Anda di halaman 1dari 22

GASTRITIS PADA LANSIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan

Dosen Koordinator : Nadirawati, S.Kp., M.Kep.

Dosen Pembimbing : Lina Safarina, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3 (A+C)

Darussalam 213117015

Gita Syaila Oktabriana 213117016

Desi Eka Purwati 213117017

Devi Mardiana 213117018

Derra Afra Amirah 213117020

Annisa Febrillia 213117021

Muhammad Hasan Ansori 213117022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbilalamiin begitu banyak nikmat yang telah Allah
berikan kepada kita, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Gastritis pada Lansia.

Terimakasih kepada teman-teman yang telah ikut membantu dan


bekerjasama selama proses penulisan makalah ini dan tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan
kesempatan, sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini kami telah menyusun sebuah makalah. Kami


menyadari bahwa makalah ini masih perlu mendapatkan bimbingan, kekurangan
baik dari segi isi maupun penulisan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki makalah selanjutnya.

Semoga apa yang telah kami sampaikan dalam makalah ini bisa
mengandung banyak manfaat khususnya bagi kami yang masih tahap belajar, dan
umumnya bagi semua pembaca.

Cimahi , Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

D. Sistematika Penulisan...................................................................................3

1. Studi Kepustakaan.......................................................................................3

2. Pencarian Internet........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

TINJAUAN TEORI.................................................................................................4

A. Definisi Gastritis...........................................................................................4

B. Etiologi dan Faktor Resiko Gastritis.............................................................5

C. Perubahan Sistem Tubuh Yang menyertai Gastritis.....................................7

D. Patofisiologi Gastritis..................................................................................10

E. Gejala Gastritis............................................................................................11

F. Diagnosa Keperawatan Gastritis.................................................................12

G. Fokus Intervensi Gastritis...........................................................................12

BAB III..................................................................................................................17

PENUTUP..............................................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang
umumnya diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini
meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor
misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan
meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut
tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan.
(Fahrur, 2009).

Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan


alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%),
obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan
Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri,
stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.

Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri


Helicobacter pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang
hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak
dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih
dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan,
akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007).
Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok
Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan
diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H.
Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini
mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa
daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup
tinggi.
2

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak
nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat
menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea,
muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan,
bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil
(kedinginan), cegukan (hiccups)[ CITATION Rud17 \l 1057 ]

Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin


parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah
(Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007
hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker
lambung dan peptic ulcer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Gastritis?
2. Apa Etiologi dan Faktor Resiko Gastritis?
3. Apa saja Perubahan Sistem Tubuh Yang menyertai Gastritis?
4. Bagaimana Patofisiologi Gastritis?
5. Apa saja Gejala Gastritis?
6. Apa saja Diagnosa Keperawatan Gastritis?
7. Bagaimana Fokus Intervensi terhadap diagnosa tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Gastritis
2. Untuk mengetahui Etiologi dan Faktor Resiko Gastritis
3. Untuk mengetahui Perubahan Sistem Tubuh Yang menyertai Gastritis
4. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi Gastritis
5. Untuk mengetahui Gejala Gastritis
6. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan Gastritis
3

7. Untuk mengetahui Fokus Intervensi Gastritis.

D. Sistematika Penulisan
1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh
dengan cara penelusuran buku-buku tentang tata tulis karya ilmiah
untuk memperoleh ketentuan-ketentuan dasar terhadap materi yang
akan dibahas. Dan juga mencari buku-buku sumber untuk materi yang
bersangkutan.

2. Pencarian Internet
Pencarian Internet yaitu penelusuran dari berbagai macam
alamat website mengenai karya tulis ilmiah yang ada di internet untuk
memperoleh materi yang akan dibahas.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi Gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa
lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisihal749) Gastritis merupakan
keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422).

Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada


lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan
peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang di
penuhi bakteri

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya


asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti
teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan
mulas.

Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang


dapat bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua
jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis
atropik kronik.

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung


yang akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis.
makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak

4
5

bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk


alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.

2. Gastritis Kronis

Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa


lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada
tempat dengan asam lambung yang pekat.

B. Etiologi dan Faktor Resiko Gastritis

Gastritis terjadi akibat peradangan pada dinding lambung. Dinding


lambung tersusun dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk
menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu, dinding
lambung juga dapat menghasilkan lendir (mukus) yang tebal untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat enzim pencernaan
dan asam lambung. Rusaknya mukus pelindung ini dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa lambung.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya mukus pelindung, adalah:

1. Infeksi bakteri. Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab gastritis


yang cukup sering terjadi, terutama di daerah dengan kebersihan
lingkungan yang kurang baik. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
pada lambung dan menimbulkan gastritis, cukup banyak jenisnya. Namun,
yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori. Selain dipengaruhi
faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini juga dipengaruhi oleh
pola hidup dan pola makan.
2. Pertambahan usia. Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa lambung
akan mengalami penipisan dan melemah. Kondisi inilah yang
menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia dibandingkan orang
yang berusia lebih muda.
6

3. Berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Minuman beralkohol


dapat mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang sangat
sering mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding lambung, sehingga
mengakibatkan terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.
4. Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri yang
dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi lapisan
mukosa lambung, yang berujung pada cedera dan pelemahan dinding
lambung, sehingga lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat
pereda nyeri yang dapat memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering,
adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
5. Autoimun. Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit
autoimun. Gastritis jenis ini disebut gastritis autoimun. Gastritis autoimun
terjadi pada saat sistem imun menyerang dinding lambung, sehingga
menyebabkan peradangan.

Selain penyebab di atas, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami gastritis adalah:

1. Penyakit Crohn.
2. Infeksi virus.
3. Kebiasaan merokok.
4. Infeksi parasit.
5. Refluks empedu.
6. Gagal ginjal.
7. Penggunaan kokain.
8. Menelan zat yang bersifat korosif dan dapat merusak dinding lambung,
misalnya obat pembasmi hama.
7

C. Perubahan Sistem Tubuh Yang menyertai Gastritis

perubahan Anatomik yang terjadi pada Sistem Pencernaan (System


Digestivus) ketika memasuki fase lanjut suia antara lain :

1. Rongga Mulut (Cavum Oris)

a. Gigi (Dente)s

1) Atrial: Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus


menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek
sehinggamerubah penampilan /estetik fungsi pengunyah.
2) Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan akar,
karies sekunder di bawah tambalan lama.
3) Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi
goyang dan tanggal.

b. Muskulus
Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi
pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial
dyskinesis.

c. Mukosa
Jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah,
mengkilap, dan kering.

d. Lidah (Lingua)
Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya
fisura- fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi
terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang
kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin.
8

Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar


gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan
berbicara.

e. Kelenjar liur (Glandula Salivarius)


Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan
viskositas saliva menurun.

f. Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis)


Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada
usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini
akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint
sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar
membuka mulut secara lebar.

g. Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare)


Terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada
rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan.

2. Lambung (Ventriculus)

Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan


sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran
lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan
berkurang. Proses pengubahan protein menjadi pepton terganggu. Karena
sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang.
Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.

Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan


sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran
lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan
berkurang. Proses pengubahan protein men¬jadi pepton terganggu. Karena
9

sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang.


Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.

Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung


sebesar 11% sampai 40% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah
perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan
vitamin B12, bakteri usus halus akan bertumbuh secara berlebihan dan
menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.

Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah


penurunan absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan
konstipasi sering terjadi

3. Usus halus (Intestinum Tenue)

Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan


berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penurunan proses
absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan
empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan
gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbsi.

4. Pankreas (Pancreas)

Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga


kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada
lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu.
Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti
parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan
oleh tripsin dan/atau asam empedu.

5. Hati (Hepar)
10

Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia
kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595
ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar
dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi,
bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik
dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel,
berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan
penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama dalam pemberian
obat-obatan.

6. Usus Besar dan Rektum (Colon dan Rectum)

Pada colon pembuluh darah menjadi ber kelok-kelok yang


menyebabkan motilitas colon menurun, berakibat absobsi air dan elektrolit
meningkat sehingga faeses menjadi lebih keras sering terjadi konstipasi.

D. Patofisiologi Gastritis
1. Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan
terjadi :

a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi


lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang
berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL
sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan
tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan
terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
11

b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi,


jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung
dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi
mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung.
Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah
maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.

2. Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan
terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi
atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena
sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan
fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga
bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
E. Gejala Gastritis

Gejala gastritis yang dirasakan dapat berbeda pada tiap penderita. Akan
tetapi, kondisi ini bisa juga tidak selalu menimbulkan gejala. Beberapa contoh
gejala gastritis adalah:

1. Nyeri yang terasa panas dan perih di perut bagian uluhati.


2. Perut kembung.
3. Cegukan.
4. Mual.
5. Muntah.
6. Hilang nafsu makan.
7. Cepat merasa kenyang saat makan.
8. Buang air besar dengan tinja berwarna hitam.
12

9. Muntah darah.

Jika seseorang menderita gastritis erosif hingga menyebabkan luka atau


perdarahan pada lambung, gejala yang muncul adalah muntah darah dan tinja
berwarna hitam. Akan tetapi, tidak semua nyeri pada perut menandakan
gastritis. Berbagai penyakit juga dapat menimbulkan gejala yang mirip
dengan gastritis, seperti penyakit Crohn, batu empedu, dan keracunan
makanan. Oleh karena itu diagnosis untuk menentukan penyebab terjadinya
nyeri perut sangat penting untuk dilakukan.

F. Diagnosa Keperawatan Gastritis


1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien
mengeluh tidak mau makan
2. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak
adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
3. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai
dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan
faktor pencetus iritan pada mukosa lambung
6. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien
tampak gelisah
G. Fokus Intervensi Gastritis.
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien
mengeluh tidak mau makan
Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi atau minuman yang
mengandung kafein dan alkohol.
Intervensi :
a. Catat masukan nutrisi.
13

R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.


b. Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
c. Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai
makanan yang lain.
d. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi.
e. Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
2. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak
adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
b. Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
c. Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
d. Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut.
3. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai
dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
Intervensi :
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya.
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
14

R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.


c. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran
gastrin.
d. Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi
lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga
nyeri meningkat.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan
antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat
menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat
kimia.
4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :Keterbatasan aktifitas teratasi.
Intervensi :
a. Tingkatkan tirah baring atau duduk,
b. berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
c. batasi pengunjung,
d. dorong penggunaan tekhnik relaksasi,
e. kaji nyeri tekan pada gaster,
f. berikan obat sesuai dengan indikasi.
5. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan
faktor pencetus iritan pada mukosa lambung
Tujuan :Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang
telah diinformasikan.
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan,kelemahan umun,pengetahuan pasien sebelumnya,dan
suasana yang tepat)
15

R/ Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan


fisik,dan lingkungan yang kondusif
b. Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai menimbulkan
keluhan pada pasien
R/ Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana
penyuluhan dapat bersifat individual.Diet diberikan dan disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan kalori harian,makanan yang disukai serta
pola makan
c. Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan
R/ Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dan
mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung.
d. Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi predisposisi
timbulnya keluhan
R/Pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk dihindari
(misal:kafein,nikotin,bumbu pedas,pengiritasi atau makanan sangat
merangsang,dan alkohol
e. Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang
mengandung protein dan kalori yang tinggi,serta intake cairan yang
cukup setiap hari
R/ Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolik tubuh.Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut
meningkatan kemandirian pasien dalam perawatan penyakitnya.
6. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien
tampak gelisah
Tujuan : Ansietas teratasi/berkurang.
Intervensi :
a. Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
b. Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat
dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
16

c. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang dipersepsikan


orang lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan
stress.
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah
saat ini, meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
e. Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
dapat bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua
jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis
atropik kronik.

Banyaknya atrofi seperti sel kelenjar juga atrofi lambung sehingga


menyebabkan sekresi asam lambung berkurang maka terjadilah gastritis.

Diagnosa yang sering muncul adalah Ketidakseimbangan nutrisi,


Kekurangan, Volume cairan , Nyeri akut , Keterbatasan aktivitas, Kurang
pengetahuan , Ansietas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedoktern Edisi III Jilid 1. Media Aesculapiusn
FK UI, Jakarta.

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta
Cahyono, R. (2017, Oktober). Perubahan apa yang terjadi pada Sistem Pencernaan
lansia. Dipetik Maret 3, 2020, dari www.dictio.id:
https://www.dictio.id/t/perubahan-apa-yang-terjadi-pada-sistem-
pencernaan-lansia/13433

Diyono, Sri Muyanti. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan


Dilengkapi Contoh Studi Kasus dengan Aplikasi NNN (Nanda Nic
Noc) Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media Grup.

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKU
Ester, M. (2002). Keperawatan Medial Bedah Pendekatan Sistem Gastrontestinal.
Jakarta: EGC.

Fauci AS, Kasper D, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL.
Harrison’s Principles of Internal Medicine, USA, Harrison’s
Principles of Internal Medicine, USA, The Mc Graw- Hill Companies
Inc. 2008.

Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X., Harrey R.A., Champe P.C., 2009,
Lippincott’s Illustrated Review Pharmacology 4thEd, Pliladelphia:
Williams & Wilkins (329-335, 502-509).

Ganiswarna G .2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

18
Gupta, MK. 2008. Kiat mengendalikan pikiran dan bebas stres. Jakarta : PT
Intisari Mediatama.

Mansjoer. Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.


Nur'dhania, N. (t.thn.). Makalah Askep Gastritis. Dipetik Maret 3, 2020, dari
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/11369932/Makalah_Askep_Gastritis?
auto=download

Suryono dan Ratna Dwi Meilani. 2016. Pengetahuan Pasien Dengan Gastritis
Tentang Pencegahan Kekambuhan Gastritis. Kediri: Akademi
Keperawatan Pamenang Pare. Jurnal AKP vol. 7 no. 2.

19

Anda mungkin juga menyukai