Anda di halaman 1dari 7

KONSEP KETERBUKAAN DIRI DALAM PROSES

KONSELING

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Komunkasi Antar Pribadi

Oleh
Agri Aprilia F.H
1301419064

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang pengetahuan konsep
siyasah (berpolitik) dalam islam. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
membantu wawasan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari bahawa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah


ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini dan untuk terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Semarang, 22 November 2019

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana konsep keterbukaan diri?
2) Apakah keterbukaan diri itu penting?
3) Bagaimana tahap membuka diri dalam proses konseling?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
1) Mengetahui konsep keterbukan diri.
2) Mengetahui apakah keterbukaan diri itu penting.
3) Mengetahui tahap membuka diri dalam proses konseling.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah:

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keterbukaan Diri


Dikutip dari buku psikologi komunikasi karangan Morison, M.A. (2010:
182) masalah keterbukaan dan ketertutupan diri dalam menjalin komunikasi
dengan orang lain, yaitu dengan siapa kita memiliki hubungan dapat
dijelaskan dengan teori penetrasi sosial yang berupaya mengidentifikasi
proses peningkatan keterbukaan dan keintiman individu dalam menjalin suatu
hubngan dengan individu lainnya. Hasil pemikiran Irwin Altman dan Dalmas
Taylor ini menjelaskan mengenai proses terjadinya ikatan hubungan antar
individu dari tahapan komunikasi awal atau komunikasi permukaan kepada
tahapan komunikasi yang lebih dalam atau intim. Salah satu model
komunikasi awal yaitu model Lasswell yang dikutip dari buku teori
komunikasi karangan Werner J. Severin & James W. Tankard, Jr. yang
diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto ( 2005, 55) menjelaskan sebuah model
awal dalam komunikasi adalah model yang diusulkan oleh Lasswell:
(1) Unsur sumber (who, siapa)
(2) Unsur pesan (says what, mengatakan apa)
(3) Saluran komunikasi (in which channel, pada saluran yang mana)
(4) Unsur penerima ( to whom, kepada siapa)
(5) Unsur pengaruh (with what effect, dengan pengaruh/daampak apa)
Menurut teori penetrasi sosial yang dikutip dari buku psikologi
komunikasi karangan Morison, M.A (2010: 182) kita akan mengetahui atau
mengenal diri orang lain dengan cara masuk ke dalam ‘bola diri’ orang yang
bersangkutan. ‘Bola diri’ memiliki arti diri seseorang yang didalamnya
tersebar berbagai macam catatan atau rekaman informasi mengenai diri
seseorang tersebut. ‘Bola diri’ itu sendiri memiliki dua aspek yaitu aspek
keluasan (breadth) dan aspek kedalaman (depth). Kita dapat mengetahui

2
berbagai informasi detail dan mendalam mengenai satu atau dua aspek dari
orang lain itu (kedalaman). Ketika hubungan di antara dua individu
berkembang, maka masing-masing individu akan mendapatkan lebih banyak
informasi yang akan semakin menambah keleluasan dan kedalaman
pengetahuan mereka satu sama lainnya.
Dikutip dari buku psikologi komunikasi karangan Morison, M.A (2010:
183) pemikiran awal mengenai teori penetrasi sosial di Amerika pada tahun
1960-an dan 1970-an, era ketika mulai berani bicara secara terbuka, dan
keterbukaan dihargai serta dinilai penting dalam membina suatu hubungan
antar individu atau antar pribadi. Namun demikian, para ahli komunikasi
mengakui bahwa faktor budaya juga berperan penting dalam mendorong
keterbukaan atau sebaliknya. Karenanya, teori ini dibangun dengan asumsi
bahwa budaya masyarakat telah mendukung pandangan untuk berbicara
secara tebuka. Teori ini juga menyatakan bahwa keterbukaan diri (self-
disclosure) merupakan perkembangan hubungan. Secara umum, keterbukaan
diri dapat didefinisikan sebagai, “the purposeful process of revealing
information about yourself to others” (proses pengungkapan informasi
mengenai diri Anda kepada orang lain secara sengaja).
Dikutip dari buku psiklogi komunikasi karangan Morison, M.A (2010:
186) pada situasi tertentu, keterbukaan diri kita bersifat spontan. Keterbukaan
diri secara spontan cukup sering terjadi pada masyarakat. Sering kali kita
terlibat percakapan dengan seseorang yang baru kita kenal. Misalnya, pada
saat di kereta Anda terlibat percakapan dengan seseorang yang duduk di
sebelah Anda. Dalam keterbukaan diri seseorang akan bersikap cermat dan
menggunakan akal sehat ketika membuka dirinya. Walaupun keterbukaan diri
pada umumnya akan membuat antar pribadi semakin dekat, namun jika
seseorang terlalu berlebihan mengungkapkan dirinya pada tahap awal
hubungannya dengan seseorang maka hubungan tesebut akan berakhir dengan
cepat. Hal ini disebabkan pihak lainnya merasa belum siap untuk menerima
keterbukaan yang demikian besar. Dengan kata lain, klaim yang mengatakan
bahwa keterbukaan akan menghasilkan efek positif terhadap hubungan

3
tidaklah selalu benar. Selain itu, faktor kepercayaan memainkan peran
penting dalam mendorong proses keterbukaan dan resiprositas.
Menurut Mark Knapp dan Anita VAngelisti yang dikutip dari buku
psikologi komunikasi karangan Morison, M.A (2010: 188), keterbukaan
untuk mengungkapkan informasi yang bersifat intim harus didasarkan atas
kepercayaan. Menurut mereka, jika kita menginginkan resiprositas dalam hal
keterbukaan maka kita harus mencoba untuk memperoleh kepercayaan dari
orang lain dan sebaliknya kita juga harus percaya dengan orang lain.

2.2 Pentingnya Keterbukaan Diri


Dikutip dari buku komunikasi antarpribadi karangan Sugiyo (2017: 88)
keterbukaan diri (Self-Disclosure) merupakan tipe komunikasi dimana
informasi tentang diri yang normalnya disimpan, dirahasiakan tetapi justru
disampaikan pada orang lain. Dikutip dari eprints.ums.ac.id oleh JN Pratiwi
(2014) pentingnya keterbukaan diri seseorang itu adalah agar orang lain dapat
lebih mengerti keadaan seseorang. Selanjutnya berdasarkan penelitian yang
dilakukan Jonshon, menunjukan bahwa individu yang mampu membuka diri
(self-disclosure) akan dapat mengungkapkan diri dengan tepat; terbukti
mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya diri, lebih kompeten,
dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif, percaya terhadap orang lain,
lebih objektif, dan terbuka.
Dikutip dari buku komunikasi antarpribadi karangan Sugiyo (2017: 89)
selain penting keterbukaan diri juga memiliki beberapa manfaat seperti:
(1) Informasi tentag diri sendiri
Dengan terbuka pada orang lan kita mendapat perspektif baru tentang diri
kita, lebih memahami perilaku kita.
(2) Kemampuan untuk mengatasi masalah
Ketika kita terbuka dengan orang lain kita akan mendapat dukungan dan
bantuan untuk mengatasi masalah.

4
(3) Komunikasi efektif
Dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi maka kita akan lebih
memahami apa yang dimaksud dalam pembicaraan. Disamping itu
komunikasi juga akan menjad efektif apabila orang yang berkomunikasi
sudah saling mengenal dengan baik.
(4) Hubungan penuh makna
Dengan keterbukaan kita percaya pada orang lain, menghargai mereka,
peduli dengan mereka. Maka akan tercipta hubungan yang penuh makna.
(5) Kesehatan mental
Penelitian oleh James Pennebacker menggambarkan bahwa orang yang
terbuka akan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh stress.

2.3 Keterbukaan Diri dalam Proses Konseling


Konseling adalah seluruh upaya bantuan yang diberikan konselor kepada
konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,
untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa
yang akan datang. Dalam proses konseling tentunya klien dan konselor harus
saling membuka diri. Bukan hanya klien saja yang harus membuka dir tetapi
konselor juga harus bisa membuka diri kepada kliennya agar komunikasi
antarpribadi antara konselor dan klien terasa lebih intim sehingga dapat
terjalin hubungan yang penuh makna juga komunikasi yang efektif antara
kedunnya.
Dikutip dari

Anda mungkin juga menyukai