BERESIKO HIV/AIDS
Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana pencegahan ini
bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu penyakit. Pencegahan ini lebih mendasar pada
pendekatan perseorangan dan komunitas seperti promosi kesehatan dan upaya proteksi spesifik
(Porta 2008). Pencegahan ini hanya dapat efektif apabila dilakukan dan dipatuhi dengan
komitmen masyarakat dan dukungan politik yang tinggi.
1. PROMOSI KESEHATAN
b) Beberapa survei menyebutkan adanya pemahaman masyarakat yang masih minim terkait
penyakit HIV/AIDS, sehingga upaya penyuluhan ini menjadi langkah awal dalam
pengendalian penyakit HIV/AIDS. Metode penyuluhan sangat bervariasi diantaranya
melalui ceramah dengan media poster dan leaflet, diskusi, Forum Group Discussion dan
membentuk KSPAN ( Kelompok Siswa Peduli HIV/AIDS ) pada tiap sekolah yang
dilatih dan dibina untuk menjadi edukator untuk melakukan penyuluhan kepada teman-
teman sekolah (S et al. 2012).
c) Pada negara afrika tepatnya di morogoro, ada sebuah program sosial yang bersinergi
dengan puskesmas setempat untuk memberikan penyuluhan terkait penyakit HIV/AIDS
kepada kelompok ibu-ibu khususnya ibu hamil pada program Integrated maternal and
newborn health care. Program ini diimplementasikan oleh kementerian kesehatan dan
keadilan sosial negara melalui Jhpiego, dan seluruh 18 departemen kesehatan di 4
wilayah rural dan peri-urban. Jadi program ini dilakukan pada daerah rural dan peri-
urban. Jadi program ini diintegrasikan dengan dilakukannya tes HIV dan dilanjutkan pada
upaya edukasi (An et al. 2015).
2. PROTEKSI SPESIFIK
Penularan virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang berisiko,
penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan bebarengan, dan penularan dari ibu hamil ke
janinnya. Adapun upaya proteksi spesifik yang sudah direkomendasikan untuk pengendalian
penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :
(Ni Wayan Septarini.,” Penyakit Yang Ditularkan Dari Orang Ke Orang”, MODUL METODE
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR, Universitas Udayana, 2017, hal. 45-48.)
Salah satu teori untuk upaya pencegahan HIV/AIDS yaitu Teori atau metode ABCDE
yaitu pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi kasus HIV/AIDS dengan menghindari
faktor risiko dan transmisinya. (Peraturan panglima nomor Kep/680/VIII/2012):
Abstinence adalah tidak melakukan berhubungan sex dengan orang lain selain pasangan.
Abstinence merupakan prinsip awal untuk mencegah tertular virus HIV/AIDS. Dengan
menerapkan abstinence berhubungan dengan selain pasangan akan melindungi kita dari
penyebaran HIV/AIDS.
Be faithful setia melakukan hubungan seks hanya dengan satu pasangan saja.
Condom artinya gunakan kondom saat berhubungan seks. Hal ini biasanya dianjurkan
untuk melakukan perilaku sex berisiko tinggi selain dengan pasangan yang berguna untuk
mencegah tertularnya virus HIV/AIDS.
Don’t inject drug Tidak menyuntik narkoba secara bergantian dengan alat suntik yang
sama.
Education Pemberian informasi yang benar tentang HIV/AIDS sehingga terjadi
pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki
diharapkan bisa dan mau melakukan tindakan pencegahan terhadap penularan HIV.
(Arwinda Yuhan Wirahayu , Prijono Satyabakti., “Pencegahan Hiv/Aids Pada Anggota Tni-Al
Dilihat Dari Pengetahuan Sikap Dan Tindakan” Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No.2, Mei
2014, hal. 163)
Kegiatan pertama terkait dengan pencegahan tramisi HIV ibu ke anak dilakukan dengan
pencegahan primer, artinya mencegah penularan HIV pada perempuan usia produktif, mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak secara dini, yaitu baik sebelum terjadinya perilaku hubungan
seksual berisiko atau bila terjadi perilaku seksual berisiko maka penularan masih bisa dicegah,
termasuk mencegah ibu dan ibu hamil agar tidak tertular oleh pasangannya yang terinfeksi HIV.
Upaya pencegahan ini tentunya harus dilakukan dengan penyuluhan dan penjelasan yang benar
terkait penyakit HIV dan AIDS, dan penyakit IMS dan di dalam koridor kesehatan reproduksi,
yang dilakukan dengan menyebarluaskan KIE untuk
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara menghindari penularan HIV dan IMS
b) Menjelaskan manfaat mengetahui status atau tes HIV sedini mungkin
c) Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang tata laksana ODHA perempuan
d) Meningkatkan keterlibatan aktif keluarga dan komunitas untuk meningkatkan
pengetahuan komprehensif HIV dan IMS.
Yang paling penting untuk dicatat, Informasi tentang Pencegahan Penularan HIV dari Ibu
ke Anak juga penting disampaikan kepada masyarakat luas sehingga dukungan masyarakat
kepada ibu dengan HIV dan keluarganya semakin kuat.
Tidak hanya terkait dengan intervensi kepada individual, program pencegahan juga
dilakukan dengan melakukan mobilisasi masyarakat yaitu
Pencegahan juga jelas dilakukan kepada ODHA perempuan. ODHA perempuan disarankan
untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi yang
aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling yang
berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara
konsisten akan membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual yang
aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.
Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIV dan intervensi PPIA, ibu dengan HIV dapat
merencanakan kehamilannya dan diupayakan agar bayinya tidak terinfeksi HIV. Petugas
kesehatan harus memberikan informasi yang lengkap tentang berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi, terkait kemungkinan terjadinya penularan, peluang anak untuk tidak terinfeksi HIV.
Dalam konseling perlu juga disampaikan bahwa perempuan dengan HIV yang belum terindikasi
untuk terapi ARV bila memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seumur hidupnya. Dalam
pedoman ini juga dikatakan bahwa walau ibu/pasangannya sudah mendapatkan ARV namun
penggunaan kondom harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan penularan
HIV pada pasangannya.
Daftar Pustaka
Rahmawati, Maidina. 2019. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dalam Ancaman RKUHP:
Proyeksi Dampak Kriminalisasi Perilaku Beresiko Transmisi HIV/AIDS dalam RKUHP
terhadap Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta Selatan: Institute for Criminal Justice
Reform (ICJR)
Wirahayu, Arwinda Yuhan dan Prijono Satyabakti. 2014. Pencegahan Hiv/Aids Pada Anggota
Tni-Al Dilihat Dari Pengetahuan Sikap Dan Tindakan. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2.
No.2. Mei 2001. Diambil dari:https://ejournal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/172/42