilai t
0,05 maka kedua kelompok sama-sama berdistribusi tabel = 2,11991. Oleh karena itu disimpulkan bahwa
normal berdasarkan uji Shapiro Wilk. Setelah nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka terdapat
diketahui bahwa data tersebut berdistribusi normal, perbedaan yang signifikan antara beban pencemaran
barulah dapat dilanjutkan untuk melakukan uji beda yang ada di titik 1 dengan titik 2.
menggunakan metode uji t. Diketahui bahwa nilai t
hitung data nilai beban pencemaran adalah 16,585
Gambar 5. Nilai rata-rata debit air, BOD, dan beban pencemaran di kedua IPA PDAM
Perbandingan kondisi beban pencemaran rata- Adapun selain optimalasi pengolahan IPA oleh
rata kedua IPA dapat dilihat pada gambar 6. Hal pihak PDAM, dilakukan pula upaya pengelolaan
tersebut dikarenakan Sungai Bedadung pada titik 2 kualitas air sungai secara komprehensif yang
lebih sering dimanfaatkan untuk tempat pembuangan melibatkan beberapa pihak.25,26 Sungai Bedadung
sampah dan juga letak lokasinya dekat dengan pusat idealnya harus memenuhi baku mutu kelas I jika akan
Kota Jember yang padat pemukiman. Sedangkan dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Secara umum
Sungai Bedadung pada titik 1 lebih sering upaya pengelolaan kualitas air terdiri atas pemtauan
dimanfaatkan warga untuk mandi, mencuci dan buang kualitas air dan pengedalian pencemaran. Pemantauan
air dan letak lokasinya bukan di pusat Kota Jember kualitas air yang mencakup parameter, fisika, kimia,
yang tidak padat pemukiman. Disisi lain berdasarkan dan biologi yang menjadi indikator kondisi sumber
gambar 1 IPA Tegal Besar terletak di downstream daya air.27 Pengendalian beban pencemaran sungai
sehingga potensi akumulasi beban pencemaran dari pada umumnya harus memperhatikan debit air dan
aliran bagian upstream berpotensi meningkatan nilai konsentrasi bahan pencemar. Aplikasi IPAL pada
beban pencemarannya. Kecenderungan dari kedua limbah domestik dan industri menjadi salah satu
intake terhadap nilai BODnya, lebih rendah di pagi strategi menurunkan konsentrasi bahan pencemar
hari dan debit airnya relatif tinggi. Oleh sebab itu sehingga limbah tidak melebihi baku mutu yang
diasumsikan pengambilan dan pengolahan air baku berlaku.29 Disisi lain diperlukan upaya konservasi
lebih efektif dilakukan saat pagi hari. Bagi PDAM pada daerah hulu DAS Bedadung guna mendukung
Kabupaten Jember, rekomendasi pengolahan air keberlanjutan sumber daya air dari segi kuantitasnya.
dioptimalkan pada pagi hari mengingat potensi beban
pencemaran dari hasil pemeriksaan cenderung lebih SIMPULAN
rendah. Adapun strategi pengolahan air baku agar Kualitas air di intake PDAM Kabupaten Jember
lebih efektif pada IPA Tegal Besar mengingat memiliki nilai yang beragam. Secara umum kualitas
tingginya bahan organik yang terpapar pada sumber air di intake Tegal Gede berdasarkan parameter fisika
airnya, diperlukan upaya pretreatment menggunakan dan kimia air sungai tersebut tidak melebihi baku
biofilter untuk mereduksi bahan organik mudah urai mutu kelas I menurut Peraturan Pemerintah Republik
ataupun yang tidak mudah diuraikan.34 Disisi lain Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
untuk meningkatkan hasil pengolahan air baku pada Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku
dapat melakukan kombinasi penggunaan koagulan mutu kelas I berpotensi layak dimanafaatkan sebagai
seperti PACl dan ultrafiltrasi sebagai alternatif sumber air baku. Namun nilai COD pada intake Tegal
penanganan sekunder. Metode ini dilaporkan dapat Besar tergolong kelas III. Oleh sebab itu kualitas air
meningkatkan kinerja koagulan hingga 21% sehingga di intake tersebut tergolong kelas III meskipun
mampu menekan biaya operasionalnya.31 parameter lainnya tergolong kelas I. Nilai beban
pencemaran tertinggi di kedua titik pada hari pertama
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
142 Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
hingga ketiga rata-rata terjadi pada siang hari pukul 9. Nurjanah U. Studi keanekaragaman makrobentos
11.30 WIB, bila dilihat pada nilai rata-rata beban sebagai bioindikator kualitas air sungai
pencemaran pada Titik 2 lebih tinggi bila Bedadung Jember. Prosiding Seminar Nasional
dibandingkan dengan beban pencemaran pada Titik 1. Biologi, 2016, p. 202–209.
Fakta empiris ini didukung dengan uji t dengan nilai 10. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur,
signifikasi α = 0,05 yang menujukkan terdapat Dokumen informasi kerja pengelolaan
perbedaan signifikan pada nilai beban pencemaran di lingkungan hidup daerah Provinsi Jawa Timur
IPA Tegal Gede dan Tegal Besar. Bagi PDAM tahun 2016.
Kabupaten Jember, rekomendasi pengolahan air 11. Munandar K, Eurika N. Keanekaragaman ikan
dioptimalkan pada pagi hari mengingat potensi beban yang bernilai ekonomi dan kandungan logam
pencemaran dari hasil pemeriksaan cenderung lebih berat pb dan cd pada Ikan Sapu-Sapu di Sungai
rendah. Adapun strategi pengolahan air baku agar Bedadung Jember. in Proceeding Biology
lebih efektif pada IPA Tegal Besar mengingat Education Conference 2016: 717–722.
tingginya bahan organik yang terpapar pada sumber 12. Vade KK, Wang J, Cao L, Yuan T, McCarthy
airnya, diperlukan upaya pretreatment menggunakan AJ, Sejar R. Assesment of water quality and
biofilter untuk mereduksi bahan organik mudah urai identification of pollution risk locations in Tiaxi
ataupun yang tidak mudah diuraikan. Disisi lain untuk River (Taihu Watershed). Water, 2018,
meningkatkan hasil pengolahan air baku pada dapat 10(183):1–18.
melakukan kombinasi penggunaan koagulan seperti 13. Wardiani FE, Wimbaningrum R, Setiawan R.
PACl dan ultrafiltrasi sebagai alternatif penanganan Hubungan antara tipe penggunaan lahan dengan
sekunder. kualitas air di Sungai Rembangan, Kabupaten
Jember. Jurnal Ilmu Dasar, 2019, 20(2): 11–122.
UCAPAN TERIMA KASIH 14. Bu H, Meng W, Zhang Y, Wan J. Relationships
Terima kasih kami sampaikan kepada Lobaratorium between land use patterns and water quality in
Teknik Penngendalian dan Konservasi Lingkungan the Taizi River Basin, China. Ecol. Indic, 2014,
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi 41: 189–197
Pertanian, Universitas Jember dalam menyediakan 15. Rejekiningrum P. Dampak perubahan iklim
fasilitas pendukung dalam penyelesaian penelitian ini terhadap sumberdaya air: identifikasi, simulasi,
serta pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini. dan rencana aksi. Jurnal Sumberdaya Lahan,
2014, 8(1): 1–15.
DAFTAR PUSTAKA 16. Shi P, Zhang Y, Li Z, Li P, Xu G. Influence of
1. Asian Development Bank. Indonesia: country land use and land cover patterns on seasonal
water assessment. Manila, 2016. water quality at multi-spatial scales. Catena
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Elsevier B.V, 2017, 151: 182–190.
Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian 17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Pencemaran Air. Jakarta. 2010. 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan
3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada
Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Indeks Sumber Air. Jakarta. 2003.
kualitas lingkungan Indonesia tahun 2017. 18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Jakarta. 2018. 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan
4. Kusumawardani D. Estimasi biaya pencemaran Status Mutu Air. Jakrta, 2003.
air sungai: studi kasus pada Kali Surabaya untuk 19. Saraswati SP, Sunyoto, Kironoto BA. Kajian
produksi air minum. Majalah Ekonomi’ 2012: bentuk dan sensitivitas rumus indeks PI, stroret,
116–124. come untuk penentuan status mutu perairan
5. Pradana HA, Novita E, Wahyuningsih S, sungai tropis di Indonesia. Jurnal Manusia dan
Pamungkas R. Analysis of deoxygenation and Lingkungan, 2014, 21(2): 129–142.
reoxygenation rate in the Indonesia River: a case 20. Effendi H. River water qualit preliminariy rapid
study: Bedadung River East Java. in IOP Conf. assesment using pollution index. Procedia
Ser: Earth Environ. Sci, 2019, 243. Environ. Sci. Volume 33: 562–567. 2016.
6. Aziza SN, Wahyuningsih S, Novita E. Beban 21. Sasongko EB, Widyastuti E, Priyono R. Kajian
pencemaran Kali Jompo di Kecamatan Patrang – kualitas air dan penggunaan sumur gali oleh
Kaliwates Kabupaten Jember. Jurnal masyarakat di sekitar Sungai Kaliyasa
Agroteknologi Volume 12(1): 100–106. 2018. Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmu Lingkungan,
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2014, 12(2): 72–82.
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan 22. Sulaksono A, Effendi H, Kurniawan B. Kajian
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. beban pencemaran limbah cair industri kecil
Jakarta. 2001. menengah batik klaster Trusmi Kabupaten
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor Cirebon. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam
02 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Kualitas dan Lingkungan, 2015, 5(1): 17–24.
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 2008. 23. Widodo, Kasam, Ribut L, Ike A. Strategi
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Hendra A.P., Sri W., Elida N., Aisyah H., Bambang H.P. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 143
© 2019 Hendra A.P. et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.