DIABETES MELLITUS
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
OLEH :
JOMBANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Tentang
Penyakit Diabetes Militus
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas kmb 1 dan untuk diri kami
belajar dan untuk pembaca makalah semoga bisa menjadi pembelajaran, untuk membuat
makalah ini saya tidak luput dari kesalahan atau kekhilafan saya sebagai manusia biasa
bila ada yang kurang baik saya mohon maaf. Harapan saya selanjutnya semoga makalah
ini bisa jadi manfaat untuk pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI……….…………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................i
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................1
A. Pengertian.................................................................................................................2
C. Etiologi.....................................................................................................................3
D. Patofisiologi..............................................................................................................4
E. Gejala klinis..............................................................................................................8
F. Komplikasi................................................................................................................9
G. Penegakkan diagnostik...........................................................................................12
H. Penatalaksanaan......................................................................................................13
I. Pathway...................................................................................................................16
A.Pengkajian..................................................................................................................17
B. Diagnosa keperawatan............................................................................................18
D. Implementasi...........................................................................................................20
E. Evaluasi...................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................21
A. Kesimpulan...............................................................................................................21
iii
C. Saran.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat prevalensi dari Diabetes Mellitus sangat tinggi, diduga terdapat
sekitar 10 juta kasus Diabetes di amerika serikat dan setiap tahunnya didiagosis
600.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika
serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik
(Sylvia a. Price).
B. Tujuan
1. Memahami Pengertian Diabetes Mellitus
1
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
(mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut francis dan john (2000), diabetes
mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
a. Diabetes mellitus
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTT II), tipe II (DMTT I yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
2
akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin.
C. Etiologi
3
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi
sel β pancreas.
D. Patofisiologi
Pada diabetes melitus tipe II jumlah insulin normal malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk
ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga
4
meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1.
Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga kadar
insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin ( Suyono, 2005,
hlm 3).
Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek
utama kekurangan insulin yaitu :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi
300 sampai 1200 mg per 100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid
pada dinding vaskuler.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Keadaan patologi tersebut akan berdampak :
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang
tinggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah, atau
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. (Corwin, 2001, hlm.
623).
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi
glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam
sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi.
Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel
otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini
dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita diabetes melitus proses ini
5
tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk
di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin
tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b. Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan
tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan
glikogen berkurang, dan glukosa “hati” dicurahkan dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari unsur non
karbohidrat) meningkat dan lebih banyak lagi glukosa “hati” yang
tercurah ke dalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
(long, 1996, hlm.11).
e