Anda di halaman 1dari 22

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PPKn

“HAKIKAT PPKn SD”

Dosen Pengampu:
Ni Wayan Eka Widiastini, S.Pd., M.Pd

Oleh :
Ni Putu Feby Mulia Buana Rosnata NIM 1711031145
Ni Kadek Ledi Anggreni NIM 1711031237
Ketut Intan Widia Sari NIM 1711031246
Gusti Ngurah Komang Wiratama NIM 1711021284

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2020
1.1 Pengertian PPKn
Menurut permendikbud No. 58 (2014:217) “pendidikan kewarganegaraan
merupakan salah satu muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah
sebagaimana diamanatkan dalam pasal 2, pasal 3, dan pasal 37 Undang-Undang
Nomor 20 Tahnun 32003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan
Pasal 37” dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Selain pegertian tersebut, berikut
merupakan pengetian menurut para ahli:
1. (Somantri, 2001:154) menggemukakan pendapatnya bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan ialah sebuah usaha untuk dapat membekali peserta didik
dengan pengetahuan serta juga kemampuan dasar berkenan dengan
hubungan antar warga negara dengan negara dan juga pendidikan
pendahuluan bela negara menjadi warga negara supaya dapat diandalkan
oleh bangsa juga Negara.
2. (Samsuri, 2011:28) menyatakan pendapatnya bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut dapat diartikan ialah sebagai penyiapan bagi
generasi muda (siswa) atau penerus bangsa untuk dapat menjadi warga
negara yang mempunyai pengetahuan, kecakapan, serta juga nilai-nilai yang
diperlukan untuk dapat berpartisipasi aktif didalam bermasyarakat.
3. Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) menyatakan ialah bahwa pengertian
pendidikan kewarganegaraaan (PPKn) ialah: “Pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk dapat mempersiapkan warga masyarakat dalam berpikir
kritis serta juga bertindak demokratis, dengan melalui aktivitas atau
kegiatan yang menanamkan kesadaran kepada generasi yang baru, bahwa
demokrasi merupakan sebuah bentuk kehidupan masyarakat yang paling
menjamin hak-hak dari tiap-tiap warga masyarakat”.
4. Depdikbud (1994:2) menggemukakan pendapatnya bahwa Pendidikan
Kewargenaraan ialah suatu bidang ilmu pengetahuanyang digunakan ialah
sebagai wahana di dalam mengembangkan juga melestarikan suatu nilai
luhur moral yang berakar pada bagi bangsa Indonesia dengan harapan dapat
diwujudkan didalam sebuah bentuk perilaku didalam anggota masyarakat
juga makhluk ciptaan Tuhan YME.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian PPKn diatas dapat
disimpulkan, bahwa PPKn ialah PPKn sebagai wadah agar terlahinya cikal bakal
warga Negara yang berladaskan Pancasila, memiliki moral yang baik, tanggung
jawab, bertindak berdasrkan taqua, adil, tidak pandang bulu, serta menjadi
manusia yang demokratis memiliki jiwa patriostime yang tinggi. Selain itu juga
agar mampu menciptakan pertamaian dunia baik itu dalam bidang sosial, budaya,
ekonomi, dan lain sebagainya.

1.2 Karakteristik PPKn


Adapun karakteritik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai
berikut:
1. PPKn memeliki karekteristik yang berbeda dengan disiplin imu lainnya,
sebab PPKn dibentu dengan berbagai disiplin ilmu. Seperti ilmu politik,
ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu filsafat, ilmu sosial sert humniora. Maka
dri itu PPKn bersifat synthetic.
2. Pada konteks pembelajaran, PPKn menyeimbangkan antara aspek
pengetahuan kewarganegaraan, sikap kewarganegaraan dan keterampilan
kewarganegaraan. Proses penelilaiannya diacu apabila anak-anak mampu
menjalankan keseharian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selanjutnya
dalam kirikulum K.13 mengembangakan secara proporsinal antara
pengetahuan kewarganegaraan, sikap kewarganegaraan dan keterampilan
kewarganegaraan sesuai dengan perkembangan kognitif dan moral siswa.

Dengan begitu diharapkan melalui Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan dapat melahirkan generasi yang memiliki sifat layal, mampu
memandang permasalahan global, memiliki keingin untuk menyelesaikan
persoalan luas dengan cara bersama, satu tujuan dan satu pikiran dengan latar mau
menerima segala masukan dari setiap pikiran orang lain. Menciptakan generasi
yang patuh serta taat dengan aturan yang berlaku, bertanggung jawab, memiliki
sikap demokratis, bertindak berdasarkan moral, sopan dan satun. Itulah
karakteriktik dari PPKn, dengan karekateristik tersebut adapun kompetensi-
kompetensi yang hendak diwujudkan melalui pembelajarann PPKn, ialah:
1. Kompetensi untuk menguasi pengetahuan kewarganegaraan
2. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
3. Kompetensi untuk menguasai karakter kewarganegaraan
Mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013, secara utuh memiliki
karakteriktik sebagai berikut (permendikbud No58, 2014:221).
1. Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
telah diubah menjadi Pendidikan Pancasla dan Kewarganegaraan (PPKn).
2. Mata pelajaran PPKn berfungsi sebagai mata pelajaran yang memiliki misi
pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter.
3. Kompetensi dasar (KD) PPKn dalam bingkai kompetensi inti (KI) yang
secara psikologs-pedagogis menjadi pengintergrasi kompetensi peserta didik
secara utuh dan koheren dengan penanaman, pengembangan, dan atau
penguatan nilai dan moral pancasila, nilai dan norma UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 19945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta
wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific approach)
yang dipersyaratkan dakam kurikulum 2013 memusatkan perhatian pada
proses pembangunan pengetahuan (KI-3, keterampilan (KI-4), sikap
spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2) melalui transformasi pengalaman
empiric dan pemaknaan konseptual. Pendekatan tersebut memiliki langkah
generic sebagai barikut:
1) Mengamati (observing)
2) Menanya (questioning)
3) Mengumpulkan informasi (exploring)
4) Menalar/mengasosiasi (associating)
5) Mengounikasikan (communicating)

1.3 Tujuan PPKn


Mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter sesuai dengan yang dimanatkan oleh Pancasila dan UUUD 1945.
Berdasarkan pada Permendikbud No. 22 Tahun 2006 tentang santar isi, kelompok
mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dimaksudkan untuk
meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa, dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
A. Tujuan Mata Pelajaran PPKn Secara Umum
Secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganeraan
yaitu sebagai berikut :
1. Sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung jawab
kewarganegaraan (civic confidence, civic commitment, and civic
responsibility).
2. Pengetahuan terhadap kewarganegaraan.
3. keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi
kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).

B. Tujuan Mata Pelajaran PPKn Secara Spesifik


Adapun tujuan mata pelajaran PPKn secara spesifik adalah sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara
cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti
korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.

C. Tujuan PPKn di SD
Adapun tujuan PPKn di Sekolah Dasar (SD) adalah sebagai berikut :
1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
2. Mampu berpartisipasi segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung
jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.
3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup
bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu
memanfaatkan tegnologi informasi dan komunikasi dengan baik

D. Tujuan PPKn Menurut Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang


Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah Untuk Kelas 1 dan II
Adapun tujuan PPKn menurut Permendikbud 21 Tahun 2016 untuk kelas 1
dan II SD adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan sikap sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam
konteks keberagaman kehidupan di lingkungan rumah dan sekolah sebagai
perwujudan moral Pancasila.
2. Mengenal karakteristik individu, tata tertib, kesatuan, dan simbol-simbol
pancasila di rumah dan di sekolah.
3. Melaksanakan tata tertib dalam konteks beragam teman di keluarga dan
sekolah sesuai Pancasila.

E. Tujuan PPKn Menurut Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang


Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah Untuk Kelas III DAN IV
Adapun tujuan PPKn menurut Permendikbud 21 Tahun 2016 untuk kelas III
dan IV SD adalah sebagai berikut :
1. Menerima karunia TYME atas karakteristik individu, hak dan kewajiban,
persatuan dalam keberagaman.
2. Memahami makna simbol-simbol pancasila di rumah, sekolah, dan
masyarakat.
3. Menunjukkan sikap baik sebagai sesama makhluk ciptaan TYME, hak dn
kewajibannya, dan ke-bhinneka tunggal ika-an sebagai perwujudan nilai dan
moral pancasila.
4. Melaksanakan kerjasama dengan teman dalam kebersamaan dan
keberagaman di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

F. Tujuan PPKn Menurut Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang


Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah Untuk Kelas V dan VI
Adapun tujuan PPKn menurut Permendikbud 21 Tahun 2016 untuk kelas V
dan VI SD adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan nilai dan moral pancasila, makna hak, kewajiban dan tanggung
jawab, manfaat Bhineka Tunggal Ika, nilai-nilai persatuan dan kesatuan di
lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
2. Menunjukkan sikap kebersamaan dalam keberagaman sebagai makhluk
ciptaan TYME, patuh terhadap tata tertib dan aturan, bertanggung jawab
dan rela berkorban, semangat ke-bhineka tunggal ika-an. Menunjukkan
sikap bangga sebagai bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Melaporkan secara lisan dan tulisan dan melaksanakan kewajiban sesuai
dengan nilai-nilai dan moral pancasila, menegakkan aturan dan
menjagaketertiban, kerja sama, nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan
keberagaman di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan PPKn di SD
adalah untuk mengembangkan keterampilan dasar dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keberagaman, mempertahankan NKRI berdasarkan
pada konstitusi yang berlaku.

1.4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila

Ruang Lingkup PPKn meliputi nilai moral Pancasila, UUD 1945, nilai-nilai
norma luhur budaya Indonesia serta nilai-nilai moral agama (seperti yang diakui
peraturan perundang undangan Negara RI). Ruang Lingkup adalah nilai moral dan
norma Pancasila yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa
Aspek pertama adalah persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi: hidup
rukun dalam perbedaan, bangga sebagai bangsa Indonesia, cinta lingkungan,
partisipasi dalam bela negara, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, sikap
positif terhadap NKRI.
2. Norma, hukum, dan peraturan
Aspek yang kedua adalah macam-macam norma, hukum, dan peraturan.
Aspek ini meliputi: tata tertib di sekolah, peraturan dalam kehidupan
keluarga, peraturan-peraturan daerah,norma di masyarakat, norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, hukum dan peradilan internasional
sistem hukum dan peradilan nasional.
3. Hak asasi manusia
Aspek ketiga ialah Hak asasi Manusia. Aspek ini meliputi: hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,
hak dan kewajiban anak, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara
Aspek yang berikutnya adalah kebutuhan warga negara yang meliputi: harga
diri sebagai masyarakat, gotong royong, kebebasan untuk berorganisasi,
kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat, menghormati keputusan
bersama, prestasi diri, kesamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara
Aspek yang selanjutnya yaitu konstitusi negara. Aspek ini meliputi:
konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, proklamasi
kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, hubungan antara dasar negara
dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik
Aspek yang keenam adalah kekuasaan dan politik yang meliputi: sistem
pemerintahan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, budaya politik, pers dalam
masyarakat demokrasi.
7. Ideologi Pancasila
Aspek yang berikutnya adalah Pancasila yang merupakan dasar negara.
Aspek ini meliputi: proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,
kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, pengamalan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi
terbuka.
8. Globalisasi
Aspek yang terakhir adalah globalisasi. Aspek globalisasai meliputi: politik
luar negeri Indonesia di era globalisasi, globalisasi yang terjadi di
lingkungannya, dampak yang ditimbulkan globalisasi, hubungan
internasional dan pengertian organisasi internasional, dan evaluasi
globalisasi.
Berdasarkan ruang lingkup PPKn sesuai dengan kurikulum 2006
sebagaimana diuraikan di atas tampak lebih banyak menekankan pada
pengembangan keterampilan warga negara yang bersifat teoritik. Hal ini tampak
dalam ruang lingkup PPKn yang lebih banyak membahas tentang tema-tema yang
kurang dikaitkan atau kurang gayut dengan implementasinya dalam kehidupan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Masih tampak pada upaya untuk memahami
bangsa dan negara, hukum yang berlaku, hak asasi manusia, kebutuhan warga
negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, Pancasila dan globalisasi, namun
belum jelas bagaimana konsep tersebut menjadi sebuah keyakinan dan pada
akhirnya menjadi sebuah keterampilan yang akan dipraktekkan dalam kehidupan
keluarga, sekolah dan kehiupan masyarakat. Bahkan keberagaman belum tampak
dalam subastansi ruang lingkup PPKn. Sementara secara empirik persoalan
bertalian dengan keberagaman sangat marak terjadi di masyarakat, mulai dari
politik identitas, konflik antar etnis, konflik antar agama, prasangka etnik,
etnosentrisme, aliran fundamentalisme dan terorisme. Hal ini urgen untuk
dipahami dan disadari oleh masyarakat Indonesia sejak dini, sehingga berbagai
persoalan yang bertalian dengan keberagaman tidak terjadi lagi (Suastika, 2016).

Sedangkan pada Permendiknas No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi


Pendidikan Dasar dan Menengah ruang lingkup materi PPKN untuk kelas I dan II
adalah:
1. Kandungan moral Pancasila dalam Lambang Negara
2. Bentuk dan tujuan norma/kaidah dalam masyarakat,
3. Semangat kebersamaan dalam keberagaman,
4. Persatuan dan kesatuan bangsa.

Sedangkan ruang lingkup PPKn pada materi kelas III dan IV adalah sebagai
berikut:
1. Makna simbol-simbol Pancasila dan lambang negara Indonesia
2. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga negara
3. Makna keberagaman personal, sosial, dan kultural.
4. Persatuan dan kesatuan
5. Moralitas sosial dan politik warga negara/pejabat negara, dan tokoh
masyarakat.

Ruang lingkup materi kelas V dan VI adalah sebagai berikut:


1. Nilai dan moral Pancasila
2. Hak kewajiban, dan tanggung jawab warganegara
3. Keanekaragaman sosial dan budaya dan pentingnya kebersamaan
4. Nilai dan moral persatuan dan kesatuan bangsa
5. Moralitas terpuji dalam kehidupan sehari- hari.

Secara substantif ruang lingkup materi dasar PPKn berdasarkan kurikulum


2013 bertalian dengan empat hal prinsip yaitu: (1) Pancasila, sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa, (2) UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi
landasan konstitusional, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3)
Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, keberagaman yang kohesif dan utuh, dan (4) Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia. Terdapat
penyederhanaan dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013. Hal-hal yang dibahas
pada pada kurikulum 2006 bukan berarti dihilangkan atau tidak diajarkan pada
kurikulum 2013, tetapi hal-hal dikaitkan dengan penguatan empat pilar
kebangsaan. Ruang lingkup materi lebih bersifat realistik dengan adanya nilai-
nilai sosial kemasyarakatan yang dikemas dalam proses pendidikan Sekolah
Dasar. Peserta didik diajak untuk lebih memahami kondisi sosial empirik
masyarakatnya dengan cara melihat langsung bagaimana nilai dan norma serta
moral dikemas untuk menjadi kebutuhan dalam kehidupan.

Berdasarkan empat pilar kebangsaan atau konsensus nasional sebagai


intisari pembelajaran PPKn dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Ruang Lingkup PPKn Sekolah Dasar

Empat Pilar Ruang Lingkup PPKn SD


Kebangsaan
Pancasila 1. Kandungan moral Pancasila dalam lambang
Negara
2. Makna simbol-simbol Pancasila dan Lambang
Negara Indonesia
3. Moralitas sosial dan politik warga negara/pejabat
negara dan tokoh masyarakat
4. Nilai dan moral Pancasila
5. Moralitas terpuji dalam kehidupan sehari-hari
Undang-Undang 1. Bentuk dan tujuan norma/ kaidah dalam
Dasar 1945 masyarakat
2. Hak, kewajiban dan tanggung jawab warga negara
Negara Kesatuan 1. Persatuan dan Kesatuan
Republik Indonesia 2. Nilai dan moral persatuan dan kesatuan bangsa

Bhineka Tunggal Ika 1. Semangat kebersamaan dalam keberagaman


2. Makna keberagaman personal, sosial dan kultural
3. Keanekaragaman sosial dan budaya dan pentingnya
kebersamaan
1.5 Pembelajaran PPKn di SD
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945. Pentingnya peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan
kemauan, dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
maka melalui PKn sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan
wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk
membangun kehidupan demokrasi.
Bagi pendidikan di Indonesia PPKn dapat dikatakan sebagai program
pembelajaran nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 yang bermuara pada
terbentuknya watak Pancasila dan UUD 45 dalam diri peserta didik. Watak ini
pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan
konsep moral, sikap moral dan perilaku moral Pancasila dan UUD 45. Dengan
demikian pula kita dapat menegaskan kembali bahwa PPKn merupakan suatu
bentuk mata pelajaran yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa
compleement education. Pendidikan yang memusatkan perhatian pada
pengembangan manusia Indonesia seutuhnya (Winataputra, U.S, 2001).

Oleh karena itu, sangat penting membelajarkan mata pelajaran PPKn kepada
generasi penerus bangsa. Melalui pembelajaran tersebut siswa akan mampu
menerapkan di kehidupan sosialnya. Materi akan tersampaikan dan dipahami
dengan baik oleh siswa jika dalam proses pembelajaran guru mampu
membelajarkan dengan baik. Dalam sebuah pembelajaran tentunya harus memiliki
strategi dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Sehingga
pembelajaran PPKn akan bermakna bagi siswa dan mampu dipahami dengan baik.

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran


Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996:5) mendefinisikan strategi
secara umum sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Sehingga apabila dihubungkan
dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan seagai pola-pola umum kegiatan
guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan (Djamarah dan Aswan Zain, 2010).
Hamzah B. Uno (2006:45) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Paling
tidak ada tiga strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi
pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran dan (3)
strategi pengelolaan pembelajaran (Uno Hamzah, 2008).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996:5-6) ada empat
strategi dalam belajar mengajar, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan seara keseluruhan.
Strategi belajar mengajar dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis
tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Menurut Gulo (2002: 11) strategi
belajar mengajar berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam proses
pengajaran dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru


2. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik
3. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada materi pengajaran.
Sementara itu masih menurut Gulo (2002: 11), dilihat dari kegiatan
pengolahan pesan atau materi, strategi belajar mengajar dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Strategi belajar mengajar ekspositori, di mana guru mengolah secara tuntas
pesan/materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal
menerima saja.
2. Strategi belajar mengajar heuristik atau kurioristik, di mana peserta didik
mengolah sendiri pesan/materi dengan pengarahan guru.

B. Metode Pembelajaran Dalam Pembelajaran PKn


Metode mengajar sering diartikan sebagai teknik penyajian yang digunakan
guru dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode pengajaran haruslah
tepat dan sesuai dengan karakteristik materi dan juga keadaan siswa dalam suatu
kelas. Oleh karena itu dalam menentukan pilihan untuk memilih satu metode
pengajaran tertentu guru perlu mempertimbangakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Siswa
Siswa merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi cukup besar
untuk dikembangkan melalui proses belajar mengajar. Keadaan siswa di
sekolah sangatlah bervariasi baik dari latar belakang ekonomi, sosial,
biologis, kecerdasan, psikologis dan sebagainya. Kaitannya dengan teknik
pemilihan metode pengajaran semua aspek tersebut harus diperhatikan ooleh
guru. perbedaan yang dimiliki siswa bukan untuk dihilangkan, tetapi justru
menjadi tantangan bagi guru untuk dapat memilih metode pengajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa yang bermacam-macam.
2. Tujuan
Proses belajar mengajar di sekolah tentu memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran di sekolah salah satunya
dipengaruhi oleh ketepatan pemilihan metode pengajaran oleh guru. Dalam
hal ini secara hirarkhi metode pengajaran harus tunduk terhadap tujuan
pengajaran yang hendak dicapai. Artinya bahwa metode pengajaran yang
dipilih guru harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang hendak
dicapai.
3. Suasana
Guru dalam melakukan proses belajar mengajar dapat menciptakan suasana
yang berbeda-beda dari hari ke hari. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
merasa bosan dan monoton dengan kegiatan belajar mengajar yang
diikutinya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru beserta siswa di
sekoah tidak selalu harus berada di dalam kelas dengan pola pembelajaran
yang dibetasi oleh sekat dinding kelas. Kegiatan belajar mengajar dapat pula
dilakukan di luar kelas sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada di
sekolah.
4. Guru
Dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan untuk mengajar
perlu disesuaikan dengan kemampuan penguasaan guru terhadap metode
yang dipilih. Jangan sampai terjadi guru memilih metode pembelajaran,
yang dia sendiri belum mengusai secara baik. Hal ini disebabkan
ketidakmampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran akan
berpengaruh juga pada keberhasilan guru dalam menyampaikan suatu materi
pelajaran kepada siswa.
Dari beberapa metode pembelajaran yang ada, di bawah ini akan diuraikan
metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PPKn di sekolah
dasar.
1. Modeling
Modeling dalam pembelajaran PPKn dapat digunakan ketika guru
mengajarkan materi-materi yang berisi nilai-nilai moral. kemampuan anak
usia sekolah dasar untuk meniru apa yang mereka lihat cukup kuat. Apalagi
jika yang ditiru tersebut adalah perilaku dari orang yang dijadikan model
bagi dirinya. Anak akan melihat dan mengamati apa yang dilakukan model
kemudian menirukannya dalam berperilaku. Oleh karena itu khususnya
dalam pembelajaran nilai moral yang menjadi model utama di sekolah
adalah guru. Siswa akan memperhatikan setiap perilaku guru, dan
selanjutnya akan meniru. Bertolak dari hal ini, maka guru di sekolah
hendaknya memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswanya.
Dalam pembelajaran PPKn di sekolah dasar selain contoh dari perilaku guru,
model dalam pembelajaran PPKn dapat berupa: (1) manusia, misalnya tokoh
masyarakat, aparat pemerintahan, pemimpin Negara, pahlawan bangsa. (2) non
manusia, misalnya menggunakan kancil dalam cerita dongeng. Sebagai contoh,
ketika guru mengajarkan tentang kompetensi dasar melaksanakan aturan-aturan
yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, guru dapat mendatangkan aparat
penegak hukum ke sekolah. Peran aparat penegak hukum di sini sebagai model.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru melibatkan aparat penegak hukum untuk
menyampaikan materi tersebut. Perhatian anak-anak tentu akan lebih focus dan
tertarik, karena anak-anak menganggap bahwa aparat penegak hukum adalah
orang yang terlibat dalam penegakan pelaksanaan peraturan yang ada di
lingkungan masyarakat.
2. Gaming
Gaming merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran PPKn di sekolah dasar. Dalam kegiatan gaming harus
ada kompetisi. Dalam kompetisi siswa dituntut untuk berlomba-lomba untuk
menentukan menang atau kalah. Penentuan menang atau kalah ini misalnya
dilihat dari sisi perolehan skor, atau bisa juga adu kecepatan dalam
menyelesaikan soal-soal dengan benar. Metode pembelajaran gaming yang
sering dipakai misalnya team game tournament, dan broken square. Materi
yang bisa diajarkan melalui metode ini misalnya kompetensi dasar
mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam metode gaming di sini guru dapat membuat puzzle keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia, kemudian mengacaknya. Anak diminta untuk
menyusun kembai puzzle tersebut menjadi gambaran utuh wilayah NKRI.
Kerumitan dan banyaknya potongan puzzle disesuaikan dengan tingkat
kematangan berpikir anak.

3. Ceramah bervariasi
Metode ceramah merupakan cara penyajian dan penyampaian materi
pelajaran dari guru kepada siswa secara lisan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ciri-ciri dari metode ini diantaranya seorang guru berbicara
terus menerus secara monoton, sedang siswa berperan sebagai pendengar,
sehingga yang terjadi adalah interaksi searah yaitu hanya diwarnai dengan
inisiatif guru kepada siswa bukan sebaliknya.
Metode ceramah merupakan metode yang paling tua, dan konvensional.
Akan tetapi metode ini tetap bertahan hingga saat ini. Metode ceramah tetap dapat
digunakan dan diperlukan dalam pembelajaran, hanya saja perlu diperbaiki dalam
hal penyajiannya agar siswa tidak merasa bosan.

Jika digunakan secara optimal, metode ceramah memiliki beberapa


keunggulan sebagai berikut:
a. Menghemat dalam penggunaan waktu dan alat.
b. Dapat membangkitkan minat belajar siswa.
c. Membantu siswa mengembangkan kemampuan mendengar.
d. Merangsang kemampuan siswa mencari sumber informasi.
e. Bisa untuk menyampaikan informasi pengetahuan yang baru.
Akan tetapi sebaliknya jika metode ceramah tidak digunakan secara optimal
dalam pembelajaran, maka akan memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
a. Berpusat pada guru.
b. Siswa hanya berperan sebagai pencatat dan pendengar.
c. Menuntut kecepatan dan logat bahasa guru yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
Oleh karena itu metode pembelajaran ceramah bervariasi dapat diterapkan
dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar apabila:
a. Peserta yang hadir dalam jumlah reatif besar
b. Materi pelajaran bersifat informatif, sehingga guru hanya berperan sebagai
pemberi informasi saja
c. Guru pandai menggunakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan
informasi yang hendak disampaikan.

d. Suasana cukup tenang


e. Cukup mampu untuk menangkap ungkapan-ungkapan lisan dari gurunya.
Metode ceramah jarang sekali diterapkan dalam pembelajaran tanpa
dibarengi dengan metode yang lain. Biasanya penggunaan metode ceramah
dikombinasikan dengan metode pembelajaran yang lain misalnya tanya jawab,
yang kemudian dikenal dengan sebutan ceramah bervariasi. Metode ceramah
bervariasi muncul sebagai upaya untuk:
a. Menutupi atau mengimbangi kelemahan-kelemahan metode ceramah murni.
b. Memusatkan perhatian siswa kepada pokok masalah yang sedang dibahas
dalam aktivitas belajar mengajar.
c. Mengontrol daya tangkap siswa terhadap isi ceramah.
d. Melibatkan potensi (indra) siswa secara optimal (tidak hanya pendengaran
saja).
Penerapan metode ceramah dalam pembelajran PPKn di sekolah dasar
diantaranya untuk menyampaikan materi pembelajran yang bersifat informatif dan
konsep. Beberapa materi yang bersifat informasi da konsep di antaranya adalah
pengertian hidup rukun, pengertian musyawarah, pengertian globalisasi, dan
sebagainya.
4. Tanya jawab
Menurut Jusuf Djajadisastra, seperti dituliskan Soenarjati dan Cholisin,
1994:120) metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyampaikan atau
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus
dijawab oleh murid. Seperti halnya metode-metode pembelajaran yang lain,
metode tanya jawab juga mengandung keunggulan dan kelemahan.
Metode pembelajaran tanya jawab dapat digunakan dalam pembelajran PKn
di sekolah dasar, karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
a. Mendukung terlaksananya pembelajaran inkuiri.
b. Meningkatkan keaktifan belajar siswa.
c. Mengembangkan minat ingin tahu.
d. Meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat.
e. Memusatkan perhatian siswa.

Metode tanya jawab akan lebih tepat digunakan dalam pembelajaran jika:
a. Dikombinasikan dengan metode ceramah atau metode lainnya
b. Murid-murid terhimpun dalam kelas (jumlah) yang relatif kecil
c. Murid sudah dapat menguasai materi pelajaran yang telah diberikan dengan
baik.
Contoh penerapan metode tanya jawab dalam pembelajaran PPKn di sekolah
dasar misalnya untuk mengajarkan kompetensi dasar menyebutkan contoh
organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat. Selama proses belajar mengajar
berlangsung guru melakukan Tanya jawab dengan siswa seputar organisasi di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Untuk lancarnya pelaksanaan metode ini,
diharapkan siswa sudah mempunyai bekal membaca materi terkait dengan
organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat terlebih dahulu. Apabila siswa
belum memiliki bekal pengetahuan tentang materi pembelajaran, maka yang
terjadi Tanya jawab antara guru dan siswa menjadi tidak lancar.

5. Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan
menugaskan pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah
untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pelajaran (Soenarjati
dan Cholisin, 1994:121). Peran siswa dalam diskusi adalah berusaha dengan jujur
untuk memperoleh suatu keputusan atau kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menjadi kesepakatan bersama. Jalannya
diskusi diatur oleh seorang pemimpin sidang (moderator). Hasil diskusi ditulis
oleh seorang notulen.
Metode diskusi tepat digunakan dalam pembelajaran PKn karena dapat
menggali beberapa kemampuan siswa di antaranya:
a. Guru hendak mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dan
mengemukakan pendapa secara lisan
b. Materi pembelajaran bersifat problematis, bukan merupakan informas.
Dalam pelaksanaan diskusi hendaknya ada pedoman yang jelas dan
disepakati oleh peserta diskusi agar diskusi dapat berjalan dengan lancar. Contoh
penggunaan metode diskusi ini misalnya untuk mengajarkan kompetensi dasar
menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah. Dalam
pelaksanaannya siswa satu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok, dengan
anggota setiap kelompok berjumlah 4-5 orang. Masingmasing kelompok
diberikan tema diskusi terkait dengan materi pembelajaran tersebut. Kepada
masing-masing kelompok diberikan waktu untuk mendiskusikan topik
pembelajaran yang sudah dipilih guru. setelah selesai masing-masing kelompok
diminta mempresentasikan hasil diskusinya, denga dipandu oleh seorang
moderator. Anggota kelompok lain diminta menjadi audience yang bertugas
memberikan tanggapan kepada kelompok penyaji. Demikian dilakukan secara
bergantian.

6. Pemecahan masalah (problem solving)


Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu metode
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menganalisa masalah yang diajukan
guru terkait dengan materi pelajaran. Melalui kegiatan analisa masalah ini
diharapkan siswa dapat menemukan pengalaman baru untuk mengatasi masalah
yang terjadi melalui sudut pandang mereka sendiri. Salah satu contoh pelaksanaan
metode ini misalnya untuk menegajarkan kompetensi dasar memberikan contoh
sederhana pengaruh globalisasi di lingkuungannya. Kepada siswa diberikan
masalah tentang pengaruh globalisasi di lingkungan masyarakat. Kemudian siswa
diminta mengelompokkan ke dalam pengaruh positif, maupun negatif. Untuk
selanjutnya siswa diminta untuk memberikan alternatif pemecahan masalah
terhadap dampak negatif yang ditimbulkan.

7. Bermain Peran (role playing)


Metode bermain peran yaitu suatu cara yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk menjelaskan sikap dan nilai-niai serta memainkan tingkah laku
(peran) tertentu sebagaimana yang terjadi daam kehidupan masyarakat. Dengan
melalui metode bermain peran ini diharapkan nantinya siswa dapat: 1) untuk
membina nilai-nilai moral tertentu 2) meningkatkan kesadaran dan penghayatan
terhadap nilai-nilai. 3) untuk membina pengahayatan siswa terhadap suatu
kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realitas hidup.
Contoh pelaksanaan metode pembelajaran bermain peran ini, misalnya
untuk mengajarkan kompetensi dasar menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siswa di dalam kelas
diminta untuk memerankan beberapa peran tokoh yang berbeda-beda terkait
dengan perilaku menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Kemudian
dibuat skenario permainannya, dan diminta siswa menampilkan peran sesuai yang
dituntutkan kepadanya. Misalnya peran pelajar, peran penegak hukum, peran
aparat keamanan dalam menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.

Daftar Pustaka
Djamarah, dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo

Hamzah, B Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi


Aksara.

Suastika, I Nengah, dkk. (n.d). Pembelajaran PPKn SD 1. Singaraja : Undiksha


Press

Sukaya, Endang Zaelani, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk


Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Sunarso. 2009. “Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia dari Rezim


Ke Rezim”. HUMANIKA Vol. 9 No. 1, Maret 2009, hal. 67-80.

Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta

Winataputra, U.S. 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai


Wahana Pendidikan Demokrasi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia

Zasmarina. 2015. Retrieved From: http://repository.ump.ac.id/7023/3/ BAB


%20II_ZULFATI% 20ASMARINA_PPKn%2715. pdf. Diakses pada tanggal 20
Februari 2020

Zasmarina,2015.http://repository.ump.ac.id/7023/3/BAB%20II_ZULFATI
%20ASMARINA_PPKn%2715.pdf. Dilihat 20 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai