Anda di halaman 1dari 10

NAMA :Anatasya saraya

NIM : 711345118004
M.K : PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
DOSEN : YOZUA T. KAWATUNG, S.Pd, M.K.M

A. PENYAKIT CAMPAK
a) Definisi Penyakit Campak
Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi virus.
Campak merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama
pada bayi dan anak-anak.
b) Penyebab Penyakit Campak
Campak disebabkan oleh virus, yang menular melalui percikan air liur yang
dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi bila seseorang
menyentuh hidung atau mulut, setelah memegang benda yang terpercik air liur penderita
lebih berisiko tertular campak bila belum mendapatkan imunisasi campak, bepergian ke
wilayah yang sedang mengalami wabah campak, atau kekurangan asupan vitamin A.
Kasus Campak di Indonesia
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat lebih dari 1500 kasus
campak di Indonesia, selama Januari hingga Juli 2017. Meski demikian, kasus campak
telah menurun sejak dilakukan imunisasi massal. Hingga kini, imunisasi campak terus
diperluas ke seluruh Indonesia, guna mencapai target Indonesia Bebas Campak pada
tahun 2020.
c) Gejala Campak

Campak ditandai dengan munculnya ruam kemerahan yang bermula di wajah dan
leher, kemudian menyebar ke hampir seluruh tubuh. Awalnya, ruam hanya berbentuk
kecil, namun dapat menyatu dan membentuk ruam besar. Ruam campak bisa mirip
dengan ruam pada penyakit rubella atau roseola.

Gejala awal penyakit campak sebenarnya sudah muncul 3-5 hari sebelum munculnya
ruam. Gejala tersebut tidak khas dan mirip dengan gejala flu, yaitu:

 Demam
 Lemas
 Pegal linu
 Pilek
 Hidung tersumbat
 Batuk kering
 Diare
 Muntah
 Hilang nafsu makan
 Mata merah, berair, dan sensitif terhadap cahaya
 Kelopak mata membengkak
 Muncul bercak putih di dalam mulut

Gejala campak biasanya berlangsung selama 3-5 hari, kemudian akan hilang
secara bertahap. Pada banyak kasus, penderita campak akan sembuh dalam waktu 7-10
hari.

d) Kapan Harus ke Dokter


Campak dapat dicegah dengan memberikan vaksin campak pada saat anak berusia
9 bulan, kemudian dilanjutkan dengan vaksin MMR saat anak berusia 15 bulan dan 5
tahun. Ikuti anjuran dokter anak mengenai jadwal imunisasi pada anak.
Segera ke dokter jika Anda curiga Anda atau anak Anda tertular campak, terutama bila
sedang mengonsumsi obat imunosupresif atau menderita penyakit yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti kanker atau tuberkulosis.
Penanganan harus cepat dilakukan bila campak disertai munculnya gejala berikut:

 Batuk darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Linglung
 Kejang
e) Pengobatan Campak

Dokter dapat menentukan pasien menderita campak dengan menanyakan gejala


dan melihat karakteristik ruam pada kulitnya. Namun pada beberapa kasus, dokter perlu
mengambil sampel darah dan air liur pasien untuk memastikan diagnosis.

Pada dasarnya, tidak ada pengobatan khusus untuk menangani campak, karena
campak dapat sembuh sendiri dalam 7-10 hari. Namun, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk meredakan gejala, yaitu:

 Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen, untuk meredakan nyeri dan demam.


 Mandi dengan air hangat, untuk meredakan pilek atau hidung tersumbat.
 Membersihkan mata dengan kapas basah.
 Mengatur cahaya dalam ruangan agar tidak terlalu menyilaukan.
 Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi dan mengurangi rasa tidak
nyaman di tenggorokan akibat batuk.
 Minum air hangat yang dicampur lemon atau madu, untuk meredakan batuk dan
mengencerkan lendir di tenggorokan. Namun, jangan berikan madu pada anak
berusia di bawah 1 tahun.

Anak yang menderita campak harus dipantau secara rutin, karena rentan terserang
penyakit lain, seperti infeksi telinga atau paru-paru basah. Jika hal ini terjadi, segera
periksakan anak ke dokter agar dapat diberikan antibiotik. Penting untuk diingat, jangan
memberikan aspirin kepada anak-anak. Obat ini dapat memicu sindrom Reye, yang bisa
mengancam nyawa.

Pasien campak yang kekurangan vitamin A cenderung mengalami gejala yang


lebih parah. Oleh karena itu, dokter biasanya akan memberikan suplemen vitamin A, agar
gejala campak tidak terlalu parah. Pemberian vaksin dan antibody.

Penderita yang belum melakukan imunisasi campak tetap dapat langsung


diberikan vaksin campak dalam waktu 72 jam setelah timbul gejala. Vaksin yang
diberikan setelah terkena campak bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala.
Dokter juga dapat memberikan suntikan antibodi pada penderita dengan
kekebalan tubuh yang lemah, bayi, dan ibu hamil. Bila diberikan dalam waktu 6 hari
setelah terinfeksi, antibodi bisa meringankan gejala.

f) Komplikasi Campak

Sebagian besar penderita campak sembuh dalam beberapa hari. Tetapi pada beberapa
kasus, campak dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:

 Dehidrasi akibat diare dan muntah


 Peradangan pita suara
 Infeksi mata
 Infeksi telinga
 Paru-paru basah
 Kejang

Bila terjadi pada ibu hamil, terutama yang belum mendapatkan imunisasi, campak
dapat menyebabkan sejumlah komplikasi pada janin, seperti terlahir prematur, lahir
dengan berat badan rendah, bahkan kematian janin.

Pada kasus yang jarang terjadi, campak juga dapat menimbulkan komplikasi berupa:

 Radang dan infeksi pada otak


 Infeksi pada organ hati atau hepatitis
 Infeksi pada saraf mata
 Mata juling atau strabismus
 Gangguan pada sistem saraf dan jantung
g) Pencegahan Campak

Pencegahan utama campak dilakukan dengan imunisasi campak dan MMR.


Imunisasi campak dilakukan pada saat anak berusia 9 bulan, kemudian dilanjutkan
dengan vaksin MMR yang merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak,
gondongan, dan rubella. Imunisasi MMR dilakukan pada usia 15 bulan dan diulang pada
usia 5 tahun.

Perlu diingat, vaksin MMR tidak boleh diberikan kepada ibu hamil. Jika Anda
belum mendapatkan vaksin MMR, lakukan imunisasi MMR minimal satu bulan sebelum
merencanakan kehamilan. Untuk mencegah penularan campak ke orang lain, terutama
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penderita campak disarankan untuk
diam di rumah. Tujuannya adalah agar penderita campak tidak kontak dengan orang lain,
minimal sampai 4 hari setelah timbul ruam.

h) Sebagai Sanitarian Hal Apa Yang Dapat Dilakukan Dalam Mengantisipasi


Tertularnya Penyakit Campak

Jika fasilitas air bersih dan toilet memadai merupakan hal yang perlu diusahakan
oleh pemerintah, kita sebagai pelaku dapat melakukan beberapa tindakan mudah untuk
menerapkan kebersihan di lingkungan tempat tinggal dan diri sendiri. Berikut ini
beberapa caranya:

1. Jadikan cuci tangan sebagai kebiasaan


Mencuci tangan secara tepat dengan sabun dapat mengurangi risiko penyakit diare
sebesar 42 sampai 47 persen. Tindakan ini juga bisa mencegah berbagai penyakit
menular lain, terutama yang ditularkan melalui bakteri dan virus.
2. Menjaga kebersihan toilet
Toilet dengan fungsinya, bisa jadi merupakan tempat yang paling perlu dijaga
kebersihannya. Asal tahu saja, sebuah dudukan toilet rata-rata menyimpan 50.000
bakteri. Bersihkan toilet setidaknya dua kali seminggu dengan cairan pembersih toilet
dan sikat yang terus dijaga kebersihannya.
3. Bersihkan kain-kain di rumah
Handuk yang lembap misalnya, jika tidak segera dijemur dapat menjadi lahan
pertumbuhan bakteri yang subur. Sebab itu, ketika menggunakan handuk yang masih
lembap, peluang Anda atau anggota keluarga Anda terkena alergi akan meningkat.

4. Bersihkan area tersembunyi


Bukan hanya toilet Anda yang kotor. Sadarkah Anda, kalau banyak area di rumah
Anda, ternyata jadi tempat tumbuhnya bakteri dan kuman? Misalnya saja tempat cuci
piring Anda. Ternyata, bak cuci piring bisa menyimpan bakteri sepuluh kali lebih
banyak dari dudukan toilet. Bayangkan saja, sisa-sisa makanan dari perangkat makan
terkumpul di sini sebelum masuk ke saluran pembuangan. Belum lagi daging dan
sayuran mentah pun dicuci di sini sebelum diolah. Bakteri akan makin mudah
berkembang biak dengan lingkungan yang lembap di tempat cuci piring.
B. PENYAKIT RUBELLA

a) Definisi Penyakit Rubella


Campak Jerman atau Rubella adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah
pada kulit. Meskipun sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda
dengan campak. Selain disebabkan oleh virus yang berbeda, efek campak umumnya lebih
parah dibandingkan rubella.
Walaupun tergolong ringan, rubella bisa menulari ibu hamil, terutama pada
trimester pertama kehamilan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan keguguran, atau jika
kehamilan terus berlangsung, bayi dapat terlahir tuli, menderita katarak, atau mengalami
kelainan jantung.Oleh karena itu, penting untuk memeriksa kekebalan tubuh terhadap
rubella pada saat merencanakan kehamilan.
b) Penyebab Rubella
Rubella disebabkan oleh infeksi virus yang menular dari satu orang ke orang lain.
Seseorang bisa terserang rubella ketika menghirup percikan air liur yang dikeluarkan
penderita saat batuk atau bersin. Kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi air
liur penderita juga memungkinkan seseorang mengalami rubella. Selain melalui beberapa
cara di atas, virus rubella juga dapat menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya,
melalui aliran darah.
c) Gejala Rubella
Gejala rubella muncul 2 sampai 3 minggu sejak terpapar virus, dan dapat berlangsung
selama 1-5 hari. Gejalanya meliputi:
 Ruam merah yang bermula di wajah, lalu menyebar ke badan dan tungkai.
 Demam.
 Sakit kepala.
 Pilek dan hidung tersumbat.
 Tidak nafsu makan.
 Mata merah.
 Nyeri sendi, terutama pada remaja wanita.
 Muncul benjolan di sekitar telinga dan leher, akibat pembengkakan kelenjar getah
bening.
Gejala yang timbul akibat rubella biasanya ringan, sehingga sulit terdeteksi. Namun
begitu seseorang terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5-7 hari.
Periode yang paling rentan untuk menularkan penyakit ini pada orang lain adalah pada
hari pertama sampai hari kelima setelah ruam muncul.

d) Kapan Harus ke Dokter

Segera periksakan diri ke dokter jika muncul gejala-gejala di atas, terlebih bila
sedang hamil. Meskipun jarang terjadi, rubella dapat memicu infeksi telinga
dan pembengkakan otak. Oleh karena itu, segera ke dokter bila muncul gejala lain berupa
sakit kepala yang terus menerus, nyeri di telinga, dan kaku pada leher.

e) Diagnosis Rubella

Ruam kemerahan yang disebabkan oleh rubella, yaitu ruam berwarna merah muda
yang tidak menonjol, memiliki kemiripan dengan beberapa penyakit kulit lain. Guna
memastikan diagnosis rubella, dokter akan melakukan pemeriksaan darah untuk
mendeteksi keberadaan antibodi rubella.

Adanya antibodi rubella di dalam darah menjadi pertanda bahwa seseorang


sedang atau pernah terinfeksi rubella. Namun, keberadaan antibodi ini juga bisa
menandakan pasien pernah menerima imunisasi rubella.

Pengobatan Rubella

Pengobatan rubella cukup dilakukan di rumah, karena gejalanya tergolong ringan.


Dokter akan meresepkan obat paracetamol guna meringankan nyeri dan demam, serta
menyarankan pasien untuk banyak beristirahat di rumah, agar virus tidak menyebar ke
orang lain. Pada ibu hamil yang menderita rubella, dokter mungkin akan meresepkan
antibodi hyperimmune globulin untuk melawan virus. Meski dapat mengurangi gejala,
antivirus tidak mencegah kemungkinan bayi menderita sindom rubella kongenital, yaitu
suatu kondisi yang menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan.
f) Komplikasi Rubella
Rubella tergolong infeksi ringan, dan biasanya hanya menyerang satu kali seumur
hidup. Akan tetapi, rubella dapat memberikan dampak yang lebih serius pada ibu hamil.
Kondisi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami keguguran atau memicu sindrom
rubella kongenital pada janin.
Sindrom rubella kongenital diketahui menyerang lebih dari 80% bayi, dari ibu
yang terinfeksi rubella pada usia kehamilan 12 minggu. Sindrom rubella kongenital
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan cacat lahir, seperti tuli, katarak, penyakit
jantung bawaan, dan gangguan pertumbuhan.
g) Pencegahan Rubella
Rubella dapat dicegah dengan imunisasi MMR atau MR. Dengan PD3I, Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Selain memberikan perlindungan terhadap
rubella, vaksin MMR juga dapat mencegah gondongan dan campak. Sedangkan vaksin
MR tidak melindungi dari gondongan. Lebih dari 90% penerima vaksin MMR akan kebal
dari serangan rubella.
Imunisasi MMR dianjurkan untuk dilakukan dua kali, yaitu pada usia 15 bulan
dan 5 tahun. Pada orang yang belum pernah mendapat imunisasi MMR, vaksin ini dapat
diberikan kapan saja.
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan dianjurkan untuk menjalani tes
darah. Jika hasil tes menunjukkan tidak ada kekebalan terhadap rubella, vaksin MMR
akan diberikan, dan setidaknya satu bulan kemudian baru boleh hamil. Vaksin ini tidak
boleh diberikan saat sedang hamil. Jika terdapat kontak dengan penderita rubella atau
curiga terpapar oleh virus rubella, wanita hamil perlu segera ke dokter kandungan untuk
menjalani pemeriksaan.
Apa itu imunisasi MMR dan rubella?
Perlu Tahu Vaksin MR dan MMR untuk Anak. ... Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit
yang disebabkan oleh virus campak dan rubella alias campak jerman. Kedua penyakit ini sangat
menular melalui saluran pernapasan dan udara, seperti saat batuk atau bersin. 

Vaksin MR untuk anak usia berapa?


Orang dewasa dan anak-anak yang hanya mendapatkan satu kali suntikan vaksin campak atau
MMR, dapat mendapatkan vaksin MR pada usia berapa pun. Apabila Anak pada usia 9 bulan
sudah mendapat vaksin campak, maka vaksin MR dapat diberikan pada usia 15 bulan atau sesuai
jadwal imunisasi MR rutin.

Vaksin MR dan Vaksin MMR: Ini Bedanya! Vaksin MR merupakan kombinasi vaksin campak
atau Measles (M) dan Rubella (R). Adapun vaksin MMR merupakan vaksin yang terdiri dari 3
komponen vaksin yaitu Mumps (gondongan), Measles (campak), dan Rubella

Perbedaan Campak dan Rubella


Perbedaan campak dan rubella bisa terlihat dari komplikasi yang mungkin terjadi pada
keduanya. Center for Disease Control and Prevention menyebutkan sekitar 30 persen orang
yang terinfeksi campak mengalami komplikasi lanjutan seperti pneumonia, infeksi telinga, diare,
dan ensefalitis. Di antara semuanya, pneumonia dan ensefalitis menjadi dua penyakit komplikasi
berat yang memerlukan rawat inap.
Sementara itu, rubella adalah jenis infeksi ringan yang membuat tubuh menjadi kebal setelah
mengalaminya. Beberapa wanita mengalami radang sendi pada pergelangan tangan jari, dan lutut
yang bisa terjadi hingga kurun waktu 30 hari. Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi seperti
peradangan otak dan infeksi pada telinga, meski jarang terjadi.

Namun, rubella yang menyerang ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya sindrom rubella
kongenital. Setidaknya, 80 persen bayi baru lahir mengidap sindrom ini karena ibu hamil
mengalami rubella

Anda mungkin juga menyukai