Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

• Membran sel adalah lapisan yang memisahkan satu sel dengan sel lainnya serta memisahkan
berbagai organel di dalam sel

• Membranes = pintu gerbang ke dalam dan ke luar sel (gateways into and out of the cell)

• Membran sel penting dalam banyak proses kehidupan (metabolisme, penglihatan, pendengaran,
impuls saraf, dan kontraksi otot)

• Membran sel pada eukariotik dan prokariotik berbeda.

Absorpsi

Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari konsentrasi tinggi dari saluran gastrointestinal
ke dalam cairan tubuh melalui absorpsipasif, absorpsi aktif, rinositosis atau pinositosis.
Absorpsi aktif umumnya terjadi melalui difusi(pergerakan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah). Absorpsi aktif membutuhkan carier atau pembawa untuk bergerak melawan konsentrasi.
Pinositosis berarti membawa obat menembus membran dengan proses menelan.
Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, nyeri, stress, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang
buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, atau penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri,
stress, dan makanan  yang padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan
lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah
dengan mengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi ke saluran
gastrointestinal.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut
obat, dan kondisi di tempat absorpsi.
Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, bergantung pada
struktur  fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat ditembus zat kimia, sehingga absorpsi menjadi
lambat. Membran mukosa dan saluran nafas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi
pada mukosa dan permukaan kapiler-alveolar. Karena obat yang diberikan per oral harus melewati
sistem pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi secara keseluruhan melambat. Injeksi
intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena dengan rute ini obat dengan cepat masuk
ke dalam sirkulasi sistemik.
Daya larut obat diberikan per oral setelah diingesti sangat bergantung pada bentuk atau preparat
obat tersebut. Larutan atau suspensi, yang tersedia dalam bentuk cair, lebih mudah diabsorpsi
daripada bentuk tablet atau kapsul. Bentuk dosis padat harus dipecah terlebih dahulu untuk
memajankan zat kimia pada sekresi lambung dan usus halus. Obat yang asam melewati mukosa
lambung dengan cepat. Obat yang bersifat basa tidak terabsorpsi sebelum mencapai usus halus.
Kondisi di tempat absorpsi mempengaruhi kemudahan obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Apabila kulit tergoles, obat topikal lebih mudah diabsorpsi. Obat topikal yang biasanya diprogamkan
untuk memperoleh efek lokal dapat menimbulkan reaksi yang serius ketika diabsorpsi melalui
lapisan kulit. Adanya edema pada membran mukosa memperlambat absorpsi obat karena obat
membutuhkan waktu yang lama untuk berdifusi ke dalam pembuluh darah. Absorpsi obat parenteral
yang diberikan bergantung pada suplai darah dalam jaringan.Sebelum memberikan sebuah obat
melalui injeksi, perawat harus mengkaji adanya faktor lokal, misalnya; edema, memar, atau jaringan
perut bekas luka, yang dapat menurunkan absorpsi obat. Karena otot memiliki suplai darah yang
lebih banyak daripada jaringan subkutan (SC), obat yang diberikan per intramuskular (melalui otot)
diabsorpsi lebih cepat daripada obat yang disuntikan per subkutan. Pada beberapa kasus, absorpsi
subkutan yang lambat lebih dipilih karena menghasilkan efek yang dapat bertahan lama. Apabila
perfusi jaringan klien buruk, misalnya pada kasus syok sirkulasi, rute pemberian obat yang terbaik
ialah melalui intravena. Pemberian obat intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat dan
dapat diandalkan.
Obat oral lebih mudah diabsorpsi, jika diberikan diantara waktu makan. Saat lambung terisi
makanan, isi lambung secara perlahan diangkut ke duodenum, sehingga absorpsi melambat.
Beberapa makanan dan antasida membuat obat berikatan membentuk kompleks yang tidak dapat
melewati lapisan saluran cerna. Contoh, susu menghambat absorpsi zat besi dan tetrasiklin.
Beberapa obat hancur akibat peningkatan keasaman isi lambung dan pencernaan protein selama
makan. Selubung enterik pada tablet tertentu tidak larut dalam getah lambung, sehingga obat tidak
dapat dicerna di dalam saluran cerna bagian atas. Selubung juga melindungi lapisan lambung dari
iritasi obat.
Rute pemberian obat diprogramkan oleh pemberi perawatan kesehatan. Perawat dapat meminta
obat diberikan dalam cara atau bentuk yang berbeda, berdasarkan pengkajian fisik klien. Contoh,
bila klien tidak dapat menelan tablet maka perawat akan meminta obat dalam bentuk eliksir atau
sirup. Pengetahuan tentang  faktor yang dapat mengubah atau menurunkan absorpsi obat
membantu perawat melakukan pemberian obat dengan benar. Makanan di dalam saluran cerna
dapat mempengaruhi pH, motilitas, dan pengangkuan obat ke dalam saluran cerna. Kecepatan dan
luas absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh makanan. Perawat harus mengetahui implikasi
keperawatan untuk setiap obat yang diberikan. Contohnya, obat seperti aspirin, zat besi, dan
fenitoin, natrium (Dilantin) mengiritasi saluran cerna dan harus diberikan bersama makanan atau
segera setelah makan. Bagaimanapun makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat, misalnya
kloksasilin natrium dan penisilin. Oleh karena itu, obat-obatan tersebut harus diberikan satu sampai
dua jam sebelum makan atau dua sampai tiga jam setelah makan. Sebelum memberikan obat,
perawat harus memeriksa buku obat keperawatan, informasi obat, atau berkonsultasi dengan
apoteker rumah sakit mengenai interaksi obat dan nutrien.

Membran sel. Masing-masing sel epitel disatukan oleh persimpangan air. Membran sel terdiri dari
lapisan biomolekuler lipoprotein. Bagian kutub dari titik lipid menuju sisi luar membran, dan
komponen lipid membentuk inti bagian dalam membran. Sisi apikal membran menunjuk ke arah
luar, atau lumen, dan sisi yang tersisa dikenal sebagai sisi basolateral.

Anda mungkin juga menyukai