PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan
untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yaitu sempurnanya kesehatan fisik dan
mental. Pembangunan kesehatan itu merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan pembangunan nasional yang harus dicapai oleh Bangsa Indonesia seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada upaya penyembuhan
saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif dan rehabilitatif. Salah satu upaya
pembangunan bidang kesehatan diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajat
kesehatan para ibu post partum karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah
melahirkan diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis, mastitis,
trombosis, embol dan post partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab
terbanyak kematian wanita selama periode post partum.
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu
atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu
(AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi
ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah
persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama
(Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks
yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan
obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk,
sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu
angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul, maka diperlukan
pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan masa nifas
dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada
ibu dan perlu tidaknya rujukan terhadap keadaan kritis yang terjadi (Saefudin, 2002)
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jamsetelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356).
Periode pasca partum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492).
Postpartus adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluarlepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
,keluarnya cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009).
Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru ( Mitayani,
2011).
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari
perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru dengan
kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran
bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau
penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan
atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau
oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini, 2009).
2.2. Anatomi Fisiologis Alat Reproduksi
1. Bagian Dalam
Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung telur), tuba
fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran kelamin).
1. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut, yaitu tepatnya di
sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi ovarium ini untuk menghasilkan sel telur
atau ovum dan hormon- hormon kelamin wanita, seperti progesteron dan . Ovarium
dilindungi oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-folikel. Setiap folikel
berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Folikel
merupakan suatu struktur yang berbentuk bulatan-bulatan dan terdapat di sekeliling oosit,
berguna sebagai penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur yang sedang mengalami
pematangan.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah sepasang. Tuba
fallopi ini merupakan suatu saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim
(uterus). Tuba fallopi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian
tuba fallopi yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula,yaitu daerah yang berbentuk
lengkungan yang terletak di atas ovarium, daninfudibulum, yaitu daerah pangkal tuba
fallopi yang berbentuk corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong
disebut pula infudibulum. Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan seperti kaki cumi-
cumi yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae. Fimbriae ini berperan untuk menangkap
ovum. Ovum yang telah ditangkapfimbriae, kemudian diangkat oleh tuba fallopi.
Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang bersilia, ovum
kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian, tuba fallopi memiliki beberapa
fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang
cocok bagi proses pembuahan dan perkembangan telur sebelum fertilisasiterjadi.
3. Uterus
Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu ruang yang
disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan berotot cukup tebal. Pada
wanita-wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm
dengan lebar antara 4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil
dan dinamakan serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut badan rahim
atau corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
perimetrium, meiometrium, dan endometrium. Pada lapisan endometrium dihasilkan
banyak lendir, serta terdapat banyak pembuluh darah. Lapisan endometrium ini
mengalami proses penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak terdapat
zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus ini merupakan tempat untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu fundus, bagian
paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus bagian tengah rahim, dan
serviks yang sering kali disebut sebagai leher rahim adalah bagian paling bawah dan
tersempit, yang memanjang sampai vagina.
4. Vagina
a) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.
b) Mons pubis
c) Labia mayora
d) Labia minora
e) Klitoris
f) Vestibulum
g) Fourchette
h) Perineum
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir,tangan asih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat
implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometriumsetebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea
cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugodan mekonium.
a) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,sel-
seldaridesidua,vernikskaseosa,lanugodan mekonium.
b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7
pasca persalinan.
c) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarahlagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d) Lochea Alba : cairan putih setelah 2minggu.
e) Lochea Purulenta:terjadi infeksi,keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan
kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada
masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar.
Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunan ini berkaitan
dengan pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu
kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post
partum hari ke-17.
b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut :
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelahmelahirkan.
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan
tubuhnya.
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannyaketika melahirkan
secara berulang-ulang.
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan
peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan
ketidak normalan proses pemulihan.
2) Periode Taking Hold
a) Berlangsung 3-10 hari setelahmelahirkan.
b) Pada fase ini ibu merasa khawatirakan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi.
c) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karenaitu,ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat.
d) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada periode ini ibu berkonsentrasi
pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang
air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau
jalan,serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelahmelahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali kerumah.
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d) Keinginan untuk merawat bayimeningkat.
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut babyblues.
2.5. Patologis
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis ,pada
akut, dan perubahan pada vagina dan perinium terjadi ruptur jaringan terjadi trauma
mekanis ,personal hygine yang kurang baik ,pembuluh darah rusak menyebabkan
genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah
Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi
oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi,
tetapi terkadang terjadi juga aliran darah dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan
retensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada
duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui
tidak efektiv.
Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ), taking hold
(ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada perubahan taking in
pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan , ibu akan cemderung berfokus
pada diri sendiri dan lemas , sehingga muncul masalah keperawatan gangguan pola
tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan ayi, akan cemderung
utuh informasi karena mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh
keperawatan kurang pengetahuan. Leting go ibu akan mulai mengalami perubahan
peran , sehingga akan muncul masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi
orang tua
2.6. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, (2008):
a) Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
b) Keadaan umum: TTV, selera makan dll
c) Payudara: air susu, putting
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e) Sekres yang keluar atau lochea
f) Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
a) Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b) Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
2.7. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
2.8. Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
2.9. Komplikasi
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 Ml selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi).
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium).
b. Miometritis atau metritis (radang otot-ototuterus.)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitaruterus).
d. Caked breast/bendunganasi(payudara mengalami distensi, menjadi keras dan
berbenjol-benjol).
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi
abses).
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan
nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri).
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur
naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan
kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan,luka kecoklatan
atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi postpartum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusiuterus
2.11 WOC
(terlampir)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI POST PARTUM NORMAL
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritasego
Peka rangsang, takut/menangis ( “postpartum blues”sering terlihat kira- kira 3
hari setelah melahirkan).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai
ke-5 pascapartum.
6. Seksualitas
1. Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiranmenurun
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir,episiotomi). / Nyeri
berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui /
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,bantuan
pertolongan persalinan / Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi
dan proses persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik / Gangguan
pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan.
6. Gangguan eliminasi BAB: Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas / Gangguan pola eliminasi
bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.
7. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. kurangnya
informasi tentang penanganan post partum.
8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir,episiotomi). / Nyeri berhubungan
dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui / 3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan
kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,bantuan
pertolongan persalinan / Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan
proses persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik / Gangguan
pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan.
5. Gangguan eliminasi BAB: Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas / Gangguan pola eliminasi bowel
berhubungan dengan adanya konstipasi.
6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya
informasi tentang penanganan post partum.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
Hypovolemia
Managemnt
Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan IV
monitor adannya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya tanda
gagal ginjal
4.1. Kesimpulan