Anda di halaman 1dari 2

TUGAS INDIVIDU

DASAR-DASAR AKUAKULTUR

Valentinus Danu A
18/427841/PN/15621

1. Budidaya udang di pesisir dengan air payau menggunakan tambak:


A. Apa yang dimaksud dengan tambak?
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya terdapat di daerah pantai
yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut.
Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak
merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk
kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak
biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu, walaupun
sebenarnya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya ikan
bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi tambak lebih
dominan digunakan untuk kegiatan budidaya udang windu. Udang windu (Penaeus
monodon) merupakan produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi
berorientasi eksport.

B. Apa yang dimaksud dengan air payau dan bagaimana cara


mendapatkannya atau membuatnya?
Air Payau adalah air yang mempunyai salinitas antara 0.5 ppt sampai dengan 17 ppt.
Air payau merupakan air campuran antara air asin dengan air tawar. Air payau biasa
kita temukan di daerah pesisir pantai dan digunakan sebagai sarana budidaya
khusunya tambak. Siklus terbentuknya air payau ini karena adanya suatu badan air
setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka yang
dipengaruhi langsung oleh pasang surut, sehingga air laut bercampur dengan air
tawar yang berasal dari buangan air daratan. Jika, kandungan air yang terdapat dari
pencampuran air tawar dan air laut tersebut cenderung lebih dominan ari lautnya
(air asinnya) maka akan terbentuk air payau. Air payau merupakan air yang
terbentuk dari pertemuan antara air sungai dan air laut serta mempunyai ciri khusus
secara fisik, kimia dan biologis (Suparjo, 2008).
C. Sebutkan dan tulis nama latin atau ilmiahnya 3 jenis udang dan 3
jenis ikan yang dapat dipelihara di tambak!
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)  Udang Putih atau Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei)  Udang Windu (Penaeus monodon)  Ikan Bandeng
(Chanos chanos)  Ikan Nila (Oreochromis niloticus)  Ikan Kerapu (Epinephelus sp.)

2. Dari beberapa teknologi akuakultur, teknologi mana yang paling


tepat diterapkan:
A. Di Jawa
Teknologi akualultur yang cocok di terapkan di Jawa yaitu kolam tanah, bak, kolam
terpal, sistem biofloc, keramba jaring apung, tambak, dan mina padi. Sistem biofloc
diterapkan dalam budidaya perairan darat yang ada di Jawa, mengingat kondisi lahan
yang sempit sehingga dengan sistem ini produktifitas dapat ditingkatkan. Sistem
mina padi banyak digunakan karena di Pulau Jawa banyak yang bekerja sebagai
petani sehingga efisiensi lahan dengan memanfaatkannya sekaligus untuk budidaya
ikan menjadi alternatif. Keramba jaring apung biasanya ditempatkan di danau-
danau, dimana menjadi teknologi yang cocok mengingat terbatasnya lahan
pembudidaya. Selain itu, kolam juga biasanya diterapkan bagi para pembudidaya
yang memiliki kelompok budidaya di daerahnya masing-masing.
B. Sumatra dan Irian Jaya
Sumatra dan Irian Jaya cocok dalam penerapan Keramba Jaring Apung (KJA) untuk
budidaya perikanan. Ini karena kedua pulau tersebut memiliki pantai yang luas.
Metode akuakultur dengan keramba jaring apung (KJA) merupakan teknik akuakultur
yang paling produktif. Keramba jaring apung adalah salah satu wadah budidaya
perairan yang cukup ideal, yang ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk,
danau, dan laut. Beberapa keuntungan yang dimiliki metode KJA, yaitu tingginya
padat penebaran, jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak diperlukannya
pengolahan tanah, mudahnya pengendalian gangguan predator (pemangsa),
mudahnya pemanenan, serta hasil panen tidak berbau lumpur

Daftar Pustaka :- Suparjo, M.N. 2008. Daya Dukng Lingkungan Perairan Tambak Desa
Mororejo Kabupaten Kendal. Jurnal Saintek Perikanan. 4 (1): 50-55.

Anda mungkin juga menyukai