ABSTRAK: Sistem drainase berbasis konservasi merupakan konsep pengelolaan air hujan dan
limpasannya pada sistem drainase perkotaan, dengan tujuan meningkatkan daya guna air,
meminimalkan kerugian serta konservasi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
kapasitas dimensi saluran drainase eksisting di sistem drainase Oesapa – Lasiana Kota Kupang,
mengetahui alternatif penanganan genangan yang berbasis konservasi di lokasi studi tersebut.
Dalam menganalisa hal tersebut, digunakan software Storm Water Management Model (SWMM)
versi 5.1 untuk memodelkan limpasan hujan kala ulang 5 tahun dengan membandingkan kondisi
jaringan drainase sebelum dan sesudah penerapan kolam retensi, sumur resapan dan
melebarkan/meninggikan dimensi saluran eksisting. Untuk menangani permasalahan genangan di
lokasi studi dibutuhkan 1 unit kolam resapan berukuran 160 m x 100 m x 3 m, dan 587 unit sumur
resapan berdiameter 1 m, kedalaman 3 meter serta melebarkan / meninggikan dimensi saluran
eksisting menjadi 1.60 m x 0.80 m sepanjang 706 m. Sumur resapan direncanakan dipasang di tiap
- tiap rumah warga berbentuk lingkaran, terbuat dari pasangan batu bata tanpa diplester. Data
curah hujan selama 16 tahun (2001-2016) dari stasiun Lasiana dan stasiun El Tari Kupang dipakai
untuk melakukan simulasi hujan rancangan. Perhitungan intensitas hujan dengan durasi 6 jam kala
ulang 5 tahun menggunakan rumus Mononobe dan menghasilkan kurva IDF. Dari kurva IDF
dibuat distribusi hujan jam-jaman (hyetograph) kala ulang 5 tahun sebesar 128.88 mm yang
kemudian dipakai sebagai masukan parameter SWMM. Hasil kalibrasi model menunjukkan nilai
RMSE antara debit pemodelan dengan debit terukur sebesar 0.061405 (6.14%). Hasil simulasi
SWMM menunjukkan kapasitas saluran drainase eksisting di lokasi studi tidak mampu
menampung hujan rancangan dengan kala ulang 5 tahun dan mengakibatkan genangan di 18
conduit.
125
126 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 9 Nomor 2, November 2018, hlm 125 - 137
distribution of 128.88 mm is used as input of SWMM parameters. The model calibration results
show the RMSE value between the modeling discharge and the measured discharge of 0.0614
(6.14%). The SWMM simulation results show that existing drainage capacity at the study site was
not able to accommodate the design rainfall with a 5 year return period and resulted in a puddle
in 18 conduits.
Pengembangan permukiman dan kegiatan bangunan perumahan dan sisanya berupa ruang
industri di perkotaan yang demikian pesatnya terbuka hijau serta fasilitas umum lainnya.
mengurangi daerah resapan air hujan, tidak
terencananya dengan baik sistem drainase yang
ada serta laju urbanisasi penduduk yang tinggi
sehingga memerlukan lahan hunian yang pada
akhirnya daerah resapan air hujan menjadi
lebih sempit (Lo Russo, 2009).
Daerah genangan limpasan air hujan di
wilayah kota Kupang, diantaranya adalah di
kawasan padat penduduk Oesapa-Lasiana.
Adapun faktor penyebab genangan di kawasan
tersebut diantaranya adalah:
1. Sistem drainase yang ada, belum
terencana dengan baik dan Gambar 1. DTA Sistem Drainase Oesapa-Lasiana
berkesinambungan.
