Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

A. Pengertian
Vertigo berasal dari bahasa yunani “vetere”, yang berarti berputar.
Vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana penderitanya merasa
bergerak atau berputar, puyeng, atau merasa seolah-olah benda-benda di
sekitar penderita bergerak atau berputar (Fransisca, 2013 dalam Pradana
Aditya.K., dkk, 2017)
Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang
berputar di alam raya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya
berputar disekitar dirinya (vertigo objektif). Pasien mungkin merasa
ditarik ke samping, seolah-olah ditarik oleh magnet (Widijanto, 2011:619
dalam S.Iswahyuni).
Vertigo adalah gangguan kesadaran dan gangguan orientasi tubuh
terhadap ruang. Perasaan yang timbul adalah berputarnya tubuh atau
lingkungannya (Prout, 2009:102 dalam S.Iswahyuni).
B. Etiologi
Penyebab vertigo yang sering di jumpai, menurut Faisal
(2004:169-170) antara lain :
1. Vertigo jenis perifer (kelainan di telinga dalam) :
a. Neuronitis vestibuler.
b. Vertigo posisional benigna (jinak).
c. Penyakit meniere.
d. Trauma.
e. Fisiologis.
f. Obat-obatan.
g. Tumor di fosa posterior dasar tengkorak (misalnya,
neuroma akustik).
2. Vertigo sentral (kelainan di batang otak) :
a. Stroke batang otak.
b. TIA (Transient Ischemic Atackvertebrobasiler).
c. Kanker.
d. Migraine basiler.
e. Truma.
f. Pendarahan diotak kecil (serebellum).
g. Infrak batang otak atau serebellum.
h. Degenerasi spinoserebeller.
3. Lain-lain :
a. Keracunan obat (misalnya, obat anti kejang dan obat
penenang).
b. Kekurangan hormone tiroid.
c. Infeksi.
C. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuclei vestibularis dengan nuclei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik, reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik Dalam kondisi fisiologis atau normal, informasi yang tiba di
pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sikron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan perggerak
tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam
kondisi tidak normal atau tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom disamping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri
atau berjalan dan gejala lainya (Price, 2006:57-61).
D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik vertigo menurut, Faisal (2004:157-158) sebagai
berikut :
1. Rasa terganggu keseimbangan (disequilibrium) Penyebab
karena gangguan vestibuler, gangguan proprioseptif (misalnya,
pada tabes dorsalis), serta gangguan susunan saraf pusat, otak
kecil (serebellum), alat labirin di dalam telinga, keracunan
obat, dan tumor di dataran tengkorak bagian belakang (ossa
posterior).
2. Kepala rasa ringan bila disebabkan efek samping obat seperti
obat anti hipertensi dan obat penenang, atau karena gangguan
umum seperti demam dan gangguan metabolik. Penderita sakit
jiwa sering mengeluh kepala sangat ringan atau kepala terasa
penuh.
3. Merasa hampir pingsan, hilang, sinkop atau black out.
4. Sering pada gangguan aliran darah seperti pada penyakit
jantung, gangguan pembuluh darah otak, gangguan irama
jantung, anemia, dan efek samping obat-obatan.
5. Vertigo (halusinasi gerakan) Penderita merasa lingkunganya
berputar atau dirinya berputar terhadap lingkungan. Umumnya
terjadi karena gangguan vestibuler, kadang-kadang disertai
nigtagmus atau bola mata bergerak-gerak ke samping.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada vertigo menurut Lumbantobing (2007:43-
63) ialah:
1. Vertigo posisional benigna (VPB) Latihan : latihan posisional
dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari menderita
tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya. dan
merupakan kegiatan yang pertama pada hari itu. Penderita
duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya
pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya,
setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk semula.
Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau
mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai
tidak didapatkan lagi respon vertigo. Obat-obatan : obat anti
vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan
latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat
ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada
penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka
dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi
gangguan.
2. Neurotis Vestibular Terapi famakologi dapat berupa terapi
spesifik misalnya pemberian anti biotika dan terapi simtomatik.
Nistagmus perifer pada neuranitis vestibuler lebih meningkat
bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan
nistagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada
suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere Sampai saat ini belum ditemukan obat
khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari terapi medik yang
diberi adalah :
a. Meringankan serangan vertigo : untuk meringankan vertigo
dapat dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti
muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa
serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat
lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap
serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa
kambuh menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh
kembaki, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet rendah
garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan
vasodilator mungkin pula memberikan efek tambahan yang
baik.
c. Terapi bedah : diindikasikan bila serangan sering terjadi,
tidak dapat diredakan oleh obat atau tindakan konservatif
dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau
kemungkinan kehilangan pekerjaanya.
4. Presbiastaksis (disekuilibrium pada usia lanjut) Rasa tidak
stabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan
meningkatkan mobilisasi. Misalnya dramamine, prometazin,
diazepam, pada penderita ini latihan vertibulerdan latihan gerak
dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri
meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis Misalnya mabok kendaraan dan
vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat ketidaksesuaian
antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteri vertebrobasiler)
a. TIA : Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang
gejala klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam.
b. RIND: Reversible Ishemic Neurologi Defisit yaitu
penyembuhan sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan
terapi atau penanganan yang efektif sebab kemungkinan
kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa meninggalkan
cacat.

F. Komplikasi
Vertigo terjadi bukan karena faktor keturunan, namun beberapa
faktor yang menyebabkan vertigo seperti serangan migrain, radang pada
leher, kelainan pada syaraf, gangguan penglihatan, mabuk kendaraan,
mabuk, pengaruh alkohol dan obat-obatan, adanya infeksi bakteri pada
telinga, kekurangan asupan oksigen ke otak, hingga tekanan emosional
atau stress. Mungkin masing-masing individu memiliki riwayat penyakit
yang berpotensi memunculkan vertigo. Bisa jadi, tekanan pekerjaan yang
berujung pada stress, disadari atau tidak ikut adil mendatangkan vertigo.
Dalam beberapa kasus, adanya kerusakan pada saraf yang berasal dari otak
ke telinga, misalnya adanya tumor atau taruma pada kepala, dapat
menyebabkan vertigo yang hebat. Kondisi lain yang kadang-kadang
menimbulkan vertigo, antara lain pengerasan pembuluh darah
(arteriosclorosis), gangguan pada pembuluh darah otak (stroke) serta obat-
obatan tertentu yang dapat menyebabkan perubahan dalam tekanan darah
serta peredaran darah. Kafein, nikotin serta alkohol pada sebagian orang
juga dapat menimbulkan rasa penting atau pusing (Anie, 2003 : 145-146).
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Faisal (2004:184-189) :
1. Tes Romberg yang dipertajam Pada pemeriksaan ini :
a. Penderita berdiri dengan posisi kaki yang satu di depan kaki
lainnya dan tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki yang
sebelahnya (tandem). Lengan dilipat pada dada, mata ditutup.
b. Orang normal bisa berdiri dalam posisi begini selama 30 detik atau
lebih. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada gangguan
keseimbangan.
c. Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka kemudian ditutup,
merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada gangguan
keseimbangan.
d. Tes melangkah di tempat (steping test)
2. Pada pemeriksaan ini:
a. Penderita berjalan di tempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa.
b. Penerita diminta untuk tetap di tempat.
c. Pada akhir pemeriksaan penderita beranjak dari tempat semula
tidak lebih 1 meter dan posisi badan tidak berputar lebih dari 30
derajat.
3. Tes salah tunjuk (past-pointing) Pada pemeriksaan ini:
a. Penderita disuruh merentangkan tangan, kemudian disuruh
menyentuh telunjuk pemeriksa.
b. Kemudian dengan mata tertutup, disuruh mengangkat lengan tingi-
tingi. Kemudian kembali ke posisi semula. Bila ada gangguan
keseimbangan akan terjadi salah tunjuk (deviasi).
c. Tes ini biasa dilakukan dengan tangan kiri dan tangan kanan.
4. Tes maneuver nylen-barany atau maneuver hallpike pemeriksaan ini
menimbulkan vertigo dan nistagmus pada tes ini :
a. Penderita disuruh di tempat tidur pemeriksaan.
b. Kemudian penderita berbaring sampai kepala tergantung di pinggir
tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dengan bidang datar.
c. Tes diulang dengan kepala melihat lurus dan kepala menoleh ke
kiri atau ke kanan.
d. Mata tetap dibuka agar pemeriksa bias melihat bola mata penderita
apakah terjadi nistagmus atau tidak. Kepada penderita ditanyakan
apa yang dia rasakan apakah merasakan vertigo yang dirasakan
seperti yang terjadi sebelumnya.
5. Tes kalori, tes ini mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini
juga menggunakan alat yang sederhana dan dapat diperiksa kedua
telinga penderita. Kepekaan seseorang terhadap rangsang kalori sangat
bervariasi, hingga dilakukan mulai dari rangsangan yang ringan
dengan harapan nistagmus dengan rasa vertigo hanya ringan dan tidak
disertai mual dan muntah. Bila penderita tidak sensitif, diberikan
rangsangan yang lebih kuat.
6. Elektronistagmografi Ini adalah modifikasi tes kalori tetapi pencatatan
nistagmus tercatat dalam kertas, begitu juga lama dan arah gerakan.
Prinsip gambar mirip dengan gambar elektrokardiograf untuk
mencatat gerakan denyut jantung.
7. Posturografi dalam mempertahankan keseimbangan, terdapat 3 unsur
penting yaitu system visual, system vestibuler, dan system
somatosensorik. Dengan tes posturografi dapat dievakuasi ketiga
system tersebut.

Anda mungkin juga menyukai