Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DARI JURNAL TENTANG

“HUBUNGAN PENGETAHUAN ANEMIA DENGAN kEBIASAAN MAKAN PADA REMAJA


PUTRI DI SMPN 237 JAKARTA”

DISUSUN OLEH :
AGHNIA NUR ZIYAN
1811020059
KEPERAWATAN S1
IV A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
HUBUNGAN PENGETAHUAN ANEMIA DENGAN kEBIASAAN MAKAN PADA REMAJA
PUTRI DI SMPN 237 JAKARTA
Qorri Febriyana Romandani, Teti Rahmawati*
STIKes Jayakarta, Jalan Raya PKP, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, RT.1/RW.8, Klp. Dua Wetan, Kec.
Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
*) E-mail: tetirahmawati97@gmail.com

A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (2015), kejadian anemia pada remaja putri yang ada di beberapa negara
dengan penduduk yang mengalami anemia usia 15-49 tahun yaitu Afrika 69,9 juta, Amerika
38,1 juta, South East Asia 190,6 juta, Eropa 48,4 juta, Eastern Mediterranean 55,2 juta,
Western Pasific 92,6 juta, dan global 496,3 juta. Berdasarkan data WHO (2010), kejadian
anemia pada remaja putri yang ada di negara berkembang sekitar 27%. Namun secara global
prevalensi anemia yaitu sekitar 51% dengan prevalensi balita 43%, anak usia sekolah 37%,
pria dewasa 18%, dan wanita tidak hamil 35%. Remaja putri merupakan salah satu kelompok
yang rawan terkena anemia dengan prevalensi anemia pada wanita di Indonesia menurut
Riskesdas 2013 yaitu sebesar 23,9% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia/Kemenkes
RI, 2013), sedangkan prevalensi anemia pada wanita umur 5–14 tahun sebesar 26,4%
(Kemenkes RI, 2014) dan umur 15-25 tahun sebesar 18,4% (Kemenkes RI, 2013).

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah remaja putri mengetahui tentang anemia?
2. Apakah mereka mengetahui kebiasaan makan yang buruk dapat mempengaruhi adanya
anemia?
3. Apakah mereka mengetahui bahwa mereka rawan terkena anemia?
4. Apa dampak dari jarangnya sarapan pagi dan jajanan sekolah?

C. TUJUAN PENELITIAN
Diharapkan remaja putri mengetahui :
1. Mengetahui apa itu anemia dan penanganannya.
2. Mengetahui bahwa kebiasaan makan yang buruk dapat mempengaruhi adanya anemia.
3. Mengetahui bahwa remaja putri sangat rentan terhadap anemia, maka mereka harus
mengetahui penanganannya.
4. Mengetahui bahwa dampak buruk dari jajanan dan tidak sarapan pagi merupakan salah satu
faktor terkena anemia.
D. MANFAAT PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menemukan hubungan antara pengetahuan anemia dengan
kebiasaan makan pada remaja putri di SMPN 237 Jakarta. Dengan begitu peneliti perlu
memberikan edukasi terkait penyakit anemia dengan kebiasaan makan yang baik bagi remaja,
bekerja sama dengan guru konseling atau UKS dan terintergrasi dalam kurikulum intra dan
ekstra kurikuler serta melibatkan puskesmas. Dengan rekomendasi pengedukasian ini di
harapkan remaja putri mampu memahami dan mengetahui lebih lengkap tentang anemia.

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANEMIA DENGAN KEBIASAAN MAKAN


PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 237 JAkARTA
Qorri Febriyana Romandani, Teti Rahmawati*
STIKes Jayakarta, Jalan Raya PKP, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, RT.1/RW.8, Klp. Dua Wetan, Kec.
Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
*) E-mail: tetirahmawati97@gmail.com

AbSTRAk
Latar belakang: Anemia merupakan keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) di dalam tubuh di bawah normal. Hal
ini dialami oleh remaja yang salah satunya disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak sehat, sehingga dibutuhkan
pengetahuan untuk merubah perilaku remaja supaya tidak mengalami anemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan pengetahuan anemia dengan kebiasaan makan pada remaja putri di SMP N 237 Jakarta.
Metode: Desain penelitian adalah deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional terhadap 100 remaja
yang diambil dengan teknik Stratified Random Sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2019.
Kuesioner dikembangkan oleh peneliti dan digunakan setelah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis secara
univariat dan bivariat (chi-square test). Hasil penelitian: Hasil analisis uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
(p-value=0,05) menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan anemia dengan kebiasaan makan pada
remaja putri di SMP N 237 Jakarta (p-value=0,015). Kesimpulan: Peneliti merekomendasikan adanya pemberian
edukasi terkait penyakit anemia dengan kebiasaan makan yang baik bagi remaja, bekerja sama dengan guru konseling
atau UKS dan terintergrasi dalam kurikulum intra maupun ekstra kurikuler.
Kata Kunci: anemia, kebiasaan makan, remaja putri

Relationship of Anemia Knowledge with Eating Habits in Young Women at SMP N 237
Jakarta AbSTRAcT
Background: Anemia is a condition where the levels of hemoglobin (Hb) in the body are below normal. This is
experienced by teenagers, one of which is caused by unhealthy eating habits, so knowledge is needed to change the
behavior of adolescents so they did not experience anemia. Aim: This study aims to identify the relationship of anemia
knowledge with eating habits in young women at SMP N 237 Jakarta. Method: The study design was descriptive
analytic using a cross sectional approach to 100 adolescents taken with the Stratified Random Sampling technique.
Data was collected in April 2019. A set of questionnaire was developed by the researchers and used after its validity
and reliability were tested. Data was analyzed with using univariate and bivariate analysis. Results: The results of the
chi-square test analysis with a confidence level of 95% (p-value=0.05) showed a significant relationship between
knowledge of anemia and eating habits in adolescent girls at SMP N 237 Jakarta (p-value=0.015). Conclusion: The
researcher recommends providing education related to anemia with good eating habits for adolescents, working with
counseling teachers or UKS and integrating it in the intra and extra curricular curriculum.
Keywords: anemia, eating habits, young women
JPPNI Vol. 04/No.03/Desember 2019-Maret
2020

194
Hubungan Pengetahuan Anemia dengan Kebiasaan Makan

LATAR bELAkANg Rumah Tangga (SKRT, 2012), prevalensi


Anemia merupakan suatu kondisi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun
dimana jumlah sel darah merah kurang dari sebesar 50,5%, sedangkan berdasarkan
normal. Nilai normal kadar Hb pada remaja data DKI Jakarta sebanyak 23% remaja
putri yaitu putri mengalami anemia (Kemenkes RI,
≥12 mg/dl. Remaja putri dikatakan anemia 2018).
apabila kadar Hb <12 mg/dl (Proverawati, Berdasarkan studi pendahuluan yang
2011). Anemia ditandai dengan mudah dilakukan di SMP N 237 Jakarta, dari 10
lelah, kulit pucat, sering gemetar, 5L (lelah, siswa, mereka hanya tahu bahwa anemia
letih, lesu, lunglai, lelah), sering pusing dan yaitu kurang darah. Delapan dari siswa
mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut tersebut jarang melakukan sarapan pagi
adalah kelopak mata, bibir, lidah dan dan lebih suka jajan di sekolah, sedangkan
telapak tangan tampak pucat (Aulia, 2012). 2 siswa lainnya membawa bekal dan selalu
Selain itu menurut Badan Kesehatan Dunia, sarapan di rumah. Penulis hanya
anemia yang menyerang remaja putri bisa mengambil salah satu faktor yaitu
disebabkan karena keadaan stres, haid pengetahuan tentang anemia, karena saat
atau keterlambatan makan (World Health studi pendahuluan siswa sekolah tersebut
Organization/WHO, 2010). banyak yang tidak faham akan anemia,
Menurut WHO (2015), kejadian anemia mereka hanya tahu sebatas anemia
pada remaja putri yang ada di beberapa adalah kurang darah, dan pengetahuan
negara dengan penduduk yang mengalami merupakan salah satu kunci bagaimana
anemia usia 15-49 tahun yaitu Afrika 69,9 kita bisa menjaga diri agar tidak
juta, Amerika 38,1 juta, South East Asia mengalami anemia dengan kebiasaan
190,6 juta, Eropa 48,4 juta, Eastern makan yang baik yang harus dilakukan oleh
Mediterranean 55,2 juta, Western Pasific para remaja.
92,6 juta, dan global 496,3 juta.
Berdasarkan data WHO (2010), kejadian METODE
anemia pada remaja putri yang ada di Metode yang digunakan deskriptif
negara berkembang sekitar 27%. Namun analisis dengan pendekatan cross
secara global prevalensi anemia yaitu sectional. Jumlah populasi 244 siswi dan
sekitar 51% dengan prevalensi balita 43%, sampel 100 siswi putri di SMPN 237
anak usia sekolah 37%, pria dewasa 18%, Jakarta yang diperoleh dengan
dan wanita tidak hamil 35%. menggunakan teknik sampling Stratified
Remaja putri merupakan salah satu Random Sampling, dimana sampel
kelompok yang rawan terkena anemia diambil dari masing-masing kelas
dengan prevalensi anemia pada wanita di kemudian sampel dipilih secara random
Indonesia menurut Riskesdas 2013 yaitu dari setiap kelas. Pada penelitian ini
sebesar 23,9% (Kementerian Kesehatan diperoleh hasil sampel yang berasal dari
Republik Indonesia/Kemenkes RI, 2013), kelas VII berjumlah 50 siswi dan kelas VIII
sedangkan prevalensi anemia pada wanita berjumlah 50 siswi. Pemilihan responden
umur 5–14 tahun sebesar 26,4% dilakukan dengan teknik pengocokan
(Kemenkes RI, 2014) dan umur 15-25 berdasarkan pada nomor absen pada
tahun sebesar 18,4% (Kemenkes RI, seluruh siswi dikelas VII sebanyak 50 kali
2013). dan kelas VIII sebanyak 50 kali. Nama-
Menurut Survey Demografi Kesehatan nama yang keluar dari hasil pengocokan
Indonesia (SDKI, 2012), prevalensi penyakit dicatat untuk menjadi responden pada
anemia sebanyak 75,9% pada remaja putri, penelitian ini. Adapun kriteria inklusi dalam
sedangkan menurut data Survei Kesehatan penelitian ini adalah perempuan, usia 12-
195
JPPNI Vol. 04/No.03/Desember 2019-Maret
2020

196
Hubungan Pengetahuan Anemia dengan Kebiasaan Makan

14 tahun, hadir pada saat penyebaran pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif
kuesioner, dan bersedia menjadi responden yang disusun dalam bentuk skala likert.
dalam penelitian dan menyetujui informed Pernyataan kuesioner ini disusun dengan
consent. Sedangkan kriteria eksklusi adalah skor penilaian pada pernyataan positif yaitu
siswi SMPN 237 Jakarta yang sedang sakit. sangat setuju: 4, setuju: 3, tidak setuju: 2,
Instrumen penelitian yang digunakan sangat tidak setuju: 1 dan pada pernyataan
berupa kuesioner, disusun oleh peneliti negatif yaitu sangat setuju: 1, setuju: 2,
berdasarkan konsep teori yang berkaitan tidak setuju: 3, sangat tidak setuju: 4.
dengan topik penelitian. Kuesioner terdiri Penilaian dilakukan dengan cara
dari 4 bagian yaitu bagian A, B, C, dan menjumlahkan skor jawaban kemudian
D. Bagian A berisi pernyataan mengenai mencari nilai mean dan hasilnya
biodata (nama, usia, dan pendapatan diinterpretasikan sikap negatif jika skor
keluarga). responden < nilai mean 42,62 dan sikap
Bagian B merupakan pernyataan positif jika skor responden ≥ nilai mean
mengenai pengetahuan anemia, berjumlah 42,62. Peneliti menggunakan mean
20 pernyataan terdiri dari 12 pernyataan karena dari hasil perhitungan uji normalitas
positif dan 8 pernyataan negatif yang terdistribusi normal (≤ 2).
disusun dalam bentuk skala guttman. Sebelum dilakukan penelitian, semua
Pernyataan kuesioner ini disusun dalam pernyataan dilakukan uji validitas dan
bentuk ya dan tidak dengan skor reliabilitas. Uji validitas dilakukan di
penilaian jawaban benar 1 dan skor SMP N 222 Jakarta dengan karakteristik
jawaban salah 0 untuk pernyataan positif remaja yang sama dengan karakteristik
sedangkan skor penilaian jawaban benar 0 resoponden tempat penelitian, dilakukan
dan skor jawaban salah 1 untuk pada 30 responden. Uji validitas
pernyataan negatif (Hidayat, 2013). pernyataan pengetahuan anemia dilakukan
Penilaian bagi pernyataan pengetahuan menggunakan rumus Kuder Richardson 20
dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil r hitung 0,761 maka semua
jumlah skor jawaban dengan skor yang pernyataan dinyatakan valid (r hitung
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan >0,60). Uji validitas pernyataan kebiasaan
100% dan hasilnya dalam bentuk makan dan pengaruh teman sebaya
persentase yang diinterpretasikan baik dilakukan menggunakan rumus product
jika nilainya moment dengan hasil r tabel sebesar
> 50%, Kurang baik jika nilainya ≤50% 0,361. Hasil uji validitas untuk pernyataan
(Budiman & Riyanto, 2014). kebiasaan makan yaitu 0,721, sedangkan
Bagian C merupakan pernyataan hasil uji validitas pengaruh teman sebaya
mengenai pengaruh teman sebaya yaitu 0,781.
berjumlah 6 pernyataan yang merupakan Selain itu, dilakukan uji reliabilitas
variabel perancu (confounding). Penilaian pada pernyataan pengetahuan anemia
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor menggunakan uji Kuder Richardson 20
jawaban kemudian mencari nilai mean dan dengan hasil 0,761 sedangkan uji
hasilnya diinterpretasikan ada pengaruh jika reliabilitas pernyataan kebiasaan makan
skor responden < nilai mean 13,28 dan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha
tidak ada pengaruh jika skor responden ≥ dengan hasil 0,712, sedangkan uji
nilai mean 13,28. realibilitas untuk pernyataan pengaruh
Bagian D adalah pernyataan mengenai teman sebaya yaitu 0,781, yang berarti
kebiasaan makan yang dilakukan oleh pernyataan pada variabel ini reliable.
remaja berjumlah 15 penyataan terdiri dari Pengumpulan data dilakukan pada
8 bulan April 2019 menggunakan instrumen
197
JPPNI Vol. 04/No.03/Desember 2019-Maret
2020

198
Hubungan Pengetahuan Anemia dengan Kebiasaan Makan

kuesioner dengan tahapan penelitian Berdasarkan Tabel 1, sebanyak 57 (57%)


memberikan penjelasan penelitian dan remaja berusia 13 tahun. Tingkat ekonomi
informed consent kepada siswa calon tinggi dimiliki oleh 52 (52%) remaja.
responden dan orang tua/wali siswa,
pengisian lembar kuesioner, pengecekan
kuesioner yang sudah diisi. Jika sudah
lengkap dilanjutkan dengan pengolahan
dan analisis data dengan menggunakan
analisis

Tabel 1.
Latar belakang Responden (n=100)

Latar belakang responden Frekuensi Persentase (%)

Usia:

12 0 0

13 57 57

14 43 43

Tingkat ekonomi:
Rendah 48 48
Tinggi 52 52

deskriptif (univariate) dan analisis analitik


(bivariate).

HASIL
Tabel 1 menunjukkan latar belakang
responden berdasarkan usia dan tingkat
ekonomi.

199
Tabel 2.
Pengetahuan Tentang Anemia dan kebiasaan Makan
Pengetahuan tentang Anemia dan kebiasaan
Makan Frekuensi Persentase (%)

Pengetahuan tentang Anemia:


Kurang Baik 13 13

Baik 87 87

Kebiasaan makan:
Baik 42 42
Buruk 58 58

Berdasarkan Tabel 2, sebanyak 87 yang buruk dilaporkan oleh sebanyak 58


(87%) remaja memiliki pengetahuan baik responden (58%).
mengenai anemia. Kebiasaan makan

Tabel 3
Hubungan Pengetahuan Anemia dengan kebiasaan makan Remaja

kebiasaan Makan

Pengetahuan Anemia buruk baik Jumlah % p-Value OR (95%)

n % n %

Kurang Baik 10 10 3 3 13 13

5,729
Baik 32 32 55 55 87 87 0,015 (1,468-22,362)

Total 42 42 58 58 100 100


Tabel 3 menunjukkan remaja memiliki Penelitian ini menggunakan instrumen
pengetahuan baik dan memiliki kebiasaan kuesioner yang dibuat oleh peneliti
makan yang buruk sebanyak 32 (32%) berdasarkan konsep/teori yang berkaitan
dan memiliki kebiasaan makan yang baik dengan pengetahuan dan kebiasaan makan
sebanyak 55 (55%). Sedangkan remaja serta telah melalui uji validitas dan
memiliki pengetahuan kurang baik dan reliabilitas instrumen. Begitu juga dengan
kebiasaan makan buruk sebanyak 10 instrumen yang digunakan pada
(10%) dan memiliki kebiasaan makan baik penelitian Husna dan Fatmawati
sebanyak 3 (3%). Berdasarkan analisis menggunakan instrumen kuesioner yang
hasil uji statistik chi-square diperoleh p- dibuat oleh peneliti.
value 0,015. p-value ini ≤0.05 maka Men u ru t N o t o a t m o d j o ( 20 1 2 ),
artinya H0 ditolak dan dapat ditarik penerimaan perilaku baru atau adopsi
kesimpulan bahwa terdapat hubungan perilaku didasari oleh pengetahuan,
bermakna antara pengetahuan anemia kesadaran, dan sikap yang positif maka
dengan kebiasaan makan yang dilakukan perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
oleh remaja putri di SMP N 237 Jakarta. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
Dengan hasil OR=5,729 yang artinya didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
remaja dengan tingkat pengetahuan akan tidak berlangsung lama.
kurang memiliki peluang 5,729 kali Hasil penelitian ini menunjukkan 87%
memiliki kebiasaan makan yang buruk remaja memiliki pengetahuan baik dan 13%
dibandingkan remaja dengan tingkat remaja memiliki pengetahuan kurang. Hasil
pengetahuan baik. penelitian ini tidak sesuai dengan hasil pada
penelitian Fajriyah dan Fitriyanto (2016).
DISkUSI Pada penelitian tersebut, remaja memiliki
Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan baik sebanyak 15 (35,7%).
pengetahuan anemia mempunyai Hal ini kemungkinan terjadi karena lokasi
hubungan yang bermakna terhadap penelitian yang berbeda, dimana penelitian
kebiasaan makan remaja. Hal ini ini dilakukan di daerah perkotaan yang
ditunjukkan berdasarkan hasil analisis masyarakatnya bisa lebih mudah
bivariate, secara statistik dengan nilai p mengakses berbagai informasi dari mana
value=0,015. Hasil penelitian ini sejalan saja termasuk media sosial, sedangkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh lokasi penelitian Fajriah dan Fitriyanto
Husna dan Fatmawati (2015) yang dilakukan di salah satu sekolah di Kota
menyatakan bahwa ada hubungan yang Pekalongan yang memungkinkan kesulitan
signifikan antara pengetahuan tentang untuk mendapatkan akses informasi
anemia dengan pola makan di MAK kesehatan.
Al Mukmin Sukoharjo. Hal ini terjadi Hasil penelitian ini sesuai dengan
karena adanya kesamaan kelompok penelitian Martini (2015) yang menunjukkan
umur responden yaitu usia remaja. Pada 60% remaja memiliki pengetahuan baik dan
penelitian Husna dan Fatmawati ditemukan 40% memiliki pengetahuan kurang.
usia responden berada dalam rentang Menurut Notoadmodjo (2011), pengetahuan
16-21tahun, dengan usia terbanyak 17 merupakan domain yang sangat penting
tahun dan tidak terdapat responden yang untuk terbentuknya tindakan seseorang.
berusia 20 dan 21. Hal ini sesuai dengan Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki
teori yang dikemukakan WHO (2015) oleh remaja putri yaitu pengetahuan
bahwa kategori usia remaja merupakan tentang anemia (Proverawati, 2011),
penduduk dengan rentang usia 10 sampai sehingga
19 tahun.
dengan pengetahuan remaja dapat akan menyebabkan berbagai penyakit
mencegah terjadinya anemia. Pengetahuan (Stanhope & Lancaster, 2012). Selain itu
anemia dapat diperoleh melalui media diperberat dengan lingkungan yang kurang
massa seperti televisi, internet, koran, mendukung dalam menerapkan perilaku
majalah dan media massa lainnya. hidup sehat, seperti berdasarkan hasil
Hasil penelitian ini juga diperoleh observasi peneliti dimana makanan yang
remaja yang memiliki pengetahuan kurang dijual di sekolah berupa gorengan, cilok,
tentang anemia. Hal ini karena kurangnya mie, kerupuk berbumbu, dan minuman
pemahaman remaja mengenai bahaya dan gelas. Hal ini sesuai dengan teori Blum
kerugian yang didapatkan bila menderita (1956) yang menyatakan faktor yang
anemia di usia dini. Menurut Suryanti, paling besar pengaruhnya terhadap status
Inarmien dan Minfadillah (2017), remaja kesehatan adalah lingkungan dan perilaku
tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai termasuk kebiasaan/gaya hidup dan
resiko untuk terkena anemia. Karena personal hygiene (Adliyani, 2015).
kadang kala anemia tidak menimbulkan Hasil penelitian ini menunjukkan remaja
gejala yang jelas seperti mudah lelah bila memiliki pengetahuan kurang tetapi
berolahraga, sulit konsentrasi dan mudah memiliki kebiasaan makan baik sebanyak
lupa. Pada umumnya, seseorang mulai 3 orang (3%). Kebiasaan makan adalah
curiga akan adanya anemia bila keadaan berbagai informasi yang memberikan
sudah makin parah, sehingga gejalanya gambaran mengenai macam dan jumlah
kelihatan lebih jelas seperti kulit pucat, bahan makanan yang dimakan tiap hari
jantung berdebar- debar, pusing, mudah oleh satu orang dan merupakan ciri khas
kehabisan nafas ketika naik tangga, atau untuk suatu kelompok masyarakat
berolahraga karena jantung harus bekerja tertentu (Santoso & Ranti, 2009).
kebih keras untuk memompa oksigen ke Pemenuhan konsumsi makanan
seluruh tubuh. dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilakukan
Hasil penelitian ini menunjukkan remaja di dalam keluarga (Rahmawati, 2015).
yang memiliki pengetahuan baik tetapi Remaja yang memiliki pengetahuan
memiliki kebiasaan makan buruk sebanyak kurang tetapi memiliki kebiasaan makan
32 orang (32%). Hal ini terjadi berdasarkan baik terjadi berdasarkan hasil kuesioner
hasil kuesioner mengenai kebiasaan makan mengenai kebiasaan makan menunjukkan
yang menunjukkan remaja lebih sering dalam keluarga remaja memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji, remaja sarapan pagi di rumah dan remaja tidak
jarang melakukan sarapan pagi di rumah dibiasakan jajan sembarangan di luar
dengan berbagai alasan, diantaranya ibu rumah. Menurut Maisa (2010), keluarga
tidak sempat masak karena repot sehingga menjadi pihak yang sangat berpengaruh
biasanya sarapan pagi remaja nasi uduk dalam pembentukan keyakinan dan
atau lontong sayur dengan gorengan. perilaku kesehatan. Keluarga merupakan
Menurut Friedman, Bowden, dan Jones sumber utama yang dapat meningkatkan
(2010), peran ibu sangat besar dalam atau menghambat gaya hidup yang positif.
menentukan kondisi kesehatan anggota Keluarga memiliki peran yang penting
keluarga termasuk dalam pemenuhan dalam membentuk gaya hidup anggota
kebutuhan nutrisi keluarga. Perilaku keluarganya termasuk kebiasaan keluarga
mengkonsumsi makanan yang tidak dalam mengkonsumsi makanan yang sehat
sehat dilakukan terus menerus akan (Stanhope & Lancaster, 2012).
menjadi kebiasaan. Kebiasaan makan yang
kurang sehat dan aktivitas fisik yang kurang
Pada penelitian ini kelompok umur mereka harus menerima makanan yang
mempunyai hubungan yang signifikan diberikan orangtuanya karena mereka tidak
terhadap kejadian anemia. Hasil penelitian dapat meminta lebih karena keterbatasan
ini sejalan dengan penelitian Jaelani, pendapatan orang tua (Djafar & Fatimah,
Simanjuntak, dan Yuliantini (2015) yang 2014). Hal ini sejalan dengan pendapat
menunjukkan bahwa umur tidak memiliki Rahmawati (2017), kondisi ekonomi yang
hubungan dengan kejadian anemia. Umur kurang menyebabkan daya beli keluarga
merupakan usia individu yang terhitung menurun sehingga mengalami kesulitan
mulai saat dilahirkan sampai saat ini. dalam memenuhi kebutuhan keluarga
Semakin cukup umur maka tingkat daya termasuk kebutuhan nutrisi pada remaja.
tangkap dan pola pikir seseorang akan Terkait dengan kebiasaan makan
lebih matang dalam berfikir sehingga remaja, hasil penelitian ini menunjukkan
pengetahuan yang diperolehnya semakin sebanyak 42 (42%) remaja melakukan
membaik. kebiasaan makan yang buruk. Kebiasaan
Hasil penelitian ini menunjukkan konsumsi remaja tidak terlepas dari
sebanyak 52 (52%) remaja mempunyai fenomena gaya hidup masyarakat
pendapatan keluarga yang tinggi. Menurut perkotaan yang mengalami pergeseran
Rahmawati (2015), kondisi sosial ekonomi dari pola konsumsi tinggi karbohidrat,
merupakan salah satu faktor yang dapat tinggi serat dan rendah lemak ke pola
menentukan kondisi kesehatan. Ekonomi konsumsi rendah karbohidrat dan rendah
keluarga merupakan faktor mendasar yang serat, tinggi lemak dan tinggi protein
akan memengaruhi segala aspek (Hartari, 2016). Jenis makanan tersebut
kehidupan. Tingkat ekonomi terkait banyak terdapat pada makanan siap saji
langsung dengan daya beli keluarga, baik yang sering dikonsumsi remaja. Menurut
daya beli terhadap makanan maupun Badjeber, Kapantaouw, & Punuh (2012),
daya beli terhadap pelayanan kesehatan makanan cepat saji seperti ayam goreng,
yang lebih baik. pizza, kentang goreng, cake, hot dog,
Menurut Djafar & Fatimah (2014), hamburger, dan minuman bersoda (soft
remaja putri yang memiliki orang tua drink) mengandung energi, kolesterol, dan
dengan penghasilan tinggi lebih mudah garam yang sangat tinggi serta miskin
mendapatkan semua kebutuhan baik itu serat makanan. Makanan tersebut memang
kebutuhan primer maupun sekunder, serta terlihat menarik dan lezat tetapi memiliki
dengan penghasilan yang tinggi orangtua kandungan gizi yang kurang baik apalagi
dapat memberikan berbagai makanan jika sering dikonsumsi (Rahmawati, 2015).
yang bergizi bagi anaknya. Semakin tinggi Selain itu, pola makan yang salah
penghasilan orangtua maka semakin dan pengaruh pergaulan karena ingin
mudah mendapatkan sarana yang langsing dan diet ketat yang tidak benar
diperlukan oleh anak dan lebih sedikit serta mengkonsumsi makanan yang
waktu yang mereka berikan kepada kurang mengandung zat gizi seperti jarang
anaknya karena orang tua lebih mengkonsumsi sayur-sayuran, sering
mengutamakan untuk memenuhi mengkonsumsi makanan yang
kebutuhan sehari-hari. Menurut Waluyo mengandung karbohidrat dan lemak saja,
(2007), tingkat pendapatan orang tua yang tidak diimbangi dengan mengkonsumsi
tinggi akan memengaruhi tumbuh kembang makanan yang mengandung mineral,
anak, karena orang tua mampu memenuhi protein, dan vitamin, akan berakibat
semua keperluan anak. Sedangkan menurunnya kemampuan otak, dan
berbeda dengan remaja yang memiliki menurunnya semangat remaja
orang tua dengan penghasilan rendah,
dalam belajar. Menurut Suryani, Hafiani dan dan Sikap dalam Penelitian
Junita (2015), takut berat badan naik dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
kebiasaan makan yang tidak teratur Medika.
menjadi penyebab anemia pada remaja. Djafar & Fatimah. (2014). Pengaruh Kondisi
Padahal kecukupan gizi pada remaja Sosial Ekonomi Orang Tua
sangatlah penting, karena kekurangan Terhadap Motivasi Belajar Anak.
gizi dapat menyebabkan penurunan Jurnal Manajemen Pendidikan
pembentukan sel darah merah yang dapat Islam, 2(1). Retrieved from http://
menyebabkan berkurangnya sel darah id.portalgaruda.org/?ref=browse&
merah dalam tubuh dan menyebabkan mod=viewarticle&article=274647
anemia. Fajriyah, N. & Fitriyanto, L. (2019).
Populasi penelitian ini merupakan siswi Gambaran Tingkat Pengetahuan
putri di SMP N 237 Jakarta, tetapi yang Tentang Anemia pada Remaja Putri
dapat menjadi responden penelitian hanya di SMA N 1 Wiradesa kabupaten
kelas VII dan VIII. Sedangkan kelas IX tidak Pekalongan. Jurnal Ilmu Kesehatan
dapat dilibatkan menjadi sampel/responden (JIK), 9(1): 3–4.
karena sedang menjalani ujian akhir, Friedman. M., Bowden. V., Jones. E.
sehingga hal ini merupakan keterbatasan (2010). Family Nursing Research.
dalam penelitian ini. Theory & Practice. New Jersey:
Pearson Education.
SIMPULAN Gunatmaningsih, D. (2007). Faktor-
Terdapat hubungan antara pengetahuan faktor yang berhubungan dengan
anemia dengan kebiasaan makan pada kejadian anemia pada remaja
remaja putri di SMPN 237 Jakarta. Peneliti putri di SMA Negeri 1 Kecamatan
merekomendasikan untuk memberikan Jatibarang Kabupaten Brebes
edukasi terkait penyakit anemia dengan tahun 2007 (Skripsi). Fakultas
kebiasaan makan yang baik bagi remaja, Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu
bekerja sama dengan guru konseling atau Kesehatan Masyarakat, Universitas
UKS dan terintergrasi dalam kurikulum Negeri Semarang, Semarang,
intra dan ekstra kurikuler serta melibatkan Indonesia.
puskesmas. Hartari, A. (2016). Pola Konsumsi
Masyarakat Perkotaan dan
DAFTAR PUSTAkA Pengaruhnya Terhadap Kesehatan.
Adliyani, Z. O. N. A. (2015). Pengaruh Retrieved from http://repository.
Perilaku Individu terhadap Hidup ut.ac.id/7086/1/UTFMIPA2016-02-
Sehat. Majority, 4(7): 109-114. aryanti.pdf.
Aulia. (2012). Serangan Penyakit-Penyakit Hidayat, A. A. (2013). Metode Penelitian
Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Kebidanan dan Teknik Analisa
Jogjakarta: Buku Biru. Data. Jakarta: Salemba Medika.
Badjeber, F., Kapantouw, N. H., & Punuh, Husna, U. & Fatmawati, R. (2015). Tentang
M. (2012). Konsumsi fast food Anemia dengan Pola Makan
sebagai faktor risiko terjadinya ( Relationship of Knowledge
gizi lebih pada siswa SD Negeri 11 About Anemia on Young Women
Manado. Kesmas, 1(1): 11-14. With Dietary). Profesional Islam,
Budiman & Riyanto, A. (2014). Kapita 12(2):52–57.
Selekta Kuesioner Pengetahuan
Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, Tapos Kota Depok. Tahun 2015
E. (2015). Faktor risiko yang (tesis). Fakultas Ilmu Keperawatan,
berhubungan dengan kejadian Universitas Indonesia, Indonesia.
anemia pada remaja putri. Jurnal Rahmawati, T. (2017). Case Study:
Kesehatan, 8(3): 358–368. Mengatasi Anemia Pada Remaja
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan Putri di Keluarga dengan Model
dasar (Riskesdas) tahun 2013. HEMA Coach (Health Education,
Jakarta: Kementerian Kesehatan Modifikasi Perilaku, dan Coaching).
RI. Faletehan Health Journal, 5(2): 61-
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan 68.
Indonesia tahun 2014. Jakarta: Santoso, S., Ranti, AL. (2009). Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. dan Gizi. PT. Asdi Masatya:
Kemenkes RI. (2018). Kenali Masalah Gizi Jakarta.
Yang Ancam Remaja Indonesia. SDKI. (2012). Survei Data Demografi Dan
Jakarta Retrieved from Http:// Kesehatan Masyarakat 2012.
Www.Depkes.Go.Id/Article/ Retrieved from Http://Kesga.
V iew/18051600005/Kenali- Kemkes.Go.Id/Images/Pedoman/
M as a l a h - G iz i- Y a n g - A nc Sdki%202012-Indonesia.Pdf
am - Remaja-Indonesia.Html SKRT. (2012). Survei Kesehatan Rumah
Maisa, E.A. (2010). Hubungan Antara Tangga. Jakarta.
Dukungan Keluarga dengan Stanhope, M., & Lancaster, J. (2012).
Kepatuhan Konsumsi tablet Fe Public Health Nursing Population
pada Ibu Hamil di Wilayah kerja Centered Health Care in The
Puskesmas Nanggalo Kecamatan Community, 8th ed. Missouri:
Nanggalo Kota Padang Tahun Elsevier.
2010 (tesis). Fakultas Kedokteran Suryani, D., Hafiani, R., & Junita, R. (2015).
Universitas Andalas, Padang, Analisis Pola Makan dan Anemia
Indonesia. Gizi Besi Pada Remaja Putri Kota
Martini. (2015). Faktor-faktor yang Bengkulu. Jurnal Kesehatan
Berhubungan dengan Kejadian Masyarakat Andalas, 10(1): 14-16.
Anemia pada Remaja Putri di MAN Suryanti, Y., Inarmien, N., & Minfadillah, I.
1 Metro. Jurnal Kesehatan Metro (2017). Hubungan Pengetahuan
Sai Wawai, 8(1): 4–6. dan Pola Makan dengan Kejadian
Notoatmodjo S. (2011). Pendidikan dan Anemia Remaja Putri di MTS
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Swasta Al-Hidayah Talang Bakung
Cipta. Kota Jambi Tahun 2017. Jurnal
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan Bahasa Kesehatan Masyarakat,
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: 1(2): 180-184.
PT Rineka Cipta. Waluya B. Sosiologi. (2007). Melayani
Proverawati, A. (2011). Anemia dan fenomena sosial di masyarakat.
Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Bandung: Setia Purna Inves
Nuha Medika. WHO. (2010). The World Health Report
Rahmawati, T. (2015). Hubungan 2010. Retrieved from Http://Www.
Dukungan Suami Dengan Who.Int./Whr/2010/En/Index.Html
Kejadian Anemia Pada Ibu WHO. (2015). World Health Statistics 2015.
Hamil di Wilayah Kelurahan Geneva: World Health
Sukatani Kecamatan Organization.

Anda mungkin juga menyukai