Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gracela Debora Dalekes

Nim : 711345118027

D3 sanitasi / tkt III / semester v

MK teknologi tepat guna pengendalian vektor dan tikus

Tugas

1. TTG pengendalian vektor

Autocidal Ovitrap : Alternatif Pengendalian Vektor DBD

Sumber : http://epidemiologer.blogspot.com/2014/04/autocidal-ovitrap-
alternatif.html

Pengelolaan lingkungan atau mekanik yang sudah banyak dikenal oleh


masyarakat dalam mengendalikan vektor dengue adalah kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras, menutup dan menimbun) tempat
berkembang biak nyamuk Aedes aegypti . Kegiatan PSN sudah lama dilaksanakan
namun hasilnya masih kurang dari yang diharapkan.

Alternatif lain dalam pengelolaan lingkungan dalam upaya kegiatan pencegahan


penyakit DBD adalah dengan memasang suatu alat yang disebutOviposision trap
(ovitrap). Alat ini pertama kali di kembangkan oleh Fay dan Eliason tahun 1966 , setelah
itu Central for Diseases Control and Prevention (CDC) menggunakannya dalam kegiatan
surveilans Ae aegypti. Ovitrap standar terbuat dari tabung gelas plastik (350 mililiter),
tinggi 91 milimeter dan diameter 75 milimeter dicat hitam bagian luarnya, diisi air tiga
per empat bagian dan diberi lapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai tempat
bertelur. Cara ini terbukti berhasil menurunkan densitas vektor di Singapura dengan
memasang 2.000 ovitrap di daerah endemis DBD 1.

Beberapa penelitian terkait ovitrap membuktikan bahwa ovitrap cukup efektif


dalam pengendalian vektor DBD. Penelitian yang dilakukan Zeichner & Perich (1999)
yaitu dengan membuatlethal/autocidal ovitrap (perangkap nyamuk yang mematikan)
pada ovistrip diberi insektisida, hasilnya secara signifikan dapat mengendalikan
populasi nyamuk Ae. aegypti 2. Modifikasi ini juga dilakukan oleh Tokan (2008) dengan
menggunakan insektisida Cypermethrin dengan konsentrasi 5% menggunakan metode
lethal ovitrap dapat membunuh nyamuk serta menurunkan daya tetas telur Ae.aegypti
sebesar 70% 3.

Selain itu modifikasi ovitrap menjadi autocidal ovitrap juga dilakukan oleh
Sithiprasasna et al(2003) di Thailand dengan memasang kasa nilon pada permukaan air
di ovitrap, hasilnya mampu mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti 4. Hal serupa
juga dilakukan oleh Sayono (2008) di kota Semarang modifikasi ovitrap yang dilakukan
berhasil menangkap nyamuk lebih banyak pada atraktan yang berisi air rendaman
udang5. Begitu pula yang dilakukan oleh Umniyati (2004) di Kabupaten
Bantul,Autocidal ovitrap juga berhasil menurunkan angka HI, CI dan meningkatkan ABJ
6.

Salah satu modifikasi ovitrap yaitu dengan menambahkan zat atraktan tertentu,
hal ini terbukti meningkatkan jumlah telur yang terperangkap. Penggunaan atraktan
dari beberapa studi memperlihatkan prospek yang cukup baik dalam memantau dan
menurunkan kepadatan vektor DBD 7,8. Atraktan dapat berasal dari kandungan
tanaman yang mudah ditemukan di sekitar masyarakat atau bahan lain yang
mempunyai aroma yang dapat menarik nyamuk untuk bertelur. Salah satu atraktan
yang dapat menarik nyamuk untuk bertelur adalah atraktan air rendaman jerami.
Polson et al (2002) menggunakan atraktan air rendaman jerami dan membuktikan
jumlah telur yang terperangkap delapan kali lipat dibandingkan ovitrap standar7. Hal
serupa juga dilakukan oleh Santos et al (2003) dengan menggunakan air rendaman
jerami 10% dan dikombinasikan dengan Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti)
terbukti jumlah telur yang terperangkap lebih banyak 9. Penelitian Autocidal ovitrap di
Kabupaten Gunungkidul juga menunjukkan hal yang sama, rerata nyamuk yang
terperangkap padaautocidal ovitrap dengan atraktan rendaman jerami lebih besar dua
kali lipat dibandingkan rerataautocidal ovitrap dengan air biasa10.

Penggunaan autocidal ovitrap belum populer di kalangan masyarakat secara luas


dan belum banyak digunakan sebagai alat untuk pengendalian populasi nyamuk Ae.
Aegypti. Penggunaan autocidal ovitrapdan jerami sebagai atraktan pada daerah-daerah
pertanian di Indonesia dapat dijadikan solusi pengendalian vektor berbasis lokal pada
daerah-daerah endemis DBD. Selain sebagai alat pengendali vektor, autocidal ovitrap
juga berfungsi untuk mengumpulkan data monitoring kepadatan vektor dan adanya
potensi penularan vertikal secara transovarial di suatu daerah11, 12. Bahkan penelitian
Gama et al, (2007) di Brazil menunjukkan hasil bahwa ovitrap lebih seinsitif daripada
survey larva dalam mendeteksi keberadaan nyamuk Aedes sp 13, sehingga program
pengendalian vektor terpadu dan deteksi dini penularan bisa dilakukan lebih cepat.
Mengatasi masalah dengan sumber daya lokal merupakan cirri Kesehatan Masyarakat.
2. TTG pengendalian binatang pengganggu

Fun
gsi : Untuk menangkap tikus secara masal karena meskipun sudah ada tikus yang
terperangkap, lubang pada alat tidak akan tertutup dan tikus yang sudah masuk tidak dapat
keluar

Cara Menggunakan :

1. Multi Hole Rat Trapp ;


- Pasang Umpan di dalam alat
- Pasang Alat di tempat biasa tikus lewat atau dekat sarang tikus
- Cek alat tiap hari, bila ada tikus yang terperangkap bunuh dan ambil
2. Bucket Rat Trapp
- Pasang Umpan dengan cara mengkaitkan di atas alat
- Alat dengan air bersih kira seperempat tinggi wadah dan tambahi minyak goreng bekas
2-5 tetes
- Pasang Alat di tempat biasa tikus lewat atau dekat sarang tikus
- Cek alat tiap hari, bila ada tikus yang terperangkap bunuh dan ambil

Sumber : https://www.btkljogja.or.id/info-ttg/7

Anda mungkin juga menyukai