Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT (PEB)
Tempat Praktik : Ruang VK IRD RSUD dr. Soetomo
Tanggal Praktik : 11-24 November 2017

DISUSUN OLEH :
1. Nurul Fathiyyah (P27824415002)
2. OdilyaTifanny T. (P27824415034)
3. Rahma Nindiasttuti (P27824415019)
4. Silvia Lailul Fahri (P27824415013)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
PRODI DIV KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan
pelayanan kesehatan suatu negara. Keadaan ibu maternal di Indonesia masih
memprihatinkan. Kematian ibu makternal masih tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran hidup.
Penyebab terbanyak kematian maternal adalah perdarahan, preeklampsi, dan infeksi
(www.datastatistik-indonesia.com, 2007).
Di Indonesia, preeklampsia terjadi pada 14% kehamilan. Kira-kira 85% preeklampsi
terjadi pada kehamilan pertama. Pada preeklampsia dijumpai HELLP syndrome yang
mempengaruhi sekitar 2% sampai 12% PEB, dengan angka mortalitas 2% sampai 24%.
Insiden paling tinggi terdapat pada ibu multipara, berusia lanjut. Sedangkan di RSU Haji
sendiri, dari seluruh kasus kegawatdaruratan obstetric, PEB menduduki peringkat ke-6 dari
10 kasus kegawatdaruratan. Tahun 2011 kejadian PEB di RSU Haji Surabaya sebanyak 61
kasus dari 2.368 persalinan.
Pengawasan pada wanita dengan kehamilan juga perlu ditingkatkan untuk mengevaluasi
persalinan preterm. Wanita dengan hamil beresiko tinggi mengalami preeklampsi karena
peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Komplikasi preeklampsi bisa mengarah ke
HELLP syndrome yang membahayakan ibu dan janin.
Diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
mengetahui penanganannya dengan segera akan membantu menurunkan kejadian eklampsia
atau kematian yang disebabkan oleh preeklampsia. Penanganan preeklampsia bisa
dilakukakan dengan terapi konservatif dan terminasi kehamilan sesuai dengan kasus.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan PEB
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu dengan kehamilan PEB.
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa aktual pada ibu dengan kehamilan PEB.
3. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan pada ibu dengan kehamilan PEB.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang dibuat pada ibu dengan
kehamilan PEB.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan yang diberikan pada ibu dengan
kehamilan PEB.
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu dengan
kehamilan dan PEB dengan SOAP.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR PEB
A. PENGERTIAN
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi, 160/110 mmHgatau lebih disertai protein uria dan/ atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Hipertensi umunya timbul terlebih dahulu daripada
tanda-tanda lain. Kenaikan tekanan istolik > 30 mmHg dari nilai normal atau mencapai
140 mmHg, atau kenaikan tekanan diastolic > 15 mmHg atau mencapai 90 mmHg dapat
membantu ditegakkannya diagnosis hipertensi. Penentuan tekanan darah dlakukan
minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. PEB merupakan salah satu
kegawatdaruratan dalam kehamilan, kelahiran dan nifas.

B. ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
sehingga penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya
Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini
didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik
setelah plasenta lahir.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak
menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan
berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih banyak akibat
respos imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.
Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem
imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia :
a) Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai komplek
imun dalam serum.
b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada Preeklampsia-Eklampsia  diikuti dengan proteinuri.
Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi
pada Preeklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa
menyebabkan Preeklampsia.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis,
sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan  retensi air dan
natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat
diturunkan melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti yang menunjukkan peran
faktor genetic pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia
pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-Eklampsia.
c) Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak
dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada
ipar mereka.
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi  yang kurang mengandung asam lemak
essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan
menyebabkan “Loss Angiotensin Refraktoriness” yang memicu terjadinya
preeklampsia.
6. Jumlah primigravi, terutama primigravida muda
7. Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
8. Penyakit yang menyertai hamil : diaetes melitus, kegemukan
9. Usia ibu diatas 35 tahun

C. KLASIFIKASI
1. PEB tanpa impending eklamsia
2. PEB dengan impending eklamsia yaitu PEB dengan gejala subjektif, berupa nyeri
kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan tekanan
darah yang progesif

D. MANIFESTASI KLINIS
Ditandai oleh salah satu di bawah ini:
1. Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg atau diastolik lebih atau
sama dengan 110 mm H, tekanan darah tidak menurun meskipun sudah rawat baing
dirumah sakit.
2. Protein uria 5 gramm atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3 atau 4.
3. Oligouri (urin kurang dari 500 cc per 24 jam) disertai kenaikan kreatinin plasma.
4. Gangguan visus cerebral
5. Nyeri epigastrik atau nyeri kuadran kanan atas abdomen
6. Edema paru, cyanosis
7. Pertumbuhan janin IU terlabat
8. Adnya HELLP syndrom (hemolisis, elevated liver function tet and low platelet count)
9. Trombositopenia
10. Sakit Kepala

E. PATOFISIOLOGI
 Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.
Keadaan iskemia padauterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat
hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan
terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang
dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksandan aktivasi / agregasi trombosit deposisi
fibrin.Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/ agregasitrombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular
yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif
koagulapati mengakibatkantrombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis.Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi angiotensi
I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. AngiotensinII bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkanlumen arteriol
menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapatdilewati
oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupikebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme,angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron.Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusidarah dan gangguan multi organ.Gangguan multiorgan terjadi pada
organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru,hati/ liver, renal dan plasenta.
Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri danselanjutnya terjadi
peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkatmenyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehinggamenimbulkan
diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosismenyebabkan
sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah
akanmenyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah
akanmenyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan
meningkatmenyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga
akanmengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadipeningkatan
reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapatmenyebabkan
terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatankelebihan volume
cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkanpenurunan GFR dan
permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFRtidak diimbangi dengan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkandiuresis menurun sehingga
menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atauanuri akan memunculkan
diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.Permeabilitas terhadap protein yang
meningkat akan menyebabkan banyak proteinakan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akanterjadi spasmus arteriola selanjutnya
menyebabkan edema diskus optikus dan retina.Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosakeperawatan risiko cedera. Pada
plasenta penurunan perfusi akan menyebabkanhipoksia/anoksia sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingadapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation serta memunculkandiagnosa keperawatan risiko gawat
janin.Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatisakan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal
danekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya
hipoksiaduodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat
sehingga dapatmenyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yangmeningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah
sehingga muncul diagnosakeperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Pada ektremitasdapat terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan
ATP diproduksi dalam jumlahyang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dansedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan
keadaan cepat lelah, lemahsehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi
aktivitas. Keadaan hipertensi akanmengakibatkan seseorang kurang terpajan
informasi dan memunculkan diagnosakeperawatan kurang pengetahuan.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim. Pada penderita
preeklamsi ini terjadi karena adanya vasospasme pada pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke plasenta terganggu. Sehingga nutrisi menuju ke janin
atau plasenta berkurang kemudian terjadi sianosis yang menyebabkan plasenta lepas
dari dinding rahim.
2. Hemolisis
Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati pada penderita
pre-eklampsia.
3. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
4. Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada
retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya
apopleksia serebri.
5. Edema paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-
paru.
6. Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum.
Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim.
7. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat lelah,
mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh
radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc),
agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan
(vasokonstriktor kuat), lisosom.
8. Prematuritas
9. Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau
gagal ginjal.
10. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation):
DIC adalah gangguan serius yang terjadi pada mekanisme pembekuan darah pada
tubuh. Pada penderita preeklamsi terjadi proteinuria yaitu protein yang keluar
bersama urin akibat dari kerusakan ginjal. Sedangkan dalam mekanisme pembekuan
darah di perlukan fibrinogen yang merupakan protein. Sehingga pada penderita
preeklamsi karena terjadi kekurangan protein dalam darah menyebabkan mekanisme
pembekuan darah terganggu kemudian terjadinya DIC.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematocrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urin
c. Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/ dL)
2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL
4) Serum glutamate piruvat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
5) SGOT meningkat (N= <31 u/L)
6) Total protein serum menurun (N=6,7- 8,7 g/dL)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dL)

2. USG
a. Retardasi pertumbuhan janin intrauterus
b. Pernafasan intrauterus lambat
c. Aktivitas janin lambat
d. Cairan ketuban sedikit

3. NST
Denyut jantung janin lemah

I. PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur ehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsi berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

1. Perawatan Aktif: kehamilan diterminasi ditambah pengobatan medisinal


- Lakukan vetal assesmet (NST dan USG)
Indikasi :
a. Ibu
 Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
 Mucul tanda-tanda impendig eklampsia
 Kegagalan terapi konservatif, yaitu setelah 6 jam pengobatan
medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi
medikamenstosa tidak terjadi perbaikan.
b. Janin
 Fetal assement jelek
 Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
Adanya HELLP syndrom
- Pengobatan medikamentosa
a. Segera masuk Rumah sakit
b. Tidur baring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri)tanda vital setiap 30 menit
reflek patella setiap jam
c. Infus Dextrosa 5 %
d. Antasida
e. Diet cuku protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
f. Pemberian obat anti kejang : Diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 Mg
dalam dextrose 10 % selama 4-6 jam Atau MgSO4 40 % 5 gram IV pelan-pelan
dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
Syarat pemberian MgSO4 :
– frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit
– tidak ada tanda-tanda gawat napas
– diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya
– refleks patella positif
– Terpasang O2 6-8 Lpm.
MgSO4 dihentikan bila:
– ada tanda-tanda intoksikasi
– atau setelah 24 jam pasca persalinan
– atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.
Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl
0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit) apabila MgSO4 dihentikan sebelum
persalinan terapi dimulai kembali dari awal.
g. Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasark. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IV
h. Antihipertensi diberikan bila: Tekanan darah sistolik ≥180 mmH, diastolik ≥ 110
mmHg atau MAP lbih dari 125 mmHg. Dapat diberikan catapres ½-1 ampul IM
selang waktu 4 jam, alfametildopa 3 x 250 mg dan nivedipin sublingual 5-10 mg.
i. Kordiotonika, indikasi bila ada tanda-tanda payah jantung, diberikan digitalisasi
cepat dengan cedilanid
j. Lain-lain :
 Konsul bagian penyakit dalam/ jantung, mata
 Obat antipiretk bila suhu rektal > 38,5 derajat C dapat dibantu kompres
dingin atau alkohol atau xylamidon 2 cc IM
 Antibiotik diberikan atas indikasi, diberikan ampicilin 1 gr/ 6 jam /IV/
har. Atau cefotaxime drip Pz 100 cc IV
 Nyeri akibat kontraksi uterus dapat diberikan HCl 50-75 mg sekali saj,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

1.1 Pengobatan Obstertik

- Terminasi kehamilan belum Inpartu


a. Induksi persalinan : tetesan oksitosin deegan syarat nilai bishop 5 atau lebih
b. Seksio sesaria bila :
 Fetal assesment jelek
 Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi
 12 jam setelah tetesan oksitosin belum masuk fase aktif
 Primigravida
- Terminasi kehamilan sudah Inpartu
a. Kala 1
 Fase Laten : 6 jam sebelum masuk fase aktif lakukan seksio sesaria
 Fase aktif : Amniotomi, bila 6 jam setelan amniotomi belum lengkap,
persiapkan SC.
b. Kala 2
 Pada persalinan pervagina Kala 2 diselesakan dengan partus buatan.
Amniotomi dan oksitosin sekurang-kurangnya 3 menit setelah terapi
medikamentosa. Bila kehamilan 32 minggu atau kurang bila keadaan
memungkinkan, terminasi ditunda 2 x 24 jam untuk pemberian
kortikosteroid.
2. Perawatan Konservatif : kehamilan dipertahankan ditambah pengobatan medisinal
- Terapi Medikamentosa :
Sama dengan pengelolaan aktif hanya MgSO4 diberikan IM 4 gram bokong kanan
dan 4 gram bokong kiri
- Pengobatan Obsterti
 Obeservasi dan evaluasi sama dengan perawatan aktif hanya tidka dilakukan
terminasi
 MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda—tanda preekalmpsi
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam
 Bila setelah 24 jam tidak ada tanda-tanda maka terapi medikamentosa gagal,
kehamilan diterminasi
 Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan diberikan MgSO4 20 % 2
gram intravenous
2.3 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
A. DATA SUBJEKTIF
Pengumpulan data pasien baik subyektif maupun obyektif yang merupakan tahap
asal dari landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan
ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah tahapan
tindakan keperawatan. Sehubungan dengan pengkajian adalah sebagai berikut:
1. Anamnase
1) Identitas klien dan keluarga
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,
pendidikan, alamat, hubungan pasien dengan penanggung jawab dll.
2) Keluhan utama
Pada umumnya pasien dengan PEB mengalami peningkatan tekanan derah,
mual, nyeri kepala, pusing, nyeri epigastrium, muntah dan penglihatan
kabur.
3) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang tentang perjalanan penyakit sejak
timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan
keluhan dirasakan berapa lama dan berapa kali keluahn tersebut terjadi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan penyakit hipertensi,
ginjal, anemia, maupun dm
c. Riwayat penyakit keluarga
Demikian pula riwayat penyakit keluarga apakah mempunyai riwayat
penyakit yang sama. Penyakit kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien
maupun keluarga.
4) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi-pemeliharaa kesehatan
Perlu ditanya kebiasaan klien tentang kebersihan diri
b. Pola aktifitas-metabolisme
Meliputi kegiatan dirumah, dirumah sakit serta lamanya aktifitas.
c. Pola nutrisi-metabolime
Riwayat kebiasaan makan makanan yang mengandung vitamin, zat besi
dan makanan bergizi
d. Pola aktifitas-latihan
Meliputi hal apa saja yang menyebabkan aktifitas terganggu
e. Pola eliminasi
Meliputi kebiasaan eliminasi urine/defekasi
f. Pola tidur
Meliputi kelemahan/keletihan, perubahan pola istirahat, adanya fraktor
yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri
g. Pola kognitif-perseptual
Meliputi daya penglihtan, pendengaran, penciuman, perubahan kognitif
pasien serta persepsi pasien tentang penyakitnya.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi body image, self ekstrem, kekacauan identitas
i. Pola seksual dan reproduksi
Meliputi penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola seksual
pasien. Masalah seksual berhubungan dengan penyakit.
j. Pola hubungan dan peran
Meliputi hubungan dengan rekan kerja dan teman-teman/masyarakat
k. Pola nilai dan kepercayaan
Meliputi agama, keyakinan, dan ritualisasi
B. DATA OBJEKTIF
a) Pemeriksaan Umum dan TTV
a. Keadaan umum
Biasanya pasien lemah dan memiliki tekanan darah tinggi
b. Tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan:
 Tekanan darah (TD)
Pada PEB TD lebih dari 160/110 mmHg
 Pernafasan (RR)
Normalnya 16-24 x/menit, terjadi peningkatan karena terjadi
vasospasme
 Nadi (N)
Normalnya 60-100 x/menit. Pada PEB mengalami peningkatan
 Suhu (S)
Normalnya 36,5 oC-37,5 oC
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan Head To Toe yang terarah dan dihubungkan dengn
keluhan-keluhan dari klien.
1) Kepala : Biasanya sakit kepala dan wajah oedema
2) Mata :Biasanya konjungtiva sedikit anemis, dan oedema pada retina.
3) Hidung : Adakah PCH
4) Gigi dan Mulut : Adakah perdarahan
5) Leher : Biasanya tidak terdapat bendungan vena jugularis, pembesaran
kelenjar limfe, kelenjar tiroid
6) Dada
Biasanya pasien sesak setelah beraktifitas, adakah retraksi dan nadi
meningkat.
7) Abdomen
Umumnya pada abdomen dilakukan pemeriksaan TFU dengan perabaan
dan kontraksi uterusnya. Selain itu juga melihat keadaan luka jahit SC
(Jika pada pasien SC)
8) Genetalia
Dilakukan pemeriksaan pengeluaran lochea, jenis, warna, bau, dan
banyaknya. Adakah luka jahitan perineum, keadaan lukanya, adakah
tanda-tanda infeksi
9) Ekstremitas
Biasanya pucat, dingin terasa kesemutan, lemas dan oedema.
c) Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis protein urine
2. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit
pada sediaan apus darah tepi)
3. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartate
aminotransferase, dsb)
4. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureun dan kreatinin)
C. INTERPRETASI DATA
DS : Nyeri perut bagian bawah, pusing
DO : Obesitas, TD >160/110 mmHg, protein urin >= +2, trombositopeni, oligouria
DX : G1P000 39/40 minggu THIU Letkep dengan Pre eklampsi berat
Masalah : Nyeri perut bagian bawah, pusing

D. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Diagnosa Potensial : Eklampsia, koma, dan kematian ibu
Masalah Potensial : hemolysis, perdarahan otak, kelainan mata, stress
E. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
1. Perbaiki keadaan umum
2. Kolaborasi : konsultasi dr SpOG dan spesialis terkait (lab)
F. INTERVERENSI
1. Jelaskan prosedur penanganan pre-eklampsia pada Ibu dan keluarga
R/ Informasi yang jelas membantu ibu dan keluarga untuk mengerti tindakan yang
akan dilakukan
2. Perhatikan jalan nafas dan sirkulasi
R/ Pernafasan dipantau untuk menghindari adanya gagal nafas dan sirkulasi dibutuhan
untuk pemberian cairan terutama obat MgSO4 sebagai dosis awal pencegahan
terjadinya kejang
3. Berikan dosis awal MgSO4 sebanyak 4 gram larutkan dengan 10 mLaquadest dan IV
perlahan selama 20 menit
R/ Pada pre-eklampsia berat pemberian MgSO4 sebagai pencegah kejang, dan apabila
sudah eklampsia sebagai penatalaksanaan segera ketika pasien kejang
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian MGSO4 dosis rumatan dan
spesialis terkait untuk pemriksaan laboratorium
5. Pantau dan observasi tekanan darah tiap jam, pengeluaran urine (balance cairan)
R/ Mencegah adanya komplikasi
G. IMPLEMENTASI
Melakukan rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh dan telah diuraikan pada
interveni secara aman dan efisien, yang dapat dilakukan oleh bidan seluruhnya ataupun
oleh tenaga kesehatan lainnya. Walaupun tidak melakukannya sendiri, sebagai bidan tetap
bertanggung jawab dalam mengarahkan pelaksanaannya
H. EVALUASI
Mengevaluasi keefiktifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi
kebutuhan akan bantuan apakah telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Ibu Suami
a. Nama :Ny. U / Tn D
b. Umur : 22tahun / 27 tahun
c. Suku/bangsa :Madura / Madura
d. Agama :Islam /Islam
e. Pendidikan : SMA / SMA
f. Pekerjaan : IRT /Swasta
g. Alamat : Sampang, Madura /Sampang, Madura

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sakit pada perut bagian bawah
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada bulan April 2017 pasien mengeluh tidak haid selama 1 bulan kemudian periksa
ke PKM Gundi dan dinyatakan hamil 5/6 minggu. Mulai bulan april sampai
November pasien rutin kontrol ke PKM Gundi. Tanggal 3 Desember 2017 pukul
10.00 pasien periksa ke PKM Gundi. Dilakukan pemeriksaan :
TD = 180/100 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,5, RR 20x/menit. Lab = alb +1
bidan menyarankan rujuk RSDS tetapi pasien menolak. Pukul 23.00 pasien periksa ke
BPM Farida dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, dilakukan pemeriksaan TD=
160/110 mmHg, Nadi 86 x/menit, Suhu 36,5, RR 20x/menit tidak ada his djj 12-12-
12. Dengan diagnose G1P0000 39/40 minggu THIU letkep + PEB + Tak inpartu,
pasien dirujuk ke RSDS
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita hipertensi sebelumnya, dan mulai
menderita hipertensi saat hamil ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, DM,
maupun penyakit menular lainnya.
e. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga maupun orang
disekitarnya.
f. Latar belakang budaya
Pasien mengatakan bahwa ia orang Madura dan masih percaya dengan mitos.
g. Dukungan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya selalu memberi semangat kepadanya untuk tetap
sabar dalam menghadapi penyakitnya.
h. Riwayat kebidanan
1) Riwayat haid
Menarche :usia 13 tahun
Siklushaid : 28 hari
Keluhan haid : tidak ada
HPHT : 26 Februari 2017
TP : 02 Desember 2017
2) Riwayat Kehamilan
Ibu hamil 9 bulan selama hamil periksa di PKM Gundi Demak sebanyak 6x

3) Riwayat kehamilan dan persalinan lalu


Kehamilan Persalinan Anak KB
Nifas
Anak Keluhan Usiakehamilan Penolong Cara Penyulit Sex BBL Usia
penyulit
ke-
HAMIL INI

3. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


a. Pola aktivitas
Sebelum sakit : pasien seorang ibu rumah tangga dan melaksanakan tugas ibu
rumah tangga seperti menyapu memasak mencuci dll
Saat sakit : kegiatan pasien terbatas karena harus bedrest
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari 1 porsi habis dengan lauk dan sayur
Saat sakit : Pasien makan 3 kali sehari 1 porsi tidak habis dan minum 1000
cc/hari karena dibatasi
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna dan bau normal
sedangkan BAK ± 1400cc per 24 jamwarna kuning jernih
Saat sakit : BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna dan bau normal
sedangkan BAK ±1000cc per 24 jam dengan warna kuning jernih
d. Pola tidur – istirahat
Sebelum sakit : Kebiasaan tidur ± 7 jam di malam hari
Saat sakit : Saat di RS pasien sering terbangun karena ruanganramai

II. DATA OBYEKTIF


1. Tanda – tanda vital
a. Tekanandarah : 140 / 90 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 36,70C
d. Pernapasan : 20x/menit
2. BB/TB : 50 kg / 142 cm
3. Pemeriksaanfisik
a. Kepala
1) Wajah
Wajah simetri, tidak ada oedem, tidak pucat
2) Mata
Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterus, tidak ada nyeri tekan, penglihatan sedikit
kabur
3) Hidung
Hidung simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret, perdarahan, dan polip, tidak ada
nyeri tekan pada hidung
4) Gigi dan mulut
Gigi tampak bersih, gusi tidak ada perdarahan, mukosa bibir kering dan pucat
5) Telinga
Telinga simetris kanan dan kiri, telinga tampak bersih, tidak ada perdarahan, tidak
ada nyeri tekan
b. Leher
1) Kelenjar tyroid: Tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran
2) Kelenjar limfe : Tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran
3) Vena jugularis : tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran
c. Dada
1) Paru
Dada tidak simetris, ada tarikan dinding dada
2) Payudara
Colostrum/ASI : ASI keluar
Bentuk putting : Menonjol
Kebersihan : Bersih
d. Abdomen
Tidak ada bekas luka sc
Leopold 1
e. Genetalia
f. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
1) Edema : tidak ada
2) Varises : tidak ada
b. Ekstremitas bawah
1) Edema : tidak ada
2) Varises : tidak ada
3) Reflex patella: normal

4. PemeriksaanPenunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik tanggal 11-11-2017
No. Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
1. GDA 94 mg/dL Dewasa
Normal : < 100
DM : >= 126
2. SGOT 207 u/L L: 0-50 P: 0-35
3. SGPT 44 u/L L: 0-50 P: 0-35
4. Albumin 3,07 g/dL 3,4 – 5,0
5. BUN 9 mg/dL 10 – 20
6. Kreatinin 0,72 Mg/dL 0,6 – 1,3
Serum

Hasil pemeriksaan Laboratorium Hematologi tanggal 11-11-2017


No. Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
1. HGB 12,3 g/dl 11,0 – 14,7
2. WBC 14,39 10^3/ul 3,37 – 10
3. RBC 4,46 10^6/ul 3,69 – 5,46
4. HCT 36,9 % 35,2 – 46,7
5. PLT 59 10^3/ul 150 – 450

Hasil pemeriksaan Laboratorium Imunologi tanggal 11-11-2017


No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. TSH 0,594 uIU/ml 0,55 – 4,78
2. FT4 0,83 ng/dl 0,89 – 1,76

Hasil pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik tanggal 12-11-2017


No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. Natrium 2,3 mmol/l 136 – 145
2. Kalium 145 mmol/l 3,5 – 5,1
3. Klorida 113 mmol/l 98 – 107
4. Fosfat 2,0 mg/dl 2,5 – 4,9
5. Magnesium 2,6 Mg/dl 1,8 – 2,4

5. Terapi yang diberikan (tanggal 12-11-2017)


1) NaCl 500 cc + KCl 50 mcg 35 tpm
2) SF 1 tablet
3) Asam mefenamat 500mg
4) Metildopa 250mg

III. ASSESMENT
P1001 Post SC Hari ke-0 (a/i PE+KPP+CPD) +PEB+HELLP sindrom

IV.PENATALAKSANAAN
Tanggal Jam Penatalaksanaan Petugas
Memberitahu hasil pemeriksaan
11/11/2017 09.02 kepada ibu Fanny
E: ibu mengetahui kondisinya
Mengambil darah untuk cek lab
09.30 lengkap Fanny

Mengobservasi tanda-tanda vital


E: - TD : 140/90 mmHg
- N : 80 kali/mnt
- S : 36.8⁰C
10.00 - RR: 20 kali/mnt Fanny
- TFU : 1 jr bwh pst
- Lochea :Rubra
- TFU: 1jr bwh pst
- UC : Keras
Memberi ibu posisi yang nyaman
10.15 Fanny
E: ibu terlihat nyaman
Mengobservasi tanda- tanda vital
TD: 130/90 mmHg
N: 88 x/mnt
S: 36.7⁰C
11.00 RR: 18 x/mnt Fanny
TFU : 1 jr bwh pst
Lochea :Rubra
TFU: 1jr bwh pst
UC : Keras
Mengobservasi tanda- tanda vital
TD: 130/90 mmHg
N: 86 x/mnt
S: 36.6⁰C
12.00 RR: 20 x/mnt Fanny
TFU : 1 jr bwh pst
Lochea :Rubra
TFU: 1jr bwh pst
UC : Keras
Mengganti pembalut ibu
12.10 Fanny
E: perdarahan (lochea ± 1 pembalut)
Mengobservasi tekanan darah
12.30 Fanny
E: 120/80 mmHg
Memberikan obat methyldopa 250
12.35 mg PO Fanny
E: ibu meminum obat yang diberikan
Menyambung infus dengan SM 40%
12.35 10 gr. Bidan VK
E:
13.00 Mengobservasi TTV Fanny
TD: 130/90 mmHg
N: 88 x/mnt
S: 36.5⁰C
RR: 20x/mnt
TFU : 1 jr bwh pst
Lochea : Rubra
TFU: 1jr bwh pst
UC : Keras
Memberikan obat metilprednisolon
13.30 Bidan VK
25 mg iv
Mengambil sampel darah untuk cek
14.00 SE dan BGA Bidan VK

Catatan Perkembangan
Tanggal : 12 / 11/ 2017
Jam : 08.00
S : Sudah tidak pusing
O : Keadaan umum : cukup Kesadaran : compos mentis
TD : 140/90 mmHg Nadi : 84 Suhu : 36.7 RR: 20
TFU : 2 jr bwh pst Fluxus aktif: tdk ada UC : keras
ASI : blm keluar
Luka operasi tertutup kasa hipafix bersih tidak ada rembesan.
Data Rekam Medis tanggal 11/11/17

Jam Tindakan Petugas


Membuang urine
15.00 Bidan VK
E: urine sebanyak 300 ml, dibuang
Memberikan terapi asam mefenamat 500 mg PO
16.00 Bidan VK
Mmberikan obat SF 1 tab PO
Berkolaborasi dengan dr. IPD (Kalium 1,7) dr PPDS
17.00
E: pro koreksi cepat kalium Obgyn

17.00 Memasang CVC, dengan backup anestesi


Memberi KCL 50 meq, 10 mcq/jam (30cc/jam/SP)
18.30 E: KCL tidak diberikan karena tidak di acc DPJP IPD, Bidan VK
terpasang Monitor
Membuang urine
20.00 Bidan VK
E: urine sebanyak 500 ml, dibuang
Memberikan drip KCL 50 meq dalam RL 500 ml (14
tpm)
20.00 Bidan VK
E: tetesan lancar, diberikan sampai tgl 12/11/2017 pukul
08.00
Memberikan Nifedipine 10 mg
20.30 Bidak VK
E: Obat tidak diberikan karena TD: 140/90 mmHg
Memberikan obat Methyldopa 250 mg PO
20.30 Bidan VK
E: ibu sudah meminum obat yang diberikan
Melakukan kultur darah kanan+kiri
Melakukan kultur uria
20.30 Bidan VK
Mengambil sample untuk pemeriksaan TSH, T, C3, C4,
Anatest
24.00 Melakukan kolaborasi dengan PPDS obgyn Bidan VK
Advice:
- Cek SE setelah koreksi 50mcq/12jam)

- Cek SE urine pukul 24.00 (mulai tampung


urine tgl 12/11/17 pagi)

- Cek FT4, TSH, kultur darah, kultur urine,


CED, Anitest, C3,C4

- Koreksi kalium sesuai advice IPD yaitu


50mcq/12 jam dalam 500 cc RL

- KSR 3x 1

- Balance cairan CM=CK+500 ml

- Minum max 500 cc/24 jam

- Inj SM selesai

- Nifedhipine 3x 10 mg bila TD ≥160/110


mmHg
- Methyldopa 3 x 250 mg

- Asam mefenamat 3x 1

- SF 3x1

- Metilprednisolon 2 x 25 mg

- Inj ceftriaxone 2 x 1 g sesuai advice IPD

- Spironolaktan 2 x 25 mg sesuai advice IPD

00.00 Memberikan asam mefenamat 500 mg PO Bidan VK


01.30 Menginjeksi methylprednisolone 25 mg iv Bidan VK
04.10 Memberikan obat SF 1 tab PO Bidan VK
Mengobservasi TD, TD= 140/90 mmHg
04.30 Bidan VK
Meminumkan methyldopa 250 mg PO
Mengobservasi TTV
TD= 140/90 mmHg, S: 36.5, N:84x/mnt, RR: 20x/mnt
05.00 Bidan VK
Membuang urine sejumlah 800 ml
E: CM= 1600 ml, CK= 1600ml
05.20 Meminumkan KSR 1 tab PO Bidan VK

A : P1001 post SC hari I (a/i PE+KPP+CPD)+PEB+HELLP syndrom+hipokalemia (K:1.4)


dalam koreksi+ terpasang triple lumen (femoralis dekstra).

P :

Jam Penatalaksanaan Petugas


08.00 Meminumkan obat asam mefenamat 500 mg PO Fanny
08.00 Memasukkan RL 500 ml +KCl 50 mcq 14 tpm Tya
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
08.15 Silvia
E: ibu mengerti tentang penjelasan yang
diberikan
Membantu ibu makan dan minum
08.20 Rahma
E: ibu makan habis setengah porsi
Mengobservasi TTV
09.00 TD: 146/92mmHg N: 86x/mnt, S:36.8⁰C, Rahma
RR:20x/mnt
09.15 Meminumkan obat spinorolaktan 25 mg PO Fanny
09.30 Memberikan drip ceftriaxone 1 gr dalam NaCl Fanny
100 ml
Mengobservasi TTV
10.00 TD: 142/90mmHg N: 84x/mnt, S:36.8⁰C, Tya
RR:20x/mnt
Memberikan HE pada ibu tentang:
12.00 -Nutrisi yang cukup Tya
- Pembatasan minum yaitu max 500 ml
Memberikan obat Nifedipine
E: TD=130/70, obat tidak diberikan.
12.30 Silvia
Meminumkan obat metildopa 250 mg
E: obat tidak dimuntahkan
Membuang urine
13.00 Silvia
E : urine sejumlah 900 ml telah dibuang
13.20 Memberikan obat KSR 1 tab PO Fanny

Tanggal : 13 / 11 / 2017
Jam : 08.00 WIB
S : Sudah tidak pusing
O : Keadaan umum : Cukup Kesadaran : Compos mentis
TD :130/80 mmHg Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36.6⁰C RR: 18x/mnt
TFU : 2 jr bwh pst Fluxus aktif: Tdk ada UC : Keras
ASI : Blm keluar
Luka operasi tertutup kasa hipafix bersih tidak ada rembesan.
Data Rekam Medis tanggal 12/11/17
Advice PPDS obgyn:
- Diet TKTP ekstra buah, sayur, kaldu

- Balance cairan CM=CK+500 ml

- Jika ada tanda-tanda perdarahan atau trombosit <10.000, 10 kolf/L?


- KSR 3 x 1 tablet

- Spinorolakton, stop

- Drip KCl 10 meq/jam selama 10 jam

- Cek SE ulang post koreksi

Jam Tindakan Petugas


Menggani cairan infus KCl dengan Nacl 500 ml+KCl 50
15.00 Bidan VK
mcq 35 tpm
16.00 Meminumkan SF 1 tab PO Bidan VK
20.00 Menampung urine sebanyak 1000 ml ke dalam botol Bidan VK
20.30 TD= 130/70mmHg, meminumkan metildopa 250 mg PO Bidan VK
21.30 Meminumkan KSR 1 tab PO Bidan VK
21.30 Memberikan ceftriaxone 1 gr + pz 100 cc Bidan VK
Cek Lab SE
23.00 Bidan VK
E: terdapat magnesium di DC

Tanggal : 13 / 11 / 2017

Jam Tindakan Petugas


00.00 Memberikan asam mefenama 500 mg PO Bidan VK
01.30 Memberikan obat Methylprednisolon 25 mg iv Bidan VK
04.00 Memberikan SF 1 tab PO Bidan VK
Memberikan obat Nifedipine
04.30 Bidan VK
E: TD=130/80, obat tidak diberikan.
Memberikan obat Methildopa 250 mg PO
04.30 Bidan VK
E: obat telah diminumkan
Mengobservasi TTV
TD: 130/90 mmHg, N: 82x/mnt, S:3.6⁰C, RR:
05.00 18x/mnt Bidan VK
Pembuangan urine: 1000cc ditampung
CM: 1900 cc, CK: 3000 cc
05.30 Memberikan KSR 1 tab PO Bidan VK
Hasil Lab:
07.00 Bidan VK
Kalium : 2.3
Mengganti infus pz 100 ml +KCl 50 mcq habis
07.00 Bidan VK
dalam 5 jam, yaitu jam 12.00 WIB

Advice dr obgyn:
- Diet TKTP
- Cek SE urine pukul 24.00

- Koreksi kalium sesuai advice IPD yaitu 50mcq/12 jam dalam 500 cc RL

- Drip KCl 10 mcq/jam selama 10 jam

- Cek SE ulang post koreksi

- KSR 3x 1

- Balance cairan CM=CK+500 ml

- Minum max 500 cc/24 jam

- Nifedhipine 3x 10 mg bila TD ≥160/110 mmHg

- Methyldopa 3 x 250 mg

- Asam mefenamat 3x 1

- SF 3x1

- Metilprednisolon 2 x 25 mg

- Inj ceftriaxone 2 x 1 g sesuai advice IPD

- Pro pindah RB 1

A : P1001 post SC hari ke-2 (a/i PE + KPP + CPD) + PEB + HELLP Syndrom + Hipokalemia (K=
2.7) dalam koreksi + Trombositopenia (PLT : 50.000) + Terpasang triple lumen (femoralis
dekstra)

P :

Jam Penatalaksanaan Petugas


Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
08.00 Silvia
E: ibu mengerti tentang kondisinya
Memberikan terapi asam mefenamat 500 mg PO
08.00 Fanny
E: obat tidak dimuntahkan
Memasukkan pz 100 cc drip ceftriaxone 1 gr
09.30 Tya
E: cairan menetes
Melepas infus (karena flebitis) dan memasang infus
10.00 baru di tangan kanan pz 100 cc drip ceftriaxone 1 gr Bidan VK
E: cairan menetes
Memfasilitasi keluarga untuk cek SE urine di GDC
10.00 Bidan VK
E: urine diantar oleh keluarga
Memberikan nifedipine dan metildopa
12.30 E: pemberian obat nifedipin ditunda, TD: 120/90. Rahma
Metildopa sudah diminum ibu
13.20 Meminumkan KSR 1 tab PO Fanny
E: obat tidak dimuntahkan
Berkolaborasi dengan dr IPD
Advice dr IPD:
- Diet TKTP 2100 kal ekstra buah

14.00 - Transfusi C 10 kolf jika ada perdarahan Bidan VK


- Drip KCl 10 mcq / jam

- KSR 3 x 1 tab

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr

Berkolaborasi dengan PPDS Obgyn


- Diet TKTP

- Tunggu hasil SE ulang pukul 23.00

- Tunggu hasil kultur, darah dan urine

- Tunggu hasil ANA Test, C3, C4

- Koreksi kalium sesuai advice IPD yaitu


50mcq/12 jam dalam 500 cc RL

- Drip KCl 10 mcq/jam selama 10 jam

14.00 - KSR 3x 1 Bidan VK


- Balance cairan CM=CK+500 ml

- Minum max 500 cc/24 jam

- Nifedhipine 3x 10 mg bila TD ≥160/110


mmHg

- Methyldopa 3 x 250 mg

- Asam mefenamat 3x 1

- SF 3x1

- Inj. Methylprednisolon 2 x 2.5 mg


Tanggal : 14 / 11 / 2017
Jam : 08.00 WIB
S : Sudah tidak pusing
O : Keadaan umum : Cukup Kesadaran : Compos mentis
TD : Nadi : Suhu : RR:
TFU : Fluxus : ASI :
Luka operasi tertutup kasa hipafix bersih tidak ada rembesan.
Data Rekam Medis Tgl 13/11/17

Jam Penatalaksanaan Petugas


15.00 Menyeka ibu Bidan VK
Meminumkan asam mefenamat 500 mg PO
16.00 Bidan VK
Meminumkan SF 1 tab PO
Memberikan terapi KCl 50 mcq dalam pz 100 cc/ drip
17.00 Bidan VK
37 tpm
Memberikan metildopa
20.30 Bidan VK
E: Td: 110/70
21.30 Memberikan injeksi ceftriaxone 1 gr dalam pz 100 ml Bidan VK
Meminumkan KSR 1 tab
Mengambil darah untuk pemeriksaan lab SE dari IGD
22.45 Lt.I Bidan VK
E: hasil kalium 3.38
Meminumkan asam mefenamat 500 mg PO
00.00 Bidan VK

01.30 Memberikan inj metilprednisolon 0.5 mg iv Bidan VK


04.00 Meminumkan tablet tambah darah 1 tab Bidan VK
Memberikan obat nifedipin
04.30 E: D 130/80 mmHg, obat tidak diberikan Bidan VK
Memberi obat metildopa 250 mg PO
Mengobservasi TTv
TD: 130/80 mmHg, N: 90x/mn, S: 36.5⁰C, RR:
05.00 19x/mnt Bidan VK
CK: 1600 ml, urine dibuang sejumlah 800 ml,
cairan masuk 1800 ml
05.30 Meminumkan KSR 1 tab PO Bidan VK
06.00 Mengganti infus RD 5% (I) 500 ml (triple lumen) Bidan VK

A : P1001 post SC hari ke-3 (a/i PE + KPP + CPD) + PEB + HELLP Syndrom + Hipokalemia (K=
3.58) dalam koreksi + Trombositopenia (PLT : 61.000) + Terpasang triple lumen (femoralis
dekstra)
P :

Jam Penatalaksanaan Petugas


Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
08.00 Tya
E: ibu mengerti tentang kondisinya
Membantu meminumkan obat asam mefenamat 500
08.00 Fanny
mg PO
09.00 Berkolaborasi dengan PPDS obgyn Bidan VK
Advice:
- Diet TKTP

- Tunggu hasil SE ulang pukul 23.00

- Tunggu hasil kultur, darah dan urine

- Tunggu hasil ANA Test, C3, C4

- Koreksi kalium sesuai advice IPD yaitu


50mcq/12 jam dalam 500 cc RL

- Drip KCl 10 mcq/jam selama 10 jam


- KSR 3x 1

- Balance cairan CM=CK+500 ml

- Minum max 500 cc/24 jam

- Nifedhipine 3x 10 mg bila TD ≥160/110


mmHg

- Methyldopa 3 x 250 mg

- Asam mefenamat 3x 1

- SF 3x1

- Inj. Methylprednisolon 2 x 2.5 mg

09.30 Menginjeksi ceftriaxone 1 gr Rahma


10.00 Melakukan perawatan luka SC Silvia
Memindahkan ibu ke Ruang Merpati (RB 1 ) Bidan
13.30
VK+Fanny

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Helen, V, 2001. Buku saku kebidanan. Jakarta : EGC 
Maryunani, A, 2009. Asuhan pada ibu dalam masa nifas (postpartum). Jakarta: TIM 
Nugroho Taufan. 2010. Kasus Emergency kebidanan untuk kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta : Nuhamedik
Prawirohardjo, S, 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setyaningrum, Erna. 2017. Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternitas.
Yogyakarta : Indomedia Pustaka
Wiknjosastro, H, 2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka 
______, 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Edisi
pertama. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai