Anda di halaman 1dari 21

i

INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK TASAWUF

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu


Tugas Pada Mata Kuliah Akhlak Tasawuf Tahun
2019

KELOMPOK 12

EKONOMI SYARIAH

NELY FARADILLA (602022019021)

MARDIANA (602022019035)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa‟atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Akhlak Tasawuf dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Tasawuf”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Watampone, 11 Oktober 2019

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Pengertian Modernisasi dan Globalisasi..........................................3

1. Modernisasi.................................................................................3

2. Globalisasi...................................................................................4

B. Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Tasawuf.........................................5

C. Tasawuf dan Etos Kerja....................................................................7

1. Pengertian Tasawuf.....................................................................7

2. Pengertian Etos Kerja................................................................10

3. Hakikat Tasawuf dan Etos Kerja...............................................10


4. Konsep Etos Kerja dalam Tasawuf...........................................11

BAB III PENUTUP.....................................................................................16

A. Kesimpulan.....................................................................................16

B. Saran...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir di setiap sudut kehidupan, kita akan menyaksikan begitu


banyak orang yang bekerja. Apalagi bagi seorang muslim bekerja
dimaknai sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan
mengerahkan seluruh aset, pikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan
atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah SWT yang harus
menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khairu ummah) (Tasmara, 2002:25). Atau
dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa dengan hanya bekerja
manusia itu memanusiakan dirinya.
Keberhasilan kerja seseorang ditentukan oleh adanya etos kerja
tinggi yang tertanam dalam dirinya. Dengan cara memahami dan meyakini
ajaran-ajaran agama yang berhubungan dengan penilaian ajaran agama
tersebut terhadap kerja, akan menumbuhkan suatu etos kerja pada diri
seseorang. Pada perkembangan selanjutnya etos kerja ini akan menjadi
pendorong keberhasilan kerjanya. Persoalannya bagaimana konsep etos
kerja dalam Islam yang digali dari Al-Quran dan Hadits.
Mereka yang beretos kerja memiliki semacam semangat untuk
memberikan pengaruh positif kepadanya bahkan kepada lingkungannya.
Keberadaan dirinya diukur oleh sejauh mana potensi yang dimilikinya
memberikan pengaruh mendalam bagi orang lain.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan modernisasi dan globalisasi?

2. Bagaimana internalisasi nilai-nilai akhlak tasawuf?

3. Bagaimana konsep dan hakikat tasawuf dan etos kerja?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian modernisasi dan globalisasi

2. Untuk mengetahui dan memahami hal terkait internalisasi nilai-nilai


akhlak tasawuf
3. Untuk mengetahui konsep dan hakikat tasawuf dan etos kerja
BAB 2
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Modernisasi dan Globalisasi

1. Modernisasi

Modernisasi adalah suatu proses perubahan atau transformasi


dari keadaan tradisional menuju ke masyarakat yang lebih maju atau
modern. Tujuan utama dari modernisasi ini adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara umum. Selain itu,
modernisasi juga bertujuan untuk mengubah pola pikir seseorang
menjadi lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan sehingga dapat
beradaptasi dengan kehidupan yang dinamis.
Agar lebih memahami apa itu modernisasi, maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
a. Widjojo Nitisastro

Menurut Widjojo Nitisastro (ekonom), pengertian modernisasi


adalah transformasi total dari kehidupan tradisional atau pra
modern dalam hal organisasi sosial dan teknologi ke arah yang
modern.
b. Soerjono soekanto
Menurut Soerjono soekanto, pengertian modernisasi adalah suatu
bentuk perubahan sosial secara terarah dan didasarkan pada suatu
perencanaan yang disebut dengan social planning.
c. Wilbert E Moore

Menurut Wilbert E Moore, pengertian modernisasi adalah bentuk


transformasi kehidupan masyarakat secara total dari tradisional
menuju penggunaan teknologi dengan tujuan menstabilkan

3
4

ekonomi Negara. Melalui dasar pengertian tersebut secara garis


besar maka istilah modern dapat mencakup pengertian berikut ini:
1) Arti Modern yaitu kemajemukan rasional pada berbagai bidang
serta meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata dan
menyeluruh.
2) Arti Modern yaitu berkemanusiaan serta peradaban yang tingi
nilainya dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
2. Globalisasi

Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru


terkhusus yang ada kaitannya dengan informasi secara global atau
mendunia lewat media cetak atau pun media elektronik. Terbentuknya
globalisasi itu dikarenakan addanya sebuah kemajuan dalam bidang
komunikasi dunia.
Terdapat juga yang mengartikan globalisasi sebagai hilangnya
batas ruang dan waktu yang disebabkan oleh kemajuan teknologi
informasi. Terjadinya globalisasi disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
a. Peningkatan pengetahuan

b. Kemandirian

c. Patuh hukum

d. Rasionalisasi

e. Keterbukaan

f. Kemampuan memprediksi

g. Etos kerja

h. Produktivitas dan efisiensi

i. Manajemen resiko
j. Keberanian bersaing

B. Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Tasawuf

Akhlak-Tasawuf merupakan perwujudan dari ihsan, maka akhlak-


tasawuf pada hakikatnya berarti rasa penghayatan batin seseorang terhadap
Tuhan dengan perasaan ma‟rifah dan mur qabah dalam kehidupan
beragama. Jadi, hakikat akhlak-tasawuf adalah rasa penghayatan batin
akan kehadiran Tuhan dalam diri seseorang, sehingga ia merasa dekat
dengan Dia. Kemudian penghayatan batin seperti itu diimplementasikan
dalam perbuatan baik (ihsan). Ihsan kepada Allah, Ihsan kepada sesama
manusia, dan ihsan kepada lingkungan alam.
Perlunya tasawuf diinternalisasikan dalam kehidupan masyarakat
menurut Komaruddin Hidayat memiliki tiga tujuan. Pertama,
menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya
nilai-nilai spiritual. Kedua, mengenalkan pemahaman tentang aspek
esoteris (kebatinan) Islam. Ketiga, menegaskan kembali bahwa
sesungguhnya aspek esoteris Islam adalah jantung ajaran Islam, sehingga
bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek-aspek
lain dalam ajaran Islam.
Secara normatif, nilai akhlak-tasawuf yang perlu diinternalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Nilai Ilahiyyah (ketuhanan)

Nilai Ilahiiyah merupakan nilai yang tertinggi dibandingkan dengan


nilai lainnya, karena nilai ini berhubungan langsung dengan Tuhan.
Nilai Ilahiyah merupakan penjelasan mengenai hubungan antara
manusia dengan Allah Swt (habl min Allah), yang mencakup
keimanan kepada Allah Swt dan peribadatan kepada-Nya. Dengan
demikian, nilai yang terdapat dalam akhlak-tasawuf tercermin dari
bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt dengan tujuan
mendekatkan diri kepada-Nya.Karena tujuan utama Akhlak Tasawuf
dan Pendidikan Karakter adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt
dan mendapatkan ridha-Nya, maka aktivitasnya harus difokuskan pada
sesuatu yang mendekatkan diri kepada Tuhan atau petunjuk padasifat-
sifat terpuji.Nilai-nilai ini tidak akan mungkin tumbuh hanya melalui
pemberian materi ajaran akhlak-tasawuf saja, tetapi lebih penting lagi
melalui penciptaan lingkungan, memberikan latihan dan pengalaman,
serta proses yang mendukung tumbuhnya keimanan atau proses
penghayatan sampai pada makna akhlak-tasawuf, baik itu di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang saling
mendukung. Pondok Pesantren adalah lingkungan internalisasi yang
sangat strategis karena 24 jam meraka berada dalam suasana religius.
2. Nilai Insaniyyah (kemanusiaan)

Nilai Insaniyyah merupakan nilai kemanusiaan dalam hubungannya


dengan sesama manusia. Dengan kata lain, nilai hidup yang tumbuh
dan berkembang dalam dan dari peradaban manusia. Hal ini
merupakan penjelasan hubungan antara manusia dengan sesamanya
(habl min al-nas), yang mencakup hubungan manusia dengan dirinya
sendiri dan sesama manusia. Nilai yang terdapat dalam akhlak-
tasawuf tercermin dalam kesadaran seseorang untuk selalu perbuatan
baik (ihsan) kepada sesama manusia tanpa melihat latarbalakang
mereka.Nilai insaniyyah mencakup dimensi individu dan masyarakat.
Pada dimensi individual dapat berarti mewujudkan kesempurnaan dan
integritas individu, sedangkan pada dimensi sosial mencakup
kekukuhan masyarakat, kemajuan yang berkesinambungan, terpadu,
stabil, tolong-menolong, solidaritas, ikhlas dan tanggung jawab.15 Hal
ini selaras dengan ciri-ciri ajaran agama Islam yang dijelaskan oleh
wahyu al-Qur‟an dan al-Hadits yang tidak menghendaki
kekerasan, melainkan kasih sayang terhadap sesama, membebaskan
manusia dari semua bentuk penindasan dan eksploitasi perseorangan,
sosial maupun alam menuju transdensi Tuhan, yakni suatu persatuan
seluruh keberadaan manusia atas satu prinsip Universal.
3. Nilai Alamiyah (kealaman)

Nilai alamiyah yang dimaksud adalah nilai hubungan manusia dengan


lingkungan dan alam sekitar. Pelestarian alam, seperti binatang,
tumbuh-tumbuhan, gunung, laut, dll menjadi tanggung jawab
manusia. Nilai yang terkandung dalam akhlak tasawuf tercermin
dalam kesadaran manusia untuk menyayangi binatang, merawat
tumbuh-tumbuhan, dan melestarikan alam.Kajian akhlak-tasawuf
dapat dipandang sebagai usaha mengubah tingkah laku dengan
menggunakan bahan pengajaran materi akhlak-tasawuf. Oleh karena
itu, keberhasilan pendidikan melalui proses pembelajaran Akhlak-
Tasawuf dan Pendidikan Karakter tidak cukup apabila hanya diukur
dari tingkat penguasaan materi atau dari segi kognitifnya semata.
Justru yang lebih penting dalam kajian Akhlak-Tasawuf dan
Pendidikan Karakter adalah sejauh mana nilai-nilai ajaran Akhlak
Tasawuf dan Pendidikan Karakter tertanam dalam jiwa peserta didik
yang diwujudkan secara nyata dalam prilaku sehari-hari.

C. Tasawuf dan Etos Kerja

1. Pengertian Tasawuf
Tasawuf secara etimologi. Asal istilah tasawuf merujuk ke
beberapa kata:
a. ‫ ص‬F‫فى‬ artinya suci bersih.Dalam pengertian ini orang yang ingin
dekat dengan Allah SWT., aktifitasnya banyak diarahkan pada
pensucian diri dalam rangka dekat dengan Allah SWT. Artinya
Allah Maha Suci tidak mungkin bisa didekati kecuali oleh orang-
orang yang memelihara kesucian. Bishr bin al-Harith berkata:”sufi
adalah orang yang hatinya suci/tulus kepada Allah.
b. ‫ صف‬artinya barisan atau barisan terdepan. Orang yang ingin dekat
dengan Allah, pasti sudah kuat imannya. Oleh karena itu selalu ada
pada barisan terdepan dalam hal ibadah.
c. ‫ة ص ال‬F ‫اهل ف‬ artinya penghuni serambi (masjid). Istilah
ini disandarkan kepada orang yang ingin selalu dekat dengan Allah
SWT., maka mereka ikut juga hijrah dengan Nabi dari Mekah ke
Madinah. Di Madinah merreka tinggalnya di serambi masjid.
d. ‫وف‬F‫ ص‬artinya wol, bulu binatang kasar. Orang yang selalu dekat
dengan Allah swa., hanya memakai alat berpakaian bulu binatang
yang kasar, domba, unta dan sebagainya, ini hanya pandangan saya
karena kaum sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai
pakaian dari bulu.
Secara etimologis kata tasawuf lebih dekat dengan kata ‫ صوف‬.
Sebagaimana pendapat Ibn Khaldun bahwa kata Sufi merupakan kata
jadian dari kata Suf. Tapi perlu diingat, bukan sekedar karena ia
memakai pakaian yang terbuat dari kain bulu dan wol kasar maka
seseorang disebut sufi. Seseorang menggunakan wol hanya sebagai
simbol kesucian, mereka menyiksa dan menekan hawa nafsu dan
berjalan di jalan Nabi.
Secara terminology terdapat beberapa definisi yang telah
dibuat oleh untuk menjelaskan pengertian tasawuf secara terminology.
Berikut beberapa diantaranya:
a. Menurut Abu Qasim al-Qusyaeri (376-466), tasawuf ialah
penjabaran ajaran Al-Quran, sunnah, berjuang mengendalikan
hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid‟ah, mengendalikan syahwat,
dan menghindari sikap meringankan ibadah.
b. Menurut Ahmad Amin tasawuf ialah bertekun dalam ibadah,
berhubungan langsung dengan Allah SWT., menjauhkan diri dari
kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh
orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat
untuk beribadah.
c. Sedang tasawuf menurut Zakaria al- Anshari ialah mengajarkan
cara untuk mensucikan diri, meningkatkan akhlak, berlaku zuhud
terhadap yang diburu oleh orang banyak, dan menghindari dari
mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah mendekatkan diri
kepada Allah dan memperoleh hubungan langsung dengannya.
Dan menurut Ibrahim Hilal dalam bukunya „Tasawuf Antara
Agama dan Filsafat‟, bahwa tasawuf pada umumnya bermakna
menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan dunia,
rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan
ibadah, melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melakukan
berbagai jenis wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang
menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.

2. Pengertian Etos Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etos adalah


pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedang etos
kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok.
Sejalan dengan Franz Magnis-Suseno berpendapat bahwa etos
adalah semangat dan sikap batin tetap seseorang atau sekelompok
orang sejauh di dalamnya termuat tekanan moral dan nilai-nilai moral
tertentu. Sedang Clifford Geertz mengartikan etos sebagai sikap yang
mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.
Dengan demikian, etos menyangkut semangat hidup, termasuk
semangat bekerja, pengetahuan dan keterampilan yang memadai
tentang pekerjaan yang ditangani.
3. Hakikat Tasawuf dan Etos Kerja
Pada dasarnya tasawuf itu baik dan benar, tetapi persepsi orang
terhadapnya sering keliru. Ini disebabkan oleh mentalitas masyarakat
Indonesia yang sudah rusak akibat berbagai pengalaman sejarah yang
menyakitkan selama ini. Mentalitas masyarakat yang rusak
menyebabkan persepsi terhadap ajaran agama kadang-kadang keliru,
seperti persepsi terhadap ajaran tasawuf.
Karenanya, persepsi yang keliru itu harus dilacak pada sikap
kerusakan sikap mental masyarakat. Mentalitas masyarakat Indonesia
mulai rusak ketika mengalami penjajahan ratusan tahun. Penjajahan
inilah yang menyebabkan masyarakat menderita lahir batin. Seperti
hidup miskin, kecewa, frustasi, stress, pesimistis, serta merasa tidak
ada masa depan. Ini kemudian menjungkirbalikkan tatanan
masyarakat serta merusak mentalitas dan cara berpikir. Akibatnya
nilai-nilai dari budaya dan agama sering dipersepsikan secara keliru.
Inilah yang telah dialami oleh tasawuf yang sering dipersepsikan
sebagai faktor yang melemahkan etos kerja. Untuk memperbaiki
persepsi yang keliru itu, selain mentalitas masyarakat perlu dibangun
kembali, juga ada baiknya dilakukan reinterpretasi terhadap sikap-
sikap dan ajaran tasawuf. Menurut ajaran Islam, bekerja itu wajib,
setidaknya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga dan
umat. Tasawuf pun sejalan dengan ajaran dasar Islam, sehingga
tasawuf tidak melemahkan etos kerja, tetapi malah dapat memperkuat
etos kerja.
4. Konsep Etos Kerja dalam Tasawuf

Untuk meningkatkan semangat atau etos kerja dalam diri kita,


para ahli sufi telah mengajarkan kita melalui sikap yang mereka
contohkan dalam kehidupan mereka sesuai dengan ajaran dan konsep
tasawuf. Di antaranya, sikap optimisme, istiqamah, sabar, ikhlas,
ridha, qana‟ah, takwa, takut, tawakal, taubat, zuhud, wara‟,
syukur, cinta, rindu, shidiq, syaja‟ah, takdir, malu, zikir, doa, tafakkur,
uzlah, kemiskinan, dan kematian.
a. Optimisme

Optimisme atau harapan dalam tasawuf disebut raja‟. Raja‟ ialah


mengharapkan rahmat Allah SWT yang sesungguhnya selalu
mengelilingi kita, tetapi jarang diperhatikan.Harapan untuk
mendekat dengan Allah SWT didasarkan pada sebuah hadits qudsi
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori. Optimisme jelas
mengandung etos kerja yang tinggi, karena untuk mewujudkan
optimisme diperlukan ikhtiar. Bila optimismenya berharap untuk
bertemu dengan Allah SWT, tentulah ia harus mendekatkan diri
kepada-Nya.
b. Istiqomah

Istiqomah berarti teguh atau konsisten, maksudnya konsisten pada


jalan yang lurus dan benar dalam niat, perkataan dan perbuatan.
Istiqomah merupakan salah satu cara mendekatkan diri pada
Tuhan. Istiqomah di sini konteksnya adalah perbuatan halal, yakni
melakukan suatu perbuatan halal secara konsisten, terus menerus
tanpa kenal henti dengan sabar dan ikhlas untuk mencapai
kemaslahatan diri dan umat serta mendekatkan diri pada Tuhan.
c. Sabar

Sabar berarti menahan, maksudnya menahan diri dari keluh kesah


ketika menjalankan perintah Tuhan dan sewaktu menghadapi
musibah. Jadi, sabar meliputi urusan duniawi dan ukhrowi. Sabar
merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kesabaran merupakan salah satu sikap yang sangat penting dalam
pengembangan etos kerja. Kita tidak mampu bekerja disiplin, jika
tidak memiliki kesabaran. Dalam pekerjaan biasanya ada
tantangan, seperti lelah, mengurus tenaga dan pikiran dan
sebagainya. Semua ini tidak dapat dilakukan tanpa kesabaran.
d. Ikhlas

Ikhlas berati murni atau bersih, maksudnya suatu amal perbuatan


dilakukan bersih dari pamrih. Amal itu dilaksanakan semata-mata
karena Allah SWT atau menegakkan kebenaran, keadilan dana
kejujuran. Sikap ikhlas menghendaki orang melakukan perbuatan
atau bekerja. Karena perbuatan itulah yang dinilai ikhlas atau tidak.
Jika tidak ada perbuatan, maka tidak ada yang bisa dinila ikhlas
atau tidak. Sikap ikhlas mengandung etos kerja yang kuat. Etos
kerja yang ditimbulkan oleh sikap ikhlas sangat kuat. Karena
pekerjaan yang didasarkan pada keikhlasan tidak mengharapkan
pamrih.
e. Ridho

Ridho berarti senang, maksudnya senang menjadikan Allah SWT


sebagai Tuhan, senang kepada ajaran dan takdirnya. Orang yang
telah mencintai Allah SWT biasanya senang dengan segala hal
yang datang dari Allah SWT. Bekerja merupakan salah satu wujud
ridho kepada Allah SWT, dan orang yang ridlo akan menganggap
bahwa pekerjaan itu suatu hal yang menyenangkan. Sebab ridho
kepada Allah SWT berarti senang bekerja dalam upaya memenuhi
kebutuhan kewajibannya mencari nafkah. Dengan demikian, ridho
kepada Allah SWT mengandung etos kerja yang kuat. Karena
ridho, maka orang bekerja keras untuk membuktikan takdir.
f. Qona‟ah

Qona‟ah berarti merasa cukup, maksudnya rizqi yang diperoleh dari


Allah SWT dirasa cukup untuk disyukuri.Meskipun
penghasilannya kecil, namun diterima dengan ikhlas dan sabar,
sehingga tidak terdorong mencari tambahan pendapatan dengan
cara yang haram dan percaya bahwa setiap orang telah ditentukan
rizqinya. Qona‟ah adalah merasa cukup setelah berikhtiar.
Sebaliknya merasa cukup tanpa ikhtiar itu bukan qona‟ah,
tetapi disebut malas, dan sikap malas dilarang oleh Allah SWT.
g. Takwa

Takwa berarti menjaga atau memelihara, artinya memelihara diri


dari murka Tuhan dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Menurut sebagian sufi, takwa adalah membentengi
diri dari siksa Tuhan dengan jalan taat kepadanya. Sedang ahli fiqih
berpendapat bahwa takwa adalah menjaga diri dari segala sesuatu
yang melibatkan diri ke dalam perbuatan dosa. Rasa takut
hanyakepada Allah SWT mengandung pengertian bahwa orang
tidak boleh takut kepada selain Allah SWT.Dengan demikian,
takwa mengandung etos kerja yang kuat. Karena takwa diwujudkan
dengan membangun kehidupan dunia dan tetap menjalankan
perintah-Nya. Dalam membangun kehidupan dunia, ada batas-batas
yang tidak boleh dilanggar, seperti bisnis seks, perjudian dan
minuman keras. Kemudian tidak boleh melakukan hal-hal yang
merugikan orang lain.
h. Takut

Takut dalam tasawuf berarti takut kepada siksaan Allah SWT dan
takut amalnya ditolak. Untuk menyebut kata “takut” ada empat
istilah dalam Al-Qur‟an dan hadits, yaitu Khauf, Khasyyah, Rahbah
dan Wajal. Implikasi rasa takut kepada Allah SWT adalah taat
kepada-Nya. Rasa takut mendorong orang untuk berbuat sesuatu,
seperti bekerja, dengan niat dalam rangka taat kepada Allah SWT.
Misalnya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
i. Tawakkal

Tawakal berarti berserah diri, maksudnya berserah diri kepada


keputusan Allah SWT, terutama ketika melakukan suatu upaya atau
perbuatan. Misalnya untuk hidup layak orang harus bekerja keras
melakukan pekerjaan yang halal. Bagaimana hasilnya itu
diserahkan kepada Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan
bahwa tawakal adalah berserah diri kepada Tuhan setelah
berikhtiar. Jika telah bekerja keras, tetapi hidupnya tidak
mengalami perubahan, maka harus berserah diri kepada Allah
SWT. Karena Allah SWT telah mengatur segala yang tidak kita
ketahui.
j. Taubat

Dalam tasawuf taubat berarti kembali, yakni kembali dari


perbuatan tercela menuju perbuatan terpuji, sebagimana yang
diajarkan dalam Islam. Taubat tidak cukup hanya dengan ucapan,
tetapi harus disertai dengan tindakan. Taubat adalah memperbaiki
diri dengan menjalankan kewajiban agama dan menjauhi
larangannya. Di antara kewajiban itu adalah mencari nafkah untuk
diri sendiri dan keluarga. Orang yang bertaubat seharusnya bekerja
keras untuk memperoleh pendapatan yang dapat menenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, orang yang bertaubat dianjurkan
banyka beramal, tidak hanya melakukan ibadah seperti sholat
sunnah, dzikir, tetapi juga bershodaqoh untuk membantu orang-
orang yang kurang mampu. Ini berati orang yang bertaubat harus
bekerja agar mendapatkan rizqi untuk dishodaqohkan.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Modernisasi adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari


keadaan tradisional menuju ke masyarakat yang lebih maju atau modern.
Adapun globalisasi diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru
terkhusus yang ada kaitannya dengan informasi secara global atau mendunia
lewat media cetak atau pun media elektronik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat
kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Menurut ajaran Islam, bekerja itu wajib, setidaknya untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri, keluarga dan umat. Tasawuf pun sejalan dengan ajaran
dasar Islam, sehingga tasawuf tidak melemahkan etos kerja, tetapi malah
dapat memperkuat etos kerja. Untuk meningkatkan semangat atau etos kerja
dalam diri kita, para ahli sufi telah mengajarkan kita melalui sikap yang
mereka contohkan dalam kehidupan mereka sesuai dengan ajaran dan konsep
tasawuf. Di antaranya yaitu sikap optimisme, istiqamah, sabar, ikhlas, ridha,
qana‟ah, takwa, takut, tawakal, tobat, zuhud, wara‟, syukur, cinta, rindu, hidiq,
syaja‟ah, takdir, malu, zikir, doa, tafakkur, uzlah, kemiskinan, dan kematian.

Secara normatif, nilai akhlak-tasawuf yang perlu diinternalisasikan


dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Nilai Ilahiyyah (ketuhanan)

2. Nilai Insaniyyah (kemanusiaan)

3. Nilai Alamiyah (kealaman)

16
17

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan


jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan serta
penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/pengertian-modernisasi.html
https://www.temukanpengertian.com/2017/02/pengertian-modernisasi-dan-
globalisasi.html?m=1
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/download/3302/2287
http://amaliahrima.blogspot.com/2017/06/makalah-tasawuf-dan-etos-kerja.html?=1
http://tulisanalonelygirl.blogspot.co.id/2017/04?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai