Anda di halaman 1dari 16

KUALITAS LABA SEBELUM DAN SETELAH

ADOPSI IFRS

Dosen Pengampu :
Dr. Enggar Diah Puspa Arum, SE., Ak., M.Si.

Disusun oleh :
Muslimah (C1C017009)

Kelas :

R009/ Akuntansi 2017

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN

2018/2019
KUALITAS LABA SEBELUM DAN SETELAH ADOPSI IFRS

Disini saya ingin membahas mengenai kualitas laba,yaitu : kualitas laba sebelum
penerapan dan sesudah penerapan IFRS. Seiring berkembangannya waktu perlu adanya standar
akuntansi yang dapat menciptakan keselarasan dalam pelaporan keuangan sebab pada era
globalisasi saat ini banyak perusahaan yang melakukan transaksi bisnis lintas negara. Untuk
mengatasinya IASB mengeluarkan standar yangdisebut International Financial Reporting
Standard (IFRS) yang merupakan standar akuntansi keuangan dalam menjembatani perbedaan
yang ada dalam pelaporan keuangan di berbagai negara (Prastika, dkk, 2013 dalam Shint, Pradisa
& Suyanto, 2016).

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International


Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC) (Riswandari , Ernie, 2013).
Indonesia menggunakan metode adaptasi, IFRS diterjemahkan dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada.Namun proses adaptasinya dijelaskan secara transparan dalam setiap standar
yang dikeluarkan (Riswandari , Ernie, 2013).
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar
bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi (Belkaoui, 2009 dalam Riswandari , Ernie, 2013).
Kriteria laba dibagi menjadi dua atribut yaitu accunting based yang menggunakan laba
sebagai landasan dasarnya dengan kriteria kualitas akrual, persistensi, prediktabilias dan
smoothness sedangkan untuk market based menggunakan harga saham sebagai landasan
dasarnya dengan kriteria relevansi nilai, ketepatan waktu dan konservatisme (Francis et.al, 2004
dalam Shint, Pradisa & Suyanto, 2016).

1
Dalam IFRS laba yang dilaporkan oleh suatu entitas merupakan laba komprehensif
dimana laba yang dilaporkan tidak hanya laba yang terealisasi namun juga laba yang belum
terelalisasi sehingga disebut laba komprehensif. Laba komprehensif adalah perubahan ekuitas
selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan persitiwa lainnya, selain perubahan yang
dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (Dwi Martani dkk.,
2012 dalam Riswandari , Ernie, 2013).
Kualitas laba dari sisi kualitas akrual sebelum dan sesudah konvergensi IFRS
Kualitas akrual menentukan sejauh mana akrual (dan laba pada umumnya) memetakan ke
arus kas operasi(Francis et al, 2004).Barth (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
perusahan yang menerapkan IFRS terbukti dapat mengurangi praktik manajemen laba dengan
perubahan arus kas yang signifikan. Kualitas akrual menjadi dasar untuk melakukan praktik
manajemen laba (Dechow dan Divechev, 2002) sehingga diasumsikan turunnya manajemen laba
dengan konvergensi IFRS ini dengan meningkatkan kualitas akrual (Shint, Pradisa & Suyanto,
2016).
Kualitas laba dari sisi persistensi laba sebelum dan sesudah konvergensi IFRS
Laba yang semakin persisten menunjukkan laba semakin informatif, sebaliknya jika laba
kurang persisten, maka laba menjadi kurang informatif (Tucker dan Zarowin, 2006). Kurniawati
(2012) mengemukakan adanya perubahan yang terjadi akibat pengadopsian IFRS dengan
karakteristik utama yaitu penekanan pada fair value akan mempengaruhi metode akuntansi
yang berdampak pada laba perusahaan. Adanya perubahan akan berdampak pada peningkatan
atau penurunan laba perusahaan yang tentunya akan menimbulkan sejauh mana persistensi laba
sesudah pengadopsian IFRS (Shint, Pradisa & Suyanto, 2016).
Kualitas laba dari sisi relevansi nilai sebelum dan sesudah konvergensi IFRS
Tingginya hubungan antara laba dan return pasar menunjukkan semakin berkualitas
informasi yang ditunjukkan oleh laporan laba rugi tersebut (Ball dan Brown, 1986). Menurut
Claudya (2014) adanya pengadopsian IFRS dalam laporan keuangan berdampak semakin
meningkatnya relevansi nilai karena principles based yang menjadi standars dari IFRS serta
pengukuran dengan fair value diasumsikan lebih dapat menggambarkan posisi dan kinerja
ekonomik perusahaan, sehingga laporan keuangan dapat dikatakan lebih relevan (Shint, Pradisa
& Suyanto, 2016).

2
REVIEW JURNAL

1. Analisis Komparasi Kualitas Laba Sebelum dan Sesudah Konvergensi Penuh IFRS
di Indonesia (Pradisa Shinta dan Suyanto, 2016)

Judul Analisis Komparasi Kualitas Laba Sebelum dan Sesudah Konvergensi


Penuh IFRS di Indonesia

Jurnal Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan

Penerbit Magister Akuntansi Universitas Pancasila

Volume dan JRAP Vol. 3, No. 2


halaman

Tahun 2016

Penulis Pradisa Shinta dan Suyanto

Reviewer Muslimah

Tahun 2020

Latar belakang Laporan keuangan yang disusun manajemen mengandung informasi kinerja

3
perusahaan yang berfungsi sebagai pengambilan keputusan. Agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan maka suatu laporan
keuangan harus mengandung informasi yang berkualitas. Kualitas dari
laporan keuangan itu sendiri dipengaruhi oleh standar akuntansi yang
digunakan. Dibutuhkan sebuah aturan atau standar baku yang dapat
meningkatkan kualitas pengungkapan dan penyajian informasi pada setiap
laporan keuangan sehingga dapat menghasilan kualitas laba yang tinggi,
standar akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku yang didukung
oleh sanksi sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui, 2006, dalam
Ayub, 2013).

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas laba sebelum
penelitian dan sesudah konvergensi penuh IFRS di Indonesia dari sisi akuntansi yaitu
kualitas akrual dan persistensi laba sedangkan dari sisi pasar yaitu relevansi
nilai.

Sampel Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan


sampel secara acak pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).

Metode Setelah mendapatkan hasil regresi atas kualitas akrual, persistensi laba,
Penelitian relevansi nilai pada periode sebelum konvergensi dan setelah konvergensi
kemudian diuji dengan menggunakan uji beda, jika data berdistribusi normal
maka menggunakan Paried Sample T – Test sedangkan data tidak
berdistribusi normal maka menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan ketiga atribut kualitas laba sebelum dan sesudah
konvergensi penuh IFRS.

Hasil Penelitian No Variabel Sebelum Sesudah Sig. Keterangan

1 Kualitas Akrual 684 891 000 Signifikan

4
2 Persistensi Laba 361 512 000 Signifikan

3 Relevansi Nilai 677 602 064 Tidak Signifikan

Tabel hasil penelitian

Kualitas Akrual Sebelum dan Sesudah Konvergensi Penuh IFRS

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Firsty (2013),
mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan kualitas akrual sebelum dan
sesudah penerapan konvergensi IFRS di Indonesia. Sementara hasil
penelitian Beinjerink (2006) mengungkapkan tidak ada perbedaan antara
persistensi laba sebelum dan sesudah penerapan IFRS.

Persistensi Laba Sebelum dan Sesudah Konvergensi Penuh IFRS

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Ayub (2013),
mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan persistensi laba sebelum dan
sesudah penerapan konvergensi IFRS di Indonesia. Sementara hasil
penelitian Meulen (2006) mengungkapkan hasil yang sama baik antara
kualitas akrual sebelum dan sesudah penerapan IFRS.

Relevansi Sebelum dan Sesudah Konvergensi Penuh IFRS

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu cahyonowati


(2012), mengungkapkan bahwa tidak terdapat perbedaan relevansi nilai
sebelum dan sesudah penerapan konvergensi IFRS di Indonesia. Sementara
hasil penelitian Beinjerink (2008) mengungkapkan adanya perbedaan
dengan adanya nilai yang lebih baik relevansi nilai sesudah penerapan IFRS
dibandingkan sebelum penerapan IFRS.

Kesimpulan Penelitian ini mencoba untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk
membuktikan adanya perbedaan signifkan kualitas laba dari basis akuntansi

5
adalah kualitas akrual dan persistensi laba sedangkan dari basis pasar adalah
relevansi nilai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode sebelum konvergensi penuh IFRS yaitu tahun
2010 dan 2011 dengan periode sesudah konvergensi IFRS yaitu tahun 2014
dan 2015. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda
menunjukkan bahwa ;

1. Kualitas laba dari sisi akuntansi yaitu kualitas akrual yang dijelaskan
oleh total akrual dengan arus kas operasi perusahaan manufaktur
terdapat perbedaaan signifikan antara periode sebelum dengan
periode sesudah konvergensi penuh IFRS.
2. Kualitas laba dari sisi akuntansi yaitu persistensi laba yang dijelaskan
oleh laba sebelum pos luar biasa pada periode t dengan periode t-1
perusahaan manufaktur terdapat perbedaaan signifikan antara periode
sebelum dengan periode sesudah konvergensi penuh IFRS.
3. Kualitas laba dari sisi pasar yaitu relevansi nilai yang dijelaskan oleh
return saham dengan earning per share perusahaan manufaktur tidak
terdapat perbedaaan signifikan antara periode sebelum dengan
periode sesudah konvergensi penuh IFRS.

2. Analisis Kualitas Laba Sebelum Dan Sesudah Diterapkan Sak Adopsi Ifrs Di
Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Reaksi Investor (Widya Rizki Eka Putri,
2017)

Judul Analisis Kualitas Laba Sebelum Dan Sesudah Diterapkan Sak Adopsi Ifrs Di
Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Reaksi Investor

Jurnal Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Penerbit Redaksi Jurnal Akuntansi dan Keuangan

6
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Universitas Lampung

Volume dan Vol. 22 No. 2


halaman

Tahun 2017

Penulis Widya Rizki Eka Putri

Reviewer Muslimah

Tahun 2020

Latar belakang Penyajian informasi yang tidak relevan dengan fakta yang ada akan
berakibat pada menurunnya kandungan informasi dalam laporan keuangan
(Scoot, 2009). Hal ini tidak hanya akan merugikan nasabah tetapi juga para
investor. Untuk mengurangi peluang manajemen laba, perlu adanya regulasi
yang dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan relevansi nilai yang
terkandung di dalamnya.

International Financial Reporting Standards (FRS) telah menjadi


perbincanganhangat bagi akuntan yang akan melakukan penyusunan
maupun pemeriksaan laporan keuangan dan top manajemen perusahaan-
perusahaan yang akan mener apkan IFRS. Eraglobalisasi telah menuntut
adanyasuatu standarakuntansi global yang mampu meningkatkan daya

7
banding laporan keuangan di berbagai negara. Secara umum, manfaat dari
penerapan IFRS bagi pengguna laporan keuangan antara lain adalah
memudahkan pemahaman atas laporan euangan secara global karena telah
menggunakan Standar Akuntansi Keuangan internasional, meningkatkan
peluang arus investasi global, serta meningkatkan kualitas dan daya banding
laporan keuangan.

Tujuan Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris ada
penelitian atau tidaknya perbedaan kualitas laba yang diproksikan dengan discretionary
accruals.

Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
Penelitian terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerapkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 (Revisi 1998) dan PSAK 55(Revisi 1999)
pada tahun 2009 dan telah menerapkan PSAK 50/55 revisi 2006 pada tahun
2011.

1. Operasional Variabel
Variabel
 Kualitas Laba: Pengukurandiscretionary accruals dalam penelitian
mengikuti model yang berbasis specific accruals.
 Reaksi Investor: Reaksi investor yang diproksikan dengan volume
perdagangan saham dihitung berdasarkan akumulasi volume
perdagangan saham selama 5 hari setelah pengumuman laporan
keuangan.
2. Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan untuk pengujian Hipotesis dalam penelitian
ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alexander et
al. (2000) yaitu ukuran perusahaan, umur perusahaan dan ownership.

Metode Pengujian hipotesis

8
Penelitian Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan Paired
Sample t-test untuk menguji perbedaan kualitas laba sebelum dan sesudah
penerapan IFRS. Selanjutnya, pengujian hipetoesis kedua dalam penelitian
ini menggunakan regresi linear berganda untuk menguji pengaruh kualitas
laba setelah diterapkan SAK adopsi IFRS terhadap raksi investor.

1. Statistik Deskriptif
Hasil penelitian
Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

DLLP 09 30 .0062 .3127 .086037 .0758784

DLLP 11 30 .0001 .0771 .014453 .0177193

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif kualitas laba yang


diukur dari komponen diskresioner (DLLPit) perbankan yang disajikan
dalam tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 nilai minimum dari
komponen diskresioner adalah 0,0062 (0,62 %) yang disajikan oleh
perusahaan sampel, dalam hal ini adalah PT Bank Swadesi Tbk., sedangkan
di tahun 2011 nilai minimum komponen diskresioner adalah 0,0001 (0,01
%) yang disajikan oleh PT Bank Victoria Tbk. Nilai maksimum dari
komponen diskresioner pada tahun 2009 adalah 0,3127 (31,27%) yang
disajikan oleh PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk sedangkan di
tahun 2011 nilai maksimum komponen diskresioner adalah 0,0771 (7,71 %)
yang disajikan oleh PT Bank Bukopin Tbk. Secara keseluruhan, rata-rata
dari komponen diskresioner di tahun 2009 adalah sebesar 0,086037 (8,60 %)
sedangakan pada tahun 2011 sebesar 0,014453 (1,45 %).

2. Hasil Pengujian Hipotesis


Tabel 2. Hasil Uji Paired Samples Test

9
t Sig.

Uji Beda 3.821 .000*

*)signifikan padaα = 1%, 5%, dan 10%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perbedaan kualitas laba sebelum dan
sesudah diterapkan IFRS adalah signifikan secara statistik. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitas (siginificance) 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikan (significance level) 0,05 (α = 5%). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat perbedaan
kualitas laba sebelum dan sesudah diterapkan SAK adopsi IFRS di
Indonesia.

Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis 2

F Sig.

Volume 3.886 .014*

Abnormal Return 0.890 .485

*)signifikan padaα =

5%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara bersama-sama kualitas laba ber-
pengaruh signifikan terhadap reaksi investor yang diproksikan dengan
volume perdagangan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang
lebih kecil dari taraf signifikan (α = 5%) yaitu 0,014. Namun kualitas laba
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap reaksi investor yang
diproksikan dengan abnormal return. Hal ini terlihat dari hasil
pengujian yang menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar dari taraf

10
signifikan (α = 5%) yaitu 0,485. Dari hasil pengujian ini terlihat bahwa
secara individual, investor bereaksi terhadap kualitas laba setelah adanya
penerapan SAK adopsi IFRS namun secara agregat investor tidak beraksi
terhadap kualitas laba setelah adanya penerapan SAK adopsi IFRS.

Kesimpulan Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa secara statistik terdapat
perbedaan antara kualitas laba sebelum dan sesudah diterapkan SAK adopsi
IFRS. Rata-rata discretionary accruals pada laporan keuangan tahunan yang
disusun berdasarkan PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (1999) lebih tinggi
dibandingkan discretionary accruals pada laporan keuangan tahunan yang
disusun berdasarkan PSAK 50/55 revisi 2006. Hal ini mengindikasikan
bahwa kualitas laba setelah penerapan SAK adopsi IFRS lebih tinggi
dibandingkan kualitas laba sebelum penerapannya.

Hasil pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa


kualitas laba berpengaruh terhadap reaksi investor yang diproksikan dengan
volume perdagangan, namun sebaliknya kualitas laba tidak berpengaruh
signifikan terhadap reaksi investor yang diproksikan dengan abnormal
return. Hasil ini menujukkan bahwa secara individual, investor bereaksi
terhadap kualitas laba setelah adanya penerapan SAK adopsi IFRS namun
secara agregat investor tidak bereaksi terhadap kualitas laba setelah adanya
penerapan SAK adopsi IFRS atau dengan kata lain kualitas laba setelah
penerapan SAK adopsi IFRS tidak mengubah pengharapan tentang pasar
sebagai suatu kesuluruhan tetapi mungkin mengubah pengharapan investor
secara individual.

3. Analysis of Unconditional Conservatism and Earnings Quality on financial


reporting Practices in Indonesia upon IFRS Convergence (Monica Santi, Evita
Puspitasari, and Erlane K Ghani, 2017)

11
Judul Analysis of Unconditional Conservatism and Earnings Quality on financial
reporting Practices in Indonesia upon IFRS Convergence

Jurnal Management & Accounting Review

Penerbit Accounting Research Institute & Faculty of Accountancy and University


Publication Centre (UiTM Press), Universitas Teknologi MARA Malaysia,
40450 Shah Alam, Selangor, Malaysia.

Volume dan Volume 16 No. 1


halaman

Tahun 2017

Penulis Monica Santi, Evita Puspitasari, and Erlane K Ghani

Reviewer Muslimah

Tahun 2020

Latar belakang The IASB developed IFRS which is established based on the principles-
based approach. The principles-based approach covers many aspects of
financial accounting at a high level that provides guidance to preparers and
Auditors for situations where standards-level guidance is non-existent. The
areas of interpretation can be clarified by the standar setters and provide
fewer Exceptions as compared to the rule-based approach. The main

12
difference between the principles based approach and the rule- based
approach relies in the manner in which an accounting treatment is assessed.
The principles-based approach relies heavily on the facts pattern, whereas
the rule-based approach relies on the literature. following the principles-
based approach in developing IFRS; the IASB has eliminated the
conservatism concept which is within the accounting framework.

Tujuan This study examined the unconditional conservatism and earnings quality as
penelitian part of corporate governance before and after IFRS convergence in
Indonesia. Specifically, this study looked at the effect of eliminating the
conservatism concept within the accounting framework, following the
development of principles-based accounting standards and earnings quality
on financial reporting practices. This study further examined the effect of
eliminating the conservatism concept towards the earnings quality upon
implementation of IFRS convergence on the financial reporting practices.

Sampel This study chose the manufacturing companies listed in the Indonesia stock
Exchange (IDX) as the sample. The manufacturing companies were selected
since this industry is considered as the prime contributor to the Indonesian
economy.

Pengumpulan This study used content analysis in examining the effect of unconditional
Data conservatism and high earning on the financial reports of the manufacturing
companies. Content analysis was performed by reviewing the annual reports
of the companies over a 5-year period.

Metode To achieve the objective of this study, this study relied on the earnings /
Penelitian accrual measurement as the proxy for the unconditional conservatism
(Ahmed and Duellman, 2012).

13
Hasil Penelitian Unconditional Conservatism - Before and After IFRS Convergence

1. The results 1 show that the unconditional conservatism before the


IFRS convergence is less than the unconditional conservatism after
the IFRS convergence. The results indicate that the sample
companies become more conservative after the IFRS convergence.
This study implies that the unconditional conservatism has increased
after the IFRS convergence.
Earnings Quality - Before and After IFRS Convergence

2. The results show that the earnings quality has decreased significantly
after IFRS convergence. The results support that the ERC level after
the IFRS convergence is lower. It means that the earnings quality is
decreasing.
Effect of Unconditional Conservatism on Earnings Quality Before and
After IFRS Convergence

3. Presents the results for the unconditional conservatism, controlling


for size, and its effect on earnings quality before and after the IFRS
convergence. However, the results show no significant difference on
the effect of unconditional conservatism and earnings quality before
and after IFRS convergence.

Kesimpulan Using the annual reports of 36 manufacturing companies over a 5-year


period, hasil show that there is no significant difference between the
unconditional conservatism before IFRS convergence and the unconditional
conservatism after IFRS convergence. However, this study found that the
earnings quality before IFRS convergence is significantly different than the
earnings tinggi after IFRS convergence.

14
DAFTAR PUSTAKA

Shint, Pradisa & Suyanto. 2016. “Analisis Komparasi Kualitas Laba Sebelum dan Sesudah
Konvergensi Penuh IFRS di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan . Vol. 3
(2): hal 185-198. ISSN 2339 – 154. Jakarta: Universitas Pancasila.

Putri , Widya Rizki Eka. 2017. “Analisis Kualitas Laba Sebelum Dan Sesudah Diterapkan Sak
Adopsi Ifrs Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Reaksi Investor”. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan. Vol. 22 (2). ISSN 1410 – 1831. Lampung : Redaksi Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Lampung.

Riswandari , Ernie. 2013. ”Kualitas Laba Sebelum Dan Sesudah Adopsi Ifrs Dan Pengaruhnya
Pada Pembayaran Pajak Pada Perusahaan Consumer Goods Industry Tahun 2008-2012”.
Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol.6 (2). ISSN 1979-360x. Universitas Bunda Mulia.

Santi M., Puspitasari E., And Ghani E. K. 2017. “Analysis Of Unconditional Conservatism And
Earnings Quality On Financial Reporting Practices In Indonesia Upon IFRS Convergence”.
Management & Accounting Review. VoL. 16 (1). Malaysia : Accounting Research Institute
& Faculty Of Accountancy And University Publication Centre (Uitm Press), Universitas
Teknologi MARA Malaysia.

15

Anda mungkin juga menyukai