1061922009
1061922009
Oleh:
NIM : 1061922009
Kelas : A
2020
SWAMEDIKASI
1. Pada saat batuk seperti apa pasien menggunakan obat batuk GG, Ambroxol dan
Dextrometorpan?
Jawab :
Antitussiva adalah obat-obat yang menghentikan rangsang batuk, menurunkan
frekuensi dan intensitas dalam batuk dengan menekan refleks batuk akibat penghambatan
pusat batuk dalam batang otak dan atau melalui blokade reseptor sensorik (reseptor
batuk) dalam saluran bronchus. Obat batuk jenis antitussiva yang sering digunakan
adalah dekstrometorfan. Antitusif tidak boleh diberikan pada batuk yang produktif
(berdahak) akibat rokok, asma dan emfisema, karena supresi batuk akan menghambat
pengeluaran dahak (Gitawati, 2014).
Ekspektoran adalah senyawa yang mempermudah atau mempercepat pengeluaran
sekret bronchus dari bonchus dan trachea. Ekspektoran berguna untuk meningkatkan
produksi mukus. Obat batuk jenis ekspektoran yang sering digunakan adalah GG.
Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak pada batuk
kering (nonproduktif) agar menjadi lebih produktif. Ekspektoran bekerja dengan cara
membasahi saluran napas sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan mudah
dikeluarkan (dibatukkan) (Gitawati, 2014).
Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi
viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien penyakit paru
obstruktif kronis dan batuk produktif kronis. Mukolitik bekerja dengan cara menurunkan
viskositas dari mukus yang disekresikan berlebihan, pada hipersekresi mukus oleh karena
zat-zat rokok menyebabkan kerusakan sel silia pada tenggorokan. Berbagai jenis
mukolitik seperti ambroksol dan acetylcystein, bekerja dengan cara mengurangi
viskositas cairan sehingga mukus menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan.
Mukolitika digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti
pada bronchitis, emfisema dan mucoviscidosis ( = cystic fibrosis) (Linnissa dan Wati,
2014).
Mukolitik dan ekspektoran adalah obat batuk yang digunakan pada jenis batuk
berdahak. Sedangkan antitusif digunakan pada jenis batuk tidak berdahak dan tidak boleh
digunakan pada batuk berdahak karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oleh
bakteri maupun virus. Ketidaksesuaian penggunaan obat dapat menimbulkan dampak
yang tidak baik bagi kesehatan. Seharusnya obat golongan antitusif, tidak boleh
diperuntukkan pada pasien yang mengalami batuk jenis berdahak karena golongan
antitusif memiliki mekanisme untuk menekan batuk. Apabila pasien mengonsumsi obat
batuk antitusif maka frekuensi batuk akan berkurang, dan risiko infeksi yang terjadi akan
meningkat karena mukus tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan (Lorensia dkk,
2018).
c. Orsiprenalin (Metaproterenol)
Indikasi : Bronkodilator pada obstruksi jalan napas reversibel
karena asma.
Dosis : Dosis Remaja dan Dewasa : Bronkokonstriksi (Asma):
- Oral: 20 mg 3-4 kali / hari
- Inhalasi: 2-3 hirup setiap 3-4 jam, hingga 12 hirup
dalam 24 jam
- Nebulizer: 5-20 nafas dengan kekuatan penuh 5%
metaproterenol atau 0,2-0,3 mL 5% metaproterenol
dalam 2,5-3 mL saline normal sampai nebulisasi setiap
4-6 jam (dapat diberikan lebih sering sesuai kebutuhan)
: Dosis Lansia :
- Oral : dosis awal: 10 mg 3-4 kali / hari; dapat
ditingkatkan seperlunya hingga 20 mg 3-4 kali / hari
: Dosis Pediatrik : Bronkokonstriksi (asma):
- Oral : < 2 tahun : 0,4 mg / kg / dosis diberikan 3-4 kali /
hari; pada bayi, dosisnya bisa diberikan setiap 8-12
jam. 2-6 tahun : 1-2,6 mg / kg / hari dibagi setiap 6 jam.
6-9 tahun : 10 mg / dosis 3-4 kali / hari. > 9 tahun : 20
mg 3-4 kali / hari
- Inhalasi : > 12 tahun: Rujuk ke dosis orang dewasa.
- Nebulizer : Bayi dan Anak-anak: 0,01-0,02 mL / kg
larutan 5% dosis minimum : 0,1 mL dosis maksimum :
0,3 mL diencerkan dalam 2-3 mL saline normal setiap
4-6 jam (dapat diberikan lebih sering sesuai kebutuhan)
Bentuk sediaan : Aerosol untuk inhalasi oral, sebagai sulfate: Alupent :
0,65mg/hirup (14g) (mengandung chlorofluorocarbon 200
dosis). Larutan untuk nebulisasi, sebagai sulfate : 0.4% [4
mg/mL] (2.5 mL); 0.6% [6 mg/mL] (2.5 mL). Sirup,
sebagai sulfate : 10 mg/5 mL (480 mL). Tablet, sebagai
sulfate: 10 mg, 20 mg
Mekansime Kerja : Relaksasi otot polos bronkial dengan bekerja pada
reseptor β2 dengan sedikit efek pada detak jantung.
Golongan : Agonis β2 adrenergik.
Efek Samping :
> 10% :
1% hingga 10% :
- Sistem saraf pusat : Sakit kepala (< 4%), pusing (1% - 4%), insomnia (2%)
Interaksi obat :
11. Piroxicam
13. Phenylbutazone
Indikasi : RA, OA, artisis, spondilitis ankilosa, tendinitis, bursitis,
periartritis pada bahu dan pinggul, gout arthritis akut.
14. Celexocib
Indikasi : Menghilangkan gejala dan tanda-tanda osteoarthritis dan
arthritis rheumatoid pada pasien dewasa.
Kontra Indikasi : Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu
menyusui (Sindrom Reye), riwayat maupun sedang
menderita tukak saluran cerna, hemophilia, tidak untuk
pengobatan gout, hipersensitivitas. Asetosal dan AINS
lainnya tidak boleh diberikan kepada penderita dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lain,
termasuk mereka yang terserang asma, angioudema,
urtikaria atau rinitis yang ditimbulkan oleh asetosal atau
AINS lain.
16. Ketoprofen
Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan
oto skelt lainnya, setelah pembedahan ortopedik; gout akut;
dismenorea.
Bentuk Sediaan : Tablet 50 mg, 100 mg, Kapsul CR 200 mg, Suppositoria
100 mg, injeksi amppul 50 mg/ml.
Efek Samping : Nyeri pada tempat injeksi, iritasi rektum pada pemberian
suppositiria, pendarahan dan ulserasi saluran cerna, sakit
kepala, vertigo, ganguan fungsi hati dan ginjal
17. Dexketoprofen
Indikasi : Nyeri muskuloskeletal akut, dismenorea, sakit gigi, nyeri
pasca operasi
Interaksi Obat :-
DAFTAR PUSTAKA
Gitawati, R. 2014, Bahan Aktif Dalam Kombinasi Obat Flu dan Batuk-Pilek, dan
Pemilihan Obat Flu yang Rasional, Media Litbangkes, (24)1, 10-18.
Linnissa, U. W., Wati, S. E. 2014, Rasionalitas Peresepan Obat Batuk Ekspektoran dan Antitusif
di Apotek Jati Medika Periode Oktober-Desember 2012, IJMS (Indonesian Journal on
Medical Science), 1(1), 30-39.
Lorensia, A., Yudiarso, A., Arrahmah, R. 2018, Evaluasi Pengetahuan dan Persepsi Obat Batuk
Swamedikasi oleh Perokok, Jurnal MKMI, 14(4), 395-405.
LAMPIRAN