Bentang alam alluvial adalah bentang alam yang terbentuk dari proses yang berkaitan
dengan air permukaan/aliran sungai (proses fluvial). Sungai itu sendiri dapat dibedakan
berdasar keberadaan saluran yang tetap menjadi :
a. Stream; aliran sungai belum memiliki saluran yang tetap (masih dapat berpindah).
b. River; aliran sungai telah memiliki saluran yang permanen.
a. Sungai muda; bercirikan erosi vertical efektif, relative lurus dan mengalir di atas
batuan induk, tidak terjadi sedimentasi, dan penampang berbentuk V.
b. Sungai dewasa; bercirikan erosi lateral efektif dan relatif kecil, terdapatnya cabang-
cabang sungai dan penampang berbentuk U.
c. Sungai tua; bercirikan erosi lateral sangat efektif dengan aliran berliku-liku
(meander), anak sungai relatif lebih banyak dibandingka dengan sungai dewasa.
Proses fluvial adalah suatu proses baik kimia maupun fisika yang menyebabkan
perubahan bentang alam/bentuk permukaan bumi karena pengaruh air permukaan. Proses fluvial
dapat diklasifikasikan menjadi :
Proses transportasi dan sedimentasi sangat dipengaruhi oleh faktor kekentalan, kepekatan
dan kecepatan aliran sungai.
Bentang alam eolian adalah bentang alam yang terbentuk sebagai pengaruh dari angin.
Dalam hal ini, bentang alam eolian akan lebih terlihat di daerah gurun (gurun pasir) karena
sedikitnya faktor penghalang dan ketiadaan faktor pengikat oleh material-material bebas.Di
daerah ini, proses pembentukan yang terjadi pada umumnya meliputi proses pengikisan oleh
angin dan proses sedimentasi. Proses sedimentasi (pengendapan) oleh angin ini dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Dune merupakan bukit yang terbentuk sebagai hasil dari timbunan pasir oleh hembusan
angin. Dune akan sangat dipengaruhi oleh kuatnya hembusan dan kecepatan angin,
bentuk dari permukaan dan adanya rintangan.
Dune memiliki berbagai macam tipe, yaitu :
1. Star dune; dune dengan banyak punggung bukit pasir ridge yang bertemu pada satu
titik.
2. Transverse dune; dune yang terbentuk di sepanjang jejak angin.
3. Barchan; bukit pasir lengkung bertanduk.
b. Loess merupakan daerah yang luas yang tertutup oleh material-material halus.
3. Bentang Alam Karst
Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian
kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography) (Blomm,1979).
Menurut Jenning (1971, dalam Blomm 197), topografi karst didefinisikan sebagai lahan
dengan relief dan pola penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan yang mudah larut
(memiliki derajat kelarutan yang tinggi) pada air alam dan dijumpai pada semua tempat
pada lahan tersebut. Flint dan Skinner (1977) mendefinisikan topography karst sebagai
daerah yang berbatuan yang mudah larut dengan surupan (sink) dan gua yang
berkombinasi membentukk topografi yang aneh (peculiar topography) dan dicirikan oleh
adanya lembah kecil, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk
kedalam tanah meninggalkan lembah kering dan muncul sebagai mata air yang besar.
Berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat ditetapkan suatu pengertian tentang
topografi karst yaitu : “Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi
berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang tidak
teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan lembah
kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar”.Dari sebaran
batugamping yang ada, Indonesia merupakan wilayah yang potensial sebagai kawasan
kars. Dari kondisi geologinya Indonesia kaya akan batugamping. Tetapi tidak semua
batugamping yang ada diwilayah Indonesia dapat berkembang menjadi bentang alam
kars.
4. Bentang Alam Laut dan Pantai (Marine)
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang terbentuk sebagai akibat dari
proses atau kegiatan vulkanisme/gunung berapi. Vulkanisme dibagi dalam menjadi tiga
macam :
A. Vulkanisme letusan; vulkanisme pada magma yang bersifat basa dan kental. Memiliki
karakteristik letusan yang kuat dan umumnya menghasilkan material piroklastik serta
membentuk gunung api terjal.
B. Vulkanisme lelehan; vulkanisme pada magma asam dan bersifat encer, dimana
vulkanisme ini memiliki letusan yang lemah. Vulkanisme jenis ini akan membentuk
gunung api jenis perisai.
C. Vulkanisme campuran; vulkanisme pada magma intermediate, umumnya membentuk
gunung api strato.
D. Gunung api dapat dibedakan berdasarkan tipe erupsinya menjadi :
1) Tipe Hawaii (perisai); tipe gunung ini memiliki tipe vulkanisme lelehan dengan
bentuk kubah yang relatif landai, umumnya tedapat kaldera.
2) Tipe Krakatau; memiliki tipe vulkanisme lelehan dan letusan.
3) Tipe Pelee; memiliki tipe vulkanisme letusan dengan bentuk bentang gunung
kerucut.