Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Selawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita dari zaman jahiliyah hingga saat ini.
Makalah yang berjudul Toilet Training Pada Anak ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Anak I. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
Pengertian Toilet Training, Tahapan Toilet Training, Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
selama Toilet Training, Cara Orang Tua dalam Melatih Anak untuk Toilet Training, Dampak
Latihan Toilet Trainig, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toilet Training,Perilaku-Perilaku
Toddler yang Siap Diajarkan Untuk Toilet Training.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa
hormat dan ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami, mengharapkan kritikk dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 4
1.2Rumusan masalah 6
1.3Tujuan 6
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
50% anak yang berumur empat tahun masih mempunyai kebiasaan mengompol. Hal
ini sesuai dengan penelitian Kurniawati (2008) yang menyebutkan bahwa dari 56% anak pra
sekolah masih sering mengompol, 36% jarang mengompol dan 8% jarang sekali
mengompol.Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 Februari 2013 di posyandu
Mojosari desa Polokarto diketahui bahwa 7 responden dari 11 ibu masih memiliki kebiasaan
yang kurang tepat dalam menghadapi anak yang dalam melatih anak melakukan buang air,
misalnya ibu terlihat kurang tanggap jika anaknya buang air, marah dan membentak anak
saat anak tidak dapat melakukan buang air pada tempatnya. Kebiasaan ibu yang kurang tepat
4
disebabkan karena ibu belum mengerti tentang cara toilet training. Salah satu upaya untuk
memberikan informasi tentang toilet training yaitu dengan cara penyuluhan kesehatan.
Toilet training adalah cara untuk melatih anak buang air besar dan buang air kecil
pada tempatnya (toilet). Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak
yang sudah memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet training tergantung
pada anak dan keluarga, seperti kesiapan fisik dan kesiapan intelektual. Toilet training
merupakan aspek penting dalam perkembangan anak pada masa usia toddler dan harus
mendapat perhatian orangtua dalam berkemih dan defekasi. Toilet training menjadi awal
terbentuknya kemandirian anak secara nyata. Tahapan toilet training adalah sebagai berikut:
pembuatan jadwal harian kebiasan buang air besar dan kecil antara anak dan orangtua,
pembuatan alat bantu visual misalnya: foto, gambar atau gambar bertulisan urutan kegiatan
yang dapat diletakkan di kamar mandi atau di tempat yang mudah dilihat, membiasakan
anak menggunakan toilet untuk buang air, memberikan contoh atau menjadi model yang
baik untuk anak mengenai cara buang air dan cara menggunakan toilet, tidak memaksa anak
saat buang air atau menggunakan toilet, memberikan rasa nyaman selama proses latihan,
memberikan penguatan saat anak melakukan tugas perkembangannya dengan benar. Teknik
yang dapat dilakukan orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil,
diantaranya: teknik lisan dan teknik modeling.
Usia toddler adalah periode usia 12 sampai 36 bulan. Masa ini adalah masa
eksplorasi lingkungan dimana anak berusaha mencari tahu semua yang terjadi dan
bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku temperatum, negativisme dan keras
kepala. Pertumbuhan anak pada masa toddler (1-3 tahun) relatif lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak pada usia
toddler sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot
serta anak mulai belajar berjalan. Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar
dibandingan dengan masa sebelumnya, anak lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya.
Anak lebih banyak menyelidiki benda disekitarnya dan meniru apa yang diperbuat oleh
orang lain. Anak memiliki sifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat
sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai miliknya. Anak usia toddler
mengalami tiga fase yaitu : fase autonomi (anak dapat mengambil inisiatif sendiri dan
mampu melakukan semuanya sendiri, namun lebih pada menunjukkan keinginannya sendiri
menolak sesuatu yang tidak dikehendaki dan mencoba sesuatu yang diinginkan), fase anal
(anak memasuki masa toilet training), fase praoperasional (anak mulai mampu membuat
penilaian sederhana terhadap objek dan kejadian di sekitarnya.
Penyuluhan kesehatan kepada orangtua khususnya ibu tentang toilet training akan
mempengaruhi pengetahuan orangtua tentang toilet training. Setelah orang tua mengetahui
tentang toilet training diharapkan dapat menimbulkan sikap positif atau kesadaran yang
mampu mendorong untuk berperilaku dan akhirnya menyebabkan orangtua untuk
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Penyuluhan adalah suatu kegiatan
5
atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat dengan harapan
adanya pesan tersebut masyarakat dapat memperolehpengetahuan. Akhirnya dari
pengetahuan itu diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku yang lebih baik. Proses
perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya
penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan
sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif
dan menguntungkan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari terutama 20
menit setelah bangun tidur dan setelah makan, ini bertujuan agar anak dibiasakan dengan
jadwal buang airnya. Anak sesekali enkopresis (mengompol) dalam masa toilet training itu
merupakan hal yang normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang tua
dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan
dengan baik (Pambudi, 2006).
Prinsip dalam melaksanakan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan
anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri :
7
a. Melihat kesiapan anak
Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu yang tepat bagi
orang tua untuk melatih toilet training. Sebenarnya tidak ada patokan umur anak yang
tepat dan baku untuk toilet training karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal
fisik dan proses biologisnya. Orang tua harus mengetahui kapan waktu yang tepat bagi
anak untuk dilatih buang air dengan benar. Para ahli menganjurkan untuk melihat
beberapa tanda kesiapan anak itu sendiri, anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu
sebelum menjalankan toilet training. Bukan orang tua yang menentukan kapan anak
harus memulai proses toilet training akan tetapi anak harus memperlihatkan tanda
kesiapan toilet training. Hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang tidak
diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat toilet.
c. Toilet training
Ketika orang tua sudah melakukan 2 langkah di atas maka masuk ke langkah
selanjutnya yaitu toilet training. Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu
dilakukan yaitu :
1) Membuat jadwal untuk anak
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu
dengan tepat kapan anaknya bisa BAB atau BAK. Orang tua bisa memilih waktu
selama 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore, dan malam
bila orang tua tidak mengetahui jadwal yang pasti BAB atau BAK anak.
2) Melatih anak untuk duduk di pispotnya
Orang tua sebaiknya tidak menumpuk impian bahwa anak akan segera
menguasai dan terbiasa untuk duduk di pispot dan buang air di situ. Awalnya anak
dibiasakan dulu untuk duduk di pispotnya dan ceritakan padanya bahwa pispot itu
digunakan sebagai tempat membuang kotoran. Orang tua bisa memulai
memberikan rewardnya ketika anak bisa duduk di pispotnya selama 2 – 3 menit
8
misalnya ketika anak bisa menggunakan pispotnya untuk BAK maka reward yang
diberikan oleh orang tua harus lebih bermakna daripada yang sebelumnya.
3) Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan yang diperlihatkan
oleh anak
Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak BAK di popoknya maka
esok harinya orang tua sebaiknya membawa anak ke pispotnya pada pukul 08.30
atau bila orang tua melihat bahwa beberapa jam setelah BAK yang terakhir anak
tetap kering, bawalah anak ke pispot untuk BAK. Hal yang terpenting adalah orang
tua harus menjadi pihak yang pro aktif membawa anak ke pispotnya jangan terlalu
berharap anak akan langsung mengatakan pada orang tua ketika anak ingin BAB
atau BAK.
4) Buatlah bagan untuk anak supaya anak bisa melihat sejauh mana kemajuan yang
bisa dicapainya dengan stiker yang lucu dan warna-warni, orang tua bisa meminta
anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di bagan itu. Anak akan tahu bahwa
sudah banyak kemajuan yang anak buat dan orang tua bisa mengatakan padanya
orang tua bangga dengan usaha yang telah dilakukan anak (Sears, dkk, 2006).
Berdasarkan dari uraian tentang tahapan melatih toilet training, orang tua
selayaknya melihat kesiapan anak untuk toilet training. Membiasakan anak
menggunakan toilet untuk buang air agar anak beradaptasi terlebih dahulu dan orang tua
dapat memperhatikan penggunaan toilet untuk menarik perhatian anak terhadap toilet.
Meminta pada anak untuk memberitahukan bahasa tubuhnya apabila anak ingin buang
air. Bila anak berhasil melakukan buang air dengan benar berikan pujian pada anak.
Menurut Hidayat (2005), hal-hal yang harus diperhatikan dalam toilet training adalah
sebagai berikut :
2.4 Cara Orang Tua dalam Melatih Anak untuk Toilet Training
Menurut Hidayat (2008) banyak cara yang dapat digunakan oleh orang tua dalam melatih
anak untuk BAB dan BAK, diantaranya :
a) Teknik Lisan
9
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan
kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar. Cara ini kadang-kadang hal biasa yang
dilakukan pada orang tua, akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa tenik lisan ini
mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk BAK atau
BAB, dengan lisan ini persiapan psikologi pada anak akan semakin matang dan pada
akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil.
b) Teknik Modeling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan BAK dan BAB dengan
cara meniru untuk buang air kecil dan buang air besar atau memberi contoh. Dampak
yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang di berikan salah, akhirnya anak juga
mempunyai kebiasaan yang salah.
b. Kesiapan Anak
1. Kesiapan fisik
Yang dijadikan indikator disini adalah anak mampu duduk dan berdiri.
Pengkajian fisik anak yang harus diperhatikan disini ada dua macam yaitu
kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus.
Kemampuan motorik ini harus diperhatikan oleh orang tua karena
keberhasilan atau kegagalan dari buang air dapat dilihat dari kesiapan fisik si anak.
10
Selain itu, yang harus diperhatikan adalah pola buang air besar yang sudah teratur,
tidak mengompol saat tidur.
2. Kesiapan psikologis
Indikator dari kesiapan ini adalah adanya rasa nyaman sehingga anak mampu
mengontrol saat merangsang BAB dan BAK. Pengkajian psikologi yang dapat
dilakukan adalah dengan gambaran anak tidak rewel saat buang air besar, tidak
menangis saat buang air besar maupun buang air kecil, anak sabar dan ingin
melakukannya sendiri.
3. Kesiapan intelektual
Pengkajian disini yaitu kemampuan anak untuk mengerti tentang buang air
besar dan buang air kecil, kemampuan mengkomunikasikan tentang buang air besar
ataupun buang air kecil, anak menyadari timbulnya rasa ingin buang air dan
mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang tepat dan etika saat
buang air pada tempatnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat, 2008). Toilet training
merupakan proses pengajaran untuk mengontrol BAB dan BAK secara benar dan teratur.
Berdasarkan pengertian di atas maka toilet training adalah sebuah usaha pembiasaan
mengontrol BAB dan BAK secara benar dan teratur.
Prinsip dalam melaksanakan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan
anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri. Melihat kesiapan anak
adalah salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu yang tepat
bagi orang tua untuk melatih toilet training. Persiapan dan perencanaan, ada 4 aspek
dalam tahap persiapan dan perencanaan toilet training yaitu gunakan istilah yang mudah
dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku BAB dan BAK, orang tua dapat
memperlihatkan penggunaan toilet pada anak sebab pada usia ini anak cepat meniru
tingkah laku orang tua, orang tua hendaknya segera mungkin mengganti celana anak
apabila basah karena enkopresis (mengompol) atau terkena kotoran, sehingga anak akan
merasa risih bila memakai celana yang basah dan kotor, orang tua meminta pada anak
untuk memberitahu atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila anak ingin BAB atau
BAK dan bila anak mampu mengendalikan dorongan buang air maka jangan lupa berikan
pujian pada anak (Zaivera, 2008). Dan terakhir Toilet training, proses toilet training ada
beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu Membuat jadwal untuk anak , Melatih anak
untuk duduk di pispotnya, Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan
yang diperlihatkan oleh anak, dan buatlah bagan untuk anak supaya anak bisa melihat
sejauh mana kemajuan yang bisa dicapainya dengan stiker yang lucu dan warna-warni,
orang tua bisa meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di bagan itu. Anak
akan tahu bahwa sudah banyak kemajuan yang anak buat dan orang tua bisa mengatakan
padanya orang tua bangga dengan usaha yang telah dilakukan anak (Sears, dkk, 2006).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam toilet training adalah sebagai berikut :
Hindari pemakaian popok sekali pakai, Ajari anak untuk menggunakan kata-kata yang
berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar, Motivasi anak untuk
melakukakn rutinitas ke kamar mandi seperti cuci tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci
muka disaat bangun tidur, Jangan marahi anak saat anak melakukan toilet training.
Cara yang dapat digunakan oleh orang tua dalam melatih anak untuk BAB dan
BAK, diantaranya :Teknik Lisan merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara
memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar. Dan
Teknik Modeling merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan BAK dan BAB
dengan cara meniru untuk buang air kecil dan buang air besar atau memberi contoh.
13
Penyebab umum dari kegagalan Toilet Training adalah dengan adanya peraturan
ketat dari orang tua kepada anak yang dapat mengganggu kepribadian anak yang
cenderung bersifat retentive dan keras kepala. Bila orang tua santai dalam memberikan
aturan pada anak, maka anak akan memiliki sikap eksprensif, lebih tega, cenderung
ceroboh, emosional, dll.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toilet Training adalah Motivasi Orang Tua dan
Kesiapan Anak. Kesiapan anak terbagi menjadi Kesiapan fisik, Kesiapan psikologis, dan
Kesiapan intelektual.
Toddler siap untuk diajarkan ke toilet ketika Defekasi terjadi pada jadwal yang
cukup teratur dan Toddler mengekspresikan pengetahuan tentang kebutuhan untuk
defekasi atau berkemih. Ini mungkin diekspresikan melalui verbalisasi, perubahan
aktivitas, atau gesture tubuh seperti, Melihat ke popok atau mengambil popok,
Berjongkok, Menyilangkan tungkai, Menyeringai atau mengejan, Bersembunyi ke
belakang pintu atau depan jika defekasi, Popok tidak selalu basah (ini mengindikasikan
kemampuan untuk menahan urine dalam periode waktu tertentu), Toddler berkeinginan
untuk mengikuti instruksi, Toddler berjalan dengan baik seorang diri dan mampu
menurunkan celananya, Toddler mengikuti pemberi asuhan ke kamar mandi, Toddler
menaiki potty chair atau toilet (AAP, 2011c).
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah kami dan memperluas
wawasan dari berbagai sumber lain karena makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kyle, Terri & Carman, Susan. 2013. “Buku Ajar Keperawatan Pediatri”. Edisi 2. Vol 1.
Jakarta: EGC.
Musfiroh, mujahidatul & Wisudaningtyas, B. L. 2014. “Penyuluhan Terhadap Sikap Ibu
Dalam
Memberikan Toilet Training Pada Anak”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.2. Hal:
157-166. Diakses: 10 Februari 2020. Link:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kesmas.
Rahmawati, Dian.2015. “Toilet Training”. Keperawatan UMP. Diakses: 10 Februari 2020.
Link: http://respiratory.ump.ac.id
15