Menurut [ CITATION Bas852 \l 1057 ] menyatakan bahwa kepemimpinan
transformasional memotivasi para pengikutnya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari yang diharapkan dengan melakukan halhal berikut ini:
a. meningkatkan tingkat kesadaran pengikut tentang arti penting dan nilai
tujuan yang ditentukan dan diiinginkan, b. meminta para pengikut untuk mengutamakan kepentingan tim atau organisasi di atas kepentingan pribadi, dan c. menggerakkan pengikut untuk menuju kebutuhan pada level yang lebih tinggi. Seorang pemimpin dapat mentransformasikan bawahannya melalui empat komponen (Bass, 1985) dalam Kurniawan, (2011 : 34-37) yang terdiri atas : a. Pengaruh Idealisme Pemimpin yang memiliki karisma menunjukkan pendirian, menekankan kepercayaan, menempatkan diri pada isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling penting, menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen etika dari keputusan, serta memiliki visi dan sence of mission. Dengan demikian pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat, antusiasme dan kepercayaan bawahan. Selain itu pemimpin akan membuat bawahan mempunyai kepercayaan diri. Adapun indikator pengaruh idealisme sebagai berikut : - Kebanggaan - Kepercayaan - Loyalitas - Rasa Hormat b. Pemimpin Inspirasional Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan. Pemimpin semacam ini akan memperbesar optimisme dan antusiasme bawahan serta motivasi dan menginspirasi bawahannya untuk melebihi harapan motivasional awal melalui 13 dukungan emosional dan daya tarik emosional. Adapun indikator Pemimpin inspirasional sebagai berikut : - Memotivasi bawahan - Penggunaan simbol - Pencapaian tujuan - Kemampuan c. Stimulasi Intelektual Pemimpin yang mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata. Adapun indikator stimulasi intelektual sebagai berikut : - Menciptakan iklim yang kondusif - Memunculkan ide baru - Penyelesaian Masalah d. Konsiderasi Individual Pemimpin mampu memperlakukan orang lain sebagai individu, mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan. Sehingga pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap bawahannya yang melihat bawahan sebagai individual dan menawarkan perhatian khusus untuk mengembangkan bawahan demi kinerja yang bagus. Adapun indikator konsiderasi individual sebagai berikut : - Perhatian - Penghargaan - Penasehat melalui interaksi personal
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan transformasional yang mencakup upaya perubahan terhadap bawahan untuk berbuat lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa dikerjakan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Dimana pemimpin transformsional adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi peran mengubah sistem kearah yang lebik baik. 1. KEPEMIMPINAN TOKSIK ( TOXIC LEADERSHIP ) Toxic Leader berarti seorang penguasa yang dapat menyebabkan “keracunan” (menyebarkan suasana negatif) di tempat kerja. Seorang Toxic Leader memiliki tujuh ciri spesifik dalam gaya bekerja (karakternya) , yaitu : a. Menganut sistem “Totempol Management.” Totempol Management berasal dari kata “Totem” yang merupakan semacam tugu pemujaan Suku Indian. Tugu Totem ini terdiri dari serangkaian figur yang tersusun bertingkat (saling menginjak satu sama lain). Seorang Toxic Leader umumnya menganut sistem Totempol Management di mana dia memandang rendah seorang bawahan sehingga dia akan menginjaknya. Toxic Leader menganggap bawahannya sebagai orang yang tidak pernah mampu mencapai standar kerja yang diinginkan dirinya, dan sering berkata: “Bodoh banget sih, kerja begini aja gak bisa, ini kan murni logika!” Akan tetapi, di sisi sebaliknya, dia akan melayani atasannya sebaik mungkin, sehingga atasannya akan menilai dia sebagai seorang yang memiliki kinerja yang baik.
2. Menimbulkan atmosfer kerja yang kurang kondusif
Terkadang kehadiran seorang Toxic Leader bisa menyebabkan suasana kerja menjadi sangat tidak mendukung. Para bawahan akan seringkali merasa bahwa pekerjaan akan terasa jauh lebih menyenangkan tanpa adanya si Toxic Leaderitu, dan para bawahan merasa bahwa mereka bisa lebih produktif dalam bekerja ketika si Toxic Leader sedang tidak berada di sekitar mereka.
3. Memberikan promosi yang sangat baik kepada bawahan yang “loyal”
padanya Toxic Leader menyukai “blind loyalty”. Mereka akan sangat menyenangi “Yes-Man”, yaitu orang-orang yang akan selalu berkata “Ya” pada segala hal yang diperintahkannya. Dia akan seringkali mengungkapkan kalimat: “Pokoknya kerjakan saja seperti yang saya mau! Saya tunggu hasilnya!”
4. Menimbulkan rasa takut
Toxic Leader seringkali menggunakan tekanan rasa takut (ancaman) untuk mencapai tujuannya. Contoh kalimat yang seringkali diucapkan oleh seorangToxic Leader: “Segera perbaiki performa kerja kamu! Atau kamu saya pecat!!”
5. Membuat kondisi tim kerja menjadi buruk
Dengan timbulnya suasana kerja yang kurang kondusif, secara otomatis akan banyak orang yang lama kelamaan tidak tahan bekerja di bawah pimpinannya sehingga rasio turn-over pun menjadi tinggi. Dalam jangka panjang hal ini akan berdampak pada gagal terbentuknya sebuah tim yang sukses karena terlalu sering terjadinya pergantian tenaga kerja (bayangkan sulitnya membentuk sebuah tim yang solid jika terjadi pergantian pemain terus menerus).
6. Seringkali menggunakan bahasa yang sifatnya “foggy”
Toxic Leader seringkali menggunakan gaya bahasa “foggy” atau berkabut, alias tidak jelas dan terlalu general sifatnya. Gaya bahasa ini berfungsi untuk mengelak jika suatu saat ada seseorang yang mencoba memutar balikkan perkataannya. Ketika diserang balik dan merasa sulit mengelak, seorang Toxic Leader akan berbicara dengan nada suara yang “manis” dan berkata: “Maksud saya kan tidak seperti itu... Kamu salah mengartikan maksud saya...” 7. Akan menghalalkan segala cara dalam kondisi terdesak Dalam kondisi terdesak, seorang Toxic Leader akan melakukan cara apapun agar tujuannya dapat tercapai dan tidak segan untuk menyalahkan bawahannya atas berbagai hal buruk yang terjadi di tempat Umumnya para Toxic Leader ini akan sulit sekali untuk dilawan secara frontal karena sistem Totempol Management yang digunakannya (menginjak bawahan – melayani atasan). Ketika kita coba mengungkapkan ketidakpuasan kita terhadap gaya kepemimpinannya kepada atasannya, seringkali hal tersebut akan berbalik menyerang kita. Si atasan dari Toxic manager ini akan berkata kepada kita: “Tidak ada yang salah dengan pimpinanmu, kinerjanya baik kok. Jangan-jangan masalahnya ada pada diri kalian?” Justru kita yang malah menjadi sasaran. Oleh karena itu kita harus memiliki approach tersendiri terhadap Toxic Leader, karena akan sulit sekali bisa menang dalam peperangan frontal dengan Toxic Leader .
PENGARUH KEKUASAAN DALAM ORGANISASI
Dalam organisasi kekuasaan sangat berpengaruh sebagai proses berlangsungnya kinerja organisasi . Pengaruhnya sangat besar , yaitu : - Dapat berkomunikasi dengan seluruh anggota organisasi - Memudahkan jalinan pekerjaan agar cepat selesai - Mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam organisasi - Dapat ikut andil dalam setiap kegiatan di dalam organisasi - Hampir dalam seluruh kegiatan dengan adanya kekuasaan kita dapat mengendalikan proses berlangsungnya aktifitas dan pembagian tuga yang baik - Dengan adanya kekuasaan maka wewenang dalam mengatur,memanajemen , dan membentuk organisasi menjadi lebih mudah dilaksanakan DAFTAR PUSTAKA
Bass. (1985). Leadership and performance beyond expectations. New York: The Free Press.