Oleh :
Rizky Suci Aulia Sari, S.Ked
105505406018
Pembimbing :
dr. Zulfikar Djafar, M. Kes, Sp. An
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 105505406018
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
Manajemen Anestesi Subarachnoid Blok (SAB) pada pasien dengan
Plasenta Previa. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anestesi.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas Laporan Kasus ini,
namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-
teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Penulis sampaikan terima kasih
banyak kepada, dr. Zulfikar Djafar, M. Kes, Sp. An, selaku pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing,
memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari yang
diharapkan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
DAFTAR ISI
iii
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
A. Plasenta Previa......................................................................................2
BAB V PEMBAHASAN..................................................................................49
BAB VI PENUTUP..........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan
oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi
menutupi atau tidak menutupi orifisium uteri internum pada usia kehamilan lebih
Sesarea.4 Ada 4 tipe anestesi yang ada yaitu, anestesi umum, anestesi lokal,
upaya untuk memblok sensasi rasa sakit pada sebagian besar anggota tubuh.
abdomen atas dan bedah abdomen bawah.5 Salah satu prosedur anesthesia regional
dalam ruang subarachnoid. Tekhnik ini sederhana, cukup efektif dan mudah
dikerjakan.6
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Plasenta Previa
yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa.
Antisipasi dalam perawatan prenatal adalah sangat mungkin oleh karena pada
perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan
terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh
kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi
rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena perbuatan tersebut
1. Definisi
bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari
2
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti
Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan
kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh
pemeriksaan digital.7,8.
2. Klasifikasi
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2
3. Insiden
dan pada usia di 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
3
kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
4. Etiologi
belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut,
plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-
4
5. Patofisiologi
dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan
yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih
5
sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa
segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu
6. Gambaran klinik
keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi
sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada
mengalir.1
7. Diagnosis
6
Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada
8. Komplikasi
adalah
c. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak
d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
konsekuensinya.
9. Penanganan
trimester kedua atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit.
7
hipovolemia seperti hipotensi dan takikardia, pasien tersebut mungkin
diberikan.
mengkhawatirkan.
berat hipotensi yang biasanya telah ada dan memblokir respons normal
10. Prognosis
8
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik
jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih
dini dan tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah
dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten.1
B. Spinal Anestesi
9
Berikut adalah susunan anatomis pada bagian yang akan dilakukan anestesi spinal.
Kutis
procesus spinosus.
Ligamentum interspinosum
cm. Sebagian besar terdiri dari jaringan elastis. Ligamen ini berjalan
vertikal dari lamina ke lamina. Ketika jarum berada dalam ligamen ini,
akan terasa sensasi mencengkeram dan berbeda. Sering kali bisa kita
Epidural : Ruang epidural berisi pembuluh darah dan lemak. Jika darah
yang keluardari jarum spinal bukan CSF, kemungkinan vena epidural telah
Duramater : Sensasi yang sama mungkin akan kita rasakan saat menembus
10
Median Paramedian
Tepat di prosesus spinosus 1,5-2 cm lateral proc. Spinosus
Ligamen yang dilewati : supraspinosum,
Ligamen yang dilewati : flavum
interspinosum, flavum
Posisi jarum : tegak lurus dengan spinal Posisi jarum : 10-250 dengan spinal
spinal. Pada ruangan ini akan dijumpai likuor sereberospinalis (LCS) pada
penusukan.11
Ada dua macam teknik pada anestesi spinal, yaitu median spinal anestesi
11
TEKNIK ANESTESI SPINAL
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas
meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi
pasien.
1500 ml (pre-loading).
12
5. Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen
interspinous.
6. Cari ruang interspinous cocok. Pada pasien obesitas anda mungkin harus
8. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
9. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,
23G atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G
suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc. Jarum akan menembus kutis,
13
Gambar : Posisi Duduk pada Spinal Anestesi
motoric pasien dimana pasien merasa kakinya tidak bisa digerakkan, kaki terasa
14
hangat, kesemutan, dan tidak terasa saat diberikan rangsang. Hal yang perlu
diperhatikan lagi adalah pernapasan, tekanan darah dan denyut nadi. Tekanan
darah bisa turun drastis akibat spinal anestesi, terutama terjadi pada orang tua
yang belum diberikan loading cairan. Hal itu dapat kita sadari dengan melihat
monitor dan keadaan umum pasien. Tekanan darah pasien akan turun, kulit
Volume obat analgetik lokal: makin besar makin tinggi daerah analgesia
15
Barbotase: penyuntikan dan aspirasi berulang-ulang meninggikan batas
daerah analgetik.
larutan.
berkumpul ke kaudal (saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4 obat cenderung
menyebar ke cranial.
sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan
posisi pasien.11
Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua
16
Infeksi pada tempat suntikan. : Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa
subaraknoid, maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial, dan bisa
Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim : pada anestesi spinal bisa
terjadi komplikasi seperti blok total, reaksi alergi dan lain-lain, maka harus
Pasien menolak.
infeksi.
Infeksi sekitar tempat suntikan : bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan
17
Kelainan neurologis : perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak
membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada
Kelainan psikis
Bedah lama : Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit,
bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150
menit.
Nyeri punggung kronik : kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan. Hal
ANESTESI SPINAL
18
Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke dalam ruang intratekal
intratekal atau ruang subaraknoid di regio lumbal antara vertebra L2-3, L3-4, L4-
5, untuk menghasilkan onset anestesi yang cepat dengan derajat kesuksesan yang
distribusi anestesi lokal di ruang intratekal serta komplikasi anestesi spinal akan
serebrospinal lumbal, bekerja pada lapisan superfisial dari korda spinalis, tetapi
meninggalkan korda spinal pada rami anterior. Karena serabut sistem saraf
sistem saraf simpatis selama anestesi spinal meluas kira-kira sekitar dua segmen
spinal sefalad dari tingkat anestesi sensoris. Untuk alasan yang sama, tingkat
metabolik dan respon endokrin akibat stress dapat dihambat, komplikasi terhadap
jantung, otak, paru dapat minimal, relaksasi otot dapat maksimal pada daerah
yang terblok sementara pasien dalam keadaan sadar. Selain keuntungan ada juga
19
kerugian dari cara ini yaitu berupa komplikasi yang meliputi hipotensi, mual dan
seperti segmen tengah thorakal lebih kurang 2 kali panjang segmen servikal
atau lumbal atas. Terdapat dua pelebaran yang berhubungan dengan saraf
saraf dalam pleksus brakhialis. Pelebaran lumbal sesuai dengan asal serabut
20
saraf dalam pleksus lumbosakralis. Hubungan antara segmen-segmen medulla
spinalis dan korpus vertebralis serta tulang belakang penting artinya dalam
klinik untuk menentukan tinggi lesi pada medulla spinalis dan juga untuk
mengikuti otak sampai medulla spinalis dan melekat pada duramater. Antara
arakhnoid dan piamater terdapat ruang yang disebut ruang sub arakhnoid.
tulang belakang berisi cairan otak, jaringan lemak, pembuluh darah dan
serabut saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis. Pada orang dewasa
21
Gambar 1. Kolumna Vertebralis.3
b. Anestesi Lokal
saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.
Bahan ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Anestetikum lokal
saja.
22
lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara zat anestesi
lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase
permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot rangka,
lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan demikian pori
23
anestetikum lokal adalah dengan bergabung dengan reseptor spesifik yang
kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion
melalui membran.11,13,14,20
sesuai dengan ikatan, yaitu ikatan golongan amida (-NHCO-) dan ikatan
1. Prokain
2. Tetrakain
3. Kokain
4. Benzokain
5. Kloroprokain
Golongan Amida (-NHCO-)
1. Lidokain
2. Mepivakain
3. Bupivacaine
4. Prilokain
5. Artikain
6. Dibukain
7. Ropivakain
8. Etidokain
24
9. Levobupivakain
Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan
kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama. Bahan
anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan
para- aminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi,
mempunyai sifat mudah dihidrolisis dalam hepar dan oleh plasma esterase,
mula kerja lambat, lama kerja pendek dan hanya sedikit menembus
jaringan. Sedangkan ikatan amida mudah menjadi tidak aktif oleh hepatic
amidase, mula kerja cepat, lama kerja lebih lama dan lebih banyak
2,29
menembus jaringan. . Hal inilah yang menjadi alasan bahan
ester.11,12,13,17
25
masa kerja panjang (>90menit). Contohnya tetrakain, bupivakain,
26
Tetrakain 8-16 (tinggi) Lambat 60-180 Sedang
Amida
Lidokain 1-2 (sedang) Cepat 60-120 Sedang
Etidokain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Sedang
Prilokain 1-8 (rendah) Lambat 60-120 Sedang
Mepivakain 1-5 (sedang) Sedang 90-180 Tinggi
Bupivakain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah
Ropivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah
Levobupivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480
1. Kokain
2. Prokain
4. Lidokain
27
10 menit dan relaksasi otot cukup baik. Lama kerja sekkitar 1-1,5
infiltrasi, 0,5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik, 1,0% untuk
blok motorik dan sensorik, 2,0% untuk blok motorik pasien berotot,
5,0% unutk jeli yang dioleskan pada pipa trakea, 5,0% lidokain
5. Bupivakain
anestesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik. Untuk
28
disebar oleh gravitasi, larutan hipobarik menyebar berlawanan arah
6. Dampak Fisiologis
fisiologis atau ringer laktat 10-20 ml/kgbb. Pada Anestesi spinal yang
akselerator jantung.15
29
b. Terhadap sistem pernafasan :
apnea.
30
Gambar 3. Rumus bangun Bupivacaine HCl
sangat mungkin menggunakan obat anestesi lokal ini dengan teknik satu
menjadi berkurang oleh karena selang waktu pemberian obat yang cukup
lama.
fibrilasi jantung. Oleh karena itu pada pemakaian jenis obat ini untuk
kalium.
Obat ini bekerja pada reseptor spesifik pada saluran sodium (sodium
membran sel saraf sehingga tidak terjadi potensial aksi dan hasilnya
31
tidak terjadi konduksi saraf.
a. Ikatan protein :
saraf.
pKa adalah dimana 50% dari obat tersebut berada dalam bentuk
banyak dibandingkan dengan obat anestesi yang pKa nya lebih tinggi
(8,1) sehingga mula kerja obat ini lebih lama (5-10 menit) dan analgesia
rantai yang lebih panjang dengan tambahan tiga grup metil pada cincin
32
piperidin. Tambahan struktur ini menyebabkan peningkatan kelarutan
protein. Potensi bupivakain 3-4 kali lebih kuat dari mepivakain dan 8
kali dari prokain. Lama kerjanya 2-3 kali lebih lama dibandingkan
larutan anestesi lokal bupivakain yang mempunyai berat jenis lebih besar
bupivakain.
berat jenis yang lebih besar dari larutan sekitarnya akan bergerak ke suatu
yang mempunyai barisitas lebih besar akan cepat ke daerah yang lebih
33
Gambar 4. Mekanisme Kerja Anestesi
Lokal
1. Gravitasi :
gravitasi seperti menggantung dan jika larutan isobarik akan tetap dan
34
2. Postur tubuh :
5. Tempat penyuntikan :
L4-5.
6. Manuver valsava :
35
Setelah obat disuntikkan penyebaran obat akan lebih besar jika
mengedan.
7. Volume obat :
menit pada semua jenis volume obat( 1,5 cc, 2 cc, 3 cc dan 4 cc).
8. Konsentrasi obat :
9. Posisi tubuh :
36
akan dipengaruhi posisi tubuh. Pada larutan hiperbarik posisi
10. Lateralisasi :
mencapai T10, sedangkan sisi atas mencapai S1. 20 menit setelah obat
37
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Agama : Islam
Suku : Bugis-Makassar
No. RM : 53 37 61
B. ANAMNESIS
Yusuf dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 4 jam SMRS. Darah
38
yang keluar berwarna merah segar banyaknya 2 kali ganti pembalut dan
perdarahan tidak disertai dengan rasa nyeri. Riwayat perut mulas yang
menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan kuat disangkal. Riwayat
keluar air-air disangkal. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin
masih dirasakan.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit dalam
keluarga juga disangkal. Tidak ada riwayat kencing manis, riwayat asma,
riwayat operasi, riwayat sakit jantung, riwayat keluarga darah tinggi, riwayat
keluarga kencing manis, dan tidak merokok. Pasien mengaku HPHT sekitar 06
usia kehamilan pasien saat ini sekitar 35 minggu dengan perkiraan berat janin
2.320 gram.
C. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4M6V5
BB : 65kg
Vital Sign :
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36.6°C
Pernafasan : 20 x/menit
39
SpO2 : 98%
VAS : 2-3
Pemeriksaan obstetrik :
belum masuk pintu atas panggul. DJJ 146 x/menit, his tidak ada. Pada
didapatkan vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio livide, OUE
Status Generalis
cukup.
o Pemeriksaan Leher
kelenjar tiroid.
o Pemeriksaan Thorax
a. Jantung
40
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
murmur.
b. Paru
o Pemeriksaan Ekstremitas :
Status Lokalis
B1 (Breath) :
Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing: (-/-/-), frekuensi pernapasan: 20
kali/menit, suara pernapasan: vesikular (+/+), suara pernapasan tambahan
ronchi(-/-), wheezing(-/-), massa (-), gigi ompong (-), gigi palsu (-).
41
B2 (Blood) :
Akral hangat pada ekstremitas atas (-/-) dan ekstremitas bawah
(-/-),tekanan darah : 100/600 mmHg, denyut nadi : 84 kali/menit, kuat
angkat, bunyi jantung S1/S2 murni regular.
B3 (Brain) :
Kesadaran: Compos mentis, Pupil: isokor Ø2,5mm/2,5mm, defisit
neurologis(-).
B4 (Bladder) :
Terpasang Kateter (+)
B5 (Bowel) :
Peristaltik (+) kesan normal, massa (-), jejas (-), nyeri tekan (+).
B6 Back & Bone :
Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), edema ekstremitas atas (-/-), edema
ekstremitas bawah (-/-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Kimia Klinik
SGOT - <32 U/L
SGPT - <31 U/L
GDS - <140 mg/dL
42
Seroimmunologi
HbsAg Non Reaktif Negatif
2. Ultrasonografi (USG)
E. KESAN ANESTESI
Wanita G1P0A0 usia 33 tahun dengan Gr. 35 minggu + Plasenta Previa totalis
1. Informed consent
2. Informed consent
3. Menyampaikan
pada pasien mengenai persiapan operasi yaitu puasa ± 8 jam mulai pukul
00.00 WITA.
BAB IV
LAPORAN ANESTESI
43
Tanggal Operasi : 7 Februari 2020
ASA PS II
A. PRE OPERATIF
dilakukan.
7. Tanda vital:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36.6°C
- Pernafasan : 20 x/menit
B. TINDAKAN ANESTESI
Anestesi spinal
44
C. PENATALAKSANAAN ANESTESI
1. Kasa steril
3. Povidon Iodine
4. Plester
5. Spinocan
7. Spoit 5 cc
8. Lampu
dekstra dan sinistra dengan garis vertical tulang vertebra yang berpotongan
dengan kassa steril dan povidon iodine. Lalu dilakukan penyuntikkan di titik
45
jarum spinal no. 25G, kemudian jarum spinal dilepaskan hingga tersisa
kanulnya, lalu dipastikan bahwa LCS yang berwarna jernih mengalir melalui
bekas suntikan ditutup dengan kasa steril dan selanjutnya pasien dibaringkan
D. INTRA OPERATIF
dimeja operasi, dipasang manset di lengan kanan atas dan pulse oxymetri pada
ibu jari tangan kanan. Vital sign pasien sesaat setelah memasuki kamar operasi
Jam 11.25 pasien dilakukan regional anestesi teknik SAB spinal pada
vertebra lumbal 3-4 menggunakan jarum spinocan no. 25. Setelah dilakukan
mg, setelah itu tekanan darah pasien 100/70 mmHg dengan nadi 72kpm.
46
Setelah bayi dilahirkan pukul 11.40, hubungkan conecta triway dengan
mmHg dan nadi berkisar 70 - 80x /menit. Monitoring TTV dan cairan
menit.
E. PASCA OPERATIF
Kriteria Nilai:
F. KEBUTUHAN CAIRAN
Pre Operasi
65kg x 40-50cc
47
2600 -3575 cc/24 jam (108-149cc/jam)
8 x 108-149 cc/jam
864 – 1192 cc
Maintenance = 108-149cc/jam
Post Op
Maintenance = BB x Kebutuhan cairan/24 jam
65kg x 40-50cc
48
6 x 108-149 cc/jam (648 – 894 cc)
BAB IV
PEMBAHASAN
49
status fisik ASA & risk faktor. Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien ibu
hamil, G1P0A0, usia 33 tahun datang ke RSUD Syech Yusuf dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan sejak 4 jam SMRS. Darah yang keluar berwarna
merah segar banyaknya 2 kali ganti pembalut dan perdarahan tidak disertai
dengan rasa nyeri. Riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang makin lama
makin sering dan kuat disangkal. Riwayat keluar air-air disangkal. Pasien
mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Usia kehamilan
pasien saat ini sekitar 35 minggu dengan perkiraan berat janin 2.320 gram.
obstetrik didapatkan Fundus setinggi 29 cm, teraba bagian bokong pada fundus,
letak memanjang dengan punggung di sebelah kiri, presentasi kepala janin, dan
belum masuk pintu atas panggul. DJJ 146 x/menit, his tidak ada. Pada
keluhan keluar darah tanpa disertai nyeri maka pasien dicurigai menderita
hasil keseluruhan diatas disimpulkan bahwa kondisi fisik pasien termasuk ASA II
yaitu pasien dengan gangguan sistemik ringan dengan tanpa gangguan fungsional
yang substansif.
50
Pada kasus ini dilakukan tindakan operasi section caesarea atas indikasi
Plasenta Previa totalis dengan menggunakan spinal anastesi hal ini sesuai dengan
salah satu indikasi dilakukan tindakan anastesi spinal yaitu bedah obstetric-
ginekologi. Teknik ini sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan. Selain itu
karena bahaya aspirasi lebih kecil karena pasien sadar, hubungan fisiologis antara
ibu dan bayi terjalin, efek obat terhadap janin lebih kecil.
subarachnoid) merupakan salah satu teknik anestesi regional yang sering dipilih
tetap sadar, sehingga refleks jalan napas tetap terpelihara. Muntah dan aspirasi
seperti bupivakain tidak terlalu toksik untuk janin. Waktu prosedur analgesia
spinal lebih singkat, relatif mudah, efek analgesia lebih nyata (kualitas blok
motorik dan sensorik yang baik), mulai kerja dan masa pulih yang cepat.Pada
anestesi spinal ibu tetap sadar sehingga bisa melihat bayinya tepat setelah lahir.
anestesia umum lebih baik mengingat anestesia regional bisa menambah berat
hipotensi yang biasanya telah ada dan memblokir respons normal simpatetik
terhadap hipovolemia.
Pada suatu penelitian agen yang digunakan pada anestesi umum adalah
enfluran dan propofol. Enfluran merupakan obat anestesi inhalasi dalam golongan
51
halotan yang mempengaruhi kontraksi otot polos, seperti agen inhalasi ampuh
lainnya, ia merilekskan rahim pada wanita hamil yang berhubungan dengan lebih
banyak kehilangan darah pada saat melahirkan atau prosedur lain pada uterus
yang telah hamil. Sedangkan propofol merupakan obat induksi anestesi yang
pembuluh darah diakibatkan oleh relaksasi dari otot polos pembuluh darah akibat
dan persiapan pasien, serta persiapan obat anestesi yang diperlukan. Obat yang
diberikan untuk anestesi berupa anestesi lokal. Obat ini menghasilkan blokade
konduksi atau blokade kanal natrium pada dinding saraf secara sementara
anestesi spinal yang dipilih adalah bunascan spinal 0.5% hiperbarik 12,5 mg
beberapa literatur
berhubungan dengan kejadian hipotensi arteri pada sekitar lebih dari 80%,
telah berusaha menentukan dosis optimal bupivakain, tetapi hasil temuan yang
ada yang berbeda-beda dengan dosis berkisar dari 5 sampai 20 mg. Penggunaan
dosis yang lebih rendah bertujuan untuk mengurangi efek samping (hipotensi,
mual, muntah), mengurangi waktu perawatan di post anesthesia care unit (PACU),
52
kecukupan kualitas anestesi, kebutuhan analgesia tambahan, dan mungkin
dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Salah satu
efek samping dari penggunaan bupivakain yaitu hipotensi, bradikardi, sakit kepala
Sesaat setelah bayi lahir oxytocin yang telah ditambahkan dalam larutan
kasus ini pasien di puasakan selama 8 jam sebelum tindakan operatif. Kebutuhan
cairan yang hilang selama 8 jam puasa. Diketahui untuk menggantikan kebutuhan
replacement cairan selama 8 jam puasa sebesar 864 cc – 1192 cc. Salah satu
hidrasi yang cukup diperlukan untuk mencegah terjadinya hipotesi. Pada kasus
53
ini, aktualnya input cairan yang diberikan sebelum tindakan operasi sebanyak 500
ml.
maintenance cairan menurut jenis operasi dan lama waktunya serta kebutuhan
replacement cairan yang hilang selama operatif dan perdarahan berdasarkan total
estimasi kehilangan darah selama operasi. Pada kasus ini dilakukan tindakan
operasi Section Caesarea yang merupakan jenis operasi sedang dengan lama
didapatkan dari total estimasi kehilangan darah dan cairan yang terjadi selama
diganti dengan koloid sesuai dengan jumlah perdarahan atau kristaloid 2-4x
jumlah perdarahan. Aktualnya pada kasus ini, total cairan kristaloid yang
pemberian koloid adalah untuk mengatasi gejala defisit plasma pada pasien
selama operatif berupa hipotensi. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan cairan
puasa (replacement) dan kebutuhan maintenance cairan Pada kasus ini, pasien
diinstruksikan untuk berpuasa 6 jam pasca tindakan operatif. Total cairan yang
pasien tersebut sebanyak 648 cc – 894 cc. Dengan kebutuhan cairan 2600 – 3575
54
cc/24 jam. Aktualnya pada kasus ini pasien hanya diberikan input cairan sebanyak
500 ml/ 8 jam post operatif. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan cairan post
dalam pemberian jenis cairan post operatif. Proses penyembuhan luka operasi
sangat bergantung pada kecukupan protein. Bilamana asupan kalori post operatif
kurang, sekitar 50 % akan terjadi pemecahan protein cadangan tubuh. Hal ini
perawatan di Rumah Sakit. Aktualnya pada kasus ini pasien hanya diberikan
cairan kristaloid (Ringer Laktat). Komposisi ringer laktat hanya terdiri atas ion
natrium sebanyak 138 mEq. Kebutuhan kalori pasien perharinya sebanyak 1.300 –
1.950 Kcal/hari. Untuk kebutuhan elektrolit natrium sebanyak 130 - 260 mEq dan
menanyakan keluhan pasien jika ada, setelah keadaan pasien membaik kemudian
dipindahkan ke perawatan
Adapun skor yang digunakan untuk menilai pemulihan post anestesi spinal
Kriteria Nilai:
55
Tak mampu ekstensi tungkai (1)
56
BAB V
PENUTUP
Anestesi regional merupakan upaya untuk memblok sensasi rasa sakit pada
sebagian besar anggota tubuh. Dalam prosedur seperti ini, pasien akan tetap
terjaga namun tidak mampu merasakan sebagian dari anggota tubuhnya. Prosedur
ini diindikasikan kepada pasien dengan bedah ekstremitas bawah, tindakan sekitar
Pada kasus ini, ibu hamil berusia 33 tahun menderita Plasenta Previa totalis
anestesi spinal. Selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik
dari segi anestesi maupun tindakan operasi. Pasien post operasi diruang
pemulihan tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan serius. Secara umum
57
DAFTAR PUSTAKA
58
11. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S. Anestesiologi. Edisi pertama. Jakarta:
Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2002
12. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Local Anesthetics. Clinical
Anesthesiology. 4th edition. New York: Mc Graw Hill Lange Medical
Books: 2006, 151-52, 263-75.
13. Kleinman W, Mikhail M. Spinal, epidural and caudal blocks. Morgan GE,
Mikhail MS, eds. Clinical Anesthesiology. 4thedition. New York:
McGraw Hill Lange Medical Books: 2006, 289-323.
14. Bernards CM. Epidural and spinal anesthesia. Barash PG, Cullen
BF,Stoelthing RK,eds. Clinical Anesthesia Fifth Edition, Philadelphia:
Lippincott-Williams & Wilkins; 2006, 691-717.
15. Latief SA, Surjadi K, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Ed 1.
Jakarta: Balai Penerbit Buku Kedokteran Universitas Indonesia. 2001:
124-7.
16. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Local Anesthetics. Clinical
Anesthesiology. 4th edition. New York: Mc Graw Hill Lange Medical
Books: 2006, 151-52, 263-75
17. Hadzic A, NYSORA. Textbook of Regional Anesthesia and Acute Pain
Management. NYSORA. The McGraw-Hill Companies. 2007
59