Anda di halaman 1dari 64

BOUNDING ATTACHMENT

(B+A)

I. PENGERTIAN
Bounding : Dimulainya interaksi
emosi, fisik dan sensori antara
orang tua dan bayi segera
setelah lahir (Nelson, 1986)
Attachment :
- Proses agar tetap terjalin
keterikatan batin antara individu,
meliputi pencurahan perhatian dan
adanya hubungan emosi dan fisik
yang akrab.
- Proses saling merespon satu sama
lain yaitu PL bayi merangsang ibu
untuk berbuat sesuatu, seperti
menangis, tertawa, maka
merangsang ibu untuk
mendekatinya.
Bounding Attachment
- Arti beda, tetapi tidak dapat
dipisahkan
- Menggambarkan kesatuan
hubungan
-
-
- antara orang tua dan bayi
- Jalinan kasih sayang, timbal balik
 rasa puas, aman  pada bayi
akan berpengaruh pada
- perkembangan selanjutnya
(tingkah laku)
Hubungan ibu (orang tua) dan
anak atas dasar kasih sayang.
Suatu hal yang penting dalam
Bounding Attachment adalah
identifikasi terhadap bayi secara
bertahap dimulai dengan proses
menanyakan (seperti bayi yang lahir
mirip siapa ?)
II.Prinsip-Prinsip Bounding
Attachment
1. Dilakukan pada menit/jam
pertama setelah keluar bayi
Merupakan waktu yang optimal
untuk menunjukkan keterikatan
antara ibu dan bayinya.
2. Timbul respon yang spesifik
Kasih sayang yang ditunjukkan
oleh seorang ibu dari pertama
setelah bayi lahir, akan
menimbulkan respon pada bayi
(bayi merasakan kehangatan kasih
sayang ibu, merasa dilindungi
yang akan menimbulkan bayi
dapat mengadakan ikatan
emosional yang erat dengan orang
lain.
3. Perlu umpan balik antara respon
orang tua dan bayinya melalui
Tlnya sejak pertama BBL
memerlukan kasih sayang dan
perawatan ibu, kasih sayang dari
ibu, akan menimbulkan respon
umpan balik dari bayi, sehingga
bayi akan menjadi dekat dengan
ibunya.
4. Orang yang menyaksikan
persalinan menjadi akrab dengan
bayi
Bayi akan menjadi lebih akrab
dengan seseorang yang pertama
kali memberikan kasih sayang
sejak lahir, dimana tangan pertama
yang meraih bayi akan dikenal
oleh si bayi
5. Proses attachment dan sikap
menolak terhadap bayi atau sukar
untuk terjadi secara bersama-
sama.

III. Keuntungan Bounding


Attachment
6. Sangat penting untuk
perkembangan selanjutnya
7. Bayi merasa dirinya ada yang
mencintai dan tak diabaikan
8. Dasar kepribadian sikap positif
terhadap orang lain
9. Dapat menjadi motivasi bagi si
bayi untuk mengadakan
persahabatan di kemudian hari.
10. Menjadikan ikatan batin yang
kuat antara bai dan ibu
11. Menunjukkan kepuasan yang
diperoleh dari hubungan pribadi
yang akrab
12. Dasar untuk mengadakan
sosialisasi dengan orang lain.
IV.Bentuk Bounding Attactment
Sebenarnya telah dimulai
semenjak kehamilan, dengan
perencanaan dan kepastian adanya
kehamilan dan semakin tumbuhnya
penerimaan kehadiran janin itu
sebagai individu.
Setelah persalinan dan selama
hari-hari berikutnya, kontak visual
dan fisik antara ibu dan bayi
memicu banyak interaksi yang
saling memuaskan dan
menggembirakan.
1. Bayi akan menggunakan semua
inderanya, yang meliputi indra
penciuman dan perabaan untuk
mengenali dan menjadi erat
hubungannya dengan ibu, indera
penglihatan, meskipun pandangan
bayi masih kabur
2. Ungkapan yang tak kalah
pentingnya adalah melalui
rangsangan langsung, seperti
membelai, mengajak bicara,
bermain, sentuhan halus dengan
ujung jarinya pada anggota gerak
dan wajah bayi serta mengurut-
urut dengan penuh kasih sayang
(sentuhan pada pipi  respon
berupa gerakan memalingkan ke
wajah ibu  kontak mata, gerakan
menyondol dan menjilat puting
susu ibu  kontak mata)
Bicara dengan suara lembut,
menenangkan dan senyuman lebih
disukai sebagai kontak pertama
(sebagai kontak yang akrab dan
mesra antara ibu dan bayi).

