Anda di halaman 1dari 4

PENCEGAHAN

a. Upaya pencegahan primer, yaitu mencegah mereka yang sehat agar tidak
mendapatkan penyakit jantung koroner/serangan jantung.
b. Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak
mendapatkan komplikasi akibat PJK, termasuk serangan jantung baik yang pertama
maupun serangan jantung ulangan.
c. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak
mengalami komplikasi lanjut / kecacatan akibat PJK

Pencegahan primer, sekunder dan tersier dapat dilakukan dengan:


1. Kenali dan Kendalikan Faktor Risiko Tinggi
Kenali apakah anda mempunyai faktor risiko utama seperti diabetes melitus (kencing
manis). Bila tidak tahu sebaiknya pernah melakukan srkining diabetes dengan
melakukan tes gula darah. Bila terdapat kondisi diabetes kendalikan kadar gula darah
dalam batas normal.
Kenali apakah mempunyai faktor risiko tinggi seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan
darah tinggi(hipertensi), rokok, usia diatas 45 tahun (pria) atau diatas 55 tahun
(wanita), serta ada serangan jantung pada ayah/ibu. Bila terdapat faktor risiko tinggi
tersebut, kendalikan/terapi faktor risiko tersebut.
Faktor risiko lain yang harus dikendalikan/diterapi adalah termasuk kegemukan,
inaktifitas fisik (kebiasan hidup tidak aktif) dan stres. Kendali/terapi berbagai faktor
risiko tersebut dapat dilakukan dengan upaya obat dan bukan obat.

2. Skrining Penyakit Jantung Koroner


Penapisan ada tidaknya penyakit jantung koroner pada orang yang mempunyai
keluhan khas maupun tidak dapat dikonsultasikan kepada dokter.

3. Diet Sehat dan Hidup Aktif


Diet sehat jantung:
a. Hindari makanan berlemak tinggi, terutama kolesterol (lemak hewani) dan lemak
jenuh.
b. Hindari makanan yang padat kandungan energinya.
c. Batasi asupan garam.
d. Perbanyak makan sayur dan buah yang kaya akan serat.
Hidup aktif:
a. Lakukan berbagai pekerjaan rumah
b. Perbanyak berjalan kaki atau bersepeda, kurangi menggunakan kendaraan
bermotor
c. Olah raga rutin, seperti ‘brisk walking’, ‘jogging’, bersepeda dan berenang,
seminggu 3-4 kali latihan (Keluarga Jantung, 2012).
CARDIAC MARKER
1. Troponin
Troponin I jantung (cTnI) dan troponin T jantung (cTnT) adalah protein dalam sel otot
lurik yang merupakan penanda spesifik kerusakan jantung.
Bila terjadi cedera pada jaringan miokardium, protein ini dilepaskan kedalam aliran
darah dilihat dalam 1 jam terjadinya infark miokard (M3) dan menetap selama satu
minggu atau lebih.

Tujuan untuk mendeteksi dan mendiagnosis AMI dan reinfarksi. Serta untuk
menilai kemungkinan penyebab nyeri dada.

Nilai rujukan
Hasil laboratorium dapat bervariasi. Beberapa laboratorium mungkin menyebut hasil
positif jika uji tersebut memperlihatkan kadar yang dapat dideteksi, dan laboratorium
lain mungkin memberikan kisaran hasil yang abnormal. Normalnya,kadar cTnI <
0,35 μg/L (SI, < 0,35μg/L). kadar cTnI > 2,0μg/L (SI, >2,0 ug/L) member kesan adanya
cedera jantung. Hasil immunoassay cepat cTnT kualitatif yang > 0,1μg/L (SI, >0,1 μg/L)
dianggap positif terhadap cedera jantung. Selama cedera jaringan berlanjut, kadar
troponin akan tetap tinggi.

Temuan abnormal
Kadar troponin meningkat secara cepat dan terdeteksi dalam 1 jam terjadinya
cedera sel miokard. Kadar cTnI tidak terdeteksi pada orang yang mempunyai cedera
jantung.

Faktor yang mempengaruhi


a. Olaharaga berat yang berlangsung lama (meningkatkan kadar troponin
darah
b. meskipun tanpa kerusakan jantung yang berarti).
c. Obat-obat kardiotoksik seperti doksorubisin (meningkatkan kadar troponin darah).
d. Penyakit ginjal, prosedur bedah tertentu (mungkin meningkatkan kadar
troponin darah)

2. Mioglobin
Mioglobin, yang biasanya ditemukan pada otot rangka dan otot jantung, berfungsi
sebagai protein otot pengikat oksigen. Mioglobin dilepaskan kedalam aliran darah
pada keadaan iskemia, trauma, dan inflamasi otot.

Tujuan
a. Sebagai uji yang nonspesifik, untuk memperlihatkan adanya kerusakan pada
jaringan otot rangka dan otot jantung.
b. Untuk meprediksi terjadinya eksaserbasi polimiositis.
c. Secara spesifik, untuk menentukan apakan infark miokard (MI) telah terjadi.
Nilai rujukan
Nilai mioglobin normal adalah 0 sampai 0,09 μg/ml (SI, 5 -70μg/L).

Temuan abnormal
Selain MI, kadar mioglobin yang meningkat dapat terjadi pada intoksikasi alcohol
akut, dermatomiositis, hipotermia (dengan keadaan menggigil yang lama),
distrofi otot, polimiositis, rabdomielitis, luka bakar berat, trauma, gagal jantung
berat, dan lupus eritematosa sistemik.

Faktor yang memengaruhi


a. Hemolisis atau scan radioaktif yang dilakukan dalam 1 minggu setelah diuji.
b. Angina yang baru terjadi, kardioversi, atau saat uji yang tidak sesuai
(mungkin
c. meningkatkan kadar mioglobin).
d. Injeksi I.M (mungkin memberikan hasil positif semu).

3. Keratin kinase
Keratin kinase (CK) adalah enzim yang berfungsi sebagai katalisator jalur
metabolic kreatinin-kreatinin dalam sel-sel otot dan jaringan otak. Karena peranannya
yang erat dalam produksi energy, CK mencerminkan katabolisme jaringan yang
normal; kadar dalam serum yang meningkat menunjukkan trauma sel.
Fraksinasi dan pengukuran ketiga isoenzim CK yang berbeda CKBB (CK1), CK
-MB (CK2) dan CK-MM (CK3), telah menggantikan kadar CK total untuk
menunjukkan lokasi peningkatan dektruksi jaringan secara akurat. CK-BB paling
sering ditemukan dijaringan otak. CK-MM dan CK-MB ditemukan terutama diotot
rangka dan otot jantung. Sebagai tambahan, sub-unit dari CK-MB dan CK-MM,
yang disebut isoform atau isoenzim, dapat diperiksa untuk meningkatkan sensitivitas
uji.
Tujuan
a. Untuk mendeteksi dan mendiagnosis infark miokard akut (MI) dan reinfark
(yang digunakan terutama CK-MB).
b. Untuk menilai penyebab nyeri dada yang mungkin dan memantau beratnya
iskemia miokard setelah operasi jantung, kateterisasi jantung, dan kardioversi
(yang digunakan terutama CK-MB).
c. Untuk mendeteksi dermatomiokaletal yang penyebabnya bukan neurogenik
seperti distrofi otot Duschenne ( yang digunakan terutama CK total).

Nilai rujukan
Nilai CK total ditentukan oleh sinar ultraviolet atau pengukuran kinetic berkisar antara
55 –170 U/L (SI, 0,94 sampai 2,89 μKat/L) pada lelaki dan antara 30 –135 U/L (SI, 0,51
sampai 2,3μKat/L) pada perempuan. Kadar CK mungkin secara berarti lebih tinggi pada
orang yang berotot. Bayi sampai usia 1 tahun yang mempunyai kadar 2 sampai 4x lebih
tinggi daripada kadar pada orang dewasa, mungkin mencerminkan trauma kelahiran dan
perkembangan otot lurik. Kisaran normal dari kadar isoenzim adalah sebagai berikut:
CK-BB, tidak terdeteksi; CK-MB, <5% (SI, < 0,05); CK-MM, 90% sampai 100% (SI,
0,90 –1,00).

Temuan abnormal
CK-MM menentukan 99% dari CK total yang normalnya terdapat dalam serum.
Isoenzim CK-BB yang terdeteksi mungkin menunjukkan, tapi tidak memastikan,
suatu diagnosis cedera jaringan otak, tumor ganas yang menyebar, syok berat, atau gagal
ginjal.
Kadar CK-MB >5% dari CK total menunjukkan MI, khususnya jika rasio isoenzim
laktat dehidrogenase >1 (LD yang melonjak). Pada MI akut dan setelah operasi
jantung, CK-MB mulai meningkat dalam 2-4 jam, mencapai puncaknya dalam 12-
24 jam; peninggian yang persisten dan kadar yang meningkat menunjukan adanya
kerusakan miokardium yang sedang berlangsung. Kadar CK total secara kasar
mengikuti pola yang sama, tapi kemudian sedikit meningkat. Kadar CK-MB mungkin
tidak meningkat pada gagal jantung atau selama angina pectoris yang tidak disertai
oleh nekrosis sel miokard.Cedera otot rangka yang serius yang terjadi pada
distrofi otot tertentu, poliomyelitis, dan mioglobinuria berat mungkin
mengakibatkan peningkatan CK-MB yang ringan karena isoenzim tersebut dalam
jumlah kecil terdapat dalam beberapa otot rangka.Nilai CK-MM meningkat mengikuti
kerusakan otot rangka akibat trauma, seperti operasi dan injeksi I.M. akibat penyakit-
penyakit, seperti dermatomiositis dan distrofi otot (kadarnya mungkin 50-100 kali
normal). Peningkatan kadar CK-MM yang moderat terjadi pada pasien dengan
hipotiroidisme; peningkatan yang tajam terjadi pada aktivitas otot yang disebabkan
oleh agitasi, seperti selama suatu episode psikotik akut.Kadar CK total mungkin
meningkat pada pasien dengan hipokalemia, hipertemia maligna, dan kardiomiopati
alkoholik. Kadar CK mungkin juga meningkat setelah kejang dan kadangkala
pada pasien yang menderita infark paru dan otak. Troponin I dan troponin C
jantung terdapat pada sel-sel kontraktil dari jaringan miokardium, dan dilepaskan
pada keadaan cedera jaringan miokardium. Kadar troponin meningkat dalam 1 jam
terjadinya infrak dan mungkin tetap tinggi sampai 14 hari.

Faktor yang memengaruhi


a. Hemolisis akibat perlakuan yang kasar terhadap sampel.
b. Tidak mengirimkan sampel ke laboratorium segera atau tidak membekukan
serum jika uji ditunda selama lebih dari 2 jam (mungkin akan menurunkan
konsentrasi Kreatin Kinase)
c. Tidak mengambil sampel pada waktu yang dijadwalkan (mungkin
akan menghilangkan kadar puncak).
d. Halotan dan suksinilkolin, alcohol, litium, asam amiokaproat dalam dosis
besar, prosedur diagnosis invasive, olahraga berat atau pijatan otot yang
baru dilakukan batuk hebat, dan trauma.
e. Operasi yang melibatkan otot rangka (menigkatkan kadar CK total).

Anda mungkin juga menyukai