2. Adanya perumahan yang padat penduduk Tahapan Penelitian
di daerah berkontur rendah. Tahapan penelitian dan langkah
3. Pembangunan di kawasan Oesapa-Lasiana pemodelan menggunakan SWMM 5.1 adalah
yang sangat pesat, berdampak pada sebagai berikut:
jumlah daerah resapan yang semakin 1. Menentukan batasan luas sub daerah tangkapan
sempit. aliran / Sub DTA, luas daerah tidak kedap air dan
4. Tidak terdapat lahan yang cukup memadai kedap air serta kemiringan lahan berdasarkan
untuk dilakukannya peningkatan kapasitas peta topografi dan peta tata guna lahan.
saluran drainase eksisting. 2. Dari data dan peta jaringan drainase eksisting
5. Kurangnya kesadaran masyarakat dan juga dapat ditentukan arah aliran air dan dimensi
instansi terkait tentang pentingnya daerah saluran. Survey lapangan dengan melakukan
resapan sebagai alternatif penanggulangan pengukuran terhadap kemiringan dan elevasi
genangan dan juga upaya konservasi air. dasar saluran eksisting di lokasi studi.
Tujuan yang ingin dicapai dari studi ini 3. Membuat model limpasan hujan kondisi
adalah: eksisting dengan SWMM 5.1 dan dengan
1. Mengetahui hasil analisa kapasitas dimensi menggunakan uji statistik Root Mean Square
saluran drainase eksisting di sistem Error (RMSE) untuk mengukur tingkat
drainase Oesapa-Lasiana kota Kupang . keakurasian prakiraan model tersebut. Nilai
2. Mengetahui penanganan genangan yang RMSE yang dihasilkan apabila mendekati ke
berbasis konservasi dari hasil analisa kapasitas angka 0 (nol) menunjukkan bahwa variasi nilai
tampungan drainase eksisting di lokasi studi. yang dihasilkan oleh suatu model prakiraan
mendekati variasi nilai observasinya.
METODE PENELITIAN 4. Melakukan uji konsistensi data curah hujan
Kondisi Daerah Studi dengan analisis Rescaled Adjusted Partial
Penelitian ini dilakukan di sistem drainase Sums (RAPS) karena kurang dari 3 (tiga)
Oesapa-Lasiana yang sebagian besar berada di stasiun penakar hujan (Sri Harto, 2000).
wilayah Kecamatan Kelapa Lima Kota 5. Analisa Frekuensi
Kupang. Diketahui bahwa luas sistem drainase Menggunakan distribusi Log Person Tipe III
Oesapa-Lasiana adalah 652,95 ha atau 6,53 untuk menganalisa frekuensi data intensitas
km2, dengan dominasi penggunaan lahan untuk hujan kala ulang 5 tahun.
6. Uji Kesesuaian Distribusi
Sebandar, dkk, Studi Alternatif Penaggulangan Genangan Berbasis Konservasi Di Sistem Drainase 127
Tabel 1. Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Hubungan Intensitas Hujan – Waktu
Lasiana Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia
maka lengkung intensitas dibuat menggunakan
rumus Mononobe. Diketahui curah hujan rancangan
harian maksimum kala ulang 5 tahun sebesar 128.88
mm, maka dapat dihitung intensitas hujan jam-jaman
seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.
Skema jaringan drainase dengan kondisi Lasiana kota Kupang seperti yang terlihat pada
eksisting bisa dilihat pada Gambar 5 berikut. Gambar 6.
Sedangkan, peta genangan di DTA Oesapa-
Outfall
J33 Junction
Conduit
S7 Subcatchment
Penelusuran banjir pada saluran dengan SWMM, SWMM ini, karena memberikan hasil yang secara
memakai persamaan kontinuitas (konservasi massa), teoritis paling akurat. Hasil running model SWMM
dan persamaan momentum untuk unsteady, gradually untuk model sistem drainase dengan kondisi eksisting
varied flow, yaitu persamaan Saint Venant (Rossman, sebelum adanya struktur penanggulangan genangan
2015). Pemilihan penelusuran gelombang dinamis dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini:
(Dynamic Wave Routing) untuk melakukan simulasi
Gambar 7. Hasil Running Model SWMM untuk Skematisasi Sistem Drainase pada Kondisi
Eksisting
Merujuk hasil simulasi model SWMM dengan dapat menampung aliran air yang mengalir di dalamnya
kondisi di jaringan drainase eksisting menunjukkan atau meluber. Hasil simulasi debit limpasan dan tinggi
beberapa ruas saluran/conduit berwarna merah yang aliran air masing-masing saluran/conduit dapat dilihat
berarti kapasitas saluran/conduit tersebut sudah tidak pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5 di atas merupakan hasil simulasi model penanggulangan genangan berbasis konservasi berupa
SWMM pada jaringan drainase eksisting dengan penempatan struktur kolam retensi dan struktur sumur
intensitas hujan kala ulang 5 tahun, didapatkan 18 resapan. Dengan demikian maka, limpasan permukaan
dari 42 saluran/conduit eksisting sudah tidak dapat air hujan pada sub DTA-sub DTA dapat ditampung
menampung air limpasan yang terjadi. Dari hasil sementara dan atau diresapkan terlebih dahulu sebelum
simulasi SWMM, air dalam saluran akan meluber masuk ke dalam saluran drainase.
jika tinggi aliran air maksimal (hmax) dalam saluran Profil muka air pada beberapa titik lokasi genangan
eksisting sama dengan tinggi dari saluran eksisting hasil simulasi SWMM juga dapat dilihat pada gambar
(hsal). Lokasi genangan tersebut akan menjadi dasar berikut.
Air Meluap
Air Meluap
Gambar 8. Hasil simulasi kondisi eksisting pada Gambar 9. Hasil simulasi kondisi eksisting
conduit C6-C5-C4-C3-C2-C1 (node J6-J5-J4- pada conduit C7- C8-C9-C10 (node J33-J34-
J3-J2-J1-Out2) J35-J36-Out1)
132 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 9 Nomor 2, November 2018, hlm 125 - 137
Air Meluap
Gambar 10. Hasil simulasi kondisi eksisting Gambar 14. Hasil simulasi kondisi eksisting
pada conduit C15- C13 (node J12-J10-J5) pada conduit C26 (node J17-J16)
J8
17.5
Elevation (m)
17
16.5
16
15.5
125 120 115 110 105 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Distance (m)
02/18/2018 03:55:00
Gambar 12. Hasil simulasi kondisi eksisting Gambar 16. Hasil simulasi kondisi eksisting
pada conduit C18 (node J8-J6) pada conduit C35 (node J27-J25)
Perencanaan Kolam Retensi, Sumur sehingga beban aliran yang masuk ke dalam
Resapan dan Peningkatan Kapasitas saluran-saluran drainase menjadi berkurang.
Saluran Limpasan air yang masuk ke dalam kolam
retensi menjadi tertahan dan sebagian lagi
1. Kolam Retensi
meresap ke dalam tanah dan keluar melalui
Kolam retensi ini dibangun bukan hanya pelimpah (spillway) apabila sudah melewati
sebagai upaya pengendalian genangan tetapi kapasitas tampungan kolam. Kolam retensi
juga sebagai upaya konservasi air. Dalam yang direncanakan ini berukuran 160 meter
studi ini, kolam retensi direncanakan supaya x 100 meter dan kedalaman 3 meter. Tipikal
dapat menyimpan sekaligus mengendalikan kolam retensi seperti Gambar 18 berikut.
limpasan permukaan yang berasal dari hujan
Sebandar, dkk, Studi Alternatif Penaggulangan Genangan Berbasis Konservasi Di Sistem Drainase 133
2. Sumur Resapan
Sumur resapan dalam studi ini merupakan
alternatif lain setelah penerapan kolam retensi
yang bertujuan untuk mengurangi limpasan air
permukaaan dan juga sebagai upaya konserva-
si. Penerapan sumur resapan ini menjadi lebih
cocok dibandingkan dengan penerapan kolam
retensi apabila penempatannya di lokasi yang
merupakan kawasan padat penduduk. Sumur
resapan yang direncanakan ini, ditempatkan di = 1.854 x 10-4m3/detik
masing-masing pekarangan rumah penduduk.
Dimensi dari sumur resapan sangat ditentukan b. Volume air hujan yang meresap (Vrsp)
oleh beberapa faktor berikut: Qo = 1.854 x 10-4 m3/det
- Luas daerah tadah T = 1.3106 jam = 4718.071 detik
- Koefisien permeabilitas tanah Vrsp = Qo x T
- Tinggi muka air tanah = 1.854 x 10-4 x 4718.071 =
- Intensitas hujan 0.8748 m3
Volume dan efisiensi sumur resapan dapat
dihitung berdasarkan keseimbangan air yang c. Kapasitas per unit sumur resapan
masuk ke sumur dan juga air yang meresap ke Vs = x r2 x t
dalam tanah (Sunjoto,1988) dan dapat dihitung = 3.14 x 0.52 x 3 = 2.355 m3
sebagai berikut:
Jika per unit sumur dapat meresapkan air
a. Debit resapan pada sumur (Qo) : hujan sebesar 0.8748 m3, maka kapasitas
L= 3.0 m total sumur adalah:
k = 5.96 x 10-4cm/det = 5.96 x 10-6 m/det Vtotal = Vs + Vrsp
H = 3.0 m = 2.355 + 0.8748 = 3.23 m3
r = 0.50 m Sehingga debit yang bisa tertampung oleh
T = 1.3106 jam = 4718.0707 detik ; sumur resapan dalam waktu 1.3106 jam
adalah:
134 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 9 Nomor 2, November 2018, hlm 125 - 137
0.15 m
0.40 m 0.15 m
Pas. Bata 1 : 3
0.15 m Rollag Bata 0.25 m
3.00 m
Ijuk
Batu Koral
Pas. Bata Kosong
Batu Koral 0.20 m
Pas. Batu Kosong
0.80 m
0.80
0.25
1.60 0.25
Gambar 20. Gambar Potongan Rencana Saluran Baru
Skematisasi Sistem Drainase dengan Penerapan genangan berbasis konservasi pada hujan kala
Unit Kolam Retensi, Unit Sumur Resapan dan ulang 5 tahun.
Peningkatan Kapasitas Saluran Skema jaringan rencana penanggulangan
genangan di lokasi studi seperti di Gambar 21,
Setelah merencanakan unit kolam retensi, sedangkan hasil running model SWMM untuk
sumur resapan dan juga peningkatan kapasitas kondisi penanggulangan genangan pada lokasi
saluran eksisting pada lokasi studi, selanjutnya studi seperti terlihat pada Gambar 22 berikut.
bisa dilakukan simulasi model penanggulangan
Out 2
C1 S26
C7 C8 C9 C10
J33 J34 J35 J36 Out 1
C2 C3 C4 C5 C6
J1 J2 J3 J4 J5 J6 S15
C11 n = 28
C13 S17 S9
S3 C18
S25 S1 S2 J11
n=7 n = 15 n = 28
n = 48 n = 22 n = 28 C12 C14
J9
C16
J8
C17
J7
J10 Storage
C15 C20 C19
S5 S6
Outfall J12
n = 11 n=9 n = 30 S7 S8 S11 S12
J13 S18
J33 Junction S16
C21
n = 28
S4 S10
Conduit C22
n = 20 J14 J15 J24
n = 29
Hub. antara Subcatchment C23 C24 C32
dengan junction S20 n=5 n = 32 n = 25
J16 J18 J23 S29 S30 S14 S13
n = 10 C25
S7 Subcatchment S19
C26 C27
C31 n = 16 n = 14
S21
C29 C41
J17 J19 J22 J26 J28 J30 J31
Spill Way n = 14 n = 12
C28 C34 C36 C38 S27 C40 S28
S22
Storage C43 C30 C35 C37 n = 21 n = 16
Kolam Retensi J20 J21 J25 J27 J29 J32
C33 C39
RENCANA PELEBARAN
DIMENSI SALURAN
S23
n = 108
Sumur Resapan
n = Jumlah
Gambar 21. Skema Jaringan Drainase dengan Penempatan Kolam Retensi, Sumur Resapan
dan Peningkatan Kapasitas Saluran
136 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 9 Nomor 2, November 2018, hlm 125 - 137
Gambar 22. Hasil Running Model SWMM untuk Skematisasi Sistem Drainase pada
Kondisi Penanggulangan Genangan
Merujuk hasil running model SWMM pada Pada saluran C10, terjadilah penurunan
kondisi penanggulangan genangan menunjukkan debit puncaknya dari 0.869 m3/detik menjadi
saluran/conduit (link capacity) tidak lagi berwarna 0.5122 m3/detik (turun 41%) sedangkan pada
merah yang menandakan kapasitas saluran/conduit saluran C1, terjadi penurunan debit puncak
tersebut sudah mampu menampung aliran air yang dari 2.193 m 3/detik menjadi 1.777 m3/detik
mengalir di dalamnya atau tidak meluber lagi. Hasil (turun 18.96%)
running SWMM dapat menampilkan perbandingan Profil muka air di saluran yang menuju ke
hidrograf pada sebelum dan sesudah penanggulangan outlet terakhir sebelum dan sesudah penerapan
genangan di saluran C10 (Outlet akhir 1) dan C1 (outlet kolam retensi, sumur resapan dan peningkatan
akhir 2), sebagaimana pada Gambar 23 dan Gambar kapasitas saluran bisa dilihat pada Gambar 25
24. dan Gambar 26 berikut.
Gambar 24. Perbandingan hidrograf hasil Gambar 25. Perbandingan profil muka air pada
simulasi sebelum dan sesudah penaggulangan simpul J33-Out1 kondisi eksisting (atas) dan
genangan pada conduit C1 (outlet akhir 2) sesudah penanggulangan genangan (bawah)
Sebandar, dkk, Studi Alternatif Penaggulangan Genangan Berbasis Konservasi Di Sistem Drainase 137
Saran
Upaya penanggulangan banjir/genangan
di lokasi studi perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Perlu adanya kesadaran penuh masyarakat
setempat untuk memelihara serta merawat
saluran drainase yang ada secara berkala
dengan selalu siap melakukan pembersihan
sampah dan sedimen terutama pada saat-
Gambar 26. Perbandingan profil muka air pada saat menjelang musim hujan.
simpul J6-Out2 kondisi eksisting (atas) dan 2. Kepada instansi yang terkait dapat diusul-
sesudah penanggulangan genangan (bawah) kan untuk mensyaratkan pembuatan sumur
resapan untuk para pengembang perumahan
KESIMPULAN DAN SARAN pada saat pengurusan IMB karena, sumur
Kesimpulan resapan ini sangat bermanfaat sekali untuk
Dari hasil perhitungan dan analisa yang konservasi air tanah dan juga bisa berfungsi
telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik mengurangi limpasan air hujan sehingga
kesimpulan sebagai berikut: dapat mengurangi genangan yang akawasan
1. Kapasitas saluran drainase kondisi eksisting perumahan padat penduduk.
pada lokasi studi tidak mampu menampung
hujan dengan kala ulang 5 tahun sehingga DAFTAR PUSTAKA
mengakibatkan genangan di 18 titik. Lo Russo. S, 2009, Groundwater in the Urban
2. Berdasarkan kondisi di lokasi studi, maka Environment: Management Needs and
penanggulangan genangan yang berbasis Planning Strategies, American Journal of
konservasi dilakukan dengan menerapkan: Environmental Sciences
a. Kolam retensi Rossman,L.A.,2015. Storm Water Management
- Kolam retensi yang berukuran 160 Model User’s Manual Version5.1. Cincin-
meter x 100 meter dengan kedalaman nati, OH:U.S. Environmental Protection
3 meter. Agency.
- Penempatannya tetap memperhatikan Sosrodarsono,S.danTakeda,K. 2003. Hidrologi
jarak dengan bangunan lainnya. Untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakar-
b. Sumur resapan ta.
- Sumur resapan berbentuk lingkaran, Sri Harto. 2000. Hidrologi, Teori-Masalah-
berkedalaman 3 meter, berdiameter 1 Penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri Offset.
meter, memiliki dinding yang terbuat Sunyoto, S. 1988. Optimasi Sumur Resapan
dari pasangan batu bata kosong tanpa Air Hujan Sebagai Salah Satu Usaha
diplester. Pencegahan Intrusi Air Laut. Fakultas
- Jumlah yang terpasang di sub DTA Teknik UGM. Yogyakarta.
ada 587 unit.