Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK 6

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

ANGGOTA:

A RACHMA ZATA AMANI (190600208)


HUZREEN SOFEA BINTI ZAKARIA (190600222)
YASMEEN AMELIN BINTI BADRUL SHAM (190600223)
YULIA FARAH NABILA BINTI YULIAFARTA (190600224)
NUR ADILLA ATASYA BINTI RIDZUAN (190600225)
PEMBAHASAN

1.Menjelaskan cara melakukan pengukuran tekanan darah secara palpasi dan


auskultasi.
Metode Auskultasi
Tekanan sistolik dan tekanan diastolik dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar
(auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brakhialis yang di sebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini
timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut. Metode auskultasi akan akurat
bila di gunakan secara tepat, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan. Manset harus setinggi
jantung untuk memperoleh tekanan yang tidak dipengaruhi gravitasi. Manset dihubungkan
pada manometer air raksa (sphygmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan. Rabalah
arteri brakhialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian manset dipompa
sampai denyut brakhial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik
darah telah dilampaui dan arteri brakhialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar
20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan brakhial. Turunkan tekanan manset
perlahan-lahan sampai terdengar suara bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah
sistolik. Bunyi yang terdengar tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan
dengan detak jantung dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam
manset turun dibawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut
bunyi akan menghilang.

Metode Palpasi
Pengukuran tekanan darah secara palpasi hanya dapat menetapkan tekanan sistolik saja.
Metode palpasi juga dapat dilakukan apabila tekanan sulit didengarkan. Tetapi dengan metode
palpasi tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat. Cara pengukurannya yaitu
manset yang dililitkan pada lengan dipompa sambil memegang nadi radialis. Pada suatu
tekanan tertentu dimana denyut nadi tidak teraba lagi tekanan manset perlahan-lahan
diturunkan dengan jari tetap meraba nadi. Pada suatu saat tertentu akan teraba nadi ini lagi
yang disebut tekanan sistolik dengan mencatat berapa nilai dalam mmHg. Karena adanya
kesukaran untuk menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh
dengan metode palapasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur
dengan metode auskultasi. Bila manset mulai di pompa sampai denyut radialis menghilang,
pemeriksa dapat yakin bahawa tekanan manset melebihi tekanan sistolik, dan hasil pengukuran
yang lebih rendah sebenarnya dapat dihindari.

2.Menjelaskan cara pengukuran denyut nadi.


Maximum heart rate (HR Max) adalah denyut jantung yang dapat dicapai pada saat berolahraga dan
tergantung umur. Formula yang paling sering digunakan adalah formula Fox and Haskell, untuk
memperkirakan maximum heart rate seseorang digunakan formula yang berdasarkan pada umur.
Maximum heart rate dapat diperkirakan dengan menggunakan beberapa formula (Wahyuni, 2014).
Formula yang paling sering digunakan adalah

HR max = 220 - umur (laki-laki)


HR max = 226 - umur (wanita)
HR max = 220 - setengah umur (pada obesitas)

Formula lain yang dapat digunakan antara lain:

HR max = 206,3 – (0,711 x umur) oleh Londeree dan Moeschberger


HR max = 217 – (0,85 x umur) oleh Miller et. al
HR max = 208 – (0,7 x umur) disebut metode Tanaka

Target Heart Rate (THR) adalah denyut jantung yang dicapai selama melakukan latihan, dimana
jantung dan paru mendapatkan maanfaat maksimal dari latihan tersebut. Pehitungan THR dilakukan
dengan beberapa metode (Wahyuni, 2014).

• Metode Karnoven
THR = {(HR max – HR rest) x % intensitas} + HR rest (intesitas pada metode ini adalah 50% dan
80%)

• Metode Zoladz
THR = HR max – adjuster ±5 denyut/menit

Zone 1 adjuster = 50 denyut/menit


Zone 2 adjuster = 40 denyut/menit
Zone 3 adjuster = 30 denyut/menit
Zone 4 adjuster = 20 denyut/menit
Zone 5 adjuster = 10 denyut/menit

Heart Rate Reserve (HRR) adalah perbedaan antara maximum heart rate dan denyut nadi istirahat.
Denyut nadi istirahat akan semakin rendah dan heart rate reserve akan semakin tinggi menunjukkan
tingkat kebugaran kardiovaskuler yang baik. Persentase HRR setara dengan persentase VO2 reserve
(Wahyuni, 2014).

HRR = HR max – HR rest


Recovery Heart Rate adalah pengukuran denyut jantung yang dilakukan setelah melakukan latihan.
Hal ini mengacu pada kemampuan jantung untuk kembali sendiri denyut normal setelah meningkat
selama latihan. Penurunan denyut jantung yang kurang dari 12 kali/menit berhubungan dengan resiko
kematian (Wahyuni, 2014).

Pengukuran denyut jantung selama aktivitas merupakan metode untuk menilai cardiac strain. Alat
yang digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan rangsangan electro cardio
graph (ECG). Bila peralatan tersebut tidak tersedia, secara sederhana dapat dilakukan secara manual
memakai stopwatch dengan
metode 10 denyut (Hidajah, 2011). Pengukuran tersebut dapat dihitung seperti berikut :

Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 denyut/ Waktu Penghitung x 60

3.Menjelaskan pengaruh perubahan sikap (dari posisi berbaring ke berdiri secara cepat)
terhadap tekanan darah dan denyut nadi
Berdasarkan American Heart Association (AHA) detak jantung istirahat adalah jumlah berapa kali
jantung berdetak per menitnya ketika seseorang sedang beristirahat. Dalam kebanyakan kasus, denyut
jantung istirahat seseorang sekitar 60-100 denyut per menit.

Dikutip dari Livestrong, Senin (4/10/2010) detak jantung seseorang tergantung pada berbagai faktor,
seperti udara dingin, ketinggian, tingkat kebugaran dan status hidrasi seseorang. Tapi posisi tubuh
seperti duduk, berdiri atau berbaring juga mempengaruhi seberapa cepat jantung berdetak tiap
menitnya.

Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang
duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan
berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah.

Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah
setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi
kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit.

Namun detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung
akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung
mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.

Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari berbaring ke
berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini
membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak.

Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang mana merupakan posisi
menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir
ke otak.
4. Menjelaskan pengaruh menahan nafas terhadap tekanan darah dan denyut nadi
Menahan nafas dalam berhubungan dengan reaksi kimia kompleks (PaCO2), mekanis (perubahan
tekanan darah dan denyut jantung), dan sistem saraf (sistem saraf otonom), keseluruhannya
mempengaruhi aliran darah otak. Menahan nafas dalam menginduksi perubahan dalam sistem saraf
otonom yang diduga sebagai akibat dari redistribusi aliran darah ke otak. Respon fisiologis ini dikenal
sebagai diving response yang ditandai dengan episode bradikardi yang cepat.
Hiperkapnia yang terjadi akibat menahan nafas menyebabkan vasodilatasi cerebral disertai
peningkatan aliran darah otak yang menunjukkan kemampuan endotel pembuluh darah untuk
beradaptasi terhadap perubahan aktivitas metabolik. Ketika melakukan latihan fisik termasuk
penyelaman yang melibatkan penahanan nafas, otot-otot tubuh, jantung, dan sirkulasi darah serta
sistem pernafasan diaktifkan. Denyut jantung, curah jantung dan konsumsi oksigen meningkat secara
linier terhadap intensitas latihan fisik. Peningkatan denyut jantung merupakan respon yang timbul
segera pada sistem kardiovaskular terhadap latihan fisik. Selama menahan nafas, penyimpanan
oksigen dalam paru-paru dan darah berkurang hingga tekanan PO2 dalam otak menjadi begitu rendah.
Menahan nafas untuk manusia bertujuan untuk menghemat oksigen melalui beberapa cara,
yaitu vasokonstriksi perifer dan bed kapiler viseral, dan penurunan jumlah penggunaan oksigen
perifer dan viseral, dan pembagian oksigen untuk jaringan sensitif oksigen, seperti otak dan jantung.
Penurunan denyut jantung (bradikardia) juga dapat mengurangi kebutuhan oksigen dari miokardium,
yang bertujuan menghemat simpanan oksigen. Respon ini dibangkitkan oleh keadaan hipoksia melalui
penahanan nafas (apnea).

5.Menjelaskan pengaruh aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan denyut nadi
Tekanan Darah
Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen
akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran darahnya.
Hal ini juga direspon pembuluh darah dengan melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi)
sehingga akan berdampak pada tekanan darah individu tersebut. Hal tersebut diakibatkan karena pada
saat beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang
bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh
darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar. Akibat adanya
vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol
menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktupun bertambah sehingga volume darah pada arteriol
akan meningkat dan tekanannya pun meningkat.
Secara teori aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif
melakukan kegiatan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung dalam
memompa darah, makin besar pula tekanan darah yang membebankan pada dinding arteti sehingga
tahanan perifer yang menyebabkan kenanikan tekanan darah.
Denyut nadi
Telah diketahui bahwa frekuensi denyut nadi meningkat pada saat latihan fisik.
Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya kebutuhan darah yang mengangkut oksigen ke
bagian tubuh yang aktif, penumpukan CO2, peningkatan suhu tubuh, penumpukan asam laktat,
serta berkurangnya Oksigen
Apabila intensitas latihan ditingkatkan, maka akan diikuti dengan peningkatan frekuensi denyut nadi
dan sebaliknya penurunan intensitas latihan akan diikuti dengan penurunan frekuensi denyut nadi.
Penurunan frekuensi denyut nadi berlangsung secara linier sesuai dengan Azas Conconi.
Hubungan linier antara intensitas latihan dengan frekuensi denyut nadi akan berlaku apabila
latihan fisik melibatkan banyak otot besar. Dengan demikian maka frekuensi denyut nadi
dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan intensitas latihan pada latihan fisik yang
melibatkan otot-otot besar. Latihan fisik yang melibatkan otot-otot besar adalah jalan kaki,
jogging, berenang, berlari, bersepeda, dan lain-lain

6.Menjelaskan prinsip pengukuran tekanan darah dan factor-faktor yang mempengaruhinya


Faktor Utama yang Mempengaruhi Tekanan Darah

1. Jantung
Jantung dapat mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan dengan curah jantung. Curah
jantung dapat berubah – ubah bergantung pada tingkat aktivitas seseorang, usia, tingkat metabolisme
tubuh dan ukuran tubuh. Ada dua faktor yang mempengaruhi curah jantung, yaitu isi sekuncup dan
denyut jantung.
Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh rangsang saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsang pada
saraf simpatis akan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan kontraktilitas
miokardium sehingga akan menambah isi sekuncup.Sedangkan hasil sebaliknya didapat pada saraf
parasimpatis (Guyton and Hall, 1997).
Menurut Frank Starling, apabila jumlah darah yang mengalir ke jantung meningkat, maka akan
menyebabkan dinding ruang jantung meregang sehingga otot berkontraksi lebih kuat lagi. Oleh karena
itu, semua penambahan darah yang kembali ke jantung akan dipompa masuk lagi ke sirkulasi secara
otomatis (Guyton and Hall, 1997).

2. Tahanan Perifer
Tahanan adalah penghalang terhadap aliran darah dalam pembuluh, tidak dapat diukur secara
langsung, tetapi dapat dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan dalam pembuluh.
Sedangkan tahanan perifer total adalah keseluruhan tahanan yang terdapat di sirkulasi sistemik
(Guyton and Hall, 1997).
Pengaruh tahanan perifer pada tekanan darah disebabkan oleh perubahan diameter pembuluh darah
tepi, terutama pada arteriol. Perubahan pada diameter arteriol akan mengakibatkan perubahan pada
tahanan perifer total sehingga terjadi perubahan tekanan darah. Karena tekanan darah dapat ditentukan
oleh perkalian curah jantung dengan tahanan perifer. Adanya perubahan pada salah satu dari kedua
faktor tersebut dapat mengubah nilai tekanan darah (Guyton and Hall, 1997).

3. Volume Darah
Volume darah dalam tubuh dipengaruhi oleh volume cairan ekstraseluler, sehingga peningkatan
volume cairan ekstraseluler akan meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah akan
meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata yang kemudian akan meningkatkan aliran balik
darah vena ke jantung sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung
ini pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah.
Bila kehilangan darah terlalu banyak, maka tekanan darah menurun, seperti pada kasus perdarahan.
Bila perdarahan tidak terlalu banyak maka dengan penambahan cairan atau darah jumlah darah akan
kembali normal.
Sebaliknya, bila perdarahan banyak dan penambahan cairan atau darah tidak dapat mengembalikan
volume darah, maka tekanan darah tidak akan meningkat kembali sehingga organ – organ vital akan
kekurangan darah. (Guyton and Hall, 1997)

4. Viskositas Darah
Viskositas darah adalah kekentalan darah sebagai zat cair yang banyak mengandung unsur kimia.
Viskositas darah dipengaruhi oleh hematokrit sehingga peningkatan hematokrit akan meningkatkan
viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat maka diperlukan tenaga yang lebih besar untuk
memompa darah pada jarak tertentu dan alirannya akan lebih lambat.
Hal ini disebabkan karena gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Gesekan ini menentukan ukuran koefisien angkat
viskositas, sebaliknya bila viskositas darah menurun, maka gesekan antara lapisan darah dan
pembuluhnya akan menurun dan tekanan darah akan turun (Guyton and Hall, 1997).

5. Distensibilitas Dinding Pembuluh Darah


Ciri khas sistem vaskular yang penting adalah semua pembuluh darah bersifat distensibilitas, misalnya
arteriol akan berdilatasi dan menurunkan tegangannya ketika tekanan di dalam arteriol meningkat. Hal
ini mengakibatkan bila terjadi peningkatan aliran darah berarti disebabkan tidak hanya peningkatan
tekanan darah tetapi juga akibat penurunan tahanan.
Peran penting lain distensibilitas vaskular adalah dalam sistem sirkulasi, contohnya yaitu sifat
distensibilitas arteri memungkinkan vaskular untuk menyalurkan curah jantung yang bersifat pulsatil
dan merata-ratakan pulsasi tekanan. Hal ini menimbulkan aliran darah yang berlangsung terus-
menerus dan hampir lancar sempurna melalui pembuluh darah yang sangat kecil dalam jaringan.
Pembuluh darah yang memiliki distensibilitas tertinggi yaitu vena, bahkan dengan peningkatan
tekanan yang sedikit saja sudah dapat menampung 0,5-1 liter darah tambahan, oleh karena itu, vena
menyediakan fungsi penampung untuk menyimpan sejumlah besar darah yang dapat digunakan kapan
saja dibutuhkan di manapun dalam sirkulasi (Guyton and Hall, 1997).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah diantaranya adalah usia, ras,
jenis kelamin, stress, medikasi, variasi diural, olah raga dan hormonal (sudoyo, et, al, 2000).
1) Usia
Tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Menurut WHO (2007) adanya hubungan yang positif
antara umur dengan tekanan darah disebagian populasi, tekanan darah sistolik cenderung meningkat
pada usia anak-anak, remaja dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140 mmHg. Tekanan darah
diastolik juga cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Ramalah (2007) menyatakan tekanan
darah secara bertahap dengan bertambahnya umur akan terus meningkat setelah usia 60 tahun. Namun
demikian, penting untuk melihat klasifikasi tekanan darah normal agar memudahkan dalam
mengevaluasi kondisi pasien.

2) Ras
Kajian populasi menunjukkan bahwa tekanan darah pada masyarakat berkulit hitam lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan suku lainnya. Suku atau ras mungkin berpengaruh pada hubungan
antara umur dan tekanan darah. Orang Afrika-Amerika lebih tinggi dibanding orang Eropa Amerika.
Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak pada orang Afrika-Amerika.
Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini hubungan antara genetik dan lingkungan
(Koizer et al, 2009).
3) Jenis Kelamin
Berdasarkan, Miller,(2010) menunjukkan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita
menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan
resiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi.

4) Stress
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulus simpatis secara berkepanjangan yang
berdampak pada vasokonstriksi, peningkatan curah jantung, tahanan vaskular perifer dan peningkatan
produksi renin. Peningkatan renin mengaktivasi mekanisme angiotensin dan meningkatakan skresi
aldosteron yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Lewis, et al, 2005).

5) Medikasi
Banyak pengobatan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Beberapa obat antihipertensi seperti diuretik, penyakit beta adrenergic, penyekat saluran kalsium,
vasodilator dan ACE inhibitor langsung berpengaruh pada tekanan darah (Muttaqin, 2012).

6) Kemoreseptor
Kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta, yang berkaitan erat tetapi berbeda dengan
baroreseptor, peka terhadap kadar oksigen rendah atau asam tinggi dalam darah. Fungsi utama
kemoreseptor ini adalah untuk secara rileks meningkatkan aktivitas pernafasan sehingga lebih banyak
oksigen masuk atau lebih banyak karbondioksida pembentuk asam yang keluar. Reseptor tersebut
juga secara rileks meningkatkan tekanan darah dengan mengirimkan impuls eksitatori ke pusat
kardiovaskuler (Lewis, et al, 2005).
7) Olah raga
Perubahan mencolok sistem kardiovaskular pada saat berolahraga, termasuk peningkatan aliran darah
otot rangka, peningkatan bermakna curah jantung, penurunan resistensi perifer total dan peningkatan
sedang tekanan arteri rata-rata (Muttaqin, 2012).

8) Zat vasoaktif
Zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan dari sel endotel mungkin berperan dalam mengatur tekanan darah.
Inhibisi eksperimental enzim yang mengkatalis NO (Nitric Oxide) menyebabkan peningkatan cepat
tekanan darah. Hal ini mengisyaratkan bahwa zat kimia ini dalam keadaan normal mungkin
menimbulkan vasodilatasi (Muttaqin, 2012).

9) Natriuretic factors atau Atrial Natriuretic Paptide


Atrial Natriuretic Paptide (ANP) dilepaskan dari miosit atrial akibat respon dari stimulus reseptor
renggang akibat volume yang berlebihan. Pelepasan ANP mengakibatkan peningkatan filtrasi
glomerolus, eksteri natrium dan air dan vasodilatasi. Sebagai tambahan, ANP menghambat sekresi
renin, aldosteron dan vasopresssin. Kondisi ini mengakibatkan penurunan tekanan darah (Lewis, et al,
2005).

7. Menjelaskan mekanisme terjadinya suara-suara Korotkov pada pengukuran tekanan darah


Suara Korotkoff adalah suara karakteristik yang dihasilkan pada arteri ketika tekanan berkurang di
bawah tekanan darah sistolik. Tekanan darah sistolik dsn dastolis dapat di ukur dengan metode ini,
dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul akibat aliran turbulen dalam arteri yang
disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus di perhatikan
bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antar amanset dan tempat meletakkan stetoskop.
Bunyi yang terdengar disebut Bunyi Korotkoff.
a. Bunyi Korotkoff I
1. Kontraksi ventrikel mula-mula menyebabkan aliran balik darah secara tiba-tiba mengenai katup A-
V (katup mitral dan katuptricuspid).
2. Katup menutup dan mencembung kearah atrium sampai korda tendinea secara tiba-tiba
menghentikan pencebumbungan ini.
3. Elastisitas kordatendinae dan katup yang tegang kemudian akan mendorong darah bergerak
kembali ke ventrikel-ventrikel yang bersangkutan.
4. Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta katup yang tegang bergetar dan
menimbulkan turbulensi getaran dalam darah.
5. Getaran kemudian meramba melalui jaringan di dekatnya ke dinding dada sehingga terdengar
sebagai bunyi Korotkoff I dengan menggunakan sthetoscop
b. Bunyi Korotkoff II
Ditimbulkan oleh penutupan katup semi ulnaris yang tiba-tiba pada akhir systole
1. Ketika katup semi ulnaris menutup, katup ini menonjol kearah ventrikel dan regangan elastic katup
akan melentingkan daerah kembali ke arteri.
2. Menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah antara dinding arteri dan katup
semiulnarasi, dan juga antara katup dan dinding ventrikel dalam waktu singkat.
3. Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan terutama di sepanjang arteri.
4. Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai dinding suara(misalnya dinding dada), getaran
ini menimbulkan suara yang dapat di dengar.
c. Bunyi Korotkoff III
Bunyinya lemah, bergemuruh dan terdengar pada awal sepertiga bagian tengah diastole. Terjadi
karena isolasi darah yang bolak-balik antara dinding-dinding ventrikel yang disebabkan oleh
masuknya darah dari atrium. Bunyi ini baru terdengar sepertiga bagian tengah diastole karena pada
permulaan diastole, ventrikel belum cukup terisi sehingga belum terdapat tegangan elastikyang cukup
dalam ventrikel untuk menimbulkan lentingan. Frekuensi bunyi ini biasanya sangat rendah, sehingga
telinga kita tidak dapat mendengarkannya namun bunyi sering kali dapat direkam pada
fonokardiogramd.
d. Bunyi Korotkoff IV
Bunyi ini timbul saat atrium berkontarksi yang disebabkan oleh meluncurnya darah kedalam ventrikel
sehingga menimbulkan getaran seperti yang terjadi pada bunyi jantung yang ke III
e. Bunyi Korotkoff V
Digunakan untuk mengukur tekanan diastolic.

Anda mungkin juga menyukai