Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan
untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yaitu sempurnanya kesehatan fisik dan
mental. Pembangunan kesehatan itu merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan pembangunan nasional yang harus dicapai oleh Bangsa Indonesia seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada upaya penyembuhan
saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif dan rehabilitatif. Salah satu upaya
pembangunan bidang kesehatan diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajat
kesehatan para ibu post partum karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah
melahirkan diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis, mastitis,
trombosis, embol dan post partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab
terbanyak kematian wanita selama periode post partum.
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu
atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu
(AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi
ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah
persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama
(Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks
yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan
obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk,
sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu
angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul, maka diperlukan
pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan masa nifas
dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada
ibu dan perlu tidaknya rujukan terhadap keadaan kritis yang terjadi (Saefudin, 2002)

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Pengertian Postpartum
1.2.2.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1. Definisi Pospartum

Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jamsetelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356).
Periode pasca partum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492).

Postpartus adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluarlepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
,keluarnya cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009).
Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru ( Mitayani,
2011).
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari
perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru dengan
kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran
bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau
penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan
atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau
oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini, 2009).
2.2. Anatomi Fisiologis Alat Reproduksi
1. Bagian Dalam
Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung telur), tuba
fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran kelamin).

Gambar 2.2 Struktur


Internal
(sumber buku anatomy fisiologis sistem reproduksi wanita)

1. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut, yaitu tepatnya di
sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi ovarium ini untuk menghasilkan sel telur
atau ovum dan hormon- hormon kelamin wanita, seperti progesteron dan . Ovarium
dilindungi oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-folikel. Setiap folikel
berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Folikel
merupakan suatu struktur yang berbentuk bulatan-bulatan dan terdapat di sekeliling oosit,
berguna sebagai penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur yang sedang mengalami
pematangan.

2. Tuba Fallopi

Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah sepasang. Tuba
fallopi ini merupakan suatu saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim
(uterus). Tuba fallopi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian
tuba fallopi yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula,yaitu daerah yang berbentuk
lengkungan yang terletak di atas ovarium, daninfudibulum, yaitu daerah pangkal tuba
fallopi yang berbentuk corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong
disebut pula infudibulum. Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan seperti kaki cumi-
cumi yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae. Fimbriae ini berperan untuk menangkap
ovum. Ovum yang telah ditangkapfimbriae, kemudian diangkat oleh tuba fallopi.

Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang bersilia, ovum
kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian, tuba fallopi memiliki beberapa
fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang
cocok bagi proses pembuahan dan perkembangan telur sebelum fertilisasiterjadi.

3. Uterus

Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu ruang yang
disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan berotot cukup tebal. Pada
wanita-wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm
dengan lebar antara 4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil
dan dinamakan serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut badan rahim
atau corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
perimetrium, meiometrium, dan endometrium. Pada lapisan endometrium dihasilkan
banyak lendir, serta terdapat banyak pembuluh darah. Lapisan endometrium ini
mengalami proses penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak terdapat
zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus ini merupakan tempat untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu fundus, bagian
paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus bagian tengah rahim, dan
serviks yang sering kali disebut sebagai leher rahim adalah bagian paling bawah dan
tersempit, yang memanjang sampai vagina.

4. Vagina

Merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentukseperti tabung dilapisi


dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian belakang dan atas. Bagian dinding
vagina lebih tipis dibandingkan dengan dinding rahim dan terdapat banyak lipatan-
lipatan. Lipatan- lipatan tersebut berguna untuk mempermudah jalannya proses kelahiran
bayi. Di samping itu, pada vagina juga terdapat lendir yang dikeluarkan oleh dinding
vagina dan sepasang kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar bartholi. Vagina ini
merupakan organ persetubuhan (kopulasi) padawanita.

2. Alat Reproduksi Bagian Luar


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan 9 eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Syafrudin &
Fratidhini, 2009).
Gambar 2.2. struktur eksterna

(sumber buku anatomi fisiologis sistem reproduksi wanita)

a) Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.

b) Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan


berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar,
dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus.

c) Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang


menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons
pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah
mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia
mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina.
Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua
labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-
struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami
cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan
bahkan introitus vagina terbuka.

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora.


Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki
pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut
yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan
medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas
labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini
diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga
berfungsi selama rangsangan seksual.

d) Labia minora

Labia minora terletak di antara dua labia mayora,


merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf
yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.

e) Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak


tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalamm bahasa yunani, yang
berarti „‟kunci‟‟ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas
wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat
klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.

f) Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu


atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra,
vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang
tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar
vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia
mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

g) Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,


dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen

h) Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus


vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2.3. Etiologi atau Penyebab Yang Menimbulkan Persalinan

Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan


dengan factor hormonal, struktur rahim,sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada
saraf dan nutrisi.
1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot – otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2) Teori placenta
Menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasimekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.

2.4. Periode fisiologis dan psikologis


a. Perubahan Fisik
1. Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat
yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot- ototnya. Fundus uteri ± 3 jari
dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang
tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-
10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang
normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana
epitelisasi memakan waktu tiga minggu.

2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir,tangan asih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat
implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometriumsetebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea
cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugodan mekonium.
a) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,sel-
seldaridesidua,vernikskaseosa,lanugodan mekonium.
b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7
pasca persalinan.
c) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarahlagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d) Lochea Alba : cairan putih setelah 2minggu.
e) Lochea Purulenta:terjadi infeksi,keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan
kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada
masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar.
Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunan ini berkaitan
dengan pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu
kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post
partum hari ke-17.

6. Pembuluh Darah Rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh- pembuluh
darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena
perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
7. Dinding perut danperitoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian
dari dinding perut di garis tengah terdiri dari peritoneum, fascia tipisdan
kulit.Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan.
8. Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke
enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
9. Sistem Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi
oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi
untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna
keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin
terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise
anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran
estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi. ( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang
terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg
baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek
yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar,keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu
kurang lebih mengandung Protein1-2% ,lemak3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 – 0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit,
gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD,
1983: 318 ).

10. Tanda-Tanda Vital


Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi: Tabel perubahan
Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi:


a) Suhu :
1. Saat partus lebih 37,20C
2. Sesudah partus naik +0,50C
3. 12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi:
1. 60 – 80x/mnt
2. Segera setelah partusbradikardi
c) Tekanan darah:
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam.
2) Vital sign setelah kelahiran anak:
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang
berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita
keluar dari febris.
b) Nadi:
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output. Nadi naik pada
jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke
rata-rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d) Tekanan darah:
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama. Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
1. Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal
suhu menjadi 380C (100,4F0).
2. Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat perdarahan. Hipoventilasi mungkin
mengikuti keadaan luarbiasanya karena tingginya sub arachnoid
(spinal) blok.
3. Tekanan darah rendah mungkin karena refleksidari hipovolemik
sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda.
4. Terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-
kadang merupakan sinyal tenagamedis.

b. Perubahan Psikologis

Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut :
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelahmelahirkan.
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan
tubuhnya.
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannyaketika melahirkan
secara berulang-ulang.
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan
peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan
ketidak normalan proses pemulihan.
2) Periode Taking Hold
a) Berlangsung 3-10 hari setelahmelahirkan.
b) Pada fase ini ibu merasa khawatirakan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi.
c) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karenaitu,ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat.
d) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada periode ini ibu berkonsentrasi
pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang
air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau
jalan,serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelahmelahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali kerumah.
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d) Keinginan untuk merawat bayimeningkat.
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut babyblues.
2.5. Patologis
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis ,pada

perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi peningkatan kadar

ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri

akut, dan perubahan pada vagina dan perinium terjadi ruptur jaringan terjadi trauma

mekanis ,personal hygine yang kurang baik ,pembuluh darah rusak menyebabkan

genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah

keperawatan resiko infeksi .

Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi
oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi,
tetapi terkadang terjadi juga aliran darah dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan
retensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada
duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui
tidak efektiv.
Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ), taking hold
(ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada perubahan taking in
pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan , ibu akan cemderung berfokus
pada diri sendiri dan lemas , sehingga muncul masalah keperawatan gangguan pola
tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan ayi, akan cemderung
utuh informasi karena mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh
keperawatan kurang pengetahuan. Leting go ibu akan mulai mengalami perubahan
peran , sehingga akan muncul masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi
orang tua
2.6. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, (2008):
a) Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
b) Keadaan umum: TTV, selera makan dll
c) Payudara: air susu, putting
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e) Sekres yang keluar atau lochea
f) Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
a) Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b) Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
2.7. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

2.8. Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

2.9. Komplikasi
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 Ml selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi).
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium).
b. Miometritis atau metritis (radang otot-ototuterus.)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitaruterus).
d. Caked breast/bendunganasi(payudara mengalami distensi, menjadi keras dan
berbenjol-benjol).
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi
abses).
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan
nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri).
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur
naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan
kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan,luka kecoklatan
atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi postpartum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusiuterus

2.10. Perawatan Pasca Persalinan

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk


pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi :
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis
dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari
keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifasdan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi
infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.(Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran
ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193).
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a) Fisik : tekanan darah, nadi dansuhu
b) Fundusuteri : tinggi fundus uteri, kontraksiuterus.
c) Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaranASI
d) Patrunlochia : Locia rubra, lochia sanginolenta,lochia serosa,lochia alba
e) Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.
2.10 Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah :
1) Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung
gizi seimbang yaitu cukup kalori,protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
2) Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar.
3) Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri.
Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB
cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau
BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
4) Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam
post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
5) Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans
peroral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis
H,1995: 288)
6) Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting
susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan
tubuh bayi. ( Mac. Donald,1991: 430).
7) Kembalinya Datang Bulan atauMenstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
8) Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil
cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin
dan 2 bulan setelah melahirkan.
9) Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan

2.11 WOC
(terlampir)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI POST PARTUM NORMAL

Menurut Marylnn E. Doengous, 2001 :

A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritasego
Peka rangsang, takut/menangis ( “postpartum blues”sering terlihat kira- kira 3
hari setelah melahirkan).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai

ke-5 pascapartum.
6. Seksualitas
1. Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiranmenurun

kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.


2. Lokhearubraberlanjutsampaiharike2–3,berlanjutmenjadi
lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben
versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui).
3. Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada
susu matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini,
tergantung kapan menyusuidimulai.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir,episiotomi). / Nyeri
berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui /
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,bantuan
pertolongan persalinan / Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi
dan proses persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik / Gangguan
pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan.
6. Gangguan eliminasi BAB: Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas / Gangguan pola eliminasi
bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.
7. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. kurangnya
informasi tentang penanganan post partum.
8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir,episiotomi). / Nyeri berhubungan
dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui / 3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan
kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,bantuan
pertolongan persalinan / Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan
proses persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik / Gangguan
pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan.
5. Gangguan eliminasi BAB: Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas / Gangguan pola eliminasi bowel
berhubungan dengan adanya konstipasi.
6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya
informasi tentang penanganan post partum.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.

NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

1 Ketidakefektifan NOC NIC


pemberian ASI  Breastfeding Breastfeding
ineffective Assitence:
Batasan Karakteristik :  Breathing pattern  Evaluasi pola
 Ketidakadekuatan ineffective menghisap/
suplai ASI  Breastfeding menelan bayi
 Bayi melengkung interrupted  Tentukan
menyesuaikan diri keinginan dan
dengan payudara Kriteria Hasil : motivasi ibu untuk
 Bayi menangis pada  Kemantapan menyusui
payudara pembe  Evaluasi
 Bayi menangis pada  Penyapihan pemahaman ibu
jam pertama setelah pembenian ASI tentang isyarat
menyusui  Diskontinuitas menyusui pada
 Bayi rewel dalam progresif bayi (misalnya
jam pertama setelah pemberian ASI reflek rooting,
menyusui  Pengetahuan menghisap dan
 Ketidakmampuan pemberian ASI: terjaga)
bayi untuk latch-on Tingkat  Kaji kemampuan
pada payudara ibu pemahaman yang bayi untuk latch-
secara tepat ditunjukkan on dan menghisap
 Menolak latching on mengenal laktasi secara efektif
 Tidak responsive dan pemberian  Pantau
terhadap kenyamanan makan bayi keterampilan ibu
lain melalui proses dalam
 Ketidakcukupan pemberian ASI ibu menempelkan bayi
pengosongan setiap mengenali isyarat ke putting
payudara setelah lapar dari bayi  Pantau integritas
menyusui dengan segera ibu kulit putting ibu
 Ketiakcukupan mengindikasikan  Evaluasi
kesempatan untuk kepuasan terhadap pemahaman
mengisap payudara pemberian ASI ibu tentang sumbatan
 Kurang menambah tidak mengalami kelenjar susu dan
berat badan bayi nyeri tekan pada mastitis
 Tidak tampak tanda putting mengenali  Pantau
pelepasan ositosin tanda-tanda kemampuan untuk
penurunan suplai mengurangi
 Tampak
ASI. kongesti payudara
ketidakadekuatan
asupan susu dengan benar
 Luka putting yang  Pantau berat badan
menetap setelah dan pola eliminasi
minggu pertama bayi
menyusui Breast Examination
 Penurunan berat Lactition Supresion
badan bayi terus -  Fasilitasi proses
menerus bantuan interaktif
 Tidak mengisap untuk membantu
payudara terus – mempertahankan
menerus keberhasilan
Faktor yang berhubungan: proses pemberian
ASI
 Defisit pengetahuan
 Sediakan
 Anomaly bayi
informasi tentang
 Bayi menerima
laktasi dan teknik
makanan tambahan
dengan putting memompa ASI
buatan (secara manual
 Diskontinuitas atau dengan
pemberian ASI pompa elektrik),
 Ambivalen ibu cara
 Ansietas ibu mengumpulkan
 Anomaly payudara dan menyimpan
ibu ASI
 Keluarga tidak  Ajarkan pengasuh
mendukung bayi mengenai
 Pasangan tidak topic-topik,
mendukung seperti
 Reflek menghisap penyimpanan dan
buruk pencairan ASI
dan penghidaran
 Prematuritas
member susu
 Pembedahan
botol pada dua
payudara sebelumnya
jam sebelum ibu
 Riwayat kegagalan pulang
menyusui
 Ajarkan orang tua
sebelumnya
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan
dan kemungkinan
pemberian
tambahan susu
formula
 Apabila
penyapihan
diperlukan,
informasikan ibu
mengenai
kembalinya
proses ovulasi dan
seputar alat
kontrasepsi yang
sesuai
Lactation Counseling
 Sediakan
informasi tentang
keuntungan dan
kerugian
pemberian ASI
 Demonstrasikan
latihan menghisap,
jika perlu
 Diskusikan
metode alternative
pemberian makan
2 Kekurangan volume cairan NOC NIC
Fluid Management
Definisi : penurunan cairan  Fluid balance  Timbang
intravascular, interstisial, dan  Hydration popok/pembalut jika
atau intraseluler. Ini  Nutrional Status: diperlukan
mengacu pada dehidrasi, o Intake  Pertahankan catatan
kehilangan cairan saat tanpa intake dan output
perubahan pada natrium. Kriteria Hasil : yang akurat
 Mempertahankan urin  Monitor status hidrasi
Batasan Karakteristik: output sesuai dengan (kelembaban
 Perubahan status mental usia dan BB, BJ urin membrane mukosa,
 Penurunan tekanan darah normal, HT normal nadi adekuat, tekanan
 Penurunan tekanan nadi  Tekanan darah, nadi, darah ortostatik), jika
 Penurunan volume nadi suhu tubuh dalam diperlukan
 Penurunan turgor kulit batas normal  Monitor vital sign
 Penurunan turgor lidah  Tidak ada tanda-tanda  Monitor masukan
 Penurunan pengisian dehidrasi, elastisitas makanan/cairan dan
vena turgor kulit baik, hitung intake kalori
 Membran mukosa kering membrane mukosa harian
 Kulit kering lembab, tidak ada rasa  Kolaborasikan
 Peningkatan hematokrit haus yang berlebihan. pemberian cairan IV
 Peningkatan suhu tubuh  Monitor status nutrisi
 Peningkatan frekwensi  Dorong masukan oral
nadi  Berikan penggantian
 Peningkatan konsentrasi nesogatrik sesuai
urin output
 Penurunan berat badan  Dorong keluarga
 Haus untuk membantu
 Kelemahan pasien makan
 Tawarkan snack (jus
Faktor Yang Berhubungan buah, buah segar)
 Kehilangan cairan aktif  Kolaborasi dengan
 Kegagalan mekanisme dokter
regulasi  Atur kemungkinan
transfusi
 Persiapan untuk
transfusi

Hypovolemia
Managemnt
 Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV
monitor adannya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal

3. Nyeri Akut NOC NIC


Tingkat kenyamanan
Karakteristik : Indikator: Manajemen nyeri
 Parubahan tekanan darah aktifitas :
 Perubahan tingkat  Ekspresi kepuasan  Lakukan pegkajian
jantung dengan seluruh tubuh nyeri secara
 Diaphoresis  Melaporkan fisik yang komprehensif
 Fokus diri baik termasuk lokasi,
 Melaporkan nyeri secara  Melaporkan karakteristik, durasi,
verbal dan nonverbal kebahagiaan dengan frekuensi, kualitas dan
 Tingkah laku berhati-hati baik faktor presipitasi.
 Tingkah laku ekspresif  Ekspresi kepuasan  Observasi reaksi
(gelisah merintih, spiritual nonverbal dari
menangis, waspada Pantau nyeri ketidaknyamanan.
iritabel, napas panjang, Indikator:  Gunakan teknik
mengeluh)  Mengakui faktor komunikasi terapeutik
penyebab untuk mengetahui
 Mengakui onset nyeri pengalaman nyeri
 Menggunakan klien sebelumnya.
analgesik bila perlu  Kontrol faktor
 Melaporkan gejala lingkungan yang
untuk perawatan mempengaruhi nyeri
kesehatan profesional seperti suhu ruangan,
 Mengakui gejala pencahayaan,
nyerimelaporkan kebisingan.
pemantauan nyeri  Kurangi faktor
Tingkat nyeri presipitasi nyeri.
 Indikator:  Pilih dan lakukan
 Melaporkan nyeri penanganan nyeri
 Menghadirkan (farmakologis/non
keefektifan tubuh farmakologis)..
 Ekspresi mulut saat  Ajarkan teknik non
nyeri farmakologis
 Ekspresi wajah saat (relaksasi, distraksi
nyeri dll) untuk mengetasi
 Lesi otot nyeri..
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
 Evaluasi tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
 Kolaborasi dengan
dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
 Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri.
Administrasi analgetik
Aktifitas:
 Cek program
pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan
frekuensi.
 Cek riwayat alergi..
 Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
 Monitor TTV sebelum
dan sesudah
pemberian analgetik.
 Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
 Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
3. Ansietas NOC NIC
a. Kontrol cemas Penurunan kecemasan
Batasan karakteristik:
Indikator : Aktivitas:
 Scaning dan  Pantau intensitas  Tenangkan klien
kewaspadaan kecemasan  Jelaskan seluruh
 Kontak mata yang buruk  Menyingkirkan tanda posedur tindakan
 Ketidakberdayaan kecemasan kepada klien dan
meningkat  Mencari informasi perasaan yang
 Kerusakan perhatian untuk menurunkan mungkin muncul pada
cemas saat melakukan
 Mempertahankan tindakan
konsentrasi  Berikan informasi
 Laporankan durasi diagnosa,
dari episode cemas  prognosis, dan
b. Koping tindakan
Indikator:  Berusaha memahami
 Memanajemen keadaan klien
masalah  Kaji tingkat
 Melibatkan anggota kecemasan dan reaksi
keluarga dalam fisik pada tingkat
membuat keputusan kecemasan
 Mengekspresikan  Gunakan pendekatan
perasaan dan dan sentuhan, untuk
kebebasan emosional meyakinkan pasien
 Menunjukkan strategi tidak sendiri.
penurunan stress  Sediakan aktivitas
menggunakan support untuk menurunkan
sosial ketegangan
 Bantu pasien untuk
identifikasi situasi
yang mencipkatakan
cemas
 Instruksikan pasien
untuk menggunakan
teknik relaksasi
Peningkatan koping
Aktivitas:
 Hargai pemahamnan
pasien tentang
pemahaman penyakit
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
berikan jaminan
 Sediakan informasi
aktual tentang
diagnosa, penanganan,
dan prognosis
 Sediakan pilihan yang
realisis tentang aspek
perawatan saat ini
 Tentukan kemampuan
klien untuk
mengambil keputusan
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategi positif untuk
mengatasi
keterbatasan dan
mengelola gaya hidup
atau perubahan peran
4. Resiko infeksi NOC NIC
Faktor resiko: Pengetahuan : Kontrol Manajemen
 Ketidakadekuatan infeksi Lingkungan
imunitas yang Indikator : Aktivitas:
spesifik/dibutuhkan.  Mendeskripsikan  Ciptakan lingkungan
 Pertahanan primer tidak tanda-tanda dan gejala yang aman untuk
adekuat (misalnya:  Mendeskripsikan pasien.
kerusakan kulit, aktivitas-aktivitas  Hindari objek yang
kerusakan jaringan, meningkatkan daya berbahaya dari
penurunan aksi silia, tahan terhadap infeksi lingkungan.
stasis of  Mendeskripsikan  Sediakan tempat tidur
 body fluids, change in tingkat keberhasilan yang bersih dan
pH secretions, altered diagnose infeksi nyaman.
peristalsis)  Kontrol resiko  Kurangi rangsangan
 Pertahanan sekunder  Indicator: dari lingkungan
tidak adekuat ( misalnya:  Mengetahui resiko Kontrol Infeksi
penurunan kadar  Memperhatikan factor  Alokasikan dengan
hemoglobin, leukopenia, resiko lingkungan tepat kekakuan pasien
suppressed inflammatory  Tentukan strategi dengan indikasi
response) control resiko yang pedoman CDC.
 Meningkatnya dibutuhkan  Bersihkan lingkungan
pemaparan lingkungan sekitar setelah
terhadap patogen Deteksi resiko digunakan pasien.
 Prosedur invasive Indicator:  Ganti peralatan
kerusakan jaringan  Mengenal tanda-tanda pengobatan pasien
dan gejala-gejala yang setiap
menunjukkan adanya protocol/pemeriksaan.
indikasi resiko  Gunakan sabun anti
 Gunakan sumber mikroba untuk
untuk mendapatkan mencuci tangan
informasi tentang dengan benar.
adanya potensi resiko  Cuci tangan sebelum
 Integritas jaringan : dan sesudah
Kulit dan selaput melakukan perawatan
lender pada pasien.
 Sensasi dari skala  Gunakan aturan
yang diharapkan umum.
 Elastisitas dari skala  Gunakan sarung
yang diharapkan tangan sebagai
 Warna dari skala yang pengaman yang
diharapkan umum.
 Tekstur dari sakla  Gunakan sarung
yang diharapkan tangan yang bersih.
 Luka jaringan  Ajarkan pasien dan
 Keutuhan dari skala keluarga tentang
yang diharapkan tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus melaporkannya
pada tim kesehatan.
Perlindungan
Terhadap Infeksi
 Memeriksa system
dan tanda-tanda dan
gejala-gejala infeksi.
 Mengajarkan pasien
dan keluarga
mengenai gejala-
gejala infeksi dan
melaporkannya
kepada pemberi
layanan kesehatan
lainnya.
 Mengajarkan pasien
dan keluarga
bagaimana mencegah
infeksi.
Indikasi Kerja
 Meninjau sejarah
kandungan untuk
menginformasikan
pengaruhnya terhadap
induksi, seperti usia
kandungan dan kontra
indikasi
melengkapkan
plasenta, uterus yang
terisi, dan kelainan
struktur pelvis.
 Memeriksa tanda-
tanda vital ibu dan
janin sebelum induksi.
 Mengontrol efek
samping penggunaan
prosedur kesiapan
cervic.
 Mengevaluasi kembali
keadaan cervic dan
memeriksa pemberian
sebelum memulai
mengukur induksi.
 Menentukan denyut
jantung bayi dengan
auskultasi atau
monitor bayi dengan
elektronik.
 Menijau permulaan
atau perubahan
kegiatan di uterus.
 Memulai pemberian
obat (ex : oxytocin)
untuk merangsang
kegiatan di uterus
setelah berkonsultasi
dengan dokter.
 Mencegah
hyperstimulasi di
uterus dengan
memberikan oxytocin
untuk mencapai
jumlah kontraksi
yang cukup, durasi,
dan relaksasi.
Perawatan Perineal
 Bantu kebersihan.
 Menjaga perineum
tetap kering.
 Memeriksa kondisi
torehan atau sobekan
(ex : episiotomy).
 Gunakan kompres
dingin dengan baik.
 Bersihkan perineum
sepenuhnya pada
interval tetap.
 Memelihara
kenyamanan posisi
klien.
 Gunakan bantalan
empuk yang
menyerap untuk
menyerap aliran
secara tepat.
 Catat karakteristik
pengaliran dengan
tepat.
 Memberikan
pengobatan nyeri
dengan tepat.
5. Kesiapan meningkatkan Pengetahuan perawatan Peningkatan
peran menjadi orang tua bayi: pengasuhan:
 Orang tua memiliki  Bantu orang tua
pengetahuan terkait terkait peran transisi
karakteristik bayi yang dan harapan
normal  Sediakan buku,
 Orang tua memiliki pamflet, dan bahan
pengetahuan terkait lainnya terkait
memegang bayi pengajaran
dengan tepat keterampilan
 Orang tua memiliki pengasuhan
pengetahuan terkait  Ajarkan orang tua
memposisikan bayi menanggapi isyarat
dengan tepat perilaku dari bayi
 Orang tua memiliki
pengetahuan terkait Pendidikan orang tua:
cara memandikan bayi bayi
 Orang tua memiliki  Tentukan
pengetahuan terkait pengetahuan,
perawatan tali pusat kesiapan, dan
kemampuan orang tua
dalam belajar
mengenai perawatan
bayi
 Monitor kebutuhan
belajar bagi keluarga
 Ajarkan orang tua
keterampilan merawat
bayi yang baru lahir
 Ajarkan orang tua
menyiapkan susu
formula dan
pemilihannya
 Berikan informasi
mengenai dot bayi
pada orang tua
 Ajarkan orang tua cara
merawat dan
mencegah ruam popok
 Dorong orang tua
untuk menghadiri
kelas pengasuhan
 Sediakan materi
tertulis bagi orang tua
yang sesuai dengan
identifikasi kebutuhan
pengetahuan
 Berikan dukungan
ketika orang tua
belajar keterampilan
perawatan bayi
 Berikan informasi
mengenai karakteristik
bayi baru lahir
 Demonstrasikan
kepada orang tua
mengenai refleks dan
menjelaskan
pentingnya refleks
dalam perawatan bayi
 Berikan informasi
terkait lingkungan
yang aman bagi bayi
Gangguan pola tidur NOC NIC
 Anxiety Reduction Sleep Enhancement
Batasan Karakteristik :  ComFort Level  Determinasi efek-efek
 Perubahan pola tidur  Rest: Extent and medikasi terhadap
normal Patterm pola tidur
 Penurunan kemampuan  Sleep : Extent an  Jelaskan petingnya
Berfungsi Pattern tidur yang adekuat
  Fasilitas untuk
K Kriteria Hasil : mempertahankan
e  Jumlah jam tidur aktivits sebelum tidur
t dalam batas normal 6- (membaca)
i 8 jam/hari  Ciptakan lingkungan
d  Pola tidur, kualitas yang nyaman
a dalam batas normal  Kolaborasikan
k  Perasaan segar pemberian obat tidur
p sesudah tidur atau  Diskusikan dengan
u istirahat Mampu pasien dan keluarga
a mengidentifikasikan tenntang teknik tidur
s hal-hal yang pasien
a meningkatkan tidur  Monitor / catat
n kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam
t
i
d
u
r
 Menyatakan sering
terjaga
 Menyatakan tidak
mengalami kesulitan
tidur
 Menyatakan tidak
merasa cukup tidur
Faktor Yang Berhubungan
 Kelembaban
lingkungan sekitar
 Suhu lingkungan
sekitar
 Tanggung jawab
memberi asuhan
 Perubahan pejanan
terhadap cahaya
gelap
 Gangguan (misalnya,
untuk tujuan
terapeutik,
pemantuan,
pemeriksaan
laboratorium)
 Kurang kontrol tidur
 Kurang privasi,
pencahayaan
 Bising, bau gas
 Restrain fisik, teman
tidur
Tidak nyaman dengan
perlengkapan tidur
Resiko Perdarahan NOC NIC
 Blood lose severity Bleeding precautions
Definisi : Beresiko  Blood Koagulation  Monitor ketat tanda-
mengalami penurnan volume tanda perdarahan
darah yang dapat Kriteria Hasil :  Catat nilai Hb dan HT
mengganggu kesehatan  Tidak ada sebelum dan sesudah
hematuria dan terjadinya perdarahan
Faktor Resiko : hematemesis  Monitor nilai lab
 Aneurisme  Kehilangan darah (koagulasi) yang
 Sirkumisisi yang terlihat meliputi PT,PTT.
 Defisiensi pengetahuan  Tekanan darah Trombosit
 Koagulopati dalam batas  Monitor TTV
intravaskuler diseminata normal sistol dan ortoostatik
 Riwayat Jatuh diastole  Pertahankan bed rest
 Gangguan  Tidak ada selama perdarahan
gastrointestinal perdarahan aktif
 (mis., penyakit ulkus pervagina  Kolaborasi dalam
lambung, polip, varises)  Tidak ada distensi pemberian produk
 Gangguan fungsi hati abnormal darah (platelet atau
(mis, sirosis, hepatitis)  Hemoglobin dan fresh frozen plasma)
 Koagulopati inheren hematokrit dalam  Lindungi pasien dari
(mis, trombositopenia) batas normal trauma yang dapat
 Komplikasi pascapartum  Plasma, PT, PTT menyebabkan
 (mis, atoni uteri, retensi dalam batas normal perdarahan
plasenta)  Hidari mengukur suhu
 Komplikasi terkait leawat rectal
kehamilan (mis, plasenta  Hindari pemberian
previa, kehamilan mola, aspirin dan
solusia plasenta) anticoagulant
 Trauma  Anjurkan pasien untuk
 Efek samping terkait meningkatkan intake
terapi (mis, makanan yang banyak
pembedahan, pemberian mengndung vitamin K
obat, pemberian produk  Hindari terjadinya
darah, defisiensi konstipasi dengan
trombosit, kemoterapi) menganjurkan untuk
mempertahankan
intake cairan yang
adekuat dan pelembut
feses
Bleeding reduction
 Identifikasi penyebab
perdarahan
 Monitor trend tekanan
darah dan parameter
hemodinamik (CVP,
pulmonary capillary /
artery wedge pressure
 Monitor penentu
pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2 dan
level Hb dan cardiac
output)
 Pertahankan patensi
IV line
Bleeding reduction :
Wound/ luka
 Lakukan manual
pressure (tekanan)
pada area perdarahan
 Gunakan ice pack
pada area perdarahan
 Lakukan pressure
dressing (perban yang
menekan ) pada area
luka
 Tinggikan ekstremitas
yang perdarahan
 Monitor ukuran dan
karakteristik
hematoma
 Monitor nadi distal
dari area yang luka
atau perdarahan
 Instruksikan pasien
untuk menekan area
luka pada saat bersin
atau batuk
 Instruksikan pasien
untuk membatasi
aktivtas
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai