Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan dunia bisnis sangat luar biasa. Sistem yang ada dalam
perusahaan pun sangat berkembang pesat. Mulai dari sistem input, proses maupun output
didesain sedemikian rupa agar perusahaan dapat menjalankan fungsinya dengan
baik.Perusahaan terus berupaya mengembangkan sistemnya agar mereka dapat beraktivitas
lebih baik lagi.Namun, adanya sistem yang baik bukan berarti menjamin perusahaan untuk
dapat beraktivitas dengan baik. Perusahaan juga memiliki tantangan seperti adanya kesalahan
dalam input entri data, kesalahan dalam pemrosesan , penggunaan laporan yang tidak benar
serta rusaknya sistem itu sendiri terutama dalam pemrosesan dan ketersediaan. Untuk
itu,perusahaan perlu untuk melakukan pengendalian pemrosesan dan ketersediaan untuk
mencegah adanya hal-hal yang tidak diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa pengertian dari integritas pemrosesan?
2.Meliputi apa saja pengendalian integritas pemrosesan?
3.Bagaimana cara pengendalian input?
4.Bagaimana cara pengendalian output?
5.Bagaimana proses ketersediaan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Dapat mengetahui arti dari integritas pemrosesan secara detail
2.Dapat mengetahui langakah dari pengendalian integritas pemrosesan
3.Dapat mengetahui langakah dalam pengendalian input
4.Dapat mengetahui langakah dalam pengendalian output
5.Dapat mengetahui langakah apa saja yang ada dalam ketersediaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN


KETERSEDIAAN

Integritas Pemrosesan
A. Pengendalian Input
Adanya pengendalian input adalah hal yang penting karena apabila input yang masuk tidak
akurat, tidak valid, dan tidak lengkap, maka output dari sistem itu sendiri juga akan
menjadi seperti itu juga.
B. Bentuk Desain
Desain ini diperlukan dalam dokumen sumber dan lainnya untuk menghindari adanya
kesalahan dan kelalaian. Dua bentuk utama desain pengendalian:
1. Dokumen sumber harus diberi nomor sebelumnya. Hal ini penting karena dapat
menjadi verifikasi bahwa tidak ada dokumen yang hilang.
2. Dokumen turnaround, catatan data perusahaan yang dikirimkan ke pihak luar,
kemudian dikirimkan lagi oleh pihak eksternal pada kita untuk diinput pada sistem.
Dokumen turnaround ini harus dapat terbaca oleh sistem
C. Pembatalan dan Penyimpanan Dokumen Sumber
Pembatalan yang dimaksud di sini adalah setiap dokumen sumber yang telah diinput harus
‘dibatalkan’ sehingga tidak dapat diinput ulang karena unsur kesengajaan. Hal ini
sebagaimana dilakukan pada cek yang telah diselesaikan harus distempel ‘dibayar’ untuk
menandainya. Pembatalan ini bukan berarti pembuangan dokumen, karena masih
diperlukan jika ada audit atau semacamnya.
D. Pengendalian Entri Data
1. Pengendalian manual harus dilengkapi dengan pengendalian enti data otomatis berikut:
2. Pengecekan field (field check) yaitu sebuah pengecekan edit yang menguji apakah
karakter pada sebuah field adalah jenis yang tepat (misalnya data numerik dalam field
numerik).
3. Pengecekan tanda (sign check) yaitu sebuah pengecekan yang memverifikasi apakah
data pada sebuah field memiliki tanda aritmetika yang sesuai.

3
4. Pengecekan batas (limit check) yaitu sebuah pengecekan edit yang menguji sebuah
numerik terhadap nilai tetap.
5. Pengecekan jangkauan (range check) yaitu sebuah pengecekan edit yang menguji
apakah sebuah item data berada pada batas terendah dan tertinggi yang telah ditentukan
sebelumnya.
6. Pengecekan ukuran (size check) yaitu sebuah pengecekan edit yang memastikan bahwa
data inputsesuai dengan field yang ditentukan.
7. Pengecekan (atau pengujian) kelengkapan (completeness check/test): sebuah
pengecekan edit yang memverifikasi bahwa seluruh data yang diperlukan telah
dimasukkan.
8. Pengecekan validitas (validity check)yaitu sebuah tes edit yang membandingkan kode
ID atau nomor rekening dalam data transaksi dengan data serupa di dalam file induk
untuk memverifikasi bahwa rekening tersebut ada.
9. Tes kewajaran (reasonableness check) yaitu sebuah pengecekan edit dari kebenaran
logis hubungan pada item data.
10. Nomor ID resmi (seperti nomor pegawai) dapat berisi cek digit (check digit). Verifikasi
cek digit (check digit verification) yaitu menghitung ulang sebuah cek digit untuk
memverifikasi bahwa kesalahan entri data belum dibuat.

