Anda di halaman 1dari 28

Referat

Manifestasi Infeksi HIV di Rongga Mulut


Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Disusun Oleh :
Nadira Iswarini H.A., S. Ked
21804101066

Pembimbing
drg. Anny Rufaida, Sp. KG

KEPANITERAAN KLINIK
LABORATORIUM KESEHATAN GIGI DAN MULUT
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kasih karunia-Nya penulis dapat menyusun referat ini. Referat ini disusun
untuk memenuhi tugas pada kegiatan kepaniteraan klinik madya (KKM) tahun
akademik 2020. Makalah ini berisi referat dengan judul “Manifestasi Infeksi
HIV di Rongga Mulut” sesuai tema yang diberikan oleh dokter pembimbing.
Penulis berharap agar referat ini dapat dimanfaatkan dan dipahami baik
oleh penulis maupun pembaca. Segala kritikan dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk pengembangan ilmu kedokteran yang dibahas dalam referat ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan referat ini. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan referat ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan
hati, penyusun mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan referat
berikutnya.

Kepanjen, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar isi..............................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi....................................................................................................3

2.2 Epidemiologi...........................................................................................3

2.3 Etiologi....................................................................................................4

2.4 Penularan HIV.........................................................................................5

2.5 Patogenesis..............................................................................................5

2.6 Patofisiologi............................................................................................6

2.7 Diagnosis.................................................................................................8

2.8 Manifestasi Klinis...................................................................................14

2.9 Tatalaksana..............................................................................................22

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan.............................................................................................23

Daftar Pustaka.....................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AIDS merupakan salah saru penyakit yang sangat menular dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. AIDS merupakan kumpulan gejala
penyakit yang ditandai dengan rusaknya system kekebalan tubuh sehingga mudah
diserang berbagai macam infeksi oportunistik yang disebabkan oleh virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak
biasa, namun ditularkan melalui hubungan seksual, kontak darah yang tercemar
HIV dan melalui jarum suntik atau alat kedokteran lainnya yang tercemar HIV.2
Kasus HIV pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987. Sampai
dengan tahun 2012, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 345 dari 497 (69,4%)
kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia. Jumlah kasus HIV baru setiap
tahunnya telah mencapai sekitar 20.000 kasus. Pada tahun 2012 tercatat 21.511
kasus baru, yang 57,1 % di antaranya berusia 20-39 tahun. Sumber penularan
tertinggi (58,7%) terjadi melalui hubungan seksual tidak aman pada pasangan
heteroseksual. Pada tahun 2012 tercatat kasus AIDS terbesar pada kelompok ibu
rumah tangga (18,1%) yang apabila hamil berpotensi menularkan infeksi HIV ke
bayinya. Pada tahun 2012 pula, dari 43.624 ibu hamil yang melakukan konseling
dan tes HIV terdapat 1.329 (3,05%) ibu dengan infeksi HIV.1,2
Infeksi HIV atau pemakaian obat anti HIV tidak berpengaruh pada
pertumbuhan gigi. Kemungkinan yang ada adalah pada perkembangan tulang
pendukung gigi yang semakin berkurangnya kepadatannya. Pada dasarnya, tidak
ada kontraindikasi pengobatan gigi dan mulut pada penderita HIV dan AIDS.
adanya laporan awal epidemik AIDS yang menyatakan prosedur perawatan
saluran akar tidak dapat dilakukan pada penderita HIV. Begitu juga perawatan
gigi sebaiknya ditunda apabila memiliki jumlah CD4 dibawah 200 sel/mm3.
Walaupun laporan ini tidak akurat, tetapi dampaknya dapat terus dirasakan sampai
saat ini.1
Sekitar 95% penderita AIDS mengalami manifestasi pada daerah kepala
dan leher sebagaimana juga menurut Shiod dan Pinborg 1987. Manifestasi di

1
mulut seringkali merupakan tanda awal infeksi HIV. Oleh karen itu, makalah ini
bertujuan untuk mengetahui manifestasi dari HIV pada rongga mulut.1

1.1 Rumusan Masalah


Apa saja manifestasi klinis penyakit HIV AIDS khususnya pada rongga
mulut ?
1.2 Tujuan
Mengetahui macam-macam maniestasi klinis penyakit HIV AIDS
khususnya pada rongga mulut.
1.3 Manfaat
Diharapkan referat ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
wawasan dalam mengenali maniestasi klinis penyakit HIV AIDS pada
rongga mulut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan RNA
yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan
sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan berbagai
infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala/tanda klinis pada
pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena penurunan sistem
imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai penyakit karena imunitas tubuh
yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan kuman yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik ini dapat disebabkan oleh berbagai
virus, jamur, bakteri dan parasit serta dapat menyerang berbagai organ, antara lain
kulit, saluran cerna/usus, paru-paru dan otak. Berbagai jenis keganasan juga
mungkin timbul.
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV akan berlanjut menjadi AIDS bila
tidak diberi pengobatan dengan antiretrovirus (ARV). Kecepatan perubahan dari
infeksi HIV menjadi AIDS, sangat tergantung pada jenis dan virulensi virus,
status gizi serta cara penularan. Dengan demikian infeksi HIV dibedakan menjadi
3 tipe, yaitu: i) rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; ii) average progressor,
berlangsung 7-15 tahun; dan iii) slow progressor, lebih dari 15 tahun.

2.2 Epidemiologi
Sejak 1985 sampai tahun 1996 kasus AIDS masih jarang ditemukan di
Indonesia. Sebagian ODHA pada periode itu berasal dari kalangan homoseksual.
Kemudian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat dan sejak
pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang terutama
disebabkan akibat penularan melalui narkotika suntik1.

Saat ini, perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat


di Asia. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-
populasi berisiko tinggi (dengan prevalensi > 5%), seperti pengguna narkotika

3
suntik (penasun), wanita penjaja seks (WPS), dan waria. Di beberapa propinsi
seperti DKI Jakarta, Riau, Bali, Jabar dan Jawa Timur telah tergolong sebagai
daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic).
Sedang tanah Papua sudah memasuki tingkat epidemi meluas (generalized
epidemic)5.

Dari jumlah kumulatif 8.747 kasus AIDS yang dilaporkan pada Desember
2012, sekitar 54% adalah laki-laki, 29% adalah perempuan, dan 17% tidak
melaporkan jenis kelamin. Berdasarkan cara penularan, dilaporkan 61,5% pada
heteroseksual; 15,2% pada pengguna narkotika suntik; 2,4% pada homoseksual
dan 2,7% pada transmisi perinatal. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran dari
dominasi kelompok homoseksual ke kelompok heteroseksual dan penasun.
Kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok usia 20–29 tahun
(32,9%), disusul kelompok usia 30–39 tahun (28,5).

2.3 Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2. HIV adalah virus yang
tergolong kedalam keluarga retrovirus subkelompok lentivirus. HIV-1 dan HIV -2
memiliki struktur yang hampir sama. HIV-1 mempunyai gen vpu tetapi tidak
mempunyai gen vpx, sedangkan HIV-2 mempunyai gen vpx tetapi tidak
mempunyai gen vpu.7

4
Gambar 1. Virus AIDS

2.4 Penularan HIV


Cara penularan HIV melalui alur sebagai berikut2.
a) Cairan genital: cairan sperma dan cairan vagina pengidap HIV memiliki
jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan
penularan, terlebih jika disertai IMS lainnya. Karena itu semua hubungan
seksual yang berisiko dapat menularkan HIV, baik genital, oral maupun
anal.
b) Kontaminasi darah atau jaringan: penularan HIV dapat terjadi melalui
kontaminasi darah seperti transfusi darah dan produknya (plasma,
trombosit) dan transplantasi organ yang tercemar virus HIV atau melalui
penggunaan peralatan medis yang tidak steril, seperti suntikan yang tidak
aman, misalnya penggunaan alat suntik bersama pada penasun, tatto dan
tindik tidak steril
c) Perinatal: penularan dari ibu ke janin/bayi – penularan ke janin terjadi
selama kehamilan melalui plasenta yang terinfeksi; sedangkan ke bayi
melalui darah atau cairan genital saat persalinan dan melalui ASI pada
masa laktasi.

2.5 Patogenesis7
 HIV menginfeksi sel T dan makrofag secara langsung dan dibawa juga
oleh sel dendrit
 Replikasi virus di lymh node regional memicu terjadinya viremia dan
menyebar ke jaringan limfoid
 Viremina dikontrol respon imun host dan pasien mulai masuk pada fase
laten. Selama fase ini, replikasi virus baik di sel T dan makrofag berlanjut,
tetapi ada imuun yang menahan virus
 Berlanjut ke erosi CD4 oleh mekanisme infeksi produktif yang
menyebabkan perlawanan dari CD4 untuk melawan virus
 Saat CD4 rusak dan tidak dapat diganti sehingga jumlah menurun. Dan
menyebabkan gejala AIDS pada pasien

5
 Makrofag yang ditumpangi virus tidak dapat lisis tetapi dapat membawa
virus ke berbagai jaringan terutama otak.

Gambar 2 – Patogenesis

2.6 Patofisiologi
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV maka seumur hidup ia akan tetap
terinfeksi. Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda dan gejala
tertentu.
 Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3 – 6
minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk.
 Setelah infeksi akut, mulai terjadi infeksi HIV asimptomatik (tanpa
gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8 -10 tahun.

6
Tetapi ada beberapa orang yang perjalanan penyakitnya sangat cepat,
dapat hanya terjadi 2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat.
 Kekebalan tubuh semakin memburuk, odha mulai menampakkan gejala –
gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam
lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis,
infeksi jamur, herpes, dll. Tanpa pengobatan ARV, walaupun selama
beberapa tahun tidak menunjukkan gejala, secara bertahap sistem
kekebalan tubuh orang yang terinfeksi HIV akan memburuk, dan akhirnya
pasein menunjukkan gejala klinis yang makin berat.
 Pasien masuk tahap AIDS. Yang disebut laten secara klinik (tanpa gejala),
sebetulnya bukan laten bila ditinjau dari sudut penyakit HIV. Manifestasi
awal dari kerusakan sistem kekebalan tubuh adalah kerusakan
mikroarsitektur folikel kelenjar getah bening dan infeksi HIV yang luas di
jaringan limfoid, yang dapat dilihat dengan pemeriksaan hibridisasi in situ.
Sebagian besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan di
peredaran darah tepi.
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak
menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel
setiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi,
muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran
limfosit CD4 yang tinggi tapi tubuh masih berkompensasi dengan memproduksi
CD4 sekitar 106 sel setiap hari.

7
Gambar 3. Patofisiologi HIV

2.7 Diagnosis

2.7.1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap termasuk risiko pajanan HIV, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan laboratorium, dan konseling perlu dilakukan pada setiap ODHA saat
kunjungan pertama kali ke sarana kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk
menegakkan diagnosis, diperolehnya data dasar mengenai pemeriksaan fisik dan
laboratorium, memastikan pasien memahami tentang infeksi HIV, dan untuk
menentukan tata laksana selanjutnya. Dari Anamnesis, perlu digali faktor resiko
HIV AIDS, Berikut ini mencantumkan, daftar tilik riwayat penyakit pasien
dengan ODHA (tabel 1 dan tabel 2).

8
- Penjaja seks laki-laki atau perempuan
- Pengguna napza suntik (dahulu atau sekarang)
- Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki (LSL) dan
transgender (waria)
- Pernah berhubungan seks tanpa pelindung dengan penjaja seks komersial
- Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS)
- Pernah mendapatkan transfusi darah atau resipient produk darah
- Suntikan, tato, tindik, dengan menggunakan alat non steril.
Tabel 1. Faktor risiko infeksi HIV

Tabel 2: Daftar tilik riwayat pasien

2.7.2 Pemeriksaan fisik

9
Daftar tilik pemeriksaan fisik pada pasien dengan kecurigaan infeksi HIV
dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 : Daftar tilik pemeriksaan fisik

Gambaran klinis yang terjadi umumnya akibat adanya infeksi oportunistik


atau kanker yang terkait dengan AIDS seperti sarkoma Kaposi, limfoma
malignum dan karsinoma serviks invasif. Daftar tilik pemeriksaan fisik pada
pasien dengan kecurigaan infeksi HIV dapat dilihat pada tabel 3. Di RS Dr. Cipto
Mangkusumo (RSCM) Jakarta, gejala klinis yang sering ditemukan pada odha
umumnya berupa demam lama, batuk, adanya penurunan berat badan, sariawan,
dan diare, seperti pada tabel.

