Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Sensoris dan Integumentum adalah Blok XVI pada Semester V dari
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning
(PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based
Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk
memecahkan kasus yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-langkah
seven jumps.

Laporan Tutorial Skenario D 1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Hj. Hasmeinah, Sp.M
Moderator : Cindy Ladia
Notulen : Muhammad Syakirby
Sekretaris : Chandra Agung Maulana
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Januari 2016
Pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Kamis, 14 Januari 2016
Pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Peraturan Tutorial : 1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat.
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama.
4. Izin bila ingin keluar ruangan.

2.2 Skenario D Blok XVI


Cek mat, 40 tahun, berobat ke poliklinik kulit kelamin RSMP dengan keluhan
utama bercak merah bersisik yang terasa gatal pada wajah. Sejak 2 pekan sebelum
berobat, bintil dan bercak merah bersisik pada wajah yang telah ada sebelumnya
bertambah luas. Terdapat pula sisik kekuningan di daerah alis mata dan belakang
telinga yang kadang terasa gatal. Keluhan ini dirasakan hilang timbul terutama bila
musim kemarau dan jika penderita banyak pikiran atau stress. Selain itu, Cek mat
mengaku kulit kepala sering berketombe dan kulit wajah terasa berminyak.
Sejak 1 pekan terakhir, bercak semakin meluas dan disertai rasa gatal yang
bertambah bila penderita berkeringat. Selain itu, Cek mat mengaku sering makan
makanan yang berlemak dan memiliki kebiasaan jarang mencuci rambut. Kelainan
kulit pertama kali timbul 6 tahun yang lalu dan sering hilang timbul.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum: Baik
Vital sign: Nadi: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37,0oC

Laporan Tutorial Skenario D 2


Keadaan spesifik: Tidak ada pembesaran KGB.
Status dermatologikus:
 Pada regio facialis dan retroauricula: tampak lesi macula eritem,
papuloskuamosa halus, multiple, bentuk tidak teratur, ukuran dari lentikuler
sampai numuler, batas tegas dan tidak menebal
 Perbatasan rambut kepala dan dahi: tampak skuama
Pemeriksaan cutaneus sign: tes diaskopi positif
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan mikroskopis preparat langsung KOH 10% +
tinta parker blue black: tidak ditemukan adanya elemen jamur.

2.3 Klarifikasi Istilah


1. Bercak merah bersisik (iktiosis): Kelainan kulit yang ditandai oleh keratinisasi
yang meningkat atau menyimpang menimbulkan sisik-sisik non-inflamasi pada
kulit.
2. Bintil: Bercak kecil-kecil.
3. Ketombe: Bahan kering bersisik yang lepas dari kulit kepala, dipakai untuk bahan
yang terlepas dari epidermis.
4. Retroauricula: Bagian belakang daun telinga.
5. Papuloskuamosa: Lapisan skuamosa yang lepas dari kulit berupa lesi menonjol
kecil berbatas tegas dan padat pada kulit.
6. Lentikuler: Berbentuk seperti lensa.
7. Numuler: Sebesar uang logam koin 100 rupiah.
8. Diaskopi: Pemeriksaan dengan menggunakan kaca atau plat plastik bening,
ditekan pada kulit untuk melihat perubahan setelah pembuluh darah dikosongkan.
9. Lesi macula eritem: Bercak, bintik atau penebalan dalam anatomi yang berwarna
merah.
10. Skuama: Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit

2.4 Identifikasi Masalah


1. Cek mat, 40 tahun, berobat ke poliklinik kulit kelamin RSMP dengan keluhan
utama bercak merah bersisik yang terasa gatal pada wajah. Sejak 2 pekan sebelum

Laporan Tutorial Skenario D 3


berobat, bintil dan bercak merah bersisik pada wajah yang telah ada sebelumnya
bertambah luas.
2. Terdapat pula sisik kekuningan di daerah alis mata dan belakang telinga yang
kadang terasa gatal. Keluhan ini dirasakan hilang timbul terutama bila musim
kemarau dan jika penderita banyak pikiran atau stress.
3. Selain itu, Cek mat mengaku kulit kepala sering berketombe dan kulit wajah
terasa berminyak.
4. Sejak 1 pekan terakhir, bercak semakin meluas dan disertai rasa gatal yang
bertambah bila penderita berkeringat. Selain itu, Cek mat mengaku sering makan
makanan yang berlemak dan memiliki kebiasaan jarang mencuci rambut. Kelainan
kulit pertama kali timbul 6 tahun yang lalu dan sering hilang timbul.
5. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum: Baik
Vital sign: Nadi: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37,0oC
6. Keadaan spesifik: Tidak ada pembesaran KGB.
Status dermatologikus:
 Pada regio facialis dan retroauricula: tampak lesi macula eritem,
papuloskuamosa halus, multiple, bentuk tidak teratur, ukuran dari lentikuler
sampai numuler, batas tegas dan tidak menebal
 Perbatasan rambut kepala dan dahi: tampak skuama
Pemeriksaan cutaneus sign: tes diaskopi positif
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan mikroskopis preparat langsung KOH 10% +
tinta parker blue black: tidak ditemukan adanya elemen jamur.

2.5 Analisis Masalah


1. Cek mat, 40 tahun, berobat ke poliklinik kulit kelamin RSMP dengan keluhan
utama bercak merah bersisik yang terasa gatal pada wajah. Sejak 2 pekan sebelum
berobat, bintil dan bercak merah bersisik pada wajah yang telah ada sebelumnya
bertambah luas.
a. Apa organ yang terlibat pada kasus ini?
Jawab:
Kulit (sistem integumentum)

Laporan Tutorial Skenario D 4


b. Bagaimana anatomi yang terlibat pada kasus ini?
Jawab:
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai
6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan
atas.Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Adapun lapisan-lapisan kulit yang terdiri dari :


Epidermis
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah

Laporan Tutorial Skenario D 5


1. Stratum Corneum
- Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi,
sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
- Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa
sisik-sisik yang sangat halus.
- Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit)
setiap hari
2. Stratum Lucidum
- Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
- Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan
sel-sel yang berada di stratum corneum.
3. Stratum Granulosum
- Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang
dipipihkan.
- Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam
lapisan atas epidermis.
4. Stratum Spinosum
- Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
- Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti
terletak ditengah-tengah.
- Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans yang mengaktifkan
sistem imun.
5. Stratum Basale
- Lapisan terdalam epidermis
- 10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes sehingga melanin,
sel warna untuk kulit (pigmen).
- Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.

Kelenjar keringat
Kelenjar sebaseus terbentuk pada minggu ke-13 sampai minggu ke-16
dari kehamilan. Kelenjar sebaseus menempel pada folikel rambut,

Laporan Tutorial Skenario D 6


mensekresikan sebum ke kanal folikel dan ke permukaan kulit. Kelenjar
sebaseus berhubungan dengan folikel rambut di seluruh tubuh, hanya pada
telapak tangan dan telapak kaki yang tidak memiliki folikel rambut dimana
kelenjar sebaseus sama sekali tidak ada. Kelenjar sebaseus yang terbesar dan
paling padat keberadaannya ada di wajah dan kult kepala. Rambut yang
berhubungan dengan kelenjar sebaseus yang ukurannya besar, sering
memiliki ukuran yang kecil. Terkadang pada daerah tersebut, tidak disebut
dengan folikel rambut, tapi disebut dengan folikel sebaseus. Kelenjar
sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses disintegrasi sel,
sebuah proses yang dikenal dengan holokrin. Aktivitas metabolik sel dalam
kelenjar sebaseus bergantung status differensiasi. Sel bagian luar terdiri atas
sel membran basal, ukuran kecil, berinti dan tidak mengandung lipid. Lapisan
ini mengandung sel yang terus membelah mengisi kelenjar sebagai sel yang
dilepaskan pada proses ekskresi lipid. Selama sel ini bergerak ke bagian
tengah kelenjar, sel mulai menghasilkan lipid dan membesar mengandung
banyak lipid sehingga inti dan struktur sel lain hancur. Sel ini mendekati
duktus sebaseus, sehingga sel akan mengalami desintegrasi dan melepaskan
isi. Sebum adalah cairan kuning yang terdiri dari trigliserid, asam lemak, wax
ester, sterol ester, kolesterol dan squalene. Saat disekresi, komposisi sebum
terdiri dari trigliserid dan ester yang dipecah menjadi digliseid,monogliserid
dan asam lemak bebas oleh mikroba komensal kulit dan enzim lipase. Sebum
manusia mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh, dengan kandungan
asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi. Belum diketahui secara pasti apa
fungsi sebum, namun diduga sebum mengurangi kehilangan air dari
permukaan kulit sehingga kulit tetap halus dan lembut. Sebum juga punya
efek ringan bakterisidal dan fungistatik. Hormon androgen, khususnya
dihidrotestoteron menstimulai aktivitas kelenjar sebaseus. Kelenjar sebaseus
manusia mengandung 5α- reductase, 3α- dan 17α-hydroxysteroid
dehydrogenase,yang merubah androgen yang lebih lemah menjadi
dihydrotestosteron,yang akan mengikatkan dirinya pada reseptor spesifik di
kelenjar sebaseus kemudian meningkatkan sekresinya. Kelenjar sebaseus
mempunyai reseptor dehidroepiandrosteron sulfas (DHEAS) yang juga

Laporan Tutorial Skenario D 7


berperan dalam aktivitas kelenjar sebaseus. Level DHEAS tinggi pada bayi
baru lahir, rendah pada anak usia 2-4 tahun dan mulai tinggi pada saat
ekskresi sebum mulai meningkat. Seborrhea merupakan faktor predisposisi
dermatitis seboroik,namun tidak selalu didapatkan peningkatan produksi
sebum pada semua pasien. Dermatitits seboroik lebih sering terjadi pada kulit
dengan kelenjar sebaseus aktif dan berhubungan dengan produksi sebum.
Insiden dermatitis seboroik juga tinggi pada bayi baru lahir karena kelenjar
sebaseusyang aktif yang dipengaruhi oleh hormon androgen maternal, dan
jumlah sebum menurun sampai pubertas.

Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea terdapat pada seluruh permukaan tubuh, kecuali
telapak tangan dan kaki.Kelenjar sebasea ini hampir selalu berhubungan
dengan folikel rambut kecuali pada papila mama, labila minora, bibir, sudut
mulut dan kelenjar meiboom. Pada kulit hidung lebih banyak kelenjar
sebasea dari folikel rambut. Bentuknya alveoler sederhana atau bercabang,
tipe holokrin. Sel-selnya terdiri dari beberapa lapis sel diatas membrana
basalis dan diluarnya diliputi jaringan ikat halus.
Sekresi dari kelenjar ini disebut sebum yang pembentukannya diawali
dari proliferasi sel-sel basal, pendorongan sel-sel hasil poliferasi kearah
lumen, akumulasi tetesan-tetesan lemak dalam sitoplasma, sehingga sel-sel
membesar, nekrosis sel-sel yang jauh dari basal : inti piknotik atau hilang.
Beberapa sel mengandung keratohialin.Kearah bagian leher kelenjar (saluran
keluarnya), sel-sel kelenjar hancur, membentuk sekret sebum.Sebum terdiri
dari lemak, butir-butir keratohialin, keratin dan sisa-sisa sel. Fungsi sebum
untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit.Untuk setiap lembar rambut
terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan
membuat rambut menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar sebasea banyak
terdapat di wajah, dada, dan punggung. Testosteron meningkatkan ukuran
kelenjar sebasea dan pembentukan sebum. Kadar testosteron meningkat pada
pria dan wanita selama pubertas.

Laporan Tutorial Skenario D 8


Rambut
Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas,
dasrnya terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel
pada ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada
folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut
terdiri dari rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot, rambut pendek
dilubang hidung, liang telinga dan alis, rambut bulu lanugo diseluruh tubuh,
dan rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak).

Dermis
1. Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan
dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
- Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis
merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
- Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang
menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
2. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

Hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama
berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak
yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla
dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang

Laporan Tutorial Skenario D 9


vena.Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient
dari dermis melalui membran epidermis (Snell, 2011)

c. Bagaimana fisiologi yang terlibat pada kasus ini?


Jawab:
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D,
dan keratinisasi. Penjelasan sebagai berikut :
1) Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan
fisis atau mekanis, misalnya: tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi,
misalnya: zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya: lisol,
karbol, asam, dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas
misalnya: radiasi, sengatan ultraviolet; gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur.
Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan
sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia
dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang unpermeabel terhadap
berbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman
kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum,
keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH kulit berkisar
pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi
bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai sawar
(barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2) Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap
air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

Laporan Tutorial Skenario D 10


kelembapan, metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat
berlangsunng melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis
daripada yang melalui muara kelanjar.
3) Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau sisa metabolisme dalm tubuh berupa NaCl, urea, asam
urat, dan ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormone
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya
terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa.
Sebum (kelenjar minyak) yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan
sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang
berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan
keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.
4) Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-
badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di
papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya di daerah erotic.
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan
ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah
sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus
vascular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya
dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi
ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena
lebih banyak mengandung air dan Na.
6) Fungsi pembentuk pigmen, sel pembengtuk pigmen (melanosit), terletak
di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel
basal:melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya
butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ran maupun

Laporan Tutorial Skenario D 11


individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan
sel dendrite, disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat
golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap
sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangakn ke lapisan kulit di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juagoleh tebal
tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7) Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel
utama yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai
dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah
ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup, dan sampai sekarang
belum sepenuhnya dimengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit
melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8) Fungsi pembentukan Vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan
tubuh akan vitamin D tidaj cukup hanya dari hal tersebut, sehingga
pemberian vitamin D sistemik masih tetap di perlukan.
(Guyton, 2007)

d. Bagaimana histologi yang terlibat pada kasus ini?


Jawab:
Epidermis
Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng berkeratin yang
disebut keratinosit. Tiga jenis sel epidermis yang jumlahnya lebih sedikit juga
ditemukan; melanosit, sel Langerhans penyaji-antigen, dan sel Merkel atau sel
taktil epitelial. Epidermis menimbulkan oerbedaan utama antara kulit tebal

Laporan Tutorial Skenario D 12


yang terdapat pada telapak tangan dan kaki, dengan kulit tipis yang terdapat
pada bagian tubuh lainnya. Pemakaian kata “tebal” dan “tipis” merujuk pada
ketebalan lapisan epidermis, yang bervariasi antara 75 sampai 150 m untuk
kulit tipis dan 400 sampai 1400 m (1,4 mm) untuk kulit tebal. Ketebalan total
kulit (epidermis ditambah dermis) juga bervariasi menurut tempatnya.
Contohnya, kulit punggung memiliki tebal sekitar 4 mm, sedangkan pada kulit
kepala lebih kurang sekitar 1,5 mm. Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas
5 lapisan keratinosit, kelima lapisan di kulit tebal:
1. Lapisan basal (stratum basale) terdiri atas selapis sel kuboid atau
kolumnar basofilik yang terletak di atas membran basal pada perbatasan
epidermis-dermis. Hemidesmosom, yang terdapat di plasmalema basal
membantu mengikat sel-sel ini pada lamina basal dan desmosom mengikat
sel-sel di lapisan ini bersama-sama di permukaan atas lateralnya. Stratum
basale ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan bertanggung jawab,
bersama dengan bagian awal lapisan berikutnya atas produksi sel-sel
epidermis secara berkesinambungan. Meskipun sel punca untuk keratinosit
ditemukan di tonjolan khusus selubung folikel rambut yang bersambung
dengan epidermis. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari,
bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. Semua keratinosit
dalam stratum basale mengandung filamen keratin intermediat berdiameter
10 nm yang terdiri atas keratin. Sewaktu sel bertambah ke atas, jumlah dan
tipe filamen keratin juga bertambah sehingga mencapai setengah jumlah
protein total di lapisan terluar.
2. Lapisan spinosa (stratum spinosum), yang normalnya lapisa epidermis
paling tebal, terdiri atas sel-sel kuboid atau agak gepeng dengan inti di
tengah dengan nukleolus dan sitoplasma yang aktif menyintesis filamen
keratin. Tepat diatas lapisan basal, sejumlah sel masih membelah dan zona
kombinasi ini terkadang disebut tonofibrilyzng berkonvergensi dan
berakhir pada sejumlah desmoson yang menghubungkan sel bersama-sama
secara kuat untuk menghindari gesekan. Sitoplasma ditarik ke dalam
juluran sel pendek di sekitar tonofibril pada kedua sisi di setiap desmosom
(dan juluran tersebut memanjang jika sel mengkerut ketika mengalami

Laporan Tutorial Skenario D 13


proses histologis), yang menimbulkan tampilan spina atau duri kecil di
permukaan sel. Epidermis di area yang rentan mengalami gesekan dan
tekanan secara kontinu (seperti telapak kaki) memiliki stratum spinosum
yang lebih tebal dengan banyak tonofibril dan desmosom.
3. Lapisan granular (stratum granulosum) terdiri atas 3-5 lapis sel
poligonal gepeng yang mengalami diferensiasi terminal. Sitiplasmanya
berisikan massa basofilik intens yang disebut granul keratohialin. Struktur
tersebut tidak berikatan dengan membran dan terdiri atas massa filaggrin
dan protein lain yang berhubungan dengan keratin tonofibril yang
menghubungkannya dengan struktur sitoplasma besar pada proses
keratatinisasi yang penting. Pada sel-sel lapisan granular terlihat granul
lamela berselubung membran, suatu struktur lonjong (0,1-0,3 m) yang
mengandung banyak lamel yang dibentuk oleh berbagai lipid. Granula
lamela mengalami eksositosis dan mencurahkan isinya ke dalam ruang
antarsel di stratum granulosum. Di tempat ini, materi yang kaya lipid
membentuk lembaran-lembaran yang melapisi sel, yang kini lebih kecil
daripada kantong pipih yang terisi dengan keratin dan protein yang terkait.
Lapisan selubung lipid merupakan komponen utama sawar epidermis
terhadap kehilangan air dari kulit.
4. Stratum lusidum hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri dari lapisan
tipis translusen sel eusinofilik yang sangat pipih. Organel dan inti relah
menghilang dan sitoplasmanya hampir sepenuhnya terdiri atas filamen
keratin padat yang berhimpitan dalam matriks padat-elektron. Desmosom
masih tampak diantara sel-sel yang bersebelahan.
5. Stratum korneum terdiri atas 15- 20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefrigen. Filamen
keratin sekurang-kurangnya mengandung enam macam polipeptida dengan
massa molekul antara 40 kDa sam 70 kDa. Komposisi berubah sepanjang
sewaktu sel epidermis berdiferensisasi dan ketika massa tonofibril
bertambah dengan protein lain dari granula keratohialin. Setelah
mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar
dan membran plasma yang menebal dan disebut sisik atau sel bertanduk.

Laporan Tutorial Skenario D 14


Sel-sel tersebut secara kontinu dilepaskan pada permukaan stratum
korneum.
Dermis
Dermis adalah jaringan ikat yang menunjang epidermis dan
mengikatnya pada jaringan subkutan (hipidermis). Ketebalan dermis
bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai tebal maksimum 4
mm di daerah punggung. Permukaan dermis sangat iregular dan memiliki
banyak tonjolan (papilla dermis) yang saling mengunci dengan juluran-juluran
epidermis (rabung epidermis). Papilla dermis ini lebih banyak terdapat di kulit
yang mengalami tekanan, tempat pailla ini menguatkan taut epidermis-dermis.
Selama perkembangan embrional, mesenkim dermis menentukan nasib
epidermis diatasnya. Membran basale selalu dijumpai diantara stratum basale
dan lapisan papilar dermis dan mengikuti kontur interdigitasi antara kedua
lapisan tersebut. Membran basal merupakan struktur majemuk yang terdiri atas
lamina basal dan lamina retikular dan biasanya dapat dilihat dnegan mikroskop
cahaya. Nutrien untuk keratinosit harus berdifusi ke dalam epidermis yang
avaskular dari vaskular dermis melalui membran basal tersebut.
Dermis terdiri dari dua lapisan dengan batas yang tidak nyata – lapisan
papilar sebelah luar dan lapisan retikular sebelah dalam. Lapisan papilar tipis
yang terdiri atas jaringan ikat longgar, dengan fibroblas dan sel jaringan ikat
lainnya, seperti sel mast dan makrofag. Leukosit yang keluar dapi pembuluh
darah (ekstravasasi) juga dijumpai. Dari lapisan ini, fibril penambat dari
kolagen tipe VII menyelip ke dalam lamina basal dan mengikat dermis pada
epidermis. Lapisan retikular lebih tebal, yang terdiri atas jaringan ikat padat
iregular (terutama kolagen tipe I), dan memiliki lebih banyak serat dan lebih
sedikit sel daripada lapisan papilar. Jalinan serat elastin juga ditemukan yang
menghasilkan elastisitas kulit. Ruang antara serat kolagen dan elastin terisi
proteoglikan yang kaya akan dermatan sulfat.
Dermis merupakan tempat turunan epidermis berupa folikel rambut dan
kelenjar. Terdapat banyak serabut saraf dalam dermis. Saraf efektor yang
berjalan ke struktur dermis merupakan serabut pascaganglionik ganglia
simpatis; tidak terdapat persarafan parasimpatis. Serabut safa eferen sensorik

Laporan Tutorial Skenario D 15


membentuk jalinan di papila dermis dan sekitar folikel rambut, yang berakhir
di sel taktil epithelial, pada reseptor sensorik bersimpai di dermis, dan sebagai
ujung saraf bebas (tidak bersimpai) diantara sel-sel epidermis.
Jaringan Subkutis
Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ dibawahnya, yang memungkinkan kulit
bergeser diatasnya. Lapisan tersebut, yang juga disebut hipodermis atau fascia
superficialis, sering mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi
seusai daerahh tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi.
Suplai vaskular yang luas di lapisan subkutan meningkatkan ambilan insulin
dan obat yang disuntikkan ke dalam jaringan ini secara tepat.
(Eroschenko, 2010)

e. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada kasus ini?
Jawab:
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik
dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa
pada umur 30 hingga 60 tahun.Insiden memuncak pada umur 18–40
tahun.Dermatitis Seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari perbandingan usia
dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis seboroik menyerang 10%
anak laki–laki dan 9,5% pada anak perempuan. Prevalensi semakin berkurang
pada setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4
tahun.Kebanyakan pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik
ringan. Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), dapat
terlihat pada hampir 35% pasien Terdapat peningkatan insiden pada penyakit
Parkinson, paralisis fasial, pityriasis versicolor, cedera spinal, depresi dan
yang menerima terapi psoralen ditambah ultraviolet A (PUVA). Juga beberapa
obat–obatan neuroleptik mungkin merupakan faktor, kejadian ini sering terjadi
tetapi masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering
lebih parah pada musim dingin yang lembab dibandingkan pada musim panas.
(Abramovits, 2009).

Laporan Tutorial Skenario D 16


Sebum juga punya efek ringan bakterisidal dan fungistatik. Hormon
androgen, khususnya dihidrotestoteron menstimulai aktivitas kelenjar
sebaseus. Kelenjar sebaeus manusia mengandung 5α-reductase, 3α- dan 17α-
hydroxysteroid dehydrogenase,yang merubah androgen yang lebih lemah
menjadi dihydrotestosteron,yang akan mengikatkan dirinya pada reseptor
spesifik di kelenjar sebaseus kemudian meningkatkan sekresinya

f. Apa makna bercak merah bersisik yang terasa gatal pada wajah?
Jawab:
 Adanya bercak merah pada wajah menandakan adanya skuama yang
eritem pada wajah, yang merupakan salah satu ciri dermatitis seboroik.
Skuama adalah lapisan stratum corneum yang telepas dari kulit.
Skuama dapat halus, ataupun lapisan tebal dan luas sebagau lembaran
kertas. Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan
pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversibel.
 Terasa gatal tanda terjadi pengeluaan histamin akibat adanya proses
inflamasi. Hal tersebut kemungkinan dipicu akibat perkembangan
abnormal flora normal kulit.
Jadi dari keterangan tersebut bercak merah yang gatal pada wajah
dimaknai kemungkinan sebagai dermatitis seboroik. (Djuanda, 2013)
Keluhan utama pada kasus merupkan manifestasi dari dermatitis
serboroik eritema dan ditutupi dengan sisik berminyak besar yang dapat
dilepaskan dengan mudah. Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik
kering (ketombe) sampai sisik berminyak dengan eritema (Gambar 1.A). Pada
wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis, yaitu glabella
(Gambar 1.B), lipatan nasolabial (Gambar 1.C), concha dari daun telinga, dan
daerah retroauricular (Gambar 1.D). Lesi dapat bervariasi dalam tingkat
keparahan eritema sampai sisik halus (Gambar 1.E).
Predileksi dermatitis seboroik adalah wajah, telinga, skalp, dan badan
karena daerah tersebut kaya akan folikel sebasea (Kartowigno, 2011).

Laporan Tutorial Skenario D 17


g. Apa kemungkinan penyakit dengan keluhan utama bercak merah bersisik yang
gatal pada wajah?
Jawab:
Kemungkinan merupakan dermatitis seboroik.
Karna hal tersebut merupakan manifestasi klinis dari dermatitis seboroik, yaitu
bercak-bercak eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan.
Predileksi penyakit ini di bagian-bagian yang kaya glandula sebacea, seperti
wajah, kulit kepala, garis batas rambut, alis mata, glabela, lipatan nasolabial,
telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan lipat paha. Pasien sering
mengeluhkan rasa gatal.

Laporan Tutorial Skenario D 18


Pola Klinis Dermatitis Seboroik:
1. Pola Klinis Dermatitis Seboroik Bayi
• Kulit kepala (cradle cap)
• Tubuh (termasuk daerah fleksor dan popok)
• Penyakit Leiner
 Nonfamilial
 Disfungsi C5 familial
2. Dewasa
 Kulit kepala
 Wajah (termasuk blepharitis)
 Tubuh
 Petaloid
 Pityriasiform
 Fleksural
 Plak eksematous
 Folikuler
 Generalisata ( berupa eritroderma)

Gambar 2.1 Lokasi Predileksi Dermatitis Seboroik


(Djuanda, 2013)

Laporan Tutorial Skenario D 19


h. Apa makna sejak 2 pekan sebelum berobat, bintil dan bercak merah bersisik
pada wajah yang telah ada sebelumya bertambah luas?
Jawab:
Menunjukkan progresifitas penyakit yang semakin meluas dan semakin berat
akibat tidak atau belum mendapat tatalaksana yang tepat. (Djuanda, 2013)

i. Bagaimana patofisiologi terjadinya keluhan pada kasus?


Jawab:
Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pola makan, higiene, stress, cuaca) 
gland. Sebacea hiperaktifitas  hipersekresi sebum  Asam lemak bebas dan
radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakterial dan
antifungal yang merubah flora kulit normal  flora normal kulit menjadi
abnormal  lipid sebum penting untuk proliferasi mikroorganisme  aktifitas
berlebih dari mikroorganisme mengakibatkan inflamasi  merah, gatal 
terus berlanjut  hiperproliferasi epidermis  skuama-skuama  bersisik
(Djuanda, 2013).

2. Terdapat pula sisik kekuningan di daerah alis mata dan belakang telinga yang
kadang terasa gatal. Keluhan ini dirasakan hilang timbul terutama bila musim
kemarau dan jika penderita banyak pikiran atau stress.
a. Apa makna timbul sisik kekuningan di daerah alis mata dan belakang telinga
yang kadang terasa gatal?
Jawab:
Maknanya mengalami dermatitis seboroik. Karena keadaan-keadaan
tersebut merupakan ciri khas dari dermatitis seboroik berupa bercak-bercak
eritema dan skuama yang berminyak dan kekuningan, gatal, dengan daerah
predileksi wajah, kulit kepala, alis mata, dahi, glabela, leher, telinga
postoaurikular, lipatan nasolabial, lipatan paha, umbilikus, areola mamae, dan
daerah-daerah kaya glandula sebacea lainnya (Djuanda, 2013)

b. Bagaimana mekanisme terjadinya keluhan di atas?


Jawab:

Laporan Tutorial Skenario D 20


Kelenjar sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses
disintegrasi sel, sebuah proses yang dikenal dengan holokrin. Aktivitas
metabolik sel dalam kelenjar sebaseus bergantung status differensiasi. Sel
bagian luar terdiri atas sel membran basal, ukuran kecil, berinti dan tidak
mengandung lipid. Lapisan ini mengandung sel yang terus membelah mengisi
kelenjar sebagai sel yang dilepaskan pada proses ekskresi lipid. Selama sel ini
bergerak ke bagian tengah kelenjar, sel mulai menghasilkan lipid dan
membesar mengandung banyak lipid sehingga inti dan struktur sel lain hancur.
Sel ini mendekati duktus sebaseus, sehingga sel akan mengalami desintegrasi
dan melepaskan isi. Sebum adalah cairan kuning yang terdiri dari trigliserid,
asam lemak, wax ester, sterol ester, kolesterol dan squalene. Saat disekresi,
komposisi sebum terdiri dari trigliserid dan ester yang dipecah menjadi
digliseid,monogliserid dan asam lemak bebas oleh mikroba komensal kulit dan
enzim lipase (Lubis, 2014).
Mekanisme keluhan:
Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pola makan, higiene, stress, cuaca) 
gland. Sebacea hiperaktifitas  hipersekresi sebum  Asam lemak bebas dan
radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang
merubah flora kulit normal  flora normal kulit menjadi abnormal  lipid
sebum penting untuk proliferasi mikroorganisme  aktifitas berlebih dari
mikroorganisme mengakibatkan inflamasi  merah, gatal  inflamasi terus
berlanjut  hiperproliferasi epidermis  skuama-skuama  bersisik 
kekuningan karena kandungan sebum pada daerah alis mata dan belakang
telinga (Djuanda, 2013).

c. Apa hubungan perubahan musim dan stress dengan keluhan utama?


Jawab:
 Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk. faktor-faktor yang dapat
mencetuskan dermatitis seboroik salah satunya yaitu aspek musiman;
kekambuhan penyakit lebih umum pada musim gugur dan musim
dingin. Kondisi ini juga dipicu oleh stres emosional .

Laporan Tutorial Skenario D 21


 Beberapa laporan penelitian menyatakan stres oksidatif yang muncul
sebagai akibat dari over produksi oksigen radikal atau mekanisme
pertahanan antioksidan tidak memadai dapat memicu dermatitis
seboroik.
(Lubis ,N;Z, 2014)
Mekanisme:
Stress  gangguan neurotrasmitter  disalurkan ke kelenjar minyak 
produksi sebum meningkat (Kartowingo, 2011).

d. Apa faktor yang mempengaruhi adanya kelainan pada kulit?


Jawab:
1. Status seboroik
2. Faktor genetik
3. Faktor imunologik
4. Faktor higienitas
5. Faktor pencetus: stress psikis, infeksi fokal, trauma, gangguan endokrin,
gangguan metabolik, obat (β-adrenergic blockers, litium, anti malaria),
alkohol, rokok.

Pada dermatitis seboroik etiopatogenesisnya belum diketahui secara pasti.


Beberapa faktor yang mememengaruhi pada dermatitis seboroik antara lain:
1. Ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea meningkat
2. Mikroba  Pityrosporum ovale (malassezia furfur)
3. Obat: arsenik, gold methyldopa, simetidine, dan neuroleptik
4. Faktor fisik: temperatur dan kelembaban
5. Abnormalitas neurotransmitter:
• Postencephalitic parkinsonism
• Epilepsi
• Trauma supraorbital
• Poliomyelitis
• Stress emosional
6. Gangguan proliferasi epidermal

Laporan Tutorial Skenario D 22


7. Nutrisi
• Zinc defisiensi
• Biotin defisiensi
• Metabolism abnormal asam lemak esensial
8. Genetik

(Lubis ,N;Z, 2014)

3. Selain itu, Cek mat mengaku kulit kepala sering berketombe dan kulit wajah
terasa berminyak.
a. Apa makna Cek mat mengaku kulit kepala sering berketombe dan kulit wajah
terasa berminyak?
Jawab:
 Sering berketombe  menunjukkan telah terjadi dermatitis seboroik
yang ringan. Yang kemungkinan akibat tidak ditatalakasan dengan baik
(tatalaksana causatif) sehingga terus meluas dan semakin berat seperti
keluhan utama pasien.
 Kulit terasa berminyak  faktor predisposisi. Kondisi tersebut
menunjukkan status seboroik pasien yaitu produksi sebumnya memang
tinggi atau hipersekresi sebum.
(Djuanda, 2013)

b. Apa hubungan keluhan kulit kepala sering berketombe dan kulit wajah terasa
berminyak dengan keluhan utama?
Jawab:
Kedua hal tersebut merupakan faktor predisposisi untuk terjadi dermatitis
seboroik yang lebih berat (Djuanda, 2013)

c. Bagaimana patofisiologi dari keluhan di atas?


Jawab:
Patofisiologi ketombe:

Laporan Tutorial Skenario D 23


Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pola makan, higiene, stress, cuaca) 
gland. Sebacea scalp hiperaktifitas  sekresi sebum meningkat  jarang
mencuci rambut  sebum semakin menumpuk  Asam lemak bebas dan
radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang
merubah flora kulit normal  flora normal kulit menjadi abnormal  lipid
sebum penting untuk proliferasi mikroorganisme  aktifitas berlebih dari
mikroorganisme mengakibatkan inflamasi  merah, gatal  proses terus
berlanjut  hiperproliferasi epidermis  skuama-skuama di kulit kepala 
ketombe.
Dalam keadaan normal lapisan stratum corneum akan digantikan oleh
sel-sel dibawahnya. Hal ini juga terjadi pada kulit kepala, yaitu sel keratin (sel
yang telah mati) akan terlepas dan diganti oleh sel sel dari lapisan basalis. Sel-
sel dari lapisan basalis akan bergerak ke lapisan yang lebih atas dan akhirnya
sampai pada permukaan kulit. Umumnya proses ini terjadi cukup pelan
sehingga tetap tidak terlihat. Pada kebanyakan orang kulit kepala berganti
sekitar sekali per bulan, tetapi pada orang-orang dengan kondisi tertentu
proses ini berlangsung lebih cepat menjadi tiap 10-15 hari. Hal ini
menyebabkan retensi nukleus dalam sel-sel stratum corneum yang tidak
mempunyai cukup waktu untuk menjadi matur (kulit kepala normal didapati
sekitar 3.700 sel berinti/cm2, sedangkan pada yang berketombe didapati
20.000 sel berinti/cm2) serta peningkatan deskuamasi sel keratin. Sel-sel
keratin tersebut akan membentuk suatu gumpalan dan bila diameter gumpalan
lebih besar dari 0,2 mm, barulah ketombe dapat terlihat. Semua temuan
tersebut menunjukkan adanya hiperproliferasi epidermis (Wijaya, 2001).

Kulit wajah terasa berminyak:


Kelenjar sebaseus (glandula sebaceous) terdapat pada kulit seluruh
tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, glans penis dan korona penis. Pada
umumnya jumlah paling banyak dan dengan ukuran yang besar terdapat pada
daerah garis tengah punggung, dahi, kulit kepala, muka, meatus akustikus
eksternus dan daerah anogenital.

Laporan Tutorial Skenario D 24


Folikel sebaseus berisi sel keratin yang lepas dan jenis folikel ini
merupakan sumber terbentuknya akne. Sekresi kelenjar sebaseus adalah jenis
holokrin, dengan kata lain sekresinya atau sebum yang dihasilkan ialah
dengan jalan desintegrasi sel-sel kelenjar. Sebum mencapai permukaan kulit
melalui duktus pilosebaseus. Pada permukaan kulit sebum bercampur dengan
lemak- lemak lain berasal terutama dari epidermis dan bersama-sama
membentuk lemak- lemak permukaan kulit.
Saat disekresi, komposisi sebum terdiri dari trigliserid dan ester yang
dipecah menjadi digliserid, monogliserid dan asam lemak bebas oleh mikroba
komensal kulit dan enzim lipase. Sebum manusia mengandung asam lemak
jenuh dan tidak jenuh, dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang lebih
tinggi (Fitzpatrick, 2010).

4. Sejak 1 pekan terakhir, bercak semakin meluas dan disertai rasa gatal yang
bertambah bila penderita berkeringat. Selain itu, Cek mat mengaku sering makan
makanan yang berlemak dan memiliki kebiasaan jarang mencuci rambut. Kelainan
kulit pertama kali timbul 6 tahun yang lalu dan sering hilang timbul.
a. Apa hubungan Cek mat sering makan makanan berlemak dan kebiasaan jarang
mencuci rambut dengan keluhan utama?
Jawab:
 Glandula sebacea (kelenjar keringat) tidak berlumen dan biasanya
terdapat disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen
akar rambut (folikel rambut). Sehingga apabila saat seseorang jarang
mencuci rambutnya maka sebum yang mengandung trigleserida, asam
lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol tidak akan hilang dan
terangkat dari kulit sehingga akan semakin menumpuk dan
menyebabkan perubahan aktivitas flora normal kulit yang
mengakibatkan dermatitis seboroik.
 Lemak yang di makan dalam proporsi normal diperlukan tubuh. Tetapi
jika berlebihan lemak tersebut dapat mencapai kelenjar sebacea dan
akhirnya menjadi bahan pembentuk sebum. Kelenjar sebasea akan
memproduksi minyak sehingga kulit kepala menjadi sangat berminyak

Laporan Tutorial Skenario D 25


dan dengan pengaruh mikroorganisme akan mengakibatkan dermatitis
seboroik dalam hal ini gejala ringan berupa ketombe.
(Wijaya, 2001)

b. Apa makna kelainan kulit pertama kali timbul 6 tahun yang lalu dan sering
hilang timbul?
Jawab:
Kelainan kulit pertama kali timbul 6 tahun yang lalu dan sering hilang
timbul menandakan bahwa penyakit yang diderita pasien sudah bersifat kronis.
Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada
kelompok usia yang terpengaruh, bentuk anak sifatnya dapat sembuh sendiri,
sementara pada orang dewasa penyakit ini sifatnya kronis.
Pada orang dewasa, dermatitis seboroik adalah dermatosis kronis
berulang yang dimulai dari eritema ringan sampai moderat hingga lesi papular,
eksudatif dan bersisik, semakin memburuk jika disertai stres atau kurang tidur.
Dengan tingkat puritus bervariasi. Lesi terutama berkembang pada daerah
yang produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga eksternal,
daerah retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-lipatan
tubuh (Schwartz, 2006).

c. Bagaimana patofisiologi bercak merah semakin meluas dan disertai rasa gatal
yang bertambah bila penderita berkeringat?
Jawab:
Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pola makan, higiene, stress, cuaca) 
gland. Sebacea hiperaktifitas  hipersekresi sebum  Asam lemak bebas dan
radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakterial dan
antifungal yang merubah flora kulit normal  flora normal kulit menjadi
abnormal  lipid sebum penting untuk proliferasi mikroorganisme  aktifitas
berlebih dari mikroorganisme mengakibatkan inflamasi  merah, gatal +
berkeringat dan belum ditatalaksana  Keluhan semakin buruk (Djuanda,
2013).

Laporan Tutorial Skenario D 26


5. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum: Baik
Vital sign: Nadi: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37,0oC
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
Kasus Keadaan Normal Intepretasi

Keadaan Umum: Baik Baik Normal

Vital sign:
Nadi: 88 x/menit 60-100x/menit Normal

RR: 20 x/menit 16-24x/menit Normal


o
Suhu: 37,0 C
36.5-37,5oC Normal

6. Keadaan spesifik: Tidak ada pembesaran KGB.


Status dermatologikus:
 Pada regio facialis dan retroauricula: tampak lesi macula eritem,
papuloskuamosa halus, multiple, bentuk tidak teratur, ukuran dari lentikuler
sampai numuler, batas tegas dan tidak menebal
 Perbatasan rambut kepala dan dahi: tampak skuama
Pemeriksaan cutaneus sign: tes diaskopi positif
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan mikroskopis preparat langsung KOH 10% +
tinta parker blue black: tidak ditemukan adanya elemen jamur.
a. Apa interpretasi dari keadaan spesifik?
Jawab:
Kasus Keadaan Normal Intepretasi

Keadaan spesifik:
Tidak ada pembesaran KGB.
Tidak ada pembesaran Normal
Status dermatologikus:
KGB.
- Pada regio facialis dan
retroauricula: tampak lesi
Gejala klinis

Laporan Tutorial Skenario D 27


Tidak ada lesi pada regio dermatitits
facialis dan retroauricula seboroik.
macula eritem,
dan tidak ada squama pada
papuloskuamosa halus,
rambut kepala dan dahi.
multiple, bentuk tidak teratur,
ukuran dari lentikuler sampai
numuler, batas tegas dan tidak
menebal Eritema
Perbatasan rambut kepala dan
dahi: tampak skuama
- Pemeriksaan cutaneus sign: tes
diaskopi positif

Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan mikroskopis preparat Tidak ditemukan adanya Tidak ada


langsung KOH 10% + tinta parker elemen jamur. infeksi jamur
blue black: tidak ditemukan adanya
elemen jamur.

b. Bagaimana mekanisme dari keadaan spesifik yang abnormal?


Jawab:
Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pola makan, higiene, stress, cuaca) 
gland. Sebacea hiperaktifitas  hipersekresi sebum  Asam lemak bebas dan
radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakterial dan
antifungal yang merubah flora kulit normal  flora normal kulit menjadi
abnormal  lipid sebum penting untuk proliferasi mikroorganisme  aktifitas
berlebih dari mikroorganisme mengakibatkan inflamasi  merah (eritema),
gatal  terus berlanjut  hiperproliferasi epidermis  skuama-skuama 
tidak ditatalaksana  papuloskuamosa (Djuanda, 2013).
c. Bagaimana cara pemeriksaan diaskopi?
Jawab:

Laporan Tutorial Skenario D 28


Gelas objek dipegang dengan jari-jari tangan kanan kemudian ditekankan
pada permukaan lesi. Tampak lesi berwarna pucat waktu penekanan dengan
gelas objek. Dan waktu gelas objek diangkat, warna lesi kembali seperti
semula (merah/eritem) Diaskopi positif bila warna merah menghilang
(eritema), dan negatif bila warna merah tidak menghilang (purpura atau
talangiektasis).
Diaskopi terdiri dari penekanan pada lesi dengan menggunakan sebuah
lensa datar transparan atau objek lain (seperti slide kaca atau sekeping plastik
yang tidak berwarna, jernih, dan kaku). Alat ini mengkompresi darah dari
pembuluh darah kecil, supaya warna lain pada lesi dapat dievaluasi. Diaskopi
membantu pemeriksa menilai seberapa banyak darah intravaskular sebuah lesi
yang merah atau ungu. Jika lesi terutama terdiri dari kongesti vaskular,
diaskopi akan memucat. Tekanan yang lebih kuat pada kapiler akan
mendorong sel darah merah ke dalam pembuluh darah di sekitarnya yang
mempunyai tekanan yang lebih rendah. Jika pada diaskopi gagal terjadi pucat,
atau pucat tidak sempurna, hal ini bermakna banyak sel darah merah
mengalami ekstravasasi atau jaringan pembuluh yang berisi darah tersebut
abnormal, sehingga tidak memungkinkan sel lewat dengan sempurna.
Sarkoma Kaposi mencakup baik pembuluh darah neoplastik aberan maupun
eritrosit yang ekstravasasi, sehingga tidak memucat. (Del rosso, 2011)

7. Bila semua gejala dan tanda di atas digabungkan, maka:


a. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?
Jawab:
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan: Pasien datang dengan keluhan munculnya bercak merah dan kulit
kasar. Kelainan awal hanya berupa ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis
sika) sampai keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau tidak sedap dan
terasa gatal.
Faktor Risiko: Genetik, faktor kelelahan, stres emosional , infeksi, defisiensi
imun, jenis kelamin pria lebih sering daripada wanita, usia bayi bulan 1 dan
usia 18-40 tahun, kurang tidur.

Laporan Tutorial Skenario D 29


Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
1. Papul sampai plak eritema
2. Skuama berminyak agak kekuningan
3. Berbatas tidak tegas
Lokasi predileksi: Kulit kepala, glabela, belakang telinga, belakang leher, alis
mata, kelopak mata, liang telinga luar, lipat naso labial, sternal, areola
mammae, lipatan bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilikus, lipat
paha, daerah anogenital. (Djuanda, 2013).

b. Apa Differential Diagnosis pada kasus?


Jawab:
Ciri Dermatitis Psoriasis Tinea Pitiriasis
Seboroik kapitis Rosea
(tinea
korporis)
eritema    
Skuama Skuama halus, Skuama Skuama Skuama
agak kasar, kasar halus
beriminyak berlapis-
dan agak lapis, tebal,
kekuningan dan
transparan
seperti mika
Gatal Ringan Ringan Sangat Ringan
gatal
predileksi Wajah, scalp, Scalp, Badan,
telinga perbatasana lengan
postoaurikular scalp atas
, lipat paha, dengan bagian
umbilikal, muka, proksimal
dahi dan ekstremitas dan paha

Laporan Tutorial Skenario D 30


daerah kaya bagian atas.
glandula ekstensor
sebacea terutama
lainnya. siku dan
lutut, dan
daerah
lumbosakral
Pemeriksaan Fenomena Sediaan
tes lilin, KOH
Auspitz, positif
Koebner
(Djuanda, 2013).

c. Apa pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada kasus?


Jawab:
Pemeriksaan histopatologi
Untuk dermatitis seboroik didapatkan gambaran histologi:
- Parakeratosis
- Perifolikular netrofil dan limfost di stratum korneum
- acanthosis
(Djuanda, 2013).

d. Apa Working Diagnosis pada kasus?


Jawab:
Dermatitis Seboroik

e. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Jawab:
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat antiinflamasi,
immunomodulator, obat keratolitik, antibakterial.
A. Anti Inflamasi

Laporan Tutorial Skenario D 31


Pengobatan konvensional untuk dermatitis seboroik pada kulit kepala
dewasa diawali dengan steroid topikal. Terapi ini bisa diberikan sebagai
sampo, seperti flusinolon (Synalar), larutan steroid topikal, losion yang
digunakan pada kulit kepala, atau krim yang digunakan pada kulit. Orang
dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan steroid
topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai
tambahan. Steroid topikal potensi rendah efektif mengobati dermatitis
seboroik pada bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis
seboroik yang rekalsitran pada dewasa.
Terapi anti inflamasi yang diberikan dapat berupa:
 Shampo steroid:
 Flusinolon  2xseminggu
 Steroid sistemik:
 prednisone 20-30 mg sehari
 isotretinoin
 Steroid topikal:
 Flusinolon  setiap hari
 Losion betametason valerate  setiap hari
 Krim desonide  setiap hari

B. Keratolitik
Modalitas lama untuk pengobatan dermatitis seboroik memiliki sifat-
sifat keratolitik tetapi tidak memiliki sifat-sifat antijamur dan bakterial.
Keratolitik yang digunakan secara luas untuk mengobati dermatitis
seboroik meliputi tar, asam salisilat dan sampo zinc pyrithione. Zinc
pyrithione memiliki sifat-sifat keratolitik dan antijamur nonspesifik dan
bisa digunakan dua atau tiga kali per minggu. Pasien harus membiarkan
sampo di rambut setidaknya selama lima menit untuk menjamin agar
bahan mencapai kulit kepala. 8 Pasien juga bisa menggunakannya di
tempat yang lainnya, seperti wajah. Dermatitis seboroik pada kulit kepala
bayi mengharuskan penanganan yang hati-hati dan lembut (misalnya,

Laporan Tutorial Skenario D 32


sampo ringan tanpa-obat) shampoo yang mengandung selenium sulfide
dan seng.
Terapi keratolitik yang dapat diberikan berupa:
 Sampo asam salisilat  2xseminggu
 Sampo tar  2xseminggu
 Sampo zinc pyrithione  2xseminggu
(Djuanda, 2013).
Edukasi Pasien
1. Ajari pasien tentang pengendalian daripada pengobatan dermatitis
seboroik .
2. Tekankan tentang pentingnya membiarkan sampo medikasi sedikitnya
5-10 menit sebelum membilas.
3. Ajari tentang menggunakan kortikosteroid topikal seperlunya untuk
mengendalikan eritema, skuama, atau rasa gatal.

f. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus?


Jawab:
Dermatitis seboroik yang meluas sampai menyerang menyerang saluran
telinga luar bisa menyebabkan otitis eksterna yaitu radang yang terdapat pada
saluran telinga bagian luar. Jika tidak mendpatkan pengobatan yang adekuat,
maka DS akan meluas ke daerah sternal, aerola mamae, umbilikus, lipat paha
dan daerah anogenital. Karena kerontokan yang berlebih pun dapat
menyebabkan kebotakan (Djuanda, 2013).

g. Bagaimana Prognosis pada kasus?


Jawab:
Quo ad vitam: bonam
Quo ad fungsionam: dubia ad bonam
h. Bagaimana SKDU pada kasus ?
Jawab:
Dermatitis seboroik Tingkat Kemampuan 4A

Laporan Tutorial Skenario D 33


Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas.
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas (KKI, 2012).
8. Bagaimana pandangan islam pada kasus?
Jawab:
“ dan pakaianmu bersihkanlah,--- dan perbuatan dosa tinggalkanlah,--- dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak” (Q.S. Al Muddatsir 74:4-6)

2.6 Kesimpulan
Cek mat, 40 tahun mengalami bercak merah bersisik yang terasa gatal pada wajah
dan sisik kekuningan di daerah alis mata akibat dermatitis seboroik.

Laporan Tutorial Skenario D 34


2.7 Kerangka Konsep

Faktor risiko:
Usia, jenis kelamin, pola Faktor hygiene kurang
hidup, musim, dan stress

Hiperaktivitas kelenjar
sebacea

Pertumbuhan mikroorganisme
abnormal pada kulit

Pada rambut Inflamasi pada epidermis

Eritema dan Hiperproliferasi


Ketombe gatal hipodermis

Skuama

Papuloskuamosa

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tutorial Skenario D 35


Abramovits, W; Elewski, B; Scheinfeld,N. 2009. Control Of Seborrhoeic Dermatitis.
www.practicaldermatology.com.

Del rosso JQ. Adult Seborrheic dermatitis: A status report on practical topical
management. Journal of Clinical Aesthetic Dermatology. 2011; 4(5): 32-8

Djuanda, H. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.

Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC

Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Kartowigno, Sunarto. 2011. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit Edisi ke-2.
Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Lubis ,N;Z. 2014. Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 – 2012. Medan:
FKUSU.

Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: An overview. American
Family Physician. 2006; 74(1): 125-30.

Snell, Ricahard S. 2011. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC

Wijaya,L. 2001. Pengaruh Jumlah Pityrosporum Ovale dan Kadar Sebum terhadap
Kejadian Ketombe. Semarang: FKUNDIP.

Laporan Tutorial Skenario D 36

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Skenario A KEL 5
    Laporan Skenario A KEL 5
    Dokumen30 halaman
    Laporan Skenario A KEL 5
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sken B Blok 17
    Sken B Blok 17
    Dokumen32 halaman
    Sken B Blok 17
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sken C b17
    Sken C b17
    Dokumen56 halaman
    Sken C b17
    Sg Natassya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    Anonymous AO6GKknFC
    Belum ada peringkat
  • Jkdsjakjfk
    Jkdsjakjfk
    Dokumen37 halaman
    Jkdsjakjfk
    nadya nathania
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario A
    Laporan Skenario A
    Dokumen37 halaman
    Laporan Skenario A
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Sken B Blok Ix
    Laporan Tutorial Sken B Blok Ix
    Dokumen43 halaman
    Laporan Tutorial Sken B Blok Ix
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen42 halaman
    Bab 1
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario A KEL 5
    Laporan Skenario A KEL 5
    Dokumen30 halaman
    Laporan Skenario A KEL 5
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen4 halaman
    Bab II
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario A
    Laporan Skenario A
    Dokumen37 halaman
    Laporan Skenario A
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario A
    Laporan Skenario A
    Dokumen37 halaman
    Laporan Skenario A
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sken 2
    Sken 2
    Dokumen15 halaman
    Sken 2
    Hayeon Song
    Belum ada peringkat
  • Ips Ix.1 Olla
    Ips Ix.1 Olla
    Dokumen2 halaman
    Ips Ix.1 Olla
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen14 halaman
    Tutorial
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • K3 DI PABRIK TEH
    K3 DI PABRIK TEH
    Dokumen48 halaman
    K3 DI PABRIK TEH
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario A
    Laporan Skenario A
    Dokumen38 halaman
    Laporan Skenario A
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • LKK
    LKK
    Dokumen13 halaman
    LKK
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • MODUL
    MODUL
    Dokumen1 halaman
    MODUL
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tutor
    Tutor
    Dokumen39 halaman
    Tutor
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner KPSP For Skill Lab2014
    Kuesioner KPSP For Skill Lab2014
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner KPSP For Skill Lab2014
    Rafika Novianti Cikova
    Belum ada peringkat
  • Daftar pustaka geriatri
    Daftar pustaka geriatri
    Dokumen2 halaman
    Daftar pustaka geriatri
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Skenario C
    Skenario C
    Dokumen56 halaman
    Skenario C
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen4 halaman
    Bab 2
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Salsabilla Khairunnisa
    Belum ada peringkat