Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan

dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam

piagam Ottawa dikatakan bahwa kesehatan merupakan sumber daya bagi

kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan ialah konsep positif

yang menekankan pada sumber daya pribadi, sosial dan kemampuan fisik

(Abudin, 2004).

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. terdapat sekitar 35 juta orang

terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia,

serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor

biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka

jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada

penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang (WHO 2016 dalam buku model praktik keperawatan

profesional). Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial

yang harus segera diatasi karena sangat meresahkan masyarakat baik

dalam bentuk dampak penyimpangan perilaku maupun semakin tingginya

jumlah penderita gangguan jiwa (Keliat, 2009)


2

Data dari Departemen Kesehatan RI (2010), total jumlah penderita

gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan

kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan 0,46% menderita

gangguan jiwa berat atau 46 per mil. penduduk Indonesia mengalami

gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi ini diperberat

dengan adanya aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah

Indonesia. Data jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia terus

bertambah, data dari 33 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) diseluruh Indonesia

hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang.

11,6% penduduk Indonesia yang berusia diatas 15 tahun mengalami

gangguan mental emosional atau berkisar 19 juta penduduk. Sebesar

0,46% diantaranya bahkan mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1

juta penduduk. (Depkes RI, 2010)

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 di indonesia

menunjukan bahwa pravelensi gangguan jiwa secara nasional mencapai

5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukan bahwa pada

setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita

gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di

Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Pravelensi

gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah Khusus

dari Ibu Kota Jakarta (24,3%) diikuti Nagroe Aceh Darussalam(18,5%).

Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatra Selatan (9,2%) dan Jawa

Tengah (6,8%) (Hidayati, 2012).


3

Berdasarkan studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

didapatkan bahwa penderita gangguan jiwa pada tiga bulan terahir dari

bulan januari sampai dengan bulan Maret 2016 terdapat 178 orang

penderita gangguan jiwa, penderita yang mengalami gangguan sensori

persepsi : halusinasi berjumlah 98 (55%) klien, penderita yang mengalami

resiko perilaku kekerasan berjumlah 50 (28%) klien, dan penderita yang

mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah berjumlah 30 (16%)

klien (Rekam medik RSUD Banyumas tahun 2016).

Menurut Fitria, (2009) harga diri rendah adalah penilaian negatif

seseorang terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan secara

langsung maupun tidak langsung. Menurut Yosep (2011) harga diri

rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan

dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya adapun tanda dan

gejalanya sebagai berikut : Mengejek dan mengkritik sendiri, merasa

bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri, menunda

keputusan, sulit bergaul, menghindari kesenangan yang dapat memberi

rasa puas, menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga.

Sehingga akibat dari Harga Diri Rendah klien menjadi tidak mau maupun

tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial :

menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang

tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi

seseorang dalam hubungan sosial.


4

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk membahas lebih jauh

masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah maka perumusan

masalah yang dapat penulis angkat dalam bentuk karya tulis ilmiah yaitu

bagaimana memberikan “Asuhan Keperawatan dengan masalah utama

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah di Ruang Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan judul diatas maka rumusan masalahnya adalah

“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan

konsep diri : Harga Diri Rendah di Ruang Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Banyumas Tahun 2017”.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan

masalah gangguan konsep diri : Harga diri rendah di Rumah sakit

Umum Banyumas Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan

konsep diri : Harga diri rendah.

b. Merumuskan dan menegakan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah

berdasarkan hasil pengkajian


5

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

masalah gangguan konsep diri : Harga diri rendah sesuai dengan

diagnosa keperawatan.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan

konsep diri : Harga Diri Rendah sesuai dengan intervensi

keperawatan.

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan

masalah gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah sesuai dengan

tindakan yang dilakukan.

f. Mendekomuntasikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

malasah gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah di Instalasi

Rawat Inap Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas.

D. MANFAAT PENULIS

1. Bagi Penulis

a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan jiwa dengan gangguan konsep diri : Harga Diri

Rendah.

2. Bagi pembaca

Sebagai bahan referensi untuk menambah ilmu pengetahuan

khususnya mengenai asuhan keperawatan pada klien gangguan konsep

diri : Harga Diri Rendah.


6

3. Bagi institusi

Dapat digunkan sebagai bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada

klien gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah.

Anda mungkin juga menyukai