10
Gejala Frekuensi
Demam lama 100 %
Batuk 90,3 %
Penurunan berat badan 80,7 %
Sariawan dan nyeri menelan 78,8 %
Diare 69,2 %
Sesak napas 40,4 %
Pembesaran kelenjar getah bening 28,8 %
Penurunan kesadaran 17,3 %
Gangguan penglihatan 15,3 %
Neuropati 3,8 %
Ensefalopati 4,5 %

Tabel 4. Gejala AIDS di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo

2.7.3 Pemeriksaan penunjang

Untuk memastikan diagnosis terinfeksi HIV, dilakukan dengan pemeriksaan


laboratorium yang tepat. Pemeriksaan dapat dilakukan antara lain dengan
pemeriksaan antibodi terhadap HIV, deteksi virus atau komponen virus HIV
(umumnya DNA atau RNA virus) di dalam tubuh yakni melalui pemeriksaan PCR
untuk menentukan viral load, dan tes hitung jumlah limfosit. Sedangkan untuk
kepentingan surveilans, diagnosis HIV ditegakkan apabila terdapat infeksi
oportunistik atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3.5

11
Tes antibodi terhadap HIV (AI); Tes Hitung jumlah sel T CD4 T (AI); HIV
RNA plasma (viral load) (AI);

Pemeriksaan darah perifer lengkap, profil kimia, SGOT, SGPT, BUN dan
kreatinin, urinalisis, tes mantux, serologi hepatitis A, B, dan C, anti-
Toxoplasma gondii IgG, dan pemeriksaan Pap-smear pada perempuan (AIII);

Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan profil lipid pada pasien dengan risiko
penyakit kardiovaskular dan sebagai penilaian awal sebelum inisasi kombinasi
terapi (AIII);
Tabel 5. Anjuran pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada ODHA
Pemeriksaan anti HIV dilakukan setelah dilakukan konseling pra-tes dan
biasanya dilakukan jika ada riwayat perilaku risiko (terutama hubungan seks yang
tidak aman atau penggunaan narkotika suntikan). Tes HIV juga dapat ditawarkan
pada mereka dengan infeksi menular seksual, hamil, mengalami tuberkulosis
aktif, serta gejala dan tanda yang mengarah adanya infeksi HIV. Hasil
pemeriksaan pada akhirnya akan diberitahukan, untuk itu, konseling pasca tes
juga diperlukan. Jadi, pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan dengan memenuhi
3C yakni confidential (rahasia), disertai dengan counselling (konseling), dan
hanya dilakukan dengan informed consent6.

12
Tabel 7. Alogaritma pemeriksaan HIV

2.8 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh
host akibat intervensi HIV. Manifestasi ini dapat merupakan tanda dan gejala pada
infeksi virus akut, keadaan asimptomatik berkepanjangan, hingga manifestasi
AIDS terberat. Perjalan klinis infeksi HIV dapat dibagi menjadi 4 tahap6.
 Pertama, merupakan tahap infeksi akut. Pada tahap ini muncul gejala
infeksi virus tetapi tidak spesifik. Tahap ini muncul 6 minggu pertama
setelah paparan HIV, misalnya:
- Demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri telan, rasa letih, dan
pembesaran kelenjar getah bening
- Dan juga disertai meningitis aseptic, ditandai dengan demam, nyeri
kepala berat, kejang-kejang dan kelumpuhan saraf otak.
 Kedua, merupakan tahap asimptomatik. Pada tahap ini, gejala dan keluhan
menghilang. Tahap ini berlangsung 6 minggu hinnga beberapa bulan
bahkan tahun setelah infeksi. Pada tahap ini sedang terjadi internalisasi
HIV ke intraseluler.
 Ketiga, merupakan tahap simptomatis. Pada tahap ini,gejala dan keluhan
lebih spesifik dengan gradasi sedang hingga berat. Berat badan menurun
tetapi tidak sampai 10 %, pada membrane mukosa mulut terjadi sariawan
berulang, terjadi peradangan pada sudut mulut, dapat juga ditemukan
infeksi saluran napas atas yang mengganggu aktivitas penderita.
 Keempat, merupakan tahap yang lebih lanjut atau tahap AIDS. Pada tahap
ini terjadi penurunan berat badan lebih 10 %, diare lebih 10 bulan, panas
yang tidak diketahui sebabnya lebih dari satu bulan, kandidiasis oral, oral
hairy leukoplakia, tuberculosis paru, dan pneumonia bakteri. Penderita
rentan mengalami berbagai macam infeksi sekunder, misalnya Pneumonia
pneumokistik karinii, toksoplasmosis di otak, diare akibat
cryptosporidiosi, virus sitomegali, infeksi virus herpes, kandidiasis (pada
esophagus, trakea, bonkus, atau paru ), serta infeksi jamur (histoplasmosis,

13
coccidioidomycosis). Dapat ditemukan juga malignansi, termasuk
keganasan kelenjar getah bening dan sarkoma kaposi. Hiperaktivitas
komplemen menginduksi sekresi histamine sehingga menimbulkan
keluhan gatal pada kulit dengan disertai infeksi mikroorganisme di kulit
memicu terjadinya dermtitis HIV.3

Manifestasi Infeksi HIV dan AIDS pada Rongga Mulut1


Terkait Erat dengan Infeksi HIV dan AIDS
1. Infeksi karena jamur (Oral Candidiasis)
Kandidiasis mulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang paling sering
dijumpai baik pada penderita AIDS dan merupakan tanda dari manifestasi klinis
pada penderita kelompok resiko tinggi pada lebih 59% kasus. Kandidiasis mulut
pada penderita AIDS dapat terlihat berupa oral thrush, acute atrophic candidiasis,
chronic hyperplasia candidiasis, stomatitis angularis (Perleche) serta deep fungal
mycosis (sepermucormycosis).
Klinis
• Pseudomembranous Candidiasis (Kandidiasis Pseudomembran)
Tanda dan Gejala:
- Bercak atau plak putih kekuningan mukosa mulut yang bisa dikerok.

14
- Jika plak diangkat meninggalkan permukaan yang kemerahan atau berdarah.
- Terletak dimana saja di dalam rongga mulut, tetapi lebih sering terjadi pada
mukosa buccal, lidah dan palatum
-Keluhan subjektif dari pseudomembranous candidiasis adalah xerostomia dan
sensasi terbakar.

Pemeriksaan:
Deteksi dengan tes pemeriksaan langsung hapusan (smear) dengan potasium
hidroksida dan kultur jamur atau biopsi.
Pengobatan:
- Dengan anti jamur Topikal (nystati n) 4 x 2 ml dikulum 3–5 menit lalu ditelan,
selama 2 minggu.
- Obat kumur chlorhexidin gluconat 0,12%.
- Dirujuk ke SpPM atau jika tidak ada ke SpPD atau SpKK.

• Erythematous Candidiasis (Kandidiasis Eritema)


Tanda dan Gejala:
- Warna lesi kemerahan sampai merah, datar dan halus, dapat dikerok, terdapat di
daerah palatum, mukosa pipi dan permukaan lidah.
- Keluhan rasa panas di mulut, terutama saat memakan makanan yang asin, pedas
atau minum asam.
- Sering muncul pada mulut ODHA, namun jarang terdiagnosis.
Pemeriksaan:
Gejala klinis dan riwayat kesehatan ODHA serta status virologisnya.
Pengobatan:
- Topikal (nystatin) 4 x 2 ml dikulum 3–5 menit lalu ditelan, selama 2 minggu.
- Obat kumur chlorhexidin gluconat 0,12%.
- Dirujuk ke SpPM atau jika tidak ada ke SpPD atau SpKK.

• Angular Cheiliti
- Eritema atau luka berupa celah di sudut mulut, berwarna kemerahan, ulserasi
dan berfisur-fisur, bisa unilateral atau bilateral pada sudut mulut.

15
- Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya kandidiasis eritema atau kandidiasis
pseudomembran. Angular cheilitis dapat berlangsung lama jika dibiarkan tanpa
perawatan.
Pengobatan:
Menggunakan mikonazol krim anti jamur secara topikal. 4 Kali sehari selama 2
minggu.
• Oral Kandidiasis
Pengobatan:
Pengobatan berdasarkan keparahan infeksi. Untuk ringan hingga sedang
menggunakan nystatin. Kasus berat yang membutuhkan pengobatan dengan anti
jamur sistemik dirujuk ke SpPM atau jika tidak ada SpKK atau SpPD.
Terapi anti jamur selama dua minggu berfungsi untuk:
- Mengurangi pembentukan koloni.
- Mengurangi risiko kekambuhan.
Topikal dengan menggunakan:
- Nystatin oral suspension 100,000 units/ml.

2. Hairy Leukoplakia
Penyebab: virus Epstein-Barr (EBV).
Tanda dan gejala:
- Plak keputihan dengan permukaan kasar seperti rambut. Biasanya pada lateral
lidah.
- Sulit untuk diangkat.
- Lesi dapat meluas ke permukaan lidah.
- Tidak menujukkan gejala spesifi k.
- CD4 kurang dari 350 sel/mm3.
Pengobatan:
- Umumnya ti dak membutuhkan pengobatan (pada ODHA yang mendapat terapi
ARV), kecuali karena perti mbangan kosmetik.
- Acyclovir krim untuk herpes labialis 5 kali sehari selama 10 – 14 hari.
- Acyclovir tablet 200-400 mg, 5 kali sehari selama 10 - 14 hari.

16
3. Penyakit Periodontal
• Infeksi Bakteri Linear Gingival Erythema
Penyakit periodontal, yang disebabkan oleh bakteri.
Tanda dan gejala:
- Garis seperti pita merah dengan lebar 2-3 mm sepanjang tepi gusi.
- Dapat timbul pada ODHA dengan oral hygiene yang baik.
- Rasa tidak nyaman dan disertai perdarahan gusi.
- Biasanya pada gigi anterior, tetapi dapat meluas ke gigi
posterior.
Pengobatan:
- Debridement, oleh Dokter Gigi.
- Kumur dua kali sehari dengan chlorhexidine gluconate 0,12% atau H2O2 3% 3
kali sehari selama kurang lebih 1 menit sampai lesi mengalami perbaikan.
- Peningkatan oral hygiene.

• Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP)


Tanda dan gejala:
- Merupakan tanda dari penurunan kekebalan yang serius.
- Ulserasi dan nekrosis pada jaringan gusi dan periodontal yang progresif.
- Hilangnya perlekatan jaringan penyangga gigi dan tulang alveolar dengan cepat.
- Tidak dapat sembuh sendiri.
- Sangat sakit, perdarahan, bau busuk.
- Sakit rahang hebat.
- Dapat disertai lepasnya gigi.
• Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)
- Kemerahan sepanjang tepi gingiva yang meluas ke gingiva cekat dan mukosa
alveolar
- Terjadi ulserasi pada papila interdental sampai marginal gingiva
- Tertutup jaringan nekrotik, mudah berdarah dan sakit
- Bau mulut busuk sangat jelas karena nekrotik

• HIV-Necrotizing Oral Ulceration

17
- Necroti zing stomatitis.
- Ukuran: 2-5 mm to 2 -3 cm.
- Frekuensi meningkat pada ODHA.
- Ulserasi dan nekrosis dapat meluas hampir pada seluruh jaringan mulut.
- Sangat sakit dan dapat persistent.

Pengobatan:
- Surface protecting agents.
- Topical steroids.
- Thalidomide

Pengobatan NUP, NUG dan HIV-Necrotizing Oral Ulcerations


- Konsultasi Dokter Gigi untuk pembersihan karang gigi, dan jaringan
nekrotik/kuretase radikal.
- Irigasi dan kompres larutan H202 1.5 - 3% pada lesi 3 kali sehari sampai lesi
mengalami perbaikan.
- Pemberian anti biotik yang efektif untuk gram negatif seperti metronidasol 500
mg tiga kali sehari, klindamisin 300 mg dua kali sehari, amoksisilin/asam
klavulamat 500 mg tiga kali sehari selama 5 hari.
- Perhatikan pengelolaan rasa sakit, dan nutrisi.
- Untuk kasus NUG dan NUP yang luas dan progresif dirujuk ke spesialis perio
untuk dilakukan Sequestrektomi.

4. Sarkoma Kaposi
- Merupakan penyakit mulut yang paling sering dijumpai berkaitan dengan infeksi
HIV, meskipun prevalensi menurun dalam masa HAART.
- Merupakan neoplasma ganas sel endotel.
- Intra oral dan ekstra oral.
- Diagnosis defi niti f: dengan biopsy.
Gambaran klinis:
- Berupa makula, papula, atau nodula.

18
- Warna ungu kemerahan atau ungu kebiruan (warna makin gelap dengan
bertambahnya waktu).
- Awal: datar, merah, dan tanpa gejala.
- Intra oral dapat terjadi di palatum dan gingiva.
Pengobatan:
Dirujuk ke Sp.PM atau Sp.BM untuk dilakukan.
- Pembedahan, kemoterapi.
- Radiasi.
- Sklerosing.

5. Limfoma Non-Hodgkin’s
Gambaran klinis:
- Neoplasma kelenjar limfe.
- Pembesaran masa nekrotik dengan cepat.
- Ulserasi atau nonulserasi.
- Pada palatum atau gingival.
- Prognosis buruk.
Pengobatan:
Dirujuk ke Sp.PM dan Sp.PD.

Tidak Terkait Erat dengan Infeksi HIV dan AIDS


1. Necrotizing (Ulcerati ve) Stomatitis
Terjadi kurang lebih 17 % populasi.
Tanda dan gejala:
- Ulser tunggal atau multiple.
- Ukuran kecil atau besar pada mukosa mulut dasar mulut, labial/buccal, ventral
lidah, posterior oropharynx, vesti bulum mandibula dan maxilla.
- Nyeri.
- Frekuensi kekambuhan lebih sering dan tingkat keparahannya lebih berat.
Pengobatan:
- Mengatasi rasa sakit: dengan anestesi topical (benzokain dalam borax gliserin
atau lidokain).

19
- Tetrasiklin kumur (250 mg dilarutkan dalam 2 sdm makan air (30 ml) tiga kali
sehari selama 4-5 hari).
- Pengobatan sesuai penyebab (misalnya menghilangkan stress, menghilangkan
iritasi dll).

2. Cystic Salivary Gland Disease


- Pembengkakan kelenjar saliva mayor, terutama kelenjar parotis.
- Biopsi kelenjar liur parotis yang membesar menunjukkan adanya peningkatan
infiltrasi limfosit terutama sel CD8.
- Kondisi ini terjadi sebagai pembesaran bilateral dari kelenjar liur parotis.
- Disertai gejala mulut kering.

3. Infeksi Virus
Infeksi karena virus golongan herpes paling sering dijumpai pada penderita AIDS.
Infeksi virus pada penderita dapat terlihat berupa stomati s herpeti formis, herpes
zoster, hairy leukoplakia, cytomegalovirus dan papiloma (warts).

• Herpes Simplex
- Disebabkan virus HSV.
- Dapat merupakan infeksi kambuhan pada bibir (herpes labialis) atau pada
mukosa mulut.
Tanda dan gejala:
- Rasa gatal/terbakar pada daerah yang terkena.
- Diikuti lepuh kecil-kecil bergerombol dengan tepi kemerahan.
- Setelah pecah menjadi luka (ulcer) yang dapat mengering dalam 7-10 hari.
- Didahului gejala seperti flu ringan, atau tidak enak badan.
- Dapat menular melalui luka/lecet di tangan/jari orang yang merawat.
Pengobatan:
- Acyclovir krim untuk herpes labialis 5 kali sehari selama 10 - 14 hari
- Acyclovir tablet 200-400 mg, 5 kali sehari selama 10 – 14 hari

• Herpes Zoster

20
- Suatu reaktivasi virus varicella zoster (VZV).
- Dapat terjadi sepanjang syaraf trigeminal.
- Dapat terjadi intra oral atau ekstra oral.
Tanda dan gejala:
- Lepuhan kecil-kecil bergerombol pada satu sisi kulit wajah atau mukosa mulut
(unilateral).
- Karena syaraf trigeminal, keluhan sangat sakit pada daerah wajah yang
dipersyarafi.
- Lepuhan mudah pecah dan menjadi ulcer, di kulit menimbulkan krusta.
Pengobatan:
Acyclovir dosis tinggi 800 mg, 5 kali sehari selama 10-14 hari.

• Human Papilloma Virus


- Oral warts disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), prevalensi meningkat
selama masa HAART.
- Tampak klinis adanya benjolan kecil (tunggal atau banyak) dengan permukaan
kasar seperti bunga kol, kaku, dan meninggi dari permukaan sekitarnya.
- Dirujuk ke Sp.PM untuk dilakukan cryoterapi, eksisi, atau laser CO2.
- Merupakan upaya problematis karena lesi cenderung kambuh lagi.

Manajemen Pasien Diduga HIV (+):


- Dicurigai HIV dan AIDS, maka dapat dirujuk ke layanan VCT
(Voluntary Counseling and Testi ng) Konseling dan Testing Sukarela.
- Klinik VCT memberikan layanan konseling dan test untuk HIV dan AIDS.
- Bila hasil HIV positi f rujuk ke ti m khusus untuk memperoleh Anti Retroviral
Therapy (ART) dan klinik spesialis untuk mendapatkan terapi infeksi oportunisti
k yang diperlukan pasien.

Efek Terapi ARV:


- Menurunkan prevalensi penyakit mulut karena HIV seperti: Oral Hairy
Leukoplakia, dan Necrotizing Ulcerative Periodonti ti s, dari 47,6% menjadi
37,5% selama terapi ARV.

21
- Tidak ada perubahan signifi kan pada Kandidiasis mulut, Oral Ulcers, dan
sarkoma Kaposi.
- Peningkatan prevalensi kelainan kelenjar liur, dan Oral Warts/Human papiloma.
- Signifikan menurunkan kekambuhan dan keparahan kelainan-kelainan mulut.

2.9 Tatalaksana

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total.
Namun data selam 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan
bahwa pengobatan dengan menggunakan kombinasi beberapa obat anti HIV
bermanfaat untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV6.

Secara umum, penatalaksanaan ODHA terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

a) Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat


antiretroviral (ARV).
b) Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker
yang menyertai infeksi HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis,
toksoplasmosis, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks.
c) Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang
lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan
dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan.
Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan,
harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat berkurang.

22
Stadium Jika tidak tersedia
Bila tersedia pemeriksaan CD4
Klinis pemeriksaan CD4
Terapi ARV tidak
1
Terapi antiretroviral dimulai bila CD4 diberikan
<200 Bila jumlah total limfosit
2
<1200
3
Jumlah CD4 200 – 350/mm ,
pertimbangkan terapi sebelum CD4
<200/mm3.
Pada kehamilan atau TB: Terapi ARV dimulai
3  Mulai terapi ARV pada semua ibu tanpa memandang
hamil dengan CD4 350 jumlah limfosit total
 Mulai terapi ARV pada semua
ODHA dengan CD4 <350 dengan
TB paru atau infeksi bakterial berat
Terapi ARV dimulai tanpa memandang
4
jumlah CD4
Tabel 10. Terapi pada ODHA dewasa

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV menyebabkan imunosupresi pada manusia dengan cara
menurunkan jumlah dan mengganggu fungsi sel T CD4. efek ini dicapai
mlalui dua cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Tujuan umum
dari terapi HIV adalah untuk memperpanjang harapan dan kualitas hidup
penderita bukan untuk menghilangkan penyakit. Penatalaksanaan HIV/AIDS
bersifat menyeluruh terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan
edukasi. Pengobatan pada pengidap HIV/penderita AIDS ditujukan terhadap:
virus HIV (obat ART), infeksi opportunistik, status kekebalan tubuh,
simptomatis dan suportif. Manifestasi infeksi HIV dapat bervariasi.
Manifestasi di mulut seringkali merupakan tanda awal infeksi HIV. Infeksi
yang terjadi pada rongga mulut dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan
virus.

24
Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Modul pelatihan identifikasi lesi rongga


mulut dan penatalaksanaan kesehatan gigi dan mulut pada ODHA bagi
tenaga kesehatan gigi difasilitas pelayanan kesehatan. Jakarta

2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan


Kesehatan Ibu dan Anak Pedoman pelaksanaan pencegahan penularan
HIV Dan sifilis dari ibu ke anak bagi tenaga kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

3. WHO. Guidelines on HIV and infant feeding 2010. Principles and


recommedations for infant feeding in the context of HIV and a summary
of evidence. Geneva: WHO, 2010

4. Mustikawati DE. Epidemiologi dan pengendalian HIV/AIDS. In: Akib


AA, Munasir Z, Windiastuti E, Endyarni B, Muktiarti D, editors. HIV
infection in infants and children in Indonesia: current challenges in
management. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
2009

5. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and
related disorders. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E,
Hause SL, Jameson JL. editors. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 17th ed. The United States of America: McGraw-Hill

6. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006

25

Anda mungkin juga menyukai