Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN

BATUBARA SEBAGAI
BAHAN BAKAR PLTU
Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia yang berkembang pesat


dewasa ini terutama dalam bidang industri telah
mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik meningkat
dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan
tenaga listrik yang makin meningkat ini dilakukan
usaha pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar
untuk memperoleh tenaga listrik.
Dasar Teori
1. Pengenalan Umum Kualitas Batubara
Batubara yang ada dipasaran unsur kualitasnya sekurang-
kurangnya terdiri dari :

a. High heating value (kgcal/ka)


b. Total moisture (%)
c. Inherent moisture (%)
d. Volatile matter (%)
e. Ash content (%)
f. Sulphur content (%)
g. Coal size <3 mm, 40 mm, 50 mm
h. Hardgrove grindability index
2. Pengaruh Kualitas Batubara Terhadap Pemanfaatan Batubara sebagai
Bahan Bakar PLTU

a. High Heating Value (HHV)

HHV sangat berpengaruh terhadap pengoperasian aspek :


- Pulverizer
- Pipa batubara, wind box
- Burner

Semakin tinggi HHV maka aliran batubara setiap jamnya semakin rendah,
sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan, untuk batubara dengan
moisture content dan HGI yang sama, dengan HHV tinggi maka mill akan
beroperasi dibawah kapasitas nominalnya (menurut desain) atau dengan
kata lain operating rationya menjadi lebih rendah.
b. Moisture Content

Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara


primernya. Pada batubara dengan kandungan moisture tinggi akan
membutuhkan udara primer lebih banyak guna mengeringkan
batubara tersebut pada suhu keluar mill tetap.

c. Volatile Matter

Kandungan volatile matter mempengaruhi kesempurnaan


pembakaran dan intensitas api
Fuel Ratio = Fixed Carbon / Volatile Matter
Semakin tinggi fuel ratio maka karbon yang tidak terbakar
semakin banyak
d. Ash Content

Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar
dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang dan abu dasaar. Sekitar 20%
dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi
kandungan abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat
pengotoran (fouling), keausan dan korosi peralatan yang dilalui.

e. Sulfur Content
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang
terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih
rendah dari titik embun sulphur, disamping berpengaruh terhadap
efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator
f. Coal Size

Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar.
Butir paling halus untuk ukuran <3 mm, sedangkan ukuran butir paling
kasar sampai dengan 50 mm. Butir paling halus dibatasi oleh tingkat
dustness dan tingkat kemudahan diterbangkan angin sehingga
mengotori lingkungan. Tingkat dustness dan kemudahan berterbangan
masih ditentukan pula oleh kandungan moisture batubara.

g. Hardgrove Grindability Index (HGI)


Kapasitas mill (pulverizer) dirancang pada HGI tertentu. Untuk HGI lebih
rendah kapasitasnya lebih rendah dari nilai patokannya menghasilkan
fineness yang sama.
Hasil dan Pembahasan

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan
energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik
tenaga uap menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batubara
dan minyak.

P
—LTU batubara adalah bahan bakar yang digunakan batubara. Konsep dasar
dari PLTU adalah batubara sebagai bahan bakar utama harus disediakan sebagi
dengan kualifikasi tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. yang terdiri dari
kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai
bahan bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan perkembangan
teknologi pembangkitan yang mampu mengakomodasi batubara berkualitas
rendah.
Gambar 1. Skema Pembangkit Listrik pada
PLTU Batubara
Sistem Pembakaran pada PLTU
Batubara
Batubara yang digunakan dibakar pada Boiler secara bertingkat, dengan
maksud untuk mendapatkan laju pembakaran yang rendah tanpa
menurunkan suhu yang diperlukan sehingga diperoleh NO× yang rendah .
Sebelum batubara diumpankan ke boiler terlebih dahulu ukuran butir
diperkecil dan dibuat seragam, Kemudian butiran batubara dimasukkan ke
dalam Boiler dengan cara disemprotkan. Dasar dari Boiler berbentuk
rangka panggangan yang berlubang. Pembakaran dapat terjadi apabila ada
bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas dengan kecepatan tiup
udara disesuaikan sedemikian rupa agar butir-butir batubara agak
terangkat sedikit tanpa terbawa naik sehingga terbentuk lapisan butir-
butir batubara yang mengambang. Selain mengambang butir-butir
batubara tersebut juga bergerak. Hal ini memberi indikasi telah terjadi
sirkulasi udara yang akan memberikan efek baik sehingga butir-butir
batubara dapat terbakar habis.
Butir batubara mempunyai ukuran butir yang sama dengan jarak
antar butir berdekatan sehingga akan berakibat pula lapisan
mengambang tersebut menjadi penghantar panas yang baik. Karena
proses pembakaran suhunya rendah sehingga NO× yang dihasilkan
kadarnya juga rendah. Akibat selanjutnya sistem pembakaran
tersebut akan mampu mengurangi polutan. Apabila ke dalam
tungku Boiler diumpankan kapur dari dasar tungku yang bersuhu
750 ͦC – 950 ͦC dimasukkan udara, maka akan membentuk lapisan ini
terjadi reaksi kimia, sulfur terikat oleh kapur membentuk CaS04
(sebagai mineral Gypsum) dapat dimanfaatkan. Salah satu
keuntungan pembakaran ini adalah dapat menggunakan batubara
kualitas rendah.

Anda mungkin juga menyukai