BATUBARA SEBAGAI
BAHAN BAKAR PLTU
Latar Belakang
Semakin tinggi HHV maka aliran batubara setiap jamnya semakin rendah,
sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan, untuk batubara dengan
moisture content dan HGI yang sama, dengan HHV tinggi maka mill akan
beroperasi dibawah kapasitas nominalnya (menurut desain) atau dengan
kata lain operating rationya menjadi lebih rendah.
b. Moisture Content
c. Volatile Matter
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar
dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang dan abu dasaar. Sekitar 20%
dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi
kandungan abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat
pengotoran (fouling), keausan dan korosi peralatan yang dilalui.
e. Sulfur Content
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang
terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih
rendah dari titik embun sulphur, disamping berpengaruh terhadap
efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator
f. Coal Size
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar.
Butir paling halus untuk ukuran <3 mm, sedangkan ukuran butir paling
kasar sampai dengan 50 mm. Butir paling halus dibatasi oleh tingkat
dustness dan tingkat kemudahan diterbangkan angin sehingga
mengotori lingkungan. Tingkat dustness dan kemudahan berterbangan
masih ditentukan pula oleh kandungan moisture batubara.
P
—LTU batubara adalah bahan bakar yang digunakan batubara. Konsep dasar
dari PLTU adalah batubara sebagai bahan bakar utama harus disediakan sebagi
dengan kualifikasi tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. yang terdiri dari
kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai
bahan bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan perkembangan
teknologi pembangkitan yang mampu mengakomodasi batubara berkualitas
rendah.
Gambar 1. Skema Pembangkit Listrik pada
PLTU Batubara
Sistem Pembakaran pada PLTU
Batubara
Batubara yang digunakan dibakar pada Boiler secara bertingkat, dengan
maksud untuk mendapatkan laju pembakaran yang rendah tanpa
menurunkan suhu yang diperlukan sehingga diperoleh NO× yang rendah .
Sebelum batubara diumpankan ke boiler terlebih dahulu ukuran butir
diperkecil dan dibuat seragam, Kemudian butiran batubara dimasukkan ke
dalam Boiler dengan cara disemprotkan. Dasar dari Boiler berbentuk
rangka panggangan yang berlubang. Pembakaran dapat terjadi apabila ada
bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas dengan kecepatan tiup
udara disesuaikan sedemikian rupa agar butir-butir batubara agak
terangkat sedikit tanpa terbawa naik sehingga terbentuk lapisan butir-
butir batubara yang mengambang. Selain mengambang butir-butir
batubara tersebut juga bergerak. Hal ini memberi indikasi telah terjadi
sirkulasi udara yang akan memberikan efek baik sehingga butir-butir
batubara dapat terbakar habis.
Butir batubara mempunyai ukuran butir yang sama dengan jarak
antar butir berdekatan sehingga akan berakibat pula lapisan
mengambang tersebut menjadi penghantar panas yang baik. Karena
proses pembakaran suhunya rendah sehingga NO× yang dihasilkan
kadarnya juga rendah. Akibat selanjutnya sistem pembakaran
tersebut akan mampu mengurangi polutan. Apabila ke dalam
tungku Boiler diumpankan kapur dari dasar tungku yang bersuhu
750 ͦC – 950 ͦC dimasukkan udara, maka akan membentuk lapisan ini
terjadi reaksi kimia, sulfur terikat oleh kapur membentuk CaS04
(sebagai mineral Gypsum) dapat dimanfaatkan. Salah satu
keuntungan pembakaran ini adalah dapat menggunakan batubara
kualitas rendah.