3. Di Kamar Bersalin
 Kriteria bayi yang dapat
dilaksanakan rooming in :
- Nilai apgar baik
- BB  2500 gram
- Cukup bulan
- Lahir spontan, letak kepala
- Tanpa infeksi intra partum
- Ibu sehat
 Dalam 30 menit setelah bayi
lahir segera ditetekkan untuk
merangsang pengeluaran ASI
 Memberikan penyuluhan tentang
ASI dan rooming in terutama
yang belum mendapat
penyuluhan di PK
 Mengisi status
 Persiapan agar ibu dan bayi
dapat pindah bersama-sama.
4. Di Ruang Perawatan
 Bayi diletakkan dalam box bayi
disamping tempat tidur ibu (pada
saat jam besuk bayi dipindahkan
di kamar bayi)
 Petugas kesehatan harus
mengenal keadaan bayi dan tahu
keadaan abnormal bayi
 Bayi boleh menetek pada setiap
saat
 Bayi tidak boleh diberi susu
tambahan
 Keadaan bayi sehari-hari dicatat
dalam status
 Bila bayi sakit dipindahkan ke
kamar bayi
 Waktu akan PL, ibu diberi
penyuluhan tentang ASI, rawat
gabung, perawatan payudara,
gizi buteki, dan diharapkan
dalam 2 minggu kontrol.

MENGKAJI INTERAKSI ORANG


TUA DAN BAYI
Nilai 2 Nilai 1 Nilai 0
Kontak I
- Bertan - Mende - Tidak
ya ngar tertarik
tentang tentang pada bayi
kondisi informasi
bayi bayi, no
coment
- Menye - Meliha - Tidak
ntuh bayi t, tak melihat,
menyentu tidak
h bayi menyentu
h
- Secara - Bicara - Tikda
spontan dengan bicara
bicara bayi bila dengan
dengan perlu bayi
bayi
- Mema - Mengg - Tidak
ngku bayi endong menggen
dengan bayi, tapi dong bayi
kontak tidak
mata kontak
mata
- Menge - Menge - Tanpa
kpresikan kspresika ekspresi
kesan n kurang perasaan
positif puas apa-apa
terhadap
kelahiran
bayi
Hari II
- Kontak - Meneri - Mengh
dengan ma indari
bayi kontak kontak
dengan dengan
bayi bayi
- Mmep - Memp - Mengh
erhatikan erhatikan indari
seluruh dan menyentu
tubuh meraba h
bayi tetapi
menghind
ari
bagian-
bagian
tertentu
- Bertan - Tertari - Sedikit
ya k pada tertarik
tentang perilaku pada PL
interpreta tetapi bayi
si tidak
penampil bertanya
an bayi
- Menata - Berhad - Tidak
p bayi apan menghara
dengan muka tapi pkan
kontak kontak muka
mata mata pada bayi
tidak ada
- Mengu - Memer - Tidak
tarakan lukan mengekpr
perasaan bantuan esikan
tentang dalam perasaan
respon mengeksp tentang
bayi resikan bayi
perasaan
Hari III
- Mema - Mema - Tidak
ngku bayi ngku bayi mampu,
dengan dengan malas
hangat ada antara menggen
ketika ibu dan dong bayi
bayi bayi
minum
- Sponta - Berbic - Tidak
n ara bicara
memangg dengan dengan
ul bayi bayi bayi
dengan tetapi
menggun tidak
akan langsung
nama bicara
dengan
bayi
- Secara - Posisi - Kontak
konsisten berhadapa mata
memeliha n tetapi tidak ada
ra posisi kontak
berhadapa mata
n dengan sekali-
bayi dan kali
kontak
mata ada

Score :
8 – 10 : Perlu support keperawatan
yang biasa dalam Bounding
Attachment
5 – 7 : Perlu ekstra support untuk
Bounding Attachment
0 – 4 : Perlu support intensif untuk
Bounding Attachment
BAB V
ANTICIPATORY GUIDANCE

Bimbingan untuk orang tua untuk


mencegah terjadinya masalah pada tiap
fase perkembangan terutama masa
infant sampai pra sekolah.

V. INFANT
Bimbingan terhadap orang tua pada
satu tahun pertama dibagi 2 yaitu :
1. 6 Bulan Pertama
- Pahami proses penyesuaian
orang tua dengan bayi
- Ajarkan perawatan infant dan
pahami bayi sebagai individu
yang punya kebutuhan 
ekspresi
- Tentramkan orang tua apabila
bayi terlihat manja dengan
perhatian penuh 4-6 bulan ke-I.
- Anjurkan orang tua membuat
jadwal
- Bantu orang tua pahami
kebutuhan bayi
- Dukung kesenangan orang tua
lihat perkembangan bayi, respon
sosial  sahabat
- Siapkan orang tua akan rasa
aman bayi
- Siapkan orang tua untuk
memberikan makanan padat.
2. 6 Bulan Kedua
- Siapkan orang tua akan rasa
takut bayi terhadap orang asing
(stranger anxiety)
- Anjurkan orang tua tentang
disiplin sambapi dengan
meningkatkan mobilitas anak
- Anjurkan orang tua memberikan
lebih perhatian ketika bayi
berkelakuan baik
- Anjurkan bagaimana mencegah
kecelakaan karena meningkatkan
ketrampilan motorik dan rasa
ingin tahu
- Mendiskusikan kesiapan
penyapihan
- Menggali perasaan orang tua
dengan pola tidur bayi

VI.TODDLER
Dua masalah penting :
- Toilet training
- Sibling rivalry
Perlu disiapkan orang tua
3. Toilet training
 Usia 18-24 bulan : kontrol
volunteer spincter ani dan
urethra dicapai pada saat anak
dapat berjalan
 Faktor kesiapan psiko fisiologik
wajib disiapkan
 Bantu anak kenali dorongan
untuk Lepaskan tanpa menahan
 komunikasi
 Bantu anak untuk sadari
kemampuan kontrol diri,
konflik/negativistic menurun
 Identifikasi kesiapan anak : toilet
train.
 Train defekasi lebih besar
sensasinya dari train miksi
sehingga perlu lebih dulu dicapai
 perhatian lebih banyak.
 Train miksi tidak sempurna pada
usia 4-5 tahun
 Anak laki-laki berdiri (miksi)
setelah diajarkan dan meniru
ayah (motivasi kuat)
 Gunakan pispot portable,
jongkok atau duduk di atas toilet
dengan dibantu
4. Sibling Rivalry
 Bayi baru  krisis keluarga
bagian anak sulung
 Toddler tidak membenci saingan
 Tujuan : Siapkan toddler untuk
kelahiran sibling
 Toddler 6 tahun gambaran
realistic mengapa sibling datang
 Katakan teman datang, rutinitas
berjalan biasa, kenalkan tempat
baru lebih dini
 Perlu lustrasi konkrit mengapa
bayi tumbuh di rahim
 Beberapa toddler
jealous/iri/cemburu dengan
ekspresi tertutup  ekspresi
verbal
5. Anticipatory Guidance
Bimbingan orang tua selama usia
toddler :
 Umur 12-18 bulan
- Persiapkan orang tua antisipasi
perubahan tingkah laku
toddler, negatifistik, ritualisme
- Kaji kebiasaan makan sekarang
dan anjurkan penyapihak
bertahap, tambah makanan
padat
- Sediakan snack diantara 2
waktu makan dengan rasa yang
disukai dan jadwal makan rutin
- Kaji pola tidur malam
- Cegah bahaya di rumah 
Siapkan orang tua
- Diskusikan kebutuhan 
disiplin lembut
- Diskusikan mainan baru 
tumbang anak
 Umur 18-24 bulan
- Tekankan pentingnya
persahabatan dengan teman
sebaya (main)
- Tekankan pentingnya
kebutuhan hadirnya sibling
- Tekankan pentingnya
kebersihan diri, rumah
- Diskusikan metode disiplin
yang ada
- Diskusikan tanda kesiapan
toilet training
- Diskusikan perkembangan rasa
takut anak
- Siapkan orang tua tanda regresi
anak saat stres
- Kaji kemampuan anak untuk
pisah dengan orang tua (sesaat
dengan mudah)
- Beri kesempatan orang tua
untuk ekspresi kelelahan
frustasi, frustasi, jengkel dalam
rawat toddler
- Tunjukkan harapan
perkembangan anak lebih baik
 Umur 24-36 bulan
- Diskusikan pentingnya meniru
dan kebutuhan anak untuk
dilibatkan dalam kegiatan
- Mendiskusikan pendekatan
yang dilakukan dalam toilet
training
- Menekankan keunikan proses
berpikir toddler
- Tekankan disipling, ajuikan
alasan yang rasional, Hindari
kebingungan dan salah
pengertian
- Diskusikan adanya TK, TPA,
Play Group.
 Pra Sekolah
- Anticipatory masih perlu,
kesulitan berkurang
- Proteksi keamanan
- Masuk sekolah  bentuk
perpisahan
- Pra sekolah dimulai TK dan
ibu kegiatan di luar keluarga
Bimbingan Orang Tua :
 Umur 3 tahun
- Siapkan orang tua untuk
meningkatkan minat anak
- Anjurkan untuk daftar ke play
group, TK
- Anjurkan orang tua untuk
tawarkan alternatif ketika anak
dalam bimbingan
- Siapkan orang tua untuk
antisipasi TL yang berlebihan
- Berikan gambaran perubahan
usia 3,5 tahun
- Ingatkan orang tua bahwa
keseimbangan pada usia 3
tahun berubah ke TL agresi
usia 4 tahun
- Antisipasi selera makan
menetap lebih luas dalam
memilih makanan.
 Umur 4 tahun
- Siapkan perilaku agresif, aktif,
motorik dan bahasa meningkat
- Expektasi perlawanan terhadap
kekuasaan orang tua
- Anjurkan beberapa tempat
istirahat
- Siapkan meningkatkan rasa
ingin tahu seksual
- Diskusikan disiplin
- Siapkan imaginasi
- Menyarankan berwenang
- Jelaskan perasaan oedipus dan
reaksinya
- Mimpi buruh/takut  anak
dibangunkan
 Umur 5 tahun
- Jelaskan periode tenang pada
usia 5 tahun
- Siapkan dan bantu anak untuk
memulai masuk lingkungan
sekolah
- Ingatkan imunisasi yang
lengkap sebelum masuk
sekolah
BAB VI
PROGRAM BERMAIN

VII. PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu
aktifitas yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan anak-anak sekalipun
anak dalam keadaan sakit dan
dirawat di rumah sakit.
Melalui media bermain anak
belajar berkata-kata dan bagaimana
menyesuaikan diri dengan
lingkungan, obyek, waktu, ruang
dan orang. Mereka belajar apa yang
dapat mereka lakukan, bagaimana
menghubungkan benda-benda
dengan situasi dan bagaimana
beradaptasi dengan tuntutan
lingkungan yang ada.
Dalam keadaan sakit dan dirawat
di rumah sakit, bermain tetap
diperlukan dalam melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan.
Dengan bermain anak dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan
dan fantasi. Disamping itu anak
dapat tetap mengembangkan
kreatifitasnya, serta agar anak dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap
stres karena sakit dan dirawat.
VIII. PENGERTIAN BERMAIN
Menurut Miller BF dan Keane
CB (1983), bermain adalah cara
alamiah bagi anak
untukmengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadari.
Sedangkan Foster (1989)
mengatakan bahwa bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan keinginan sendiri untuk
mmperoleh kesenangan.
Dari kedua pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa bermain
adalah aktifitas yang merupakan
pengalaman, kesempatan untuk
seseorang yang melakukan.
IX.KLASIFIKASI BERMAIN
A. Menurut isi permainan
Permainan sosial efektif (social
affective play), bermain bagi
seorang anak membentuk
hubungan persahabatan dengan
orang lain. Contoh : bila orang tua
berbicara atau memanjakan dan
anak memberi respon dengan
senyum/tertawa. Merasa senang
bermain (sense of pleasure play),
anak memperoleh kesenangan dari
satu objek yang ada disekitarnya,
misalnya bermain air atau pasir.
Ketrampilan bermain (skill
play), melatih anak memperoleh
ketrampilan tertentu dan anak
akan melakukan secara berulang-
ulang. Misalnya mengendarai
sepeda.
Bermain drama dan bermain
peran (dramatic play atau role
play), anak akan berfantasi
menjalankan/menirukan peran
orang tua/tertentu misalnya
menjadi ayah, ibu, perawat, dokter
atau guru.
B. Menurut Karakteristik Sosial
Bermain terkurung/sendiri
(solitary play), merupakan jenis
permainan dimana anak bermain
sendiri walaupun ada beberapa
orang lain bermain disekitarnya.
Bermain paralel (paralel play),
merupakan jenis permainan yang
dilakukan oleh satu kelompok
anak balita atau pra sekolah yang
masih-masing mempunyai mainan
yang sama tetapi satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan
tidak saling tergantung.
Bermain bersama (associative
play), merupakan permainan
dimana anak bermain dalam
kelompok dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisir
atau pembagian tugas diantara
mereka sesuai dengan
keinginannya.
Bermain cooperatif
(cooperative play), anak bermain
bersama-sama dengan jenis
permainan yang terorganisir,
terencana dan ada aturan-aturan
tertentu. Permainan ini dilakukan
oleh anak usia sekolah atau
remaja.
X. FUNGSI BERMAIN
Perkembangan sensori motorik,
aktifitas sensorik motorik adalah
komponen yang tersebar dalam
permainan bagi semua tingkat usia.
Permainan yang aktif dengan
menggunakan obyek adalah
pertumbuhan dan perkembangan
otot-otot gerak.
Perkembangan kognitif,
diperoleh dengan melakukan
eksplorasi dan manipulasi benda-
benda sekitarnya baik dalam hal
warna, bentuk, ukuran dan
pentingnya benda alat/benda dan
mengembangkan pengertian tentang
konsep yang abstrak. Misalnya :
atas, bawah. Di atas dan di bawah
dalam perkembangan kognitif,
perkembangan bahasa juga
diperoleh dengan cara pengalaman
yang lalu dan menggabungkan
dengan persepsi baru.
Kreativitas, selama bermain
sangat memungkinkan diperoleh,
karena anak dapat melakukan
percobaan tentang ide mereka dalam
permainan melalui semua media.
Kreatifitas terutama diperoleh
sebagai hasil dari permainan solitary
dan group. Seorang anak yang
merasa puas dengan kreatifitasnya
yang baru dan beda akan membawa
minatnya terhadap lingkungan.
Perkembangan sosial, diperoleh
karena dengan bermain anak belajar
berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari peran dalam kelompok,
sebenarnya sejak bayi anak sudah
mulai menunjukkan perhatian dan
kesenangannya dalam berhubungan
dengan orang lain, tetapi melalui
permainan dengan anak yang
lainnya mereka dapat
mengembangkan hubungan sosial
dan memecahkan masalah yang
berhubungan dengan kelompok
sosial tersebut.
Kesadaran diri, diperoleh dengan
bermain, sebab anak belajar
memahami kemampuan dirinya,
kelemahannya dan tingkah laku
terhadap orang lain.
Perkembangan moral, dapat
diperoleh melalui interaksi dengan
teman selama melakukan
permainan. Dengan bermain anak
akan bertingkah laku sesuai dengan
yang diharapkan, karenanya anak
akan menyesuaikan dengan aturan
kelompok dan bersikap jujur
terhadap kelompoknya.
Sebagai terapi, karena dapat
memberi kesempatan kepada anak
untuk mengekpresikan perasaan
yang tidak enak misalnya : benci,
kesal aau takut.
Perkembangan moral, dapat
diperoleh melalui interaksi dengan
teman selama melakukan
permainan. Dengan bermain anak
akan bertingkahlaku sesuai dengan
yang diharapkan, karenanya anak
akan menyesuaikan dengan aturan-
aturan kelompok dan bersikap jujur
terhadap kelompoknya.
Sebagai terapi, karena dapat
memberi kesempatan kepada anak
untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak misalnya: benci,
kesal atau takut.
Perkembangan komunikasi,
bermain merupakan alat komunikasi
terutama anak yang belum dapat
menyatakan perasaannya secara
verbal, misalnya melukis,
menggambar atau bermain peran.
XI.FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERMAIN
Tahap perkembangan, setiap
tahap perkembangan mempunyai
potensi dan keterbatasan. Anak usia
balita mempunyai potensi untuk
melakukan serangkaian permainan
tertentu, tetapi mempunyai
keterbatasan dimana belum dapat
mencapai kemampuan seperti diatas
usianya. Kondisi ini mempengaruhi
permainan yang dibutuhkannya.
Status kesehatan, status
kesehatan anak mempengaruhi
aktifitas bermain, karena anak
dalam keadaan sakit. Kemampuan
psikomotor maupun kognitifhya
terganggu.
Jenis kelamin, jenis kelamin
mempengaruhi aktifitas anak,
misalnya pada usia sekolah, anak
laki-laki tidak man bermain dengan
anak wanita. Dengan demikian jenis
permainan yang dipilih sesuai
dengan minat kelompok kelamin
tersebut.
Lingkungan, lingkungan dapat
mempengaruhi aktifitas bermain
sesuai dengan lokasi tempat atau
suku bangsa, maka budaya
mempunyai karakteristik yang
berbeda. Hal ini berpengaruh
terhadap setiap gerak kehidupan.
Dengan demikian kehidupan anak
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
bermain.
Alat permainan, alat permainan
yang dipilih sesuai dengan tahap
perkembangan anak, sehingga anak
dapat menggunakannya dan
memperoleh kepuasan.
Menurut Edward Swarth
Mainan yang terbaik adalah yang
terus menerus memberikan seorang
anak peluang untuk :
 Menyibukkan imajinasinya.
 Mengembangkan kecakapan/
ketrampilannya.
 Membuat anak gembira dan puas.
 Tidak membingungkan.
Syarat-syarat alat permainan
 Sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
 Harganya tidak terlalu mahal.
 Tidak membahayakan, hindarkan
mainan yang :
- Mudah pecah
- Dapat membakar
- Dapat melukai
- Dapat menjepit
- Dapat melemaskan
- Dapat merusak mata dan telinga
- Dapat menyebabkan benjol dan
luka memar
- Beracun dan tidak bersih
- Dapat merusak jiwa anak

XII. KARAKTERISTDC
BERMAIN SESUAI TAHAP
PERKEMBANGAN
Dalam memilih permainan hams
memperhatikan kebutuhan tumbuh
kembang anak, berdasarkan tingkat
usia :
1. Bayi usia 1 bulan
Visual : Permainan dapat dilihat
dalamjarak dekat.
Misalnya: benda dengan wama
yang terang dan menyolok.
Audio: Permainan yang dapat
didengar
Misalnya: berbicara dengan
bayi, menyanyi atau
bercanda.
Tactile: Memeluk dan
menggendong bayi
(memberi kehangatan )
Kinetic : Dapat dilakukan
dengan mengajak naik
kereta untukjalan-jalan.
2. Bayi usia 2-3 bulan
Visual : Permainan dapat
dilakukan dengan membuat
ruangan menjadi terang
atau memasang gambar-
gambar di dinding.
Audio: Permainan dapat
dilakukan dengan berbicara
dengan bayi, bunyi-
bunyian atau
mengikutsertakan bayi
dalam pertemuan keluarga.
Tactile: Dapat dilakukan dengan
membelai pada waktu
memandikan, mengganti
pakaian atau menyisir
rambut.
Kenetic : Dapat dilakukan
dengan mengajak naik
kereta untuk jalan-jalan,
gerakan-gerakan berenang
pada saat mandi.
3. Bayi usia 4-6 bulan
Visual : Permainan dapat
dilakukan dengan
mengajak nonton TV, atau
mainan yang berwama
terang.
Audio: Bermain dengan
mengajak bicara,
mengulangi bicara,
mengulangi suara-suara
yang dibuatnya atau
memanggil nama,
meremas-remas kertas
didekat telinganya, dan
memegang mainan yang
berbunyi.
Tactile : Permainan dengan
berbagai tekstur, lembut
kasar, dan bermain pada
saat mandi.
Kinetic : Dapat dilakukan
dengan membantu anak
tengkurap atau menyokong
pada waktu duduk.
4. Bayi usia 6-9 bulan
Visual : Bermain warna, gerak
atau berbicara sendiri di
depan kaca, bermain
cilukba, merobek-robek
kertas.
Audio : Dilakukan dengan
memanggil nama, mama,
papa dan bagian tubuhnya,
diajarkan bertepuk tangan
atau memberi perintah
sederhana.
Tactile: Meraba berbagai macam
tekstur dan ukuran,
bermain air yang mengalir
atau berenang.
Kinetic : Permainan dengan
menggunakan kereta bayi
berjalan atau meraih benda
yang lebih jauh.
5. Bayi Usia 9-12 bulan
Visual : Memperhatikan
gambar-gambar dalam
buku atau mengajak jalan-
jalan, melihat rumput,
bangunan dan benda-benda
lain.
Audio: Menyebutkan bagian-
bagian tubuh, mengenalkan
suara-suara binatang,
bernyanyi dan
mendengarkan musik.
Tactile: Memegang benda,
mengenalkan rasa dingin,
hangat dan panas.
Kinetic : Menarik dan
mendorong benda-benda,
belajar berjalan, melempar
benda.
6. Anak usia Toddler (1-3 tahun)
Anak pada usia ini sudah dapat
berjalan, memanjat atau berlari
dan dapat memainkan sesuatu
dengan tangannya, melempar,
mendorong, mengambil sesuatu,
mengerti tentang arti memiliki.
Karakteristik bermain adalah
parallel play, anak toddler sering
kali bertengkar merebutkan
mainan. Pada usia ini juga anak
mulai menyenangi musik atau
irama.
7. Anak Usia Pra Sekolah (3-5
tahun)
Anak sudah menjalani
perkembangan gerakan kasar dan
gerakan-gerakan halus, melompat,
berlari atau main sepeda. Anak
sangat energik , imaginatif dan
dapat bermain dengan kelompok,
dengan karakteristik bermainnya
adalah associative play, dramatic
play dan skill play.
8. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
Pada usia ini dapat bermain
dengan kelompok dengan jenis
kelamin yang sama, belajar
independent, kooperatif,
kompetitif dan aseptif terhadap
tingkah laku kelompok.
Karakteristik permainan adalah
cooperative play, pada anak laki-
laki sifatnya mechanical, anak
wanita mother role.
9. Anak Remaja (13-18 tahun)
Pada usia ini anak dapat
bermain dengan kelompok yang
lebih besar, misalnya; sepakbola,
basket, batminton, musik, nonton
TV serta dengan buku-buku.

Anda mungkin juga menyukai