Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Qarinah Nur Istihsan

NIM : M011191084
KELAS : Konservasi Tanah dan Air-D
RESUME JURNAL
Jurnal tentang Curah Hujan :
ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS UNTUK PEMODELAN CURAH HUJAN-
LIMPASAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI PULAU BALI oleh
IGB. Sila Dharma, IGA. Adnyana Putera dan Putu Doddy Heka Ardana
Hubungan curah hujan-limpasan merupakan fenomena hidrologi yang
kompleks, sehubungan dengan adanya proses yang tidak linier, bervariasi terhadap
waktu dan merupakan distribusi yang spasial. Hubungan curah hujan-limpasan ini
sangat penting artinya dalam bidang manajemen sumber daya air sehingga berbagai
tipe model dengan tingkat kompleksitas yang bervariasi telah dikembangkan.
Model-model ini dapat dikategorikan dalam tiga kategori umum yaitu model black-
box atau model teoritis, model konseptual dan model fisik. Model black-box
umumnya merupakan model empiris tanpa didasarkan atas transfer input-output
fisik. Model konseptual umumnya berhubungan dengan elemen fisik yang
disederhanakan dalam bentuk formulasi matematik linier ataupun non-linier. Model
konseptual ini dikatakan cukup reliabel dalam meramalkan parameter-parameter
penting dalam hidrograf.
Saat ini pendekatan pemodelan secara teoretis banyak dilakukan dengan
mengadopsi teknik jaringan Syaraf Tiruan (artificial neural network, ANN). ANN
merupakan salah satu bentuk kecerdasan buatan yang mempunyai kemampuan
untuk belajar dari data dan tidak membutuhkan waktu lama dalam pembuatan
model. Keuntungan dari penggunaan ANN adalah kemampuannya untuk
mempelajari hubungan yang tidak diketahui yang sudah ada sebelumnya antara data
input dan output dari setiap sistim. Selain itu pemodelan dengan ANN memiliki
atribut yang diinginkan dan kemampuan belajar dari contoh-contoh tanpa
memerlukan data fisik secara eksplisit.
Aplikasi ANN dalam memodelkan hubungan curah hujan-limpasan dalam
suatu DAS telah banyak dilakukan sejak dekade lalu. Pada umumnya studistudi
terdahulu dilakukan pada obyek studi dengan luas DAS yang besar. Sohail et al.
(2008) menjelaskan bahwa untuk DAS dengan luas kurang dari 100 km2, model
ANN masih belum jelas penerapannya dikarenakan hubungan curah hujan-
limpasan mengarah pada proses linearitas. Studi ini dilakukan untuk mengkaji
kinerja ANN dalam memodelkan hubungan curah hujan-limpasan pada beberapa
DAS di Pulau Bali, yang sebagian besar merupakan DAS dengan luasan kecil (<
100 km2) dengan metode Multi Layer Perceptron (MLP) dengan pelatihan metode
back propagation. Back propagation merupakan algoritma pelatihan yang terawasi
dan digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-
bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyi.
Model ANN metode back propagation dapat diterapkan dalam modelisasi
hubungan curah hujan limpasan untuk DAS di Bali yang diperlihatkan melalui hasil
proses training maupun testing. Parameter-parameter statistik yang digunakan
memberikan hasil yang relatif baik. Kinerja model ANN menunjukkan bahwa
model 5 dengan arsitektur 3-10-5-1 memberikan hasil yang paling optimum dengan
tingkat kinerja jaringan 0,063. Model ini memberikan nilai kesalahan absolute
ratarata (KAR) terkecil 0,289 dengan nilai koefisien korelasi 0,901 pada proses
training. Sedangkan pada proses pengujian, model ini memberikan nilai KAR
terkecil 0,371 dengan nilai koefisien korelasi 0,724 yang berarti bahwa ANN
memiliki kemampuan yang bagus dalam mereplikasi fluktuasi debit yang acak ke
dalam bentuk model buatan yang memiliki fluktuasi yang hampir sama.

Jurnal tentang Aliran Permukaan :


ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA TIGA TIPE
PENGGUNAAN LAHAN di TANAH ANDISOL oleh Ikasapta Ramehiang¹,
Johan Rombang²
Perubahan tata guna lahan saat ini yang disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk dan perkembangan sektor pembangunan semakin meningkat. Hal ini
menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan nilai aliran
permukaan sehingga menyebabkan koefisien pengaliran meningkat sehingga
menyebabkan banjir. salah satu konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir
adalah koefisien aliran permukaan atau biasa dilambangkan dengan C. Angka
koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan
apakah suatu DAS telah mengalami gangguan (fisik). Metode dalam penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok sebagai metode pengambilan data yang
kemudian di analisis menggunakan analisis of varian . Dari hasil pengukuran yang
dilakukan dilapangan, koefisien aliran permukaan lahan hutan dan lahan semak
belukar sangat berbeda nyata dengan lahan terbuka dimana pada lahan hutan
sebesar 0,0019 dan lahan semak belukar memiliki nilai 0,0013, sedangkan lahan
terbuka yaitu 0,0036. Dari hasil pengukuran yang dilakukan dilapangan, laju
infiltrasi secara berturut-turut adalah lahan semak belukar sebesar 210 mm/jam,
lahan hutan sebesar 99 mm/jam dan lahan terbuka sebesar 69,6 mm/jam. Lahan
hutan memiliki laju infiltrasi lebih kecil dibandingkan dengan lahan semak belukar
karena lahan hutan pada lokasi penelitian merupakan hutan buatan yang ditanami
vegetasi, strata dan memiliki sistem perakarannya berbeda hutan alam.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Koefisien Aliran Permukaan
(C) pada tipe penggunaan lahan hutan, lahan semak belukar dan lahan terbuka di
tanah Andisol. Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi
peranan penggunaan lahan terhadap nilai koefisien aliran permukaan. Penelitian ini
dilakukan di hutan kota Tomohon di kelurahan Talete Satu kota Tomohon. Hutan
Kota Tomohon terletak di Kelurahan Talete Satu Kecamatan Tomohon Tengah,
Kota Tomohon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- November
2018. Alat dan bahan yang digunakan adalah gps, karpet talang, gelas ukur, alat
penakar hujan, stopwatch, meteran, pipa pvc, cangkul, ember dan alat-alat lain yang
menunjang penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuan
lahan penelitian ini lahan hutan, lahan semak belukar dan lahan terbuka. dimana
pada setiap masing-masing tutupan lahan dibuat 2 plot dengan ukuran yang sama
yaitu 3 m x 11 m.
Koefisien aliran permukaan lahan hutan kota dan lahan semak belukar
berbeda nyata dengan lahan terbuka dimana pada lahan hutan kota sebesar 0,0019
dan lahan semak belukar memiliki nilai 0,0013, sedangkan lahan terbuka yaitu
0,0036. Perlu dilakukan penelitian terhadap beberapa sifat fisik tanah lainnya yang
dapat mempengaruhi proses masuknya air kedalam tanah untuk berbagai
penggunaan lahan lainnya sehingga dapat dilihat lebih jelas pengaruh sifat- sifat
fisik tanah terhadap besar kecilnya aliran permukaan yang terjadi. Disamping itu
untuk mendapatkan nilai koefisien aliran permukaan yang lebih akurat, pengukuran
debit aliran permukaan sebaiknya dilakukan saat tanah sudah jenuh.

Anda mungkin juga menyukai