4
E. Pengendalian Tambahan Entri Data Pemrosesan Batch
1. Pemrosesan batch bekerja lebih efisien jika transaksi-transaksi disortir, sehingga
2. rekening-rekening yang terkena dampak berada dalam urutan yang sama dengan
catatan di dalam fileinduk. Pengecekan berurutan dibutuhkan untuk menguji batch input
data berada di urutan alfabetis/numeric yang tepat atau tidak.
3. Adanya log kesalahan yang meneliti adanya kesalahan input data memudahkan
pemeriksaan.
4. Total batch merangkum nilai numeric sebuah batch atas catatan input. Tiga total batch
yang sering digunakan:
a. Total finansial, menjumlahkan field yang berisi nilai moneter.
b. Total hash, menjumlahkan field non-finansial.
c. Jumlah catatan, jumlah catatan dalam sebuah batch.
F. Pengendalian Tambahan Entri Data Online

 Prompting, sistem meminta tiap data input dan menunggu respon yang bisa
diterima, memastikan bahwa data yang diperlukan sudah dimasukkan
semuanya.
 Verifikasi closed-loop, mengecek ketepatan data input dengan
menggunakannya untuk mengambil dan menampilkan informasi terkait
lainnya.
 Sebuah log transaksi menyertakan catatan detail dari seluruh transaksi, jadi jika
dirusak, log tersebut dapat digunakan untuk memulihkan file.
G. Pengendalian Pemrosesan

 Pencocokan data, data harus dicocokkan sebelum melakukan sebuah tindakan.


 Label file, memastikan bahwa file yang benar dan terkini sedang diperbaharui.

a. Catatan kepala, ditempatkan di awal file, memuat nama file, tanggal


kadaluarsa, dan data identifikasi yang lain.
b. Catatan trailer, diletakkan di akhir file, memuat total batch yang dihitung
selama input.
 Perhitungan ulang total batch, setiap catatan transaksi diproses, total dari batch
harus dibandingkan dengan nilai dalam catatan trailer. Adanya perbedaan
menandakan adanya kesalahan pemrosesan. Kesalahan transposisi adalah kesalahan
jika 2 angka yang berdekatan tertukar secara tidak sengaja.
 Pengujian saldo cross-footing dan saldo-nol
a. Pengujian saldo cross-footing membandingkan hasil perhitungan masing-
masing metode untuk memastikan ketepatannya.
b. Pengujian saldo nol memastikan saldo rekening control sama dengan nol
setelah seluruh entri dibuat.
 Mekanisme write-protection, melindungi terhadap penimpaan dan
penghapusan file yang disimpan dalam media magnetic.
 Pengendalian pembaruan secara bersamaan, melindungi catatan individu dari
kesalahan jika pengguna berupaya memperbarui catatan yang sama bersamaan.
H. Pengendalian Output

 Pemeriksaan pengguna terhadap output, untuk memastikan bahwa outputnya


masuk akal, lengkap, dan penerima yang benar.
 Prosedur rekonsiliasi, adanya rekonsiliasi secara periodic seluruh transaksi dan
laporannya.
 Rekonsiliasi data eksternal, rekonsiliasi secara periodic dengan data yang dikelola
di luar sistem.
 Pengendalian transmisi data, setiap penerima mendeteksi kesalahan transmisi,
ia akan meminta perangkat pengirim mentransmisi ulang data tersebut.
a. Checksum, pengendalian transmisi data menggunakan hash dari sebuah file
untuk memastikan ketepatannya.
b. Bit paritas, bit ekstra yang ditambahkan ke karakter untuk memastikan
ketepatan transmisi.

Ketersediaan
Gangguan proses bisnis karena sistem berakibat pada kerugian keuangan secara signifikan.
Organisasi juga memerlukan pengendalian untuk pelanjutan cepat dari operasi normal setelah
ada kejadian yang mengganggu sistem.
A. Meminimalkan Risiko Penghentian Sistem
Penggunaan komponen-komponen yang berulang menyediakan toleransi kesalahan untuk
terus berfungsi ketika ada komponen tertentu yang gagal. Teknik toleransi kesalahan
yang mencatat data di berbagai disk drive tidak hanya satu untuk mengurangi risiko
kehilangan data disebut redundant arrays of independent drives (RAID). Pemasangan
program anti spy-ware penting untuk mencegah adanya perangkat lunak yang
berbahaya.
B. Pemulihan dan Penerusan Operasi Normal
Pengendalian preventif tidak dapat mengurangi risiko penghentian sistem secara
keseluruhan. Kegagalan perangkat dapat menyebabkan data yang diperlukan tidak dapat
diakses. Untuk itu, diperlukan prosedur backup yang sesuai. Backup sendiri berarti salinan
file atau program perangkat lunak. Namun, masih ada beberapa hal yang menyebbkan
hancurnya seluruh sistem informasi, termasuk backup. Maka organisasi juga
memerlukan rencana pemulihan bencana dan kelangsungan bisnis. Ada dua pertanyaan
fundamental:
1. Seberapa banyak yang diciptakan ulang dari dokumen sumber atau yang
berpotensi kehilangan?
Untuk menjawabnya, diperlukan recovery point objective (RPO) untuk
menentukan tujuan titik pemulihan organisasi. RPO sendiri adalah jumlah data
yang dimiliki organisasi untuk dimasukkan kembali. Semakin kecil RPO, semakin
sering backup dibuat.
2. Berapa lama organisasi dapat berfungsi tanpa sistem informasi?
Untuk menjawabnya, ditentukanlah recovery time objective (RTO) tujuan waktu
pemulihan organisasi. RTO adalah waktu maksimum yang tertoleransi dalam
mengembalikan sistem informasi organiasi setelah terjadi bencana, jangka waktu yang
diupayakan organisasi untuk berfungsi tanpa sistem informasi.
Institusi penerbangan dan keuangan tidak dapat beroperasi tanpa sistem informasinya
atau kehilangan informasi transaksi karena bertujuan bukan untuk segera pulih dari
masalah tapi untuk ketahanan. Ketahanan maksimum diperoleh melalui real time
monitoring yang melibatkan pemeliharaan dua salinan dari satu database pada dua
pusat data terpisah dan memperbarui salinan tersebut secara real time setiap transaksi
terjadi.
C. Prosedur Backup Data
Backup data diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya informasi tidak dapat diakses
karena kesalahan, namun sistem informasinya masih berfungsi. Backup penuh adalah salinan
keseluruhan database. Dua jenis backup parsial harian:
1. Backup incremental, penyalinan hanya pada item data yang telah berubah sejak
backup parsial. Backup incremental memproduksi set up file backup incremental
masing-masing mengandung hasil dari transaksi satu hari.
2. Backup diferensial, penyalinan seluruh perubahan yang dibuat sejak backup penuh
terakhir. Setiap file backup diferensial yang baru memuat efek kumulatif dari
aktivitas sejak full backup terakhir.
D. Perencanaan Pemulihan Bencana dan Kelangsungan Bisnis
Rencana pemulihan bencana menjelaskan prosedur pengembalian fungsi TI organisasi akibat
kehancuran pusat data. Organisasi memiliki tiga pilihan dasar penggantian infrastruktur
TI-nya. Pilihan-pilihan tersebut adalah situs dingin, situs panas, dan adanya rencana
kelangsungan bisnis.
E. Efek dari Virtualisasi dan Komputasi Cloud
Virtualisasi meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemulihan bencana dan penerusan
operasi normal. Sebuah mesin virtual hanya sekumpulan file perangkat lunak.
Komputasi cloud memanfaatkan bank atas server berlebih dalam berbagai lokasi, sehingga
turunnya risiko sebuah kerusakan tunggal dapat mengakibatkan hilangnya data dan
berhentinya sistem.
KESIMPULAN
Pengendalian integritas pemrosesan terdiri atas pengendalian input, pengendalian entri data,
pengendalian tambahan entri data, pengendalian pemrosesan, dan pengendalian input.
Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan sistem dapat menghasilkan informasi yang akurat,
lengkap, dan valid. Sedangkan ketersediaan penting untuk memastikan informasi
tersedia setiap saat dibutuhkan pengguna, dengan meminimalkan risiko penghentian sistem,
pemulihan dan penerusan operasi normal, dan backup data.

Anda mungkin juga menyukai