Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI JURNAL

STASE MANAGEMENT KEPERAWATAN


RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

Disusun oleh :

Iwan 20194030036
Andira Azzahra 20194030072
Astri Sulistiyaningrum 20194030051
A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019/2020
Jurnal Utama

1 Citation  Judul: Pengaruh Orientasi Pasien Baru Terhadap Tingkat


Kepuasan Pasien
 Penulis: Widya Dwi Pratiwi, Yeni Kartika Sari
 Tahun: 2014

2 Backround Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan. Upaya untuk memberikan keperawatan bermutu ini dapat
dimulai perawat dari adanya rasa tanggung jawab perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari tahap pra interaksi, orientasi sampai
tahap evaluasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan bentuk
keperawatan yang komprehensip maka dapat melihat
manusia sebagai makhluk holistik yang utuh dan unik. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka kewajiban perawat
adalah menghormati hak pasien diantaranya adalah memperoleh
informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit, memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi. Hak
hak pasien yang harus dihormati oleh para perawat telah diatur
dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pasien
sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari
kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung
jawab
seperti penelantaran, pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan
dan kenyamanan terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya,
dengan hak tersebut di atas maka konsumen akan terlindungi dari
praktik profesi yang mengancam keselamatan dan
kesehatannya. Hak-hak pasien ini dapat dipenuhi oleh perawat
melalui orientasi yang dilakukan oleh perawat terhadap
pasien baru. Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara
perawat dan pasien atau keluarga dimana terdapat kesepakatan
antara perawat dengan pasien atau keluarganya dalam memberikan
Asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien atau keluarga dapat terbina.
Praktik orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam
pertama) dan kondisi pasien sudah tenang. Orientasi diberikan pada
pasien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan di kamar
pasien. Selanjutnya pasien dan keluarga diberikan informasi yang
terkait dengan pasien dan keluarga selama mendapat perawatan di
rumah sakit.
3 Research Purpose Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi
pasien baru terhadap kepuasan pasien.
4 Study Design Rancangan penelitian ini, menggunakan penelitian pra
experimental dengan desain non equivalen control group post test
only yang dilakukan dengan membandingkan tingkat kepuasan
antara
kelompok responden yang diorientasikan dan kelompok responden
yang tidak diorientasikan.
5 Time and setting Puskesmas Grabag, Kabupaten Magelang pada bulan
September - November 2014.
6 Sample Jumlah sampel pada penelitian ini adalah ibu post partum di
Puskesmas Grabag, Kabupaten Magelang 40 responden
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Kriteria
inklusi penelitian ini adalah ibu primipara, ibu nifas tiga
hari postpartum yang menyusui, dan ibu yang bersedia
menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah ibu yang mengalami kelainan pada
puting susu, ibu yang bayinya memiliki kelainan bibir
sumbing, ibu dengan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR), bayi yang mengalami kelainan kongenital dan
bayi sakit.
7 Instrument Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
pengamatan dan kuesioner yang berisi skor kelancaran ASI
dan berat badan bayi yang dipantau dari berat badan lahir,
berat badan usia satu minggu dan berat badan usia dua
minggu. Hasil analisis validitas pada lembar pernyataan valid
karena semua pernyataan memiliki tingkat signifikansi < 0,05.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap pernyataan yang
dipakai terbukti reliabel sehingga dapat digunakan dalam
penelitian ini dengan nilai α = 0,724.
8 Procedure Perlakuan penelitian ini adalah peneliti mengobservasi
responden sebelum diberikan teknik marmet kemudian
diobservasi lagi setelah diberikan teknik marmet.
9 Result Berdasarkan hasil uji beda pengaruh teknik marmet dengan
masase payudara pada ibu nifas tiga hari postpartum terhadap
kelancaran ASI menggunakan uji Mann Whitney U, diketahui
teknik marmet memiliki rata-rata peringkat 23,70, sedangkan
masase payudara memiliki peringkat 17,30. Pada hasil uji
statistik dengan CI 95% diperoleh nilai p = 0,047. Berdasarkan
hasil ini, secara statistik terdapat perbedaan teknik marmet
dengan masase payudara dalam memengaruhi kelancaran ASI.
Berdasarkan uji pengaruh menggunakan uji one sample
kolmogorov smirnov pada masing-masing perlakuan,
didapatkan hasil bahwa teknik marmet berpengaruh dengan
nilai p = 0,01. Sedangkan pada penelitian ini, masase payudara
secara statistik tidak berpengaruh dengan nilai p = 0,07.
Dengan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa teknik marmet
lebih memberikan pengaruh dalam kelancaran ASI
dibandingkan dengan teknik masase payudara. Pengaruh
teknik marmet dan masase payudara terhadap kenaikan berat
badan bayi dengan menggunakan uji Mann Whitney U
diketahui bahwa peringkat rata-rata pada kelompok teknik
marmet 22,10 dan masase payudara 18,90. Pada hasil uji
statistik dengan CI 95%, diperoleh nilai p = 0,38, maka secara
statistik tidak terdapat perbedaan teknik marmet dengan
masase payudara dalam memengaruhi berat badan pada
periode neonatus.
1 Discussion Hasil analisis uji statistik pada penelitian ini tentang perbedaan
0 teknik marmet dan masase payudara terhadap kelancaran ASI
menunjukkan adanya perbedaan secara statistik. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara terstruktur kelompok responden
yang mendapatkan teknik marmet pada empat hari postpartum,
persentase skor kelancaran ASI tinggi lebih banyak bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Fakta ini didukung
oleh penelitian tentang pemberian intervensi teknik marmet
terhadap kelancaran ASI yang pernah dilakukan sebelumnya.
Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa terdapat
perbedaan kelancaran ASI pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil yang
ditunjukkan dengan nilai OR = 11,5 yang berarti bahwa
dengan pemberian intervensi mampu meningkatkan 11,5 kali
lebih baik produksi ASI-nya dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hasil yang senada juga disampaikan oleh Ulfah,
berdasarkan penelitiannya yang menunjukkan bahwa pada
kelompok perlakuan sebelum diberikan teknik marmet
pengeluaran ASI tidak lancar sebanyak delapan responden
(53,3%) dan pengeluaran ASI lancar sebanyak tujuh responden
(46,7%). Sedangkan setelah pemberian teknik marmet,
didapatkan bahwa seluruh responden sejumlah 15 responden
pada kelompok perlakuan pengeluaran ASI lancar.
Kesimpulannya adalah pemberian teknik marmet pada ibu
postpartum efektif terhadap kelancaran pengeluaran ASI.
Teknik marmet adalah kombinasi memijat dan memompa
payudara yang dapat meningkatkan pengeluaran hormon
prolaktin dan oksitosin. Yokoyama dalam publikasi
penelitiannya menjelaskan bahwa memberikan pijatan pada
payudara disertai dengan pengosongan isi payudara akan
mengaktifkan hormon prolaktin yang memproduksi ASI dan
hormon oksitosin yang berfungsi untuk membuat payudara
berkontraksi sehingga ASI dapat keluar dengan lancar.
Sedangkan masase payudara hanya mengeluarkan ASI yang
sudah tersimpan di sinus payudara ibu sehingga sangat efektif
apabila untuk memperlancar ASI dilakukan pemberian masase
disertai dengan proses pengosongan ASI pada payudara untuk
merangsang kedua hormon yang bekerja dalam proses
menyusui. Hasil penelitian Desmawati (2013), dijelaskan
bahwa dengan memberikan masase pada areola mamae sejak
dini sangat bermanfaat untuk membantu proses pengeluaran
ASI. Pada postpartum yang diberikan intervensi 12 jam setelah
bersalin, ASI keluar pada 18 jam setelah bersalin. Masase pada
areola mamae merangsang pengeluaran oksitosin sehingga
memperlancar proses pengeluaran ASI. Becker (2015)
melakukan penelitian di unit neonatal, penelitian ini
menjelaskan bahwa untuk menghasilkan volume air susu yang
lebih banyak, ibu yang akan menyusui harus berada dalam
kondisi rileks secara psikologis. Selain itu, dapat juga
dilakukan pemijatan sambil dilakukan pengosongan atau
pemompaan. Dengan memperhatikan teknik-teknik ini, proses
menyusui menjadi lebih efektif. Jutte (2014) melakukan
penelitian dengan memberikan teknik marmet pada perempuan
menyusui. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jumlah
lubang pada puting yang aktif dan berfungsi baik menjadi
lebih banyak. Usia ibu dan bayi tidak berpengaruh terhadap
jumlah lubang pada puting yang aktif. Tindakan
penatalaksanaan menyusui pada postpartum sangat dibutuhkan
karena menurut penelitian Ahluwalia (2014) para ibu yang
tidak memberikan ASI pada bayinya disebabkan oleh adanya
kesulitan pada awal proses pemberian ASI pada bayinya.
Dewey (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
supaya proses menyusui dapat berjalan dengan baik, proses
pemberian ASI dan faktor-faktornya harus dievaluasi dalam
waktu 72 - 96 jam postpartum. Pemberian perlakuan teknik
marmet menyebabkan pengeluaran ASI lebih lancar
dibandingkan dengan perlakuan masase payudara. Mengacu
pada pendapat Bobak (2015) kelancaran produksi ASI dapat
diketahui dengan melihat indikator berat badan bayi pada usia
dua minggu. Apabila ASI tercukupi, berat badan dapat
meningkat atau minimal sama dengan berat badan bayi pada
waktu lahir. Pada penelitian ini, kelancaran ASI hasil
pemberian teknik marmet dan masase payudara tidak
berpengaruh secara signifikan pada perubahan berat badan
bayi.
1 Conclusion teknik marmet lebih memberikan pengaruh dalam kelancaran
1 ASI dibandingkan dengan teknik masase payudara
Jurnal pendukung 1

1 Citation  Judul: Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin


Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum Normal di
Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang
 Penulis: Saras Pangestu, Wulandari, Achmad
 Tahun: 2017

2 Background Di Indonesia, 8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada


bayinya sampai 6 bulan dan 4% bayi di susui ibu dalam waktu
1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Hal itu disebabkan oleh
46% ketidaklancaran ASI terjadi akibat perawatan payudara
yang kurang, 25% akibat frekuensi menyusui kurang dari
8x/hari, 14% abibat BBLR, 10% akibat prematur dan 5%
akibat penyakit akut maupun kronis. Sedangkan 21000
kematian bayi baru lahir usia di bawah 28 hari dapat di cegah
melalui pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah bayi baru
lahir. Metode yang dapat digunakan untuk pengeluaran ASI
dapat diterapkan secara praktis oleh ibu yaitu teknik marmet
dan pijat oksitosin, teknik tersebut merupakan cara yang aman
dan dapat dilakukan untuk merangsang payudara memproduksi
lebih banyak ASI.
3 Research Purpose Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik
marmet dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu post
partum, mendeskripsikan produksi ASI pada ibu post partum
sebelum dilakukan teknik marmet dan pijat oksitosin,
mendeskripsikan produksi ASI pada ibu post partum setelah
diberikan teknik marmet dan pijat oksitosin, menganalisis
pengaruh teknik marmet dan pijat oksitosin terhadap produksi
ASI ibu post partum di Rumah Bersalin Mardi Rahayu
Semarang.
4 Study Design Rancangan penelitian ini, menggunakan quasy experiment
dengan desain penelitian post test only design with control
group.
5 Time and setting Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang selama satu bulan
6 Sample Jumlah sampel pada penelitian ini adalah ibu post partum di
Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang sebanyak 32
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling.
7 Instrument
8 Procedure Perlakuan penelitian ini adalah peneliti mengobservasi
responden sebelum diberikan teknik marmet dan pijat
oksitosin kemudian diobservasi lagi setelah diberikan teknik
marmet dan pijat oksitosin.
9 Result Hasil penelitian menunjukkan pemberian teknik marmet dan
pijat oksitosin terbukti efektif dalam produksi ASI ibu post
partum di Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang dengan p
value 0,000.
1 Discussion Teknik marmet yaitu suatu metode memijat dan menstimulasi
0 agar keluarnya ASI menjadi optimal. Jika dilakukan dengan
efektif dan tepat, maka tidak akan terjadi masalah kerusakan
jaringan produksi ASI atau pengeluaran ASI. Teknik ini dapat
dengan mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin
sering ibu melatih memerah dengan teknik marmet ini, maka
ibu makin terbiasa dan tidak akan menemui kendala
(Hardianti, 2014). Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin
adalah pemijatan sepanjang tulang belakang (vetebrate) dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon oksitosin setelah
melahirkan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan tehnik marmet
dan pijat oksitosin dalam produksi ASI menunjukkan bahwa
dari 32 responden, produksi ASI terbanyak sebelum dilakukan
intervensi adalah <50 ml sebanyak 11 orang (33,4%), 50-100
ml sebanyak 18 (56.3 %) dan >100 ml sebanyak 3 orang
(9,3%).
Sedangkan setelah tehnik marmet dan pijat oksitosin dalam
produksi ASI menunjukkan bahwa dari 32 responden, produksi
ASI terbanyak setelah dilakukan intervensi adalah 50-100 ml
sebanyak 17 (53.1 %) dan >100 ml berjumlah 15 orang
(46,9%).
1 Conclusion Uji t tes bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik marmet
1 dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu post partum
diperoleh hasil t berpasangan = -8901, df = 31 dan sig 0,000
maka didapatkan hasil p-value = 0,000 ≤ 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh teknik ,marmet dan
pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu post partum normal.

Jurnal Pendukung 2

1 Citation Judul Artikel: JKK, Volume 6, No 3, Oktober 2019: 110-114


110 p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Judul Jurnal: Effectiveness of The Combination of Marmet


Technique and Oxytocin Massage Against The Breast Milk
Production of Mother Postpartum
Penulis: Sagita Darmasari, EryaniPutri and Indah Rahmadaniah

2 Background Menurut UNICEF (United Nations Children’s Fund) Perilaku


yang tidak tepat dan kurangnya pengetahuan berkontribusi
terhadap kematian anak salah satunya yaitu para ibu tidak
menyadari pentingnya pemberian ASI. Menurut Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) presentase pola menyusui < 1 jam tahun
2010 yaitu 29,3% dan meningkat menjadi 34,5% tahun 2013.
Pola menyusu 1-6 jam pertama tahun 2010 sebanyak 40,7% dan
menurun menjadi 35,2% tahun 2013. Beberapa metode untuk
membantu memperlancar produksi ASI diantaranya adalah
metode pijat oksitosin, teknik marmet, kompres hangat, massase
rolling (punggung), breast care, dan metode SPEOS (Stimulasi
Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif). Proses ASI adalah
hormon estrogen dan progesteron yang membantu pematangan
alveoli dan hormon fungsi prolaktin untuk produksi payudara
susu. Metode alternatif yang bisa dilakukan digunakan dalam
menangani masalah ASI produksi, salah satunya adalah dengan
memerah susu payudara susu dengan cara Cloe Marmet, yang
disebut teknik marmet, adalah kombinasi teknik merah dan
memijat. Memerah menggunakan tangan dan jari memiliki
keuntungan bahwa tekanan negatif dapat diatur, lebih lanjut
praktis dan ekonomis karena sudah cukup untuk mencuci tangan
dan jari dengan seksama sebelum memerah susu. Sementara itu,
oksitosin pijatan adalah salah satu solusi untuk mengatasinya
menyusui tidak mencukupi. Pijat oksitosin adalah pijatan di
sepanjang tulang belakang (vertebra) ke tulang costae kelima-
keenam dan merupakan upaya untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijat ini berfungsi
untuk tingkatkan hormon oksitosin yang bisa menenangkan ibu
yang menyebabkan pelepasan ASI. Menurut hasil penelitian
Hanum dari efektivitas pijat oksitosin pada produksi ASI pada
ibu nifas,ada perbedaan pada ibu nifas produksi ASI yang
dilakukan pijatan oksitosin 66,6% dan tidak ada oksitosin pijat
33,4% dinilai dari produksi urin bayi selama 24 jam dan
frekuensi tidur bayi yang tenang. Selagi hasil penelitian
Mardyaningsih pada efektifitas kombinasi marmet dan pijatan
oksitosin pada post sectiosecarea
ibu menemukan bahwa ibu diberi kombinasi pijat marmet dan
oksitosin teknik sebanyak 85,2%, lebih besar dari ibu yang tidak
dirawat sebanyak 33,3% dinilai dari frekuensi buang air kecil,
karakteristik buang air kecil, bayi jam tidur, dan berat bayi.
3 Research Purpose Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi
teknik marmet dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu
postpartum
4 Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu desain
Study Design itu adalah dua kelompok post-test, yaitu intervensi dan
kelompok kontrol untuk mengidentifikasi efek stimulasi dan
teknik marmet pijatan oksitosin pada produksi ASI
5 Sample Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30
responden yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok
perlakuan, dan kontrol kelompok
6 Instrument Pengumpulan data dilakukan dengan cara intervensi
7 Procedure Langkah pertama peneliti membagi sampel menjadi dua
kelompok secara acak menurut kriteria inklusi. Setelah
mendapatkan sampel pada kelompok perlakuan, para peneliti
memberikan kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin untuk
ibu nifas mulai dari hari pertama hingga hari ketiga. Di
kelompok kontrol, ibu nifas adalah hanya diberikan konseling
menyusui yang tepat. Setiap hari setiap kelompok mengukur
ASI produksi dengan menampung ASI dengan botol susu dan
kemudian mengukurnya menggunakan sebuah jarum suntik.
Hasil pengukuran adalah direkam pada lembar observasi yang
telah telah disediakan maka hasil payudara pengukuran produksi
susu dianalisis untuk tentukan perbandingan jumlah produksi
ASI antar kelompok
8 Result Hasil bivariat menggunakan independent T-test didapatkan p
value (0,007) < α (0,05) yang artinya ada pengaruh yang
bermakna antara produksi ASI ibu postpartum kelompok
intervensi dengan produksi ASI ibu postpartum kelompok
kontrol dengan rata-rata produksi ASI dari 15 responden
kelompok intervensi sebesar 1,113cc sedangkan 15 responden
kelompok kontrol sebesar 0,547cc. Kombinasi teknik marmet
dan pijat oksitosin efektif untuk menstimulasi pengeluaran
hormon prolaktin yang selanjutnya merangsang sel-sel alveoli
dan sel mioepitel sehingga menghasilkan produksi ASI pada ibu
postpartum. Kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin adalah
upaya untuk merangsang setelah itu hormon prolaktin dan
oksitosin melahirkan sehingga dapat membantu produksi proses
ASI. Berdasarkan hasil penelitian tentang jumlah ASI produksi
pada ibu nifas yang diberikan kombinasi marmet dan oksitosin
teknik memijat, rata-rata ASI produksi pada hari 1 adalah 0,1 cc,
hari 2 adalah 0,3cc dan hari 3 adalah 0,7 cc dan meningkat dari
hari 1 hingga hari 3 adalah total ASI 0,4 cc- 2.1cc. Ini karena
teknik marmut bertujuan untuk mengosongkan susu dari
lactiferous sinus terletak di bawah areola sehingga bisa
memberikan impuls ke hipotalamus di hipofisis anterior untuk
merangsang pelepasan hormon prolaktin. Pelepasan prolaktin
hormon kemudian akan merangsang sel-sel alveoli (alveoli susu)
untuk menghasilkan ASI dan Pijat oksitosin bertujuan untuk
merangsang hipotalamus di hipofisis posterior dan hipofisis
anterior, sehingga melepaskan hormon prolaktin untuk
menghasilkan ASI dan ASI hormon oksitosin untuk merangsang
sel-sel alveoli dan sel myoepithelial untuk mengeluarkan ASI.
Hasil produksi ASI dalam penelitian ini sesuai dengan teori
menurut Marliandiani itu pada hari pertama normal kondisi
produksi ASI sekitar 10-100cc / 24 jam dan terus meningkat
setiap hari hingga 150-300 cc / 24 jam, payudara produksi susu
dalam penelitian ini adalah 2,1cc pada evaluasi 30 menit setelah
kombinasi begitu juga dengan teknik marmet dan pijat oksitosin
bahwa produksi susu per hari adalah 96 cc / 24 jam.
9 Discussion Kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin adalah upaya
untuk merangsang setelah itu hormon prolaktin dan oksitosin
melahirkan sehingga dapat membantu produksi proses ASI.
Berdasarkan hasil penelitian tentang jumlah ASI produksi pada
ibu nifas yang diberikan kombinasi marmet dan oksitosin teknik
memijat, rata-rata ASI produksi pada hari 1 adalah 0,1 cc, hari 2
adalah 0,3cc dan hari 3 adalah 0,7 cc dan meningkat dari hari 1
hingga hari 3 adalah total ASI 0,4 cc- 2.1cc. Ini karena teknik
marmut bertujuan untuk mengosongkan susu dari lactiferous
sinus terletak di bawah areola sehingga bisa memberikan impuls
ke hipotalamus di hipofisis anterior untuk merangsang pelepasan
hormon prolaktin. Pelepasan prolaktin hormon kemudian akan
merangsang sel-sel alveoli (alveoli susu) untuk menghasilkan
ASI dan Pijat oksitosin bertujuan untuk merangsang
hipotalamus di hipofisis posterior dan hipofisis anterior,
sehingga melepaskan hormon prolaktin untuk menghasilkan ASI
dan ASI hormon oksitosin untuk merangsang sel-sel alveoli dan
sel myoepithelial untuk mengeluarkan ASI. Sedangkan
kelompok yang tidak diberi kombinasi pijat marmet dan
oksitosin teknik rata-rata produksi ASI pada hari 1 adalah 0,093
cc, hari 2 adalah 0,147 cc dan hari ke 3 adalah 0,307 cc dan
hanya beberapa responden mengalami peningkatan ASI
produksi yang 0 - 1,5 cc. Beberapa responden yang mengalami
peningkatan ASI produksi dapat disebabkan oleh faktor lain
seperti itu sebagai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan sering
menyusui bayi di tempat pertama hari setelah melahirkan,
karena hisap bayi bisa memicu keluarnya ASI dari ASI alveoli
susu melalui saluran lactiferous.Suction merangsang produksi
oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Oksitosin memasuki
darah dan menyebabkan kontraksi sel khusus (sel myoepithelial)
itu mengelilingi alveolus susu dan saluran lactiferous. Kontraksi
ini sel-sel khusus mendorong susu keluar alveoli melalui saluran
laktiferosa. Hasil produksi ASI dalam penelitian ini sesuai
dengan teori menurut Marliandiani itu pada hari pertama
normal kondisi produksi ASI sekitar 10-100cc / 24 jam dan terus
meningkat setiap hari hingga 150-300 cc / 24 jam, payudara
produksi susu dalam penelitian ini adalah 2,1cc pada evaluasi 30
menit setelah kombinasi begitu juga dengan teknik marmet dan
pijat oksitosin bahwa produksi susu per hari adalah 96 cc / 24
jam. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian
sebelumnya menurut Mardiyaningsih tentang keefektifan
kombinasi pijat marmet dan oksitosin teknik produksi ASI ibu
memposting bagian bahwa ada perbedaan dalam proporsi
produksi ASI yang lancar antara kelompok perlakuan dan
kontrol dengan p-value (0,000) sedangkan nilai OR (11,500)
yang berarti bahwa kelompok perlakuan memiliki 11,5 kali lebih
besar peluang halus dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil dari Penelitian Kiftia tentang efektivitas pijatan oksitosin
pada ibu nifas produksi ASI dengan p-value 0,001 <α(0,05)
menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan nilai sebelum
dan sesudah pijat oksitosin.
10 Conclusion
Jumlah rata-rata produksi ASI ibu nifas diberikan a kombinasi
teknik marmet dan pijatan oksitosin sebanyak 1.113cc
sementara rata-rata produksi ASI wanita postparum yang tidak
diberi pengobatan adalah 0,547cc. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa kombinasi marmet teknik dan pijatan
oksitosin bisa meningkat produksi ASI pada ibu nifas.

Jurnal pendukung 3

1 Citation  Judul: pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran asi


pada ibu post partum
 Penulis: Linda P, Mareza Y.U, dan psiari kusuma wardani
 Tahun: 2019

2 Background Infeksi merupakan salah satu penyebab dari kematian para ibu,
diantara infeksi pada masa nifas adalah infeksi yang terjadi
pada payudara yang terjadi karena kurangnya pemeliharaan
kebersihan payudara dan teknik perawatan payudara yang
kurang tepat. Dampak negative yang muncul diantaranya susah
menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas,
pembengkakan pada payudara, putting akan mudah lecet,
payudara meradang, dan payudara kotor. Salah satu ca
mengatasi tidak lancar ASI adalah dengan teknik marmet.
3 Research Purpose Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh teknik
marmet terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum di BPM
Dwi Astuti Pringsewu Tahun 2018.
4 Study Design penelitian ini adalah kuantitatif, menggunakan rancangan
penelitian Quasi eksperiment dengan pendekatan pretest post
test, rangkaian yang digunakan times series design, dengan
jumlah populasi seluruh ibu post partum di BPM Dwi Astuti
Pringsewu
5 Time and setting Tahun 2018 di BPM Dwi Astuti Pringsewu
6 Sample Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling, besar sampel yang didapat 30 responden.
7 Instrument Instrument penelitian ini berupa lembar observasi
8 Procedure Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
penelitian Time series design. Kelas ini mendapatkan dua kali
test yaitu sebelum mendapatkan perlakuan (pre test) dan
setelah mendapatkan perlakuan (post test) (Notoatmodjo,
2010).
9 Result Analisa univariat dan bivariat menggunakan Uji Hasil analisa
data sebelum dilakukan teknik marmet nilai mean 0,000 dan
sesudah dilakukan teknik marmet nilai mean 0,57. Hasil
analisa data menggunakan paired sample test diperoleh nilai
signifancy = 0,001 (p value < 0,05) yang berarti ada Pengaruh
Teknik Marmet Terhadap Kelancara ASI Pada Ibu Post Partum
di BPM Dwi Astuti Pringsewu
1 Discussion Teknik marmet atau dikenal dengan teknik memerah dan
mimijat ASI yaitu cara memeras ASI secara manual dan
mengutamakan let-down reflex (LDR).Teknik marmet yaitu
merangsang LDR diawal proses memerah dapat menghasilkan
ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan
teknik LDR ini.Let-down reflex (LDR) sama dengan
rangsangan yang terjadi jika putting dihisap oleh bayi dan
setelah beberapa saat tiba-tiba payudara akan mengencang
dan ASI akan keluar deras sehingga bayi harus mempercepat
irama menghisap ASI, kurang lebih seperti itulah jika reflek
LDR kita dapatkan. ASI akan tiba-tiba mengalir dengan deras
tanpa diperlukan pijatan atau perasan yang sangat kencang.
1 Conclusion ada Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Kelancara ASI Pada
1 Ibu Post Partum di BPM Dwi Astuti Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai