Anda di halaman 1dari 16

DINAMIKA, TANTANGAN, ESENSI manusia Indonesia sehari-hari.

Istilah
DAN URGENSI PANCASILA Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
1945, ditetapkan secara resmi sebagai
Kristianus Jimy Pratama dasar negara pada 18 Agustus 1945
Mahasiswa Bagian Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya bersama-sama dengan UUD 1945.
Jalan Palembang-Prabumulih KM 32 Pelafalan bunyi atau ucapan Pancasila
Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan
Email: kristianusjimy@gmail.com yang benar berdasarkan Inpres Nomor
12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan
ABSTRAK
Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
Indonesia memiliki Pancasila sebagai
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan
dasar dalam berpikir yang berasal dari
kerangka nilai-nilai filosofis berdasarkan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
identitas Bangsa Indonesia. Pancasila dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
sebagai sistem filsafat bergerak dinamis dalam permusyawaratan/perwakilan.
mengikuti masyarakat dimana kehidupan
Lima, Keadilan sosial bagi seluruh
bermasyarakat selalu memiliki tantangan
baik dari dalam atau dari luar suatu negara. rakyat Indonesia.1
Nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi hal yang hakiki dalam proses Sejarah Indonesia telah mencatat
berpikir bangsa Indonesia dan menjadi bahwa di antara tokoh perumus
pedoman dalam bertingkah laku maupun
Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad
dalam konsepsi pemikiran Bangsa
Indonesia Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Dapat dikemukakan
Kata Kunci : Pancasila, Sistem
Filsafat, Urgensi mengapa Pancasila dapat bertahan dari
berbagai guncangan kisruh politik di
A. PENDAHULUAN
negara ini, yaitu pertama ialah karena
Sebagai falsafah negara, Pancasila secara intrinsik dalam Pancasila itu
merupakan buah pikiran dari mengandung toleransi, dan siapa yang
perenungan dan pemikiran nilai – nilai menantang Pancasila berarti dia
filosofis yang terkandung dalam menentang toleransi.
identitas bangsa . Pancasila merupakan
Pancasila sebagai dasar falsafah
pedoman dalam kerangka berpikir baik
negara Indonesia yang harus diketahui
dalam memperjuangkan kemerdekaan,
sebagai alat pemersatu dalam 1
Poespowardoyo, Soeryanto, 1989, Filsafat
kehidupan berbangsa, serta sebagai Pancasila, halaman 24 Gramedia, Jakarta.
pandangan hidup untuk kehidupan
1
oleh seluruh warga negara Indonesia dari kehidupan yang adil dan
agar menghormati, menghargai, bahagia. Berdasarkan
menjaga dan menjalankan apa-apa yang pemikiran tersebut dapat
telah dilakukan oleh para pahlawan dikembangkan bahwa manusia
khususnya pahlawan proklamasi yang akan menemukan kebahagiaan
telah berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan jika mereka
negara Indonesia ini. Sehingga baik mampu dan mau melakukan
golongan muda maupun tua tetap peninjauan diri atau refleksi
meyakini Pancasila sebagai dasar diri sehingga muncul koreksi
negara Indonesia tanpa adanya terhadap diri secara obyektif.
keraguan guna memperkuat persatuan
2. Plato (472-347 s. M.)
dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia. Dalam karya tulisnya
“Republik” Plato menegaskan
B. PEMBAHASAN
bahwa para filsuf adalah
Kata filsafat dalam Bahasa
pencinta pandangan tentang
Indonesia berasal dari bahasa Yunani
kebenaran (vision of truth).
“Philosophia” terdiri dari kata Phile
Dalam pencarian dan
artinya Cinta dan Sophia artinya
menangkap pengetahuan
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta
mengenai ide yang abadi dan
Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat
tak berubah. Dalam konsepsi
yang besar atau yang berkobar-kobar
Plato, filsafat merupakan
atau yang sungguh-sungguh.
pencarian yang bersifat
Kebijaksanaan artinya Kebenaran
spekulatif atau terhadap
sejati atau kebenaran yang
pandangan tentang seluruh
sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat
kebenaran. Filsafat Plato ini
atau keinginan yang sungguh-sungguh
kemudan digolongkan sebagai
akan kebenaran sejati. Berikut
filsafat spekulatif.
pengertian filsafat menurut para ahli:
1. Socrates (469-399 s.M.) Terdapat dua cakupan dari
pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat adalah suatu bentuk
peninjauan diri yang bersifat 1. Filsafat sebagai Produk yang
reflektif atau berupa mencakup:
perenungan terhadap azas-azas
2
- Filsafat sebagai jenis sebabnya maka timbul berbagai
Pengetahuan, ilmu, konsep- pendapat mengenai pengertian filsafat
konsep, pemikiran- yang mempunyai kekhususannya
pemikiran (misalkan : masing-masing, antara lain:
rasionalisme, materialisme, 1. Berfilsafat secara Rationalisme
pragmatisme) yang mengagungkan akal
- Filsafat sebagai suatu jenis 2. Berfilsafat secara Materialisme
problema yang dihadapi yang mengagungkan materi
oleh manusia sebagai hasil 3. Berfilsafat secara
dari aktivitas berfilsafat. Individualisme yang
Manusia mencari suatu mengagungkan
kebenaran yang timbul dari individualitas
suatu persoalan yang 4. Berfilsafat secara Hedonisme
bersumber pada akal yang mengagungkan
manusia. kesenangan
2. Filsafat sebagai suatu Proses Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
mencakup: Filsafat sebagai suatu Menurut Ruslan Abdulgani,
proses, dalam hal ini filsafat bahwa Pancasila merupakan filsafat
diartikan dalam bentuk suatu negara yang lahir sebagai collectieve
aktivitas berfilsafat dalam proses Ideologie (cita-cita bersama) dari
pemecahan suatu permasalahan seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan
dengan menggunakan suatu cara sebagai filsafat, karena Pancasila
dan metode tertentu yang sesuai merupakan hasil perenungan jiwa yang
dengan objeknya. mendalam yang dilakukan oleh the

Filsafat secara umum dapat founding father kita, kemudian

diberi pengertian sebagai ilmu dituangkan dalam suatu “sistem” yang

pengetahuan yang menyelidiki hakikat tepat. Sedangkan menurut Notonagoro,

segala sesuatu untuk memperoleh Filsafat Pancasila memberi

kebenaran hakiki, karena filsafat telah pengetahuan dan pengertian ilmiah

mengalami perkembangan yang cukup yaitu tentang hakekat dari Pancasila.2

lama tentu dipengaruhi oleh berbagai


2
Kaelan, 2005, Filsafat Pancasila sebagai
faktor, misalnya ruang, waktu,
Filasfat Bangsa Negara Indonesia, Makalah
keadaan dan orangnya. Itulah
pada Kursus Calon Dosen Pendidikan
3
a. Karakteristik Sistem Filsafat Dalam susunan yang lain dapat
Pancasila juga digambarkan sebagai berikut :

Sebagai filsafat, Pancasila


1 2 3 4 5
memiliki karakteristik sistem
1 2 3 4 5
filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, yaitu 2 1 3 4 5

antara lain : 3 2 1 4 5

1 Sila-sila Pancasila merupakan 3 2 1 5


satu-kesatuan sistem yang bulat
atau dapat digambarkan sebagai
dan utuh (sebagai suatu
berikut :
totalitas). Dengan pengertian
lain, apabila tidak bulat dan
utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisah-pisah, maka itu
bukan Pancasila.
2 Susunan Pancasila dengan
suatu sistem yang bulat dan
utuh itu dapat digambarkan
sebagai berikut :
Ketiga gambar di atas

1 menunjukkan bahwa :

2 a. Sila 1, meliputi,
mendasari dan menjiwai sila
3
2, 3, 4, 5
4 b. Sila 2, diliputi, didasari,
dijiwai sila 1, dan mendasari
5
dan menjiwai sila 3, 4, 5
c. Sila 3, diliputi, didasari,
dijiwai sila 1, 2, dan
mendasari dan menjiwai sila
4, 5
Kewarganegaraan, halaman 7 , Jakarta. d. Sila 4, diliputi, didasari,
dijiwai sila 1, 2, 3 dan
4
mendasari dan menjiwai sila dasar negara Indonesia merdeka.
5 d. Kausa Finalis, maksudnya
e. Sila 5, diliputi, didasari, berhubungan dengan tujuannya, tujuan
dijiwai sila 1, 2, 3, 4 diusulkannya Pancasila sebagai dasar
Penjelasannya adalah bahwa negara Indonesia merdeka.
Pancasila sebagai suatu substansi, artinya
Inti atau esensi sila-sila Pancasila
unsur asli/permanen/primer .Pancasila
meliputi :
sebagai suatu yang ada mandiri, yang
unsur-unsurnya berasal dari dirinya 1. Tuhan, yaitu sebagai kausa
sendiri.Pancasila sebagai suatu realita, prima
artinya ada dalam diri manusia Indonesia 2. Manusia, yaitu makhluk
dan masyarakatnya, sebagai suatu individu dan makhluk sosial
kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, 3. Satu, yaitu kesatuan memiliki
hidup dan berkembang dalam kehidupan kepribadian sendiri
sehari-hari. 4. Rakyat, yaitu unsur mutlak
b. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila negara, harus bekerja sama
Pancasila ditinjau dari kausal dan gotong royong
Aristoteles dapat dijelaskan sebagai 5. Adil, yaitu memberikan
berikut : keadilan kepada diri sendiri
a. Kausa Materialis, maksudnya sebab dan orang lain yang menjadi
yang berhubungan dengan haknya.
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila c. Hakikat Nilai-nilai Pancasila
digali dari nilai-nilai sosial budaya
Nilai adalah suatu ide atau konsep
yang ada dalam bangsa Indonesia
tentang apa yang seseorang pikirkan
sendiri.
merupakan hal yang penting dalam
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab
hidupnya. Nilai dapat berada di dua
yang berhubungan dengan bentuknya,
kawasan : kognitif dan afektif. Nilai adalah
Pancasila yang ada dalam pembukaan
ide, bisa dikatakan konsep dan bisa
UUD ’45 memenuhi syarat formal
dikatakan abstraksi (Sidney Simon, 1986).
(kebenaran formal)
Nilai merupakan hal yang terkandung
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan
dalam hati nurani manusia yang lebih
BPUPKI dan PPKI dalam menyusun
memberi dasar dan prinsip akhlak yang
dan merumuskan Pancasila menjadi
merupakan standar dari keindahan dan
5
efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). awal mendirikan negara, berkonsensus
Langkah-langkah awal dari “nilai” adalah untuk memegang dan menganut Pancasila
seperti halnya ide manusia yang sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral
merupakan potensi pokok human being. bangsa. Konsensus bahwa Pancasila
Nilai tidaklah tampak dalam dunia sebagai anutan untuk pengembangan nilai
pengalaman. Dia nyata dalam jiwa dan moral bangsa ini secara ilmiah
manusia. Dalam ungkapan lain ditegaskan filosofis merupakan pemufakatan yang
oleh Sidney B. Simon (1986) bahwa normatif. Secara epistemologikal bangsa
sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai Indonesia punya keyakinan bahwa nilai
adalah jawaban yang jujur tapi benar dari dan moral yang terpancar dari asas
pertanyaan “what you are really, really, Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi
really, want.” dan kritalisasi dari sistem nilai budaya
bangsa dan agama yang kesemuanya
Studi tentang nilai termasuk dalam
bergerak vertikal dan horizontal serta
ruang lingkup estetika dan etika. Estetika
dinamis dalam kehidupan masyarakat.
cenderung kepada studi dan justifikasi
Selanjutnya untuk mensinkronkan dasar
yang menyangkut tentang manusia
filosofia-ideologi menjadi wujud jati diri
memikirkan keindahan, atau apa yang
bangsa yang nyata dan konsekuen secara
mereka senangi. Misalnya mempersoalkan
aksiologikal bangsa dan negara Indonesia
atau menceritakan si rambut panjang, pria
berkehendak untuk mengerti, menghayati,
pemakai anting-anting, nyanyian-nyanyian
membudayakan dan melaksanakan
bising dan bentuk-bentuk seni lain.
Pancasila. Upaya ini dikembangkan
Sedangkan etika cenderung kepada studi
melalui jalur keluarga, masyarakat dan
dan justifikasi tentang aturan atau
sekolah.
bagaimana manusia berperilaku. Ungkapan
Refleksi filsafat yang
etika sering timbul dari pertanyaan-
dikembangkan oleh Notonegoro untuk
pertanyaan yang mempertentangkan antara
menggali nilai-nilai abstrak, hakikat nilai-
benar salah, baik-buruk. Pada dasarnya
nilai Pancasila, ternyata kemudian
studi tentang etika merupakan pelajaran
dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya
tentang moral yang secara langsung
yang berujud konsep pengamalan yang
merupakan pemahaman tentang apa itu
benar dan salah.3 Bangsa Indonesia sejak Departemen Pertahanan dan Keamanan,
halaman 9 Jakarta.
3
Notonagoro, 1971, Pengertian Dasar bagi
Implementasi Pancasila untuk ABRI,
6
bersifat subyektif dan obyektif. sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada
Pengamalan secara obyektif adalah hakekatnya adalah manusia
pengamalan di bidang kehidupan Jadi secara ontologis hakekat dasar
kenegaraan atau kemasyarakatan, yang keberadaan dari sila sila Pancasila adalah
penjelasannya berupa suatu perangkat manusia. Untuk hal ini Notonagoro lebih
ketentuan hukum yang secara hierarkhis lanjut mengemukakan bahwa manusia
berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, sebagai pendukung pokok sila sila
Undang-undang Organik dan peraturan- Pancasila secara ontologi memiliki hal-hal
peraturan pelaksanaan lainnya. yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
Pengamalan secara subyektif adalah kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
pengamalan yang dilakukan oleh manusia Juga sebagai makluk individu dan sosial
individual, baik sebagai pribadi maupun serta kedudukan kodrat manusia sebagai
sebagai warga masyarakat ataupun sebagai makluk pribadi dan sebagai makluk Tuhan
pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya Yang Maha Esa. Oleh karena itu, maka
berupa tingkah laku dan sikap dalam hidup secara hierarkhis sila pertama Ketuhanan
sehari-hari. Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
Pancasila Dalam Kajian Ontologis keempat sila sila Pancasila
Secara ontologis kajian Pancasila Selanjutnya Pancasila secagai dasar
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai filsafat negara Republik Indonesia
upaya untuk mengetahui hakekat dasar memiliki susunan lima sila yang
dari sila sila Pancasila. Menurut merupakan suatu persatuan dan kesatuan
Notonagoro hakekat dasar ontologis serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang
Pancasila adalah manusia. Karena mutlak yaitu berupa sifat kodrat
manusia merupakan subyek hukum pokok monodualis, sebagai makluk individu
dari sila sila Pancasila. sekaligus juga sebagai makluk sosial, serta
Hal ini dapat dijelaskan bahwa kedudukannya sebagai makluk pribadi
yang berkeuhanan Yang Maha Esa, yang berdiri sendiri juga sekaligus sebagai
berkemanusian yang adil dan beradab, maakluk Tuhan. Konsekuensinya segala
berkesatuan indonesia, berkerakyatan aspek dalam penyelenggaraan negara
yaang dipimpin oleh hikmad diliputi oleh nilai nilai Pancasila yang
kebijaksanaan dalam merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan memiliki sifat dasar yang mutlak berupa

7
sifat kodrat manusia yang monodualis 2. tentang teori kebenaran
tersebut. pengetahuan manusia;
Kemudian seluruh nilai nilai Pancasila 3. tentang watak pengetahuan
tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa manusia.
bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti Epistimologi Pancasila sebagai
bahwa dalam setiap aspek suatu obyek kajian pengetahuan pada
penyelenggaraan negara harus dijabarkan hakekatnya meliputi masalah sumber
dan bersumberkan pada nilai nilai pengetahuan Pancasila dan susunan
Pancasila, seperti bentuk negara, sifat pengetahuan Pancasila. Tentang sumber
negara, tujuan negara, tugas dan kewajiban pengetahuan Pancasila, sebagaimana
negara dan warga negara, sistem hukum telah dipahami bersama adalah nilai-nilai
negara, moral negara dan segala sapek yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.
penyelenggaraan negara lainnya. Merujuk pada pemikiran filsafat
Aristoteles, bahwa nilai-nilai tersebut
Pancasila Dalam Kajian Epistimologi
sebagai kausa materialis Pancasila.
Dalam kajian epistimologi ,
Selanjutnya susunan Pancasila
Pancasila sebagai sistem filsafat
sebagai suatu sistem pengetahuan
dimaksudkan sebagai upaya untuk
maka Pancasila memiliki susunan
mencari hakekat Pancasila sebagai suatu
yang bersifat formal logis, baik dalam
sistem pengetahuan. Hal ini
arti susunan sila-sila Pancasila
dimungkinkan karena epistimologi
maupun isi arti dari dari sila-sila
merupakan bidang filsafat yang
Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-
membahas hakekat ilmu pengetahuan
sila Pancasila adalah bersifat
(ilmu tentang ilmu). Kajian epistimologi
hierarkhis dan berbentuk piramidal,
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan
dimana :
dasar ontologisnya. Oleh karena itu dasar
a. Sila pertama Pancasila
epistimologis Pancasila sangat berkaitan
mendasari dan menjiwai
erat dengan konsep dasarnya tentang
keempat sila lainnya
hakekat manusia.
b. Sila kedua didasari sila
Menurut Titus(1984: 20) terdapat
pertama serta mendasari
tiga persoalan yang mendasar dalam
dan menjiwai sila ketiga,
epistimologi yaitu :
keempat dan kelima
1. tentang sumber pengetahuan
c. Sila ketiga didasari dan
manusia;
8
dijiwai sila pertama, kedua pengetahuan manusia merupakan
serta mendasari dan suatu sintesa yang harmonis antara
menjiwai sila keempat dan potensi-potensi kejiwaan manusia
kelima yaitu akal, rasa, dan kehendak
d. Sila keempat didasari dan manusia untuk mendapatkan
dijiwai sila pertama, kedua kebenaran yang tertinggi.
dan ketiga, serta mendasari Selain itu dalam sila ketiga,
dan menjiwai sila kelima keempat dan kelinma, maka
e. Sila kelima didasari dan epistimologi Pancasila mengakui
dijiwai sila pertama, kedua, kebenaran konsensus terutama dalam
ketiga, dan keempat. kaitannya dengan hakekat sifat kodrat
manusia sebagai mahluk individu dan
Demikianlah maka susunan mahluk sosial.
Pancasila memiliki sistem logis baik Sebagai suatu paham
yang menyangkut kualitas maupun epistimologi, maka Pancasila
kuantitasnya. Dasar-dasar rasional mendasarkan pandangannya bahwa
logis Pancasila juga mennyangkut ilmu pengetahuan pada hakekatnya
kualitas maupun kuantitasnya. Selain tidak bebas nilai karena harus
itu, dasar-dasar rasional logis diletakkan pada kerangka moralitas
Pancasila juga menyangkut isi arti kodrat manusia serta moralitas religius
sila-sila Pancasila tersebut. Sila dalam upaya untuk mendapatkan suatu
Ketuhanan Yang Maha Esa memberi tingkatan pengetahuan dalam hidup
landasan kebenaran pengetahuan manusia. Itulah sebabnya Pancasila
manusia yang bersumber pada intuisi. secara epistimologis harus menjadi
Manusia pada hakekatnya kedudukan dasar moralitas bangsa dalam
dan kodratnya adalah sebagai mahluk membangun perkembangan sains dan
Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai teknologi dewasa ini.
dengan sila pertama Pancasila, Pancasila Dalam Kajian Aksiologi
epistimologi Pancasila juga mengakui Kajian aksiologi filsafat
kebenaran wahyu yang bersifat Pancasila pada hakekatnya membahas
mutlak. Hal ini sebagai tingkat tentang nilai praksis atau manfaat suatu
kebenaran yang tertinggi. pengetahuan tentang Pancasila. Karena
Selanjutnya kebenaran dan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem

9
filsafat memiliki satu kesatuan dasar nilai itu sebenarnya adalah suatu
aksiologis, sehingga nilai-nilai yang kenyataan yang tersembunyi di balik
terkandung dalam Pancasila pada kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya
hakekatnya juga merupakan suatu nilai itu karena adanya kenyataan-
kesatuan. Selanjutnya aksiologi kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
Pancasila mengandung arti bahwa kita Terdapat berbagai macam teori
membahas tentang filsafat nilai tentang nilai dan hal ini sangat
Pancasila. Istilah nilai dalam kajian tergantung pada titik tolak dan sudut
filsafat dipakai untuk merujuk pada pandangnya masing-masing dalam
ungkapan abstrak yang dapat juga menentukan pengertian nilai.
diartikan sebagai “keberhargaan” Kalangan materialis memandang
(worth) atau “kebaikan” (goodnes), bahwa hakekat nilai yang tertinggi
dan kata kerja yang artinya sesuatu adalah nilai material, sementara
tindakan kejiwaan tertentu dalam kalangan hedonis berpandangan
menilai atau melakukan penilaian bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai
( Frankena, 229). kenikmatan. Namun dari berbagai
Di dalam Dictionary of macam pandangan tentang nilai dapat
sociology an related sciences dikelompokan pada dua macam sudut
dikemukakan bahwa nilai adalah suatu pandang, yaitu bahwa sesuatu itu
kemampuan yang dipercayai yang ada bernilai karena berkaitan dengan
pada suatu benda untuk memuaskan subjek pemberi nilai yaitu manusia.
manusia. Sifat dari suatu benda yang Hal ini bersifat subjektif, namun juga
menyebabkan menarik minat terdapat pandangan bahwa pada
seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu hakekatnya sesuatu itu melekat pada
pada hakekatnya adalah sifat atau dirinya sendiri memang bernilai. Hal
kualitas yang melekat pada suatu ini merupakan pandangan dari paham
objek. Sesuatu itu mengandung nilai, objektivisme.
artinya ada sifat atau kualitas yang Notonagoro merinci tentang
melekat pada sesuatu itu, misalnya; nilai ada yang bersifat material dan
bunga itu indah, perbuatan itu baik. nonmaterial. Dalam hubungan ini
Indah dan baik adalah sifat atau manusia memiliki orientasi nilai yang
kualitas yang melekat pada bunga dan berbeda tergantung pada pandangan
perbuatan. Dengan demikian maka hidup dan filsafat hidup masing-

10
masing. Ada yang mendasarkan pada values Pancasila). Bangsa Indonesia
orientasi nilai material, namun ada yang berketuhanan, yang
pula yang sebaliknya yaitu berkemanusiaan, yang berpersatuan,
berorientasi pada nilai yang yang berkerakyatan dan yang
nonmaterial. Nilai material relatif berkeadilan sosial.Sebagai pendukung
lebih mudah diukur menggunakan nilai, bangsa Indonesia itulah yang
panca indra maupun alat pengukur. menghargai, mengakui, menerima
Tetapi nilai yang bersifat rohaniah Pancasila sebagai sesuatu yang
sulit diukur, tetapi dapat juga bernilai. Pengakuan, penghargaan,
dilakukan dengan hati nurani manusia dan penerimaan Pancasila sebagai
sebagai alat ukur yang dibantu oleh sesuatu yang bernilai itu akan tampak
cipta, rasa, dan karsa serta keyakinan menggejala dalam sikap, tingkah laku,
manusia . dan perbuatan bangsa Indonesia.
Menurut Notonagoro bahwa Kalau pengakuan, penerimaan atau
nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai penghargaan itu telah menggejala
kerohanian, tetapi nilai-nilai dalam sikap, tingkah laku dan
kerohanian yang mengakui nilai perbuatan menusia dan bangsa
material dan nilai vital. Dengan Indonesia, maka bangsa Indonesia
demikian nilai-nilai Pancasila yang dalam hal ini sekaligus adalah
tergolong nilai kerokhanian itu juga pengembannya dalam sikap, tingkah
mengandung nilai-nilai lain secara laku dan perbuatan manusia
lengkap dan harmonis seperti nilai Indonesia.
material, nilai vital, nilai kebenaran, Dinamika dan Tantangan Pancasila
nilai keindahan atau estetis, nilai Sebagai Sistem Filsafat
kebaikan atau nilai moral, maupun Pancasila sebagai sistem filsafat
nilai kesucian yang secara keseluruhan mengalami dinamika sebagai berikut.
bersifat sistematik-hierarkhis, dimana Pada era pemerintahan Soekarno,
sila pertama yaitu ketuhanan Yang Pancasila sebagai sistem filsafat
Maha Esa menjadi basis dari semua dikenal dengan istilah “Philosofische
sila-sila Pancasila . Grondslag”. Gagasan tersebut
Secara aksiologis, bangsa merupakan perenungan filosofis
Indonesia merupakan pendukung Soekarno atas rencananya berdirinya
nilai-nilai Pancasila (subcriber of negara Indonesia merdeka. Ide

11
tersebut dimaksudkan sebagai dasar Pancasila sebagai sistem filsafat
kerohanian bagi penyelenggaraan bergema dalam wacana akademik,
kehidupan bernegara. Ide tersebut termasuk kritik dan renungan yang
ternyata mendapat sambutan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato
positif dari berbagai kalangan, 1 Juni 2011. Habibie menyatakan
terutama dalam sidang BPUPKI bahwa:
pertama, persisnya pada 1 Juni 1945.
“Pancasila seolah-olah
Namun, ide tentang Philosofische
tenggelam dalam pusaran sejarah
Grondslag belum diuraikan secara
masa lalu yang tidak lagi relevan
rinci, lebih merupakan adagium
untuk disertakan dalam dialektika
politik untuk menarik perhatian
reformasi. Pancasila seolah hilang
anggota sidang, dan bersifat teoritis.
dari memori kolektif bangsa
Pada masa itu, Soekarno lebih
Indonesia. Pancasila semakin jarang
menekankan bahwa Pancasila
diucapkan, dikutip, dan dibahas baik
merupakan filsafat asli Indonesia yang
dalam konteks kehidupan
diangkat dari akulturasi budaya
ketatanegaraan, kebangsaan maupun
bangsa Indonesia.
kemasyarakatan. Pancasila seperti
Pada era Soeharto, kedudukan tersandar di sebuah lorong sunyi
Pancasila sebagai sistem filsafat justru di tengah denyut kehidupan
berkembang ke arah yang lebih bangsa Indonesia yang semakin
praktis (dalam hal ini istilah yang hiruk-pikuk dengan demokrasi dan
lebih tepat adalah weltanschauung). kebebasan berpolitik” (Habibie,
Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya 2011: 1--2).
bertujuan mencari kebenaran dan
Tantangan Pancasila sebagai Sistem
kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
Filsafat
sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Atas dasar inilah, Soeharto Beberapa bentuk tantangan terhadap
mengembangkan sistem filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat muncul
dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
Pancasila menjadi penataran P-
4. Pada era reformasi, Pancasila Pertama, kapitalisme, yaitu aliran
sebagai sistem filsafat kurang yang meyakini bahwa kebebasan
terdengar resonansinya. Namun, individual pemilik modal untuk
mengembangkan usahanya dalam rangka
12
meraih keuntungan sebesar-besarnya Artinya,setiap mahluk hidup,
merupakan upaya untuk menyejahterakan termasuk warga negara harus memiliki
masyarakat. Salah satu bentuk tantangan kesadaran yang otonom (kebebasan,
kapitalisme terhadap Pancasila sebagai kemandirian) di satu pihak, dan
sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan berkesadaran sebagai mahluk Tuhan
individual secara berlebihan sehingga Yang Maha Esa yang akan dimintai
dapat menimbulkan berbagai dampak pertanggungjawaban atas semua
negatif, seperti monopoli, gaya hidup tindakan yang dilakukan.
konsumerisme, dan lain-lain. Artinya,kebebasan selalu dihadapkan
pada tanggung jawab, dan tanggung
Kedua, komunisme adalah sebuah
jawab tertinggi adalah kepada Sang
paham yang muncul sebagai reaksi atas
Pencipta.
perkembangan kapitalisme sebagai produk
Kedua; hakikat sila
masyarakat liberal. Komunisme
kemanusiaan adalah manusia
merupakan aliran yang meyakini bahwa
monopluralis, yang terdiri atas3
kepemilikan modal dikuasai oleh negara
monodualis, yaitu susunan kodrat
untuk kemakmuran rakyat secara merata.
(jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk
Salah satu bentuk tantangan komunisme
individu, sosial), kedudukan kodrat
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
(makhluk pribadi yang otonom dan
ialah dominasi negara yang berlebihan
makhluk Tuhan).
sehingga dapat menghilangkan peran
Ketiga,hakikat sila persatuan
rakyat dalam kehidupan bernegara.
terkait dengan semangat kebangsaan.
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Rasa kebangsaan terwujud dalam
Sistem Filsafat
bentuk cinta tanah air, yang dibedakan
a. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai
ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real,
Sistem Filsafat
tanah air formal, dan tanah air mental.
Hakikat (esensi) pancasila
Tanah air realadalah bumi tempat
sebagai sistem filsafat terletak pada
orang dilahirkan dan dibesarkan,
hal-hal sebagai berikut.
bersukaadalah bumi tempat orang
Pertama; hakikat sila
dilahirkan dan dibesarkan,
ketuhanan terletak pada keyakinan
bersuka,dan berduka, yang dialami
bangsa Indonesia bahwa Tuhan
secara fisik sehari-hari.
sebagai prinsip utama dalam
kehidupan semua makhluk.

13
Keempat,hakikat sila Kedua,pancasila sebagai
kerakyatan terletak pada prinsip sistem filsafat membangun alam
musyawarah.Artinya,keputusan yang pemikiran yang berakar dari nilai-
diambil lebih didasarkan atas nilai budaya bangsa Indonesia

semangat musyawarah untuk mufakat, sendirisehingga mampu dalam

bukan membenarkan begitu saja menghadapi berbagai ideologi dunia.

pendapat mayoritas tanpa peduli Ketiga,pancasila sebagai


sistem filsafat dapat menjadi dasar
pendapat minoritas.
pijakan untuk menghadapi tantangan
Kelima, hakikat sila keadilan
globalisasi yang dapat melunturkan
terwujud dalam tiga aspek, yaitu
semangat kebangsaan dan
keadilan distributif, legal, dan
melemahkan sendi-sendi
komutatif. Keadilan distributif adalah
perekonomian yang berorientasi
keadilan bersifat membagi dari negara
pada kesejahteraan rakyat banyak.
kepada warga negara. Keadilan legal
Keempat,pancasila sebagai
adalah kewajiban warga negara
sistem filsafat dapat menjadi way of
terhadap negara atau dinamakan
life sekaligus way of thinkingbangsa
keadilan bertaat. Keadilan komutatif Indonesia untuk menjaga
adalah keadilan antara sesama warga keseimbangan dan konsistensi antara
negara . tindakan dan pemikiran. Bahaya
b. Urgensi Pancasila sebagai yang ditimbulkan kehidupan modern
Sistem Filsafat dewasa ini adalah
Hal-hal penting yang sangat ketidakseimbangan antara cara
urgen bagi pengembangan pancasila bertindak dan cara berpikirsehingga
sebagai sistem filsafat meliputi hal- menimbulkan kerusakan lingkungan
hal sebagai berikut : dan mental dari suatu bangsa.
Pertama,meletakkan
pancasila sebagai sistem filsafat C. PENUTUP

dapat memulihkan harga diri bangsa 1. KESIMPULAN


Indonesia sebagai bangsa yang Berdasarkan pembahasan diatas
merdeka dalam politik, yuridis, dan dapat disimpulkan bahwa berfilsafat
juga merdeka dalam mengemukakan adalah berpikir secara mendalam dan
ide-ide pemikirannya untuk sungguh-sungguh. Sedangkan
kemajuan bangsa, baik secara Pancasila sebagai sistem filsafat adalah
materiil maupun spiritual. suatu kesatuan bagian-bagian yang
14
saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu
dengan sila yang lain untuk tujuan
tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh
yang mempunyai beberapa inti sila,
nilai dan landasan yang mendasar.
2. SARAN
Dalam makalah ini penulis
berkeinginan memberikan saran
kepada pembaca agar ikut peduli
dalam mengetahui sejauh mana kita
mempelajari tentang filsafat, filsafat
pancasila, dan pancasila sebagai
sistem filsafat. Semoga dengan
makalah ini para pembaca dapat
menambah cakrawala ilmu
pengetahuan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Darmodiharjo, Darji, 1996, Pokok-pokok
Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Fukuyama, F. 1989, The End of History, dalam


National Interest, No. 16 (1989), dikutip dari
Modernity and Its Future, H. 48, Polity Press,
Cambridge.

Kaelan, 2005, Filsafat Pancasila sebagai


Filasfat Bangsa Negara Indonesia, Makalah
pada Kursus Calon Dosen Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta.

Notonagoro, 1971, Pengertian Dasar bagi


Implementasi Pancasila untuk ABRI,
Departemen Pertahanan dan Keamanan,
Jakarta.

Poespowardoyo, Soeryanto, 1989, Filsafat


Pancasila, Gramedia, Jakarta.

Pranarka, A.W.M., 1985, Sejarah Pemikiran


tantang Pancasila, CSIS, Jakarta.

Suseno, Franz, Magnis, 1987, Etika Politik


: Prinsip-prinsip Moral Dasar Modern, PT
Gramedia, Jakarta.

Titus Harold, and Marilyn S., Smith, Richard


T. Nolan, 1984, Living Issues Philosophy,
Penerbit Bulan Bintang, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai