MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan
Disusun oleh:
Kelompok 6
Rini Lingga 16213110
Selvi Paradila 16213120
Sri Hartatik 16213138
Sri Puzzy Handayani 16213141
Sylvia Nur Arwanda 16213145
Tika Nurpaidah 16213146
Widi Lestari 16213154
TINGKAT 4 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG
Jalan Aria Santika No. 40 A Bugel, Margasari, Karawaci
TANGERANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE PADA PASIEN ANEMIA
HEMOLITIK DENGAN IMPLEMENTASI JURNAL
Mengetahui
Kaprodi Keperawatan
STIKes Yatsi Tangerang
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Paliatif Care Pada Pasien Anemia” hingga selesai.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
yaitu:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya.
2. Ibu Ida Faridah, S. Kp., M.Kes., selaku Ketua STIKes Yatsi Tangerang.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S. Kep., M. Kep., selaku Kaprodi S1 Keperawatan.
4. Ibu Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S. Kep., selaku Penanggung Jawab Tingkat
4 S1 Keperawatan.
5. Ibu Ns. Ria Setia Sari,S.Kep. M,.Kep, selaku Penanggung Jawab Akademik.
6. Ibu Ns. Neneng Gantini, S.Kep, selaku pembimbing lahan praktik.
7. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah
ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
yang membangun dari teman-teman agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembacanya.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penegertian Anemia
B. Etiologi Anemia
C. Manifestasi Klinis
D. Klasifikasi
E. Pathway Anemia Hemolitik
F. Karakteristik
G. Dampak Anemia
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Biodata
B. Anamnesa
C. Pola Pemeliharaan Kesehatan
D. Pemeriksaan fisik
E. Riwayat Psikologis
F. Pemeriksaan Laboratorium
G. Terapi Yang Telah Diberikan
H. Asuhan Keperawatan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan kurang gizi dengan keadaan kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan normal. Orang
yang mempunyai Hb rendah secara fisik belum menunjukkan gejala anemia
dan masih terlihat dalam keadaan yang relatif sehat (Netty A, dkk, 2017).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia
terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia
menderita anemia. Anemia sering terjadi di negara berkembang (developing
countries) terutama pada kelompok dewasa yaitu wanita usia subur (WUS).
Pada populasi 3800 juta orang di Negara sedang berkembang terdapat 36%
menderita anemia. Hal ini disebabkan karena tubuh manusia mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam menyerap kandungan besi dalam zat gizi
makanan. Wanita biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga
banyak yang membatasi atau memiliki pantangan terhadap makanan.
Ketidakseimbangan asupan gizi seperti zat besi dapat menjadi penyebab
anemia karena wanita mengalami menstruasi setiaps bulan sehingga
membutuhkan asupan zat besi yang banyak. Asupan zat besi pada makanan
kurang menyebabkan cadangan besi dalam tubuh banyak yang dibongkar
sehingga dapat mempercepat terjadinya anemia. Anemia dapat menyebabkan
cepat lelah, konsentrasi menurun dan menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mudah terkena infeksi. Anemia yang terjadi pada wanita usia subur dapat
menyebabkan bertambahnya resiko kejadian bayi dengan berat badan lahir
rendah.
Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu
hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar
40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar
26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI,
2013).
Diajeng,dkk (2018) menjelaskan bahwa angka pravalensi anemia pada
anak usia 5-12 tahun yang mencapai 29% pada tahun 2014. Prevalensi
anemia berdasarkan lokasi tempat tinggal menunjukkan tinggal di pedesaan
memiliki persentase lebih tinggi (22,80%) dibandingkan tinggal di perkotaan
(20,60%), sementara prevalensi anemia pada perempuan usia 15 tahun atau
lebih adalah sebesar 22,70%. Prevalensi anemia pada anak di ruangan
kemuningan atas RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2020 dalam bulan
Januari terdapat sebanyak 9 pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit anemia?
2. Apa saja etiologi dari penyakit anemia?
3. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit anemia?
4. Apa saja klasifikasi dari penyakit anemia?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit anemia hemolitik?
6. Apa saja karakteristik dari penyakit anemia?
7. Apa saja dampak dari penyakit anemia pada anak?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan anemia?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Penyakit Anemia.
2. Untuk Mengetahui Etiologi dari Penyakit Anemia Hemolitik pada Anak?
3. Untuk Mengetahui Manifestasi dari Penyakit Anemia Hemolitik pada
Anak?
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit anemia.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit anemia hemolitik?
6. Untuk mengetahui karakteristik dari penyakit anemia.
7. Untuk mengetahui dampak dari penyakit anemia pada anak.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan anemia.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang kami harapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran bagaimana
penyakit Anemia pada Anak
A. Pengertian Anemia
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang
lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar
haemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang
timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah
dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).
Anemia adalah kondisi penurunan sel darah merah secara kuantitas yang
sering disertai dengan kadar hemoglobin (Hb) yang rendah atau perubahan
morfologi pada sel darah merah. Anemia adalah ketidakmampuan darah
untuk mensuplai jaringan dengan oksigen yang cukup untuk melakukan
fungsi metabolisme yang sesungguhnya (Ardianti, dkk, 2017).
B. Etiologi Anemia
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup
banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan
jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami
menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara
perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon
juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan,2014). Selain zat besi, masih ada
dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak dan remaja.Aplastic
anemia terjadi bila sel yang memproduksi butiran darah merah tidak dapat
menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi,
kemoterapi atau obat tertentu.Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc
anemia, yang terjadi karena sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat
dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini
bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia
(Adriani & Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala
(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab
anemia antara lain:
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan
dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di
bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak
mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di
perkotaan (20,6%) .
f. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian
anemia. Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami
anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal
tersebut juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan
Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor
protektif anemia.
D. Klasifikasi
Pada penelitian ini menggunakan standart kementrian kesehatan yang
bersumber dari WHO. Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia
(Soebroto, 2010) :
1. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan
2. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang
3. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat
Menurut Waryana (2010), kategori tingkat keparahan pada anemia yang
bersumber dari WHO adalah sebagai berikut:
1. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
2. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
3. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
4. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
a. Anemia Megaloblastik
Dalam buku Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak yang di tulis oleh
Rekawati, Dkk 2013. Terdapat kutipan dari FK UI,1985:437. Bahwa
anemia jenis ini adalah anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat.
Anemia ini juga disebut anemia defisiensi asam folat. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA yang penting
untuk metabolisma inti sel. DNA di perlukan untuk sintesis, sedangkan
RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemia
megaloblasti tergolong anemia makrositik seperti pada anemia pernisiosa.
Ada beberapa penyebab penurunan asam folat adalah sebagai berikut:
1. Masukkan yang kurang. pemberian susu saja pada bayi diatas 6 bulan
(terutama susu formula) tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat.
2. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit atau gangguan pada
gastrointestinal dapat menghambat absorbsi bahan makanan yang
diperlukan tubuh.
3. Pemberian obat yang antagoonis terhadap asam folat. Anak yang
mendapat obat-obat tertentu, seperti metotreksat, pirimetasin, dan
derivat barbiturat sering mengalami defisiensi asam folat. Obat- obat
tersebut dapat menghambat kerja asam folat dalam tubuh karena
mempunya sifat yang bertentangan.
b. Anemia Pernisiosa
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemia
pernisiosa tergolong anemia megaloblastik karena bentuk sel darahnya
yang hampir sama dengan anemia defisiensi asam folat. Bentuk sel
darahnya tergolong anemia makrositik normokromik, yaitu ukuran sel
darah merah yang besar, bentuk abnormal, tetapi kadar Hb normal.
Di kutip dari Rekawati, Dkk(2013) dalam bukunya yang berjudul
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Vitamin,B12 ( kobalamin) berfungsi
untuk pematangan normoblas, metabolisme jaringan saraf, dan purin.
Selain masukkan yang kurang, anemia pernisiosa dapat disebabkan adanya
kerusakkan lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan sekret
yang berfungsi untuk absorbsi B12 (markum, 1991 : 125)
c. Anemia Pascaperdarahan
Adalah anemia yang terjadi sebagai akibat perdarahan yang massiv
(perdarahan terus menerus dan jumlah banyak ), seperti pada kecelakaan,
operasi, atau persalinan dengan perdarahan hebat, yang dapat terjadi secara
mendadak dan menahun. Berdasarkan bentuk sel darah, anemia pasca
perdarahan termasuk anemia normositik normokromik, yaitu sel darah
bentuk normal, tapi rusak atau habis.
Akibat kehilangan darah yang mendadak, akan terjadi reflek
kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontraksi arterior, pengurangan
aliran darah keorgan yang kurang vital, dan penambahan aliran darah ke
organ vital(otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak lebih
berbahaya dibanding kehilangan darah dalam waktu lama.
d. Anemia aplastik
Adalah anemia yang ditandai pansitopenia (penurunan jumlah sel
darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang. Dengan
menurunnya selularitas, sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel
darah. Berdasarkan bentuk sel darahnya, termasuk anemia normositik
normokromik, seperti anemia pasca perdarahan.
Ada beberapa penyebab terjadinya anemia aplastik, diantaranya
sebagai berikut.
1. Menurunnya sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah.
Penurunan sel induk bisa karena bawaan, dalam arti tidak jelas
penyebabnya (idiopatik), yang dialami sekitar 50% penderita. Selain
karena bawaan, bisa karena didapat, yaitu kemungkinan adanya
pemakaian obat-obatan, seperti bisulfan, kloramphenikol, dan
klorpromazina. Obat-obat tersebut mengakibatkan penekanan pada
sumsum tulang.
2. Mikroenvironment, seperti radiasi, kemoterapi yang lama dapat
mengakibatkan sembab yang fibrinus, dan infiltrasi sel.
3. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya
sel-sel darah dalam sumsum tulang tidak ada.
4. Adanya sel inhibitor (T.limfosit) sehingga menekan atau menghambat
maturasi sel-sel induk pada sumsum tulang.
e. Anemia hemolitik
Adalah anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek
atau prematur. Secara normal, eritrosit berumur 100-120hari. Adanya
penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar,
sehingga kemungkinan terjadi peningkatan bilirubi. Selain itu, sumsusm
tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak sistem eritropetik daripada
biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan ritokulosit pada darah
tepi. Berdasarkan bentuk sel darahnya, anemia hemolitik ini termasuk
anemia normositik normokramik. Kekurangan bahan pembentuk sel darah,
seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi dapat menyebabkan ketidak
seimbangan antara penghancuran dan pembentukan simstem eritropoetik.
Penyebab anemia hemolitik diduga sebagai berikut :
1. Kongenital, misalnya, kelainan rantai Hb, defisiensi enzim G6PD.
2. Didapat, misalnya, infeksi, sepsis, obat-obatan, keganasan sel.
E. Karakteristik
1. Umur Balita
Anjar Noviani (2015) Dalam skripsinya yang berjudul Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Anemia Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di
Indonesia, di kutip dari Foot, Dkk 2013, menemukan hubungan yang
signifikan dengan umur balita Dan balita yang berumur <24 bulan lebih
beresiko menderita anemia.
Balita yang memiliki usia lebih tua dapat memiliki tingkat toleransi
yang lebih baik terhadap makanan yang mengandung besi serta
peningkatan kekebalan tubuh sehingga terlindungi dari penyakit infeksi
yang dapat menyebabkan anemia. Pada hasil penelitian di kota Gaza,
Palestina, rata-rata anak-anak dalam komunitas ini adalah 1,75 tahun,
penjelasan mengenai penurunan kadar hemoglobin pada anak-anak ini
yaitu anak-anak sedang berada pada periode ledakan pertumbuhan yang
cepat tetapi kebutuhan gizi untuk pembentukan sel darah merah tidak
terpenuhi (Alzain, 2012) di kutip dari Skripsi yang di susun oleh Anjar
Noviani (2015) dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Anemia Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Indonesia.
2. Jenis Kelamin
Di kutip dari Ngesa dan Mwambi (2014) Salah satu faktor resiko
anemia yaitu anak yang berjenis kelamin laki-laki meiliki peningkatan
risiko anemia di bandingkan dengan anak perempuan karena anak laki-laki
rentan mengalami defisiensi zat besi di banding anak perempuan karena
pertumbuhan yang lebih cepat pada bulan-bulan pertama kehidupan
menurut Pita,Dkk (2014) dalam skripsi Anjar Noviani (2015) berjudul
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Balita Usia 12-59
Bulan Di Indonesia.
9. Pekerjaan Ibu
Ibu yang bekerja memiliki efek negatif pada status gizi dan kesehatan
anak-anak mereka, beban kerja dapat mempengaruhi gizi ibu itu sendiri
dan kesehatannya akibatnya terjadi penurunan kapasitas untuk melakukan
kegiatan lain seperti mengasuh anak, kemudian karena keterbatasan waktu,
untuk bekerja,kebutuhan gizi anak-anaknya kurang di perhatikan. Selain it
ada kemungkinan untuk ibu yang bekerja, anak-anak mereka akan di asuh
oleh oranglain yang mungkin kurang baik dalam mengasuh anak.
F. Dampak Anemia
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,
terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja,
ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja.
Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai
beritkut:
A. Biodata
1. Identitas Klien
a. Nama / Nama Panggilan : An. R
b. Tempat Tanggal Lahir/Usia : 8 Mei 2011 (8 Tahun)
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Sekolah Dasar
f. Alamat : Jl. Garuda Rt/Rw. 03/02, Kel.
Jarumudi Baru, Kec. Benda.
g. Tanggal Masuk : 28 Januari 2020
h. Tanggal Pengkajian : 28 Januari 2020
i. Diagnosa Medis : Anemia Hemolitik
2. Identitas Orang Tua
a. Ayah
1) Nama : Tn. M
2) Umur : 49 tahun
3) Pekerjaan : Pegawai Swasta
4) Agama : Islam
5) Alamat : Jl. Garuda Rt. 03/02, Kel. Jarumudi
Baru, Kec. Benda
b. Ibu
1) Nama : Ny. I
2) Umur : 35 tahun
3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4) Agama : Islam
5) Alamat : Jl. Garuda Rt. 03/02, Kel Jarumudi
Baru, Kec. Benda
B. Anamnesa
1. Keluhan utama (Alasan MRS)
Saat masuk rumah sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya pada saat dibawa
kerumah sakit karena anaknya sesak, nyeri pada area lutut sudah 6 bulan,
nafsu makan menurun, terkadang demam serta An.R susah tidur selama 2
minggu.
Saat pengkajian : An. R tampak sesak nafas dan bernafas dengan
menggunakan otot bantu pernafasan, nyeri pada area kedua lutut sudah 6
bulan, An. R tidak mau makan sehingga nafsu makan menurun dan hasil
pemeriksaan TTV didapatkan hasil pagi jam 08:00 hari selasa 28 Januari
2020 TD. 73/45 mmHg, Nadi: 95x/menit, ST: 36,4, Rr: 32x/menit. Ibu
pasien mengatakan bahwa anaknya sering mengeluh tentang penyakitnya
dan hampir putus asa. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya selalu
ingin bertemu dengan neneknya yang sudah tiada.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga dibawa
ke RS secara lengkap meliputi (PQRST)
P : An. R mengatakan bahwa kakinya terasa sakit
Q : An. R mengatakan nyerinya sakit seperti di tusuk-tusuk
R : nyerinya di kaki bagian kedua lutut
S : nyerinya dengan skala 7 (nyeri berat)
T : nyerinya dirasakan secara terus-menerus
3. Riwayat Kesehatan Dulu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah mengalami jatuh dari
sepeda motor, jatuh dari sepeda dan juga pernah jatuh dikamar mandi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak punya riwayat penyakit apapun
sebelumnya.
Genogram :
17.++ 1. Tan
+
+ +
33. Ta
49. pa
Keterangan :
: Laki-laki
65. Ta
: Perempuan
______ : Garis keturunan
: Garis tinggal serumah
+ : Orang yang sudah meninggal
: Pasien
Kesimpulan : Kakek dan nenek dari keluarga ayah dan ibunya An. R sudah
meninggal dan ayah An .R anak kedua dari empat bersaudara dan
ibu An. R anak ke dua dari tiga bersaudara yang kemudian
menikah dan dikarunia anak dua An. R adalah anak pertama dari
dua bersaudara yang memiliki adik satu dengan jenis kelamin
perempuan.
5. Riwayat Psikososial
An. R tinggal di rumah kedua orang tuanya dan dan punya kamar tidur
sendiri rumahnya berada di setengah kota. Rumahnya dekat dengan tempat
pengajian dan ada tempat bermain. Hubungan antar keluarga harmonis dan
diasuh oleh orang tuanya.
6. Riwayat Spiritual
An. R terlahir dalam keluarga yang support sistem dalam keluarganya
baik. Orang tua selalu mengingatkan untuk beribadah dan mengajarkan hal
yang baik dan benar. Kegiatan keagamaan rajin beribadah suka mengaji di
tempat pengajian karena dekat dengan rumahnya.
7. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Ny. I mengatakan membawa anaknya ke rumah sakit karena khawatir
dan takut dengan kondisinya yang drop dan kakinya sering kesakitan
serta susah tidur selama 2 minggu, bicaranya sudah melantur. Selama
dirawat ibu pasien mengatakan bahwa dokter menjelaskan tentang
kondisi anaknya. Selama dirawat selalu di temani oleh kedua
orangtuanya dan terkadang hanya dengan ibunya saja dikarenakan
bapaknya kerja dan menemani adiknya dirumah.
Kesimpulan : Ansietas pada orang tua
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
An. R menjelaskan bahwa orangtuanya takut dengan kondisinya karena
kakinya sakit selama 2 minggu dan kondisinya drop. An.R mengatakan
bahwa selama dirawat di rumah sakit ia merasakan bosan dan takut
Kesimpulan : Ansietas
5 5
2 2
d. Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0-1% )
Eosinofil : 0 (N: 2-4%)
Batang : 0 (N: 3-5 %)
Neotrofil : 68 (N:50 – 70 %)
Segmen : 51 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 29 (N: 25- 40 %)
Monosit : 3 (N: 2 –8 %)
e. Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu : 144 (N: <180 mg/dl)
f. Analisa elektrolit
Natrium Total : 9.2 (N: 8.8 – 10.3 mg/dl)
Posfor (p) anorganik : 3.4 (N:2.5 – 5.0 mg/dl)
H. Asuhan Keperawatan
1. Kasus
Anak R Usia 8 tahun Jl. Garudan Rt. 003/002, Kel. Jarumudi Baru,
Kec. Benda, No. RM. 00251539.Ibu pasien mengatakan anaknya pada saat
dibawa kerumah sakit karena anaknya sesak, nyeri pada area lutut sudah 6
bulan, nafsu makan menurun, demam serta susah tidur selama 2 minggu.
Pasien datang ke ruang kemuning atas pada jam 02.28. Saat
pengkajian : an. R mengeluh pada kedua lutut, dengan skala 7 (nyeri
berat), nyeri dirasakan terus menerus, tidak bisa menggerakan kedua
kakinya dan terasa sakit saat bergerak. Pada jam 08.00 TTV TD: 73/45
mmhg, N:95 x/menit, S:36,4ºC , Rr:32 x/menit. Pada jam 09.15 pasien
mengatakan sesak nafas dengan hasil RR:44x/menit, SPO2 : 97.5, keadaan
pasien tiba- tiba buruk, lemah, pucat dan kesadaran menurun. E: 2 M:3
V:3 Dokter mendiagnosa asidosis respiratorik dengan hasil AGD PH :
7.545, PCO2 : 23.60, PO2 : 81.5 mmHg, HCO3 : 20.0, TCO2 :20.7, BE
(VT) : - 2.6, BE (VV) : - 2.6, SPO2 : 97.5%, dan pasien dipindahkan
kekamar 1 lalu diberikan oksigen 3L dan terpasang alat monitor sehingga
pasien dipantau/1 jam. Lalu pasien di antar ke ruang ICU pada tanggal 29
Januari 2020 dengan keadaan lemah. Pada tanggal 30 jam 19.15 pasien
datang dari ICU ke kamar rawat inap dengan keadaan composmetis. Nyeri
masih terasa, cemas dengan hasil total skor hamilton rating scale for
ansiety: 30 (cemas berat) . Untuk dilakukan perawatan intensif. Ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya sering mengeluh tentang penyakitnya dan
hampir putus asa. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya selalu ingin
bertemu dengan neneknya yang sudah tiada.
2. Analisa data
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 Ds: Pasien mengatakan sesak nafas Kategori: Fisiologis
Do: Terdapat hasil TTV TD 99/50., Nadi: Subkategori: Respirasi
103, ST:36, Rr: 43 dan hasil AGD PH : Kode: D 0003
7.545, PCO2 : 23.60, PO2 : 81.5 mmHg, Gangguan Pertukaran
HCO3 : 20.0, TCO2 :20.7, BE (VT) : - 2.6, Gas
BE (VV) : - 2.6, SPO2 : 97.5%, ( Asodosis
Respiratorik) dan pasien tampak sesak,
pucat, akral.
2. Ds : tidak terkaji Kategori : Fisiologis
Do: klien tampak lemas, pucat dan Subkategori : Sirkulasi
kesadaran menurun.
Kode : D 0009 Perfusi
perifer tidak efektif
3 Ds : P : An. R mengatakan bahwa kakinya Kategori : Psikologis
terasa sakit Subkategori : Nyeri
Q : nyeri sakit seperti di tusuk-tusuk dan kenyamanan
R : nyeri di kaki bagian kedua lutut Kode : D.0078 Nyeri
S : nyeri dengan skala 7 (nyeri berat) Kronis
T : nyeri dirasakan secara terus-menerus
Do : An.R tampak nangis dan meringis
kesakitan
4. Ds : Ibu mengatakan bahwa anaknya selalu Kategori : Psikologis
ingin bertemu dengan neneknya yang Subkategori : Integritas
sudah meninggal. Juga merasa tidak Ego
berdaya karena kenapa diberikan penyakit Kode :D 0080 Ansietas
ini.
Do : An. R tampak gelisah, tegang, muka
tampak pucat dan suara bergetar, hasil total
skor hamilton rating scale for anxiety
(HARS) : 30 (cemas berat)
5. Ds : ibu mengatakan membawa anaknya ke Kategori : Psikologis
rumah sakit karena khawatir dan takut Subkategori : Integritas
kenapa-kenapa karena kondisinya drop, Ego
sesak nafas, nyeri pada area lutut sudah 6 Kode :D 0080 Ansietas
bulan, nafsu makan menurun, terkadang pada orang tua
demam dan susah tidur selama 2 minggu.
Do : ibu tampak khawatir dengan keadaan
anaknya
6. Ds : pasien mengatakan tidak bisa Kategori : Fisiologis
menggerakan kedua kakinya dan terasa Subkategori :
sakit bila bergerak Aktivitas/Istirahat
Do : pasien tampak kesakitan pada kakinya Kode : D 0054
dan pergerakan terbatas dengan kekuatan Gangguan Mobilitas
otot ekstermitas atas 5 kanan kiri dan Fisik
ektermitas bawah 2 kanan dan kiri
No Diagnosa keperawatan
1 Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D 0000003 Gangguan Pertukaran Gas
2. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
Kode : D. 0009 Perfusi perifer tidak efektif
3 Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0078 Nyeri Kronis
4 Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
Kode :D 0080 Ansietas
Kategori : Psikologis
5
Subkategori : Integritas Ego
Kode :D 0080 Ansietas pada orang tua
6 Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
Kode : D 0054 Gangguan Mobilitas Fisik
4. Intervensi Keperaatan
I. 08250 Terapi
Musik
Observasi
- Iddentifikasi
perubahan perilaku
atau fisiologis
yang akan dicapai
Terapeutik
- Pilih music yang
disukai
- Posisikan dalam
posisi yang
nyaman
- Atur olume suara
yang sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
terapi music
(Nuzul, dkk.2015.
Pengaruh Self-
Selected Individual
Music Theraphy
(SeLIMUT)
terhadap tingkat
Nyeri Pasien Kanker
Paliatif di RSUP Dr.
Sardjito,
Yogyakarta)
4. Kategori : Psikologis Setelah dilakukan I. 08250 Terapi
Subkategori : Integritas tindakan keperawatan Musik
Ego selama 5-15 menit, maka Observasi
Kode :D 0080 Ansietas tingkat ansietas menurun, - Iddentifikasi
dengan kriteria hasil perubahan perilaku
yang diharapkan : atau fisiologis
L . 09093 Tingkat yang akan dicapai
Ansietas Terapeutik
-Verbalisasi kebingungan - Pilih music yang
(2-5) meningkat disukai
-Verbalisasi khawatir - Posisikan dalam
akibat kondisi yang posisi yang
dihadapi (2-5) meningkat nyaman
-Perilaku gelisah (2-5) - Atur olume suara
meningkat yang sesuai
-Frekuesnsi pernafasan Edukasi
(2-5) meningkat - Jelaskan tujuan
-Pola tidur (2-5) dan prosedur
meningkat terapi music
(Nuzul, dkk.2015.
Pengaruh Self-
Selected Individual
Music Theraphy
(SeLIMUT)
terhadap tingkat
Nyeri Pasien Kanker
Paliatif di RSUP Dr.
Sardjito,
Yogyakarta)
5. Kategori : Psikologis Setelah dilakukan I.09260 Dukungan
Subkategori : Integritas tindakan keperawatan koping keluarga
Ego selama 10-15 menit, Observasi
Kode :D 0090 Kesiapan maka tingkat status - identifikasi respon
peningkatan koping koping keluarga emosional terhadap
keluarga membaik dengan kriteria kondisi saat ini.
hasil yang diharapkan :
Terapeutik
L. 09088: Status koping - Dengarkan
keluarga masalah, perasaan,
- kekhawatiran tentang dan pertanyaan
anggota keluarga (2-5) keluarga
meningkat
-komitmen pada Edukasi
perawatan / pengobatan -Informasikan
(2-5) menurun kemajuan pasien
-komunikasi antara secara berkali
anggota keluarga (2-5)
menurun
Pasien dibawa ke ruang ICU dengan kesadaran menurun dan terpasang oksigen
3L TTV TD: N : ST: Rr: pada jam 19.15 pasien dijemput di ICU dan akan
dipindahkan keruangan kemuning atas
Hari ke 2
Hari / DX IMPLEMENTASI EVALUASI
TGL
1. - Memonitor pola nafas S : Pasien mengatakansudah
Jam (Frekuensi, kedalaman, tidak sesak lagi
15.00
usaha nafas) O : Pasien tampak tidak sesak
Hasil : RR: 28x/menit Dari hasil TTV TD : 84/47
S mmHg, N: 102x/menit, Rr :
- Memposisikan semi fowler
I 28x/menit, ST : 37,2 x/ menit
- Mengkolaborasi pemberian
analgesik (Jika perlu)
- Mengkolaborasi pemberian
analgesik (Jika perlu)
Hari ke 3
- Kolaborasi pemberian
analgesik (Jika perlu)
- Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini