Anda di halaman 1dari 9

PELAPISAN SOSIAL DAN INTEGRITAS MASYARAKAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah “Ilmu Alam Dasar, Ilmu Budaya dasar,
dan Ilmu Sosial Dasar”

Dosen Pengampu : Drs. H. Sapril, M.Pd.

Oleh Kelompok 5

Sahban Tua Simangunsong


Ahmad Hanafi Matondang
Muhammad Furqon
Randy Gumala

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Berbicara sosial tentu tidak terlepas dari tipologi manusia yang disebut zoon
polition. Karakter manusia yang sangat menonjol adalah akal, dengannya manusia akan
mengembangkan potensi diri melalui kreatifitas yang dilahirkan. Sebagai makhluk sosial
mereka tentu tidak akan hidup sendiri tanpa bergandengan dengan orang lain. Interaksi
tersebut akan melahirkan gaya hidup seseorang yang akhirnya membentuk pelapisan sosial.
Pelapisan ini biasanya berkembang ditatanan ekonomi, sosia budaya, politik dan
agama. Pelapisan sosial atau yang sering disebut dengan stratifikasi sosial terbentuk dari
individu-individu. Individu dari berbagai latar belakang dan golongan akan menciptakan
keberagaman dalam kehidupan masyarakat tersebut
Masyarakat merupakan unsur terpenting dalam kehidupan sosial dan satu kesatuan kelompok
individu dari berbagai golongan dari kelas sosial yang berbeda. Individu dan masyarakat
merupakan pelengkap masing-masing, tanpa individu tidak mungkin ada masyarakat, dan
sebaliknya.
Proses ini berjalan sesuai pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Orang - orang yang
menduduki level tertentu dibentuk berjalan secara alamiah, misalkan orang yang tua, maka
kita sebagai orang yang lebih mudah harus menghormati, orang yang mulia akan merasa
disegani oleh teman-teman lantaran karisma yang dimiliki. Contoh perbedaan aktifitas
masyarakat dalam kelas sosialnya adalah kegiatan berorganisasi. Dimana didalamnya ada
pembagian jabatan untuk menangani suatu hal tetentu. Disini sangat jelas potensi dan
proporsionalitas antara individu satu dengan yang individu lainnya akan tampak. Ada dua
sistem dalam beroganisasi yaitu 1). Sistem fungsional : merupakan pembagian kerja yang
mengutamakan kerja sama dan pula dalam kedudukan yang sama, misal antara manajer satu
dengan manajer lainnya mengadakan rapat. 2). Sistem skalar : pembagian kekuasaan dari
bawah ke atas (vertikal)   
Kedua sistem di atas tidak menutup kemungkinan akan melahirkan dua hal yang sangat
menentukan jalannya suatu organisasi tersebut, hal ini bisa melahirkan polemik di dalam
organisasi itu sendiri atau justru sebaliknya, akan menguatkan perjalanan organisasi tersebut.
Maka dari itu tentu diperlukan solusi dan tindakan tepat untuk meredam kemugkinan  yang
akan muncul dalam lingkup kehidupan organisasi masyarakat. Hal ini akan tetap terjadi
sepanjang kehidupan manusia berlangsung, persoalan seperti itu akan terjadi tanpa harus
dibendung namun harus dihadapi dengan bijak.
B.       RUMUSAN MASALAH

Agar cakupan pembahasan makalah ini tidak melebar dan focus pada persoalan sosial, maka
perlu rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa yang dimaksud pelapisan sosial?
b.      Apa yang dimaksud dengan integrasi sosial?
c.       Apa yang dimaksud persamaan dan derajat sosial?
d.      Apa yang dimaksud dengan konflik sosial?

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PELAPISAN SOSIAL

Pelapisan sosial atau yang sering disebut dengan stratifikasi sosial. Masyarakat terbentuk dari
individu-individu. Individu dari berbagai latar belakang dan golongan akan menciptakan
keberagaman atau masyarkat yang heterogen.
Masyarakat merupakan satu kesatuan kelompok individu dari berbagai golongan dan kelas
sosial yang berbeda. Individu dan masyarakat merupakan pelengkap masing-masing, tanpa
individu tidak mungkin ada masyarakat, dan sebaliknya. Individu dengan masyarakat saling
terikat yaitu :
1.      Individu dipengaruhi masyarakat untuk membentuk kepribadiannya
2.      Individu mempengaruhi masyarakat dan dapat mengubah kehidupan bermasyarkat.

Membahas mengenai stratifikasi, stratifikasi berasal dari kata strata atau stratum yang berarti
pelapisan masyarakat, yaitu individu yang memiliki beragam
kedudukan dan kelas di masyarakat.

Proses ini berjalan sesuai pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Orang – orang yang
menduduki lapisan tertentu dibentuk berjalan secara alamiah, misalkan orang yang tua, maka
kita sebagai orang yang lebih mudah harus menghormati, orang yang pandai akan merasa
disegani oleh teman-teman dsb. Adapun pelapisan sosial yang terbentuk karena ke sengajaan
atau rencana, dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Pelapisan sosial dalam hal ini
contohnya adalah kegiatan berorganisasi. Dimana didalamnya ada pembagian jabatan untuk
menangani suatu hal tertentu. Disini sangat jelas perbedaan antara individu satu dengan yang
individu lainnya. Ada dua sistem dalam beroganisasi yaitu :

1.         Sistem fungsional          
Merupakan pembagian kerja yang mengutamakan kerja   sama dalam kedudukan yang sama,
misal antara manajer satu dengan manajer lainnya mengadakan rapat.
2.       Sistem skalar
 Pembagian kekuasaan dari bawah ke atas (vertikal) 

Dilihat dari sifatnya ada dua perbedaan pelapisan atau stratifikasi sosial  masyarakat sebagai
berikut:

1.      Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup


Dalam sistem ini pemindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain baik ke atas maupun
ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal yang istimewa, Dalam sistem pelapisan
tertutup, mereka akan menerima bila berdasarkan keturunan. Jadi selain dari aliran darah /
keluarga tidak bisa masuk. Sistem pelapisan seperti ini biasa ditemui di India, dan Afrika
Selatan, dimana mereka menganut politik apartheid atau perbedaan warna kulit yang
disahkan melalui undang-undang.

2.      Sistem Pelapisan Masyarakat Terbuka


Dalam sistem ini setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk menempati suatu kedudukan
tertentu, Setiap orang berkesempatan untuk menduduki jabatan tertentu asalkan memiliki
kemampuan dan sewaktu-waktu bisa turun karena tidak bisa mempertahankan
kemampuannya. Sistem ini sangat baik untuk dikembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena adanya keterbukaan untuk bersaing dan menunjukkan kemampuannya

Kemajemukan dan pelapisan sosial seperti ini tentu menimbulkan konsekuensi-konsekuensi


tertentu bagi masyarakatnya. Apalagi dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia yang
memiliki berbagai tingkat diferensiasi dan stratifikasi[1] sosial yang tinggi. Dalam kontek
seperti ini, konflik dan integrasi sosial adalah sebagian dari konsekuensi kemajemukan dan
pelapisan sosial suatu masyarakat.

B.     APA YANG DIMAKSUD DENGAN INTEGRASI SOSIAL

1.      Pengertian Integrasi Sosial


Integrasi merupakan terjemahan dari integration (bahasa inggris) yang berarti keseluruhan.
Integrasi berarti juga proses pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat. Maurice Duverger (1881) mendefiniskan inetegrasi sebagai berikut “Integrasi
adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antaraanggota-anggota dalam
masyarakat”.

Paul B. Harton menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu proses penembangan


masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-
sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun
masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2
pengertian, yaitu :
         Pengendalianterhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
         Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
3
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik berupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara
sosial budaya.

2.      Bentuk - Bentuk Integrasi Sosial


Bentuk integrasi sosial dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:
1.       Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli. Dalam masyarakat bentuk integrasi sosial ini terlihat dari pembentukan
tatanan sosial yang baru yang menggantikan budaya Asli. Biasanya bentuk integrasi ini
diterapkan pada kehidupan sosial yang primitif dan rasis. Maka dari itu budaya Asli yang
bertentangan dengan norma dan mengancam disintegrasi masyarakat akan digantikan dengan
tatanan sosial baru yang dapat menyatukan beragam latar belakang sosial.
2.      Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan
asli. Akulturasi menjadi alternatif tersendiri dalam menyikapi interaksi sosial, hal ini
didasarkan pada nilai-nilai sosial masyarakat yang beberapa dapat dipertahankan. Sehingga
nilai-nilai baru yang ditanamkan pada masyarakat tersebut akan menciptakan keharmonisan
untuk mencapai integrasi sosial.
---

3.      Faktor - Faktor untuk mencapai Integrasi Sosial dalam Masyarakat


Integrasi sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling
berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik turut menjadi
penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan norma-norma sosial
dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan
mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku.
Namun demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan pengorbanan,
baik pengorbanan perasaan, maupun pengorbanan materil. Dasar dari pengorbanan adalah
langkah penyesuaian antara perbedaan perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian di dalam
masyarakat tersebut.  Maka dari itu norma sosial sebagai acuan bertindak dan berprilaku
dalam masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang bagaimana bersosialisasi dalam
masyarakat.
Adapun faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi sosial
dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1.      Faktor internal : kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan semangat
gotong royong
2.      Faktor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan, sikap
toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar
4.      Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial
Untuk mencapai integrasi sosial dalam masyarakat diperlukan setidaknya dua hal berikut
untuk menjadi solusi atas perbedaan yang terdapat dalam masyarakat :
1.      Untuk meningkatkan integrasi sosial, maka pada diri masing-masing harus mengendalikan
perbedaan konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya

2.      Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya. Sehingga dalam masyarakat tercipta keharmonisan dan saling memahami antara satu
sama lain, maka konflik pun dapat dihindarkan.

Untuk mencapai integrasi sosial seringkali konflik-pun tak terhindarkan , maka perlu dicari
beberapa bentuk yang mengakomodasi perbedaan tersebut. Maka dari itu ditawarkanlah
empat sistem berikut untuk mengurangi konflik yang terjadi, antara lain:
1.      Mengedepankan identitas bersama seperti sistem budaya yang berasaskan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
2.       Menerapkan sistem sosial yang bersifat kolektiva sosial dalam masyarakat dalam segala
bidang.
3.      Membiasakan sistem kepribadian yang terintegrasi dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan
yang terwujud dalam pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis), sehingga pola-
pola penilaian yang berbeda dapat disamakan sebagai pola-pola keindonesiaan.
4.      Mendasarkan pada nasionalime yang tidak diklasifikasikan atas persamaan ras, melainkan
identitas kenegaraan.
Setelah pembahasan diatas kita dapat memahami secara jelas makna dan fungsi penting
sebuah integrasi sosial dalam masyarakat. Seperti kita ketahui Indonesia sebagai negara yang
multi-etnis tentunya sangat rawan dengan konflik SARA. Maka dari itu integrasi sosial hadir
untuk mengharmonisasi masyarakat, sehingga konflik tersebut dapat dicegah. Semoga tulisan
ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

C.    APA YANG DIMAKSUD PERSAMAAN DAN DERAJAT SOSIAL


Menurut Budiyanto (2006) kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta),
atau mens (Latin) yang berarti berfikir, berakal budi, atau homo yang berarti seseorang
yang dilahirkan dari tanah, humus = tanah. Pengertian etimologis tentang “manusia”,
dapat memberi petunjuk tentang hakikat manusia[2].
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
dianugerahi dengan akal pikiran sebagai sarana berfikir untuk mendapatkan derajat yang
tinggi di sisi-Nya. Dilihat dari awal prosesnya, manusia sangat mempunyai potensi untuk 
menentukan derajat masing-masig yang akhirnya akan melahirkan persamaan dan derajat
sosial dalam kehidupan mereka.
Manusia sering juga mendapatkan sebutan sebagai homo “homini lupus”. Jika kita
menyelami hakikat kemanusiaan maka “homoni homini lupus” dan stratifikasi sosial yang
kita kenal sekarang adalah merupakan suatu kesenjangan dan sekaligus tantangan bagi
eksistensi kemanusiaan.
Kesadaran pribadi sebagai makhluk berbudaya yang berbudi daya mencetak “master plan”
kehidupan untuk setiap tindakannya  secara universal. Potensi-potensi kemanusiaan ini yang
merupakan warisan spesies adalah modal dasar untuk mencapai derajat mereka masing-
masing pemanfaatan potensi-potensi tersebut pasti melahirkan kelas-kelas sosial yang akan
membedakan kesamaan dan derajat kehidupan manusia

D.    APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK SOSIAL


Kata “Konflik” secara etimologi mempunyai arti pertentangan paham; pertikaian;
persengketaan; perselisihan. Konflik atau pertentanga sebagai sebagai proses sosial
merupakan proses yang disosiatif, artinya proses atau pemecah. Meskipun demikian akibat
dari suatu konflik tidak selalu berekses negative. Konflik pendapat sering terjadi di dalam
diskusi atau seminar yang akhirnya menghasilkan kejelasan, perbaikan dan penyempurnaan
atas kekurangan yang ada. Suatu konflik yang terjadi antar kelompok, justru akan
menguatkan ikatan dan integrasi dalam kelompok.
Konflik akan terjadi dalam suatu masyarakat apabila golongan-golongan atau unsur-unsur
yang berada dalam masyarakat tidak berhasil mencapai consensus (kesepakatan) mengenai
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar dan tidak dapat mengatasi perbedaan-perbedaan
sehingga  tidak tercapai keselarasan  antara satu golongan dengan yang lainnya.
Paling tidak ada tiga konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
1.      Konflik Antar Agama
Seperti yang kita pahami bahwa masyarakat Indonesia menganut agama yang berbeda-beda.
Ada yang memeluk agama islam, Kristen, hindu, dan Budha. Yang sudah tentu dari ajaran
agama yang berbeda menimbulkan konsekuensi yang berbeda pula dalam berbagai system
nilai, misalnya cara bergaul, tata cara beribadatan, tata cara perkawinan dan aktivitas yang
lainnya. Hal itu merupakan potensi konflik apabila masing- masing anggota masyarakat tidak
saling memahami/toleransi terhadap perbedaan yang ada dalam masyarakat yang majemuk.

2.      Konflik antar suku bangsa


Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara dan
memiliki berbagai kekayaan budaya bangsa, yang memberi warna kepada Negara Indonesia
tentang keanekaragaman kebudayaan.  Akan tetapi, di balik semua itu dengan perbedaan
bahasa dan budaya sering menimbulkan konflik antar suku, seperti yang terjadi antara
masyarakat Madura dan dayak yang dipicu oleh aspek ekonomi yang tidak sedikit
menimbulkan bencana baik material maupun korban jiwa yang akhirnya menimbulkan
dendam antara kedua mereka.

3.      Konflik Rasial
Konsepsi mengenai aneka warna ciri fisik telah banyak menimbulkan kesengsaraan yang
disebabkan oleh adanya kesalahpahaman mengacaukan ciri fisik semata yang sesungguhnya
pertentangan yang terjadi karena benturan kepentingan sosial, politik, ekonomi juga penilaian
yang tinggi  terhadap ras tertentu dalam kedudukan yang mayoritas.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari beberapa pemahaman dalam tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa


1.      Kehidupan masyarakat adalah kehidupan yang terus akan terjadi sepanjang sejarah
kehidupan masih berlangsung, hal ini diperlukan adanya keterbukaan dalam menjalani hidup
bersosial di tengah-tengah masyarakat
2.      Sepanjang sejarah kehidupan manusia berlangsung maka tidak bisa dinafikan adanya
kompetensi kualitas kehidupan masing-masing individu dalam meraih cita-cita dan tujuan
hidupnya.
3.      Perjalanan hidup manusia ditentukan oleh diri mereka sendiri, oleh karenanya orang lain
hanya sebagai kontak sosial yang tidak banyak menentukan masa depan orang lain.

B.     SARAN

Tulisan ini hanya sebuah sumbangan pemikiran dalam rangka memberikan gambaran-
gambaran yang meliputi pelapisan, integrasi, persamaan dan derajat sosial, serta memberikan
pandangan-pandangan tentang konflik yang rentan terjadi dalam interaksi masyarakat.
Tentu, dalam tulisan ini jauh dari kata sempurna yang perlu diperbaiki agar lebih bermanfaat
bagi kehidupan kita pembaca dan masyarakat pada umumnya serta menjadi salah satu
pemikiran yang bisa menjadikan hubungan masyarakat menjadi keluarga yang harmonis dan
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
1.      http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
2.      Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Surabaya, Erlangga, 2007
3.      Tim Sosiologi, Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Yudistira,
2004
4.      Kun Mayati dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI, Surabaya,
ESIS, 2007.
5.      M. Dahlan Al Barry dan Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya,
Arkola.1994
6.      Soedarno, P, Ilmu Sosial Dasar, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama
Soekanto, Soerjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur
Masyarakat, Jakarta, CV. Rajawali, 1983

Anda mungkin juga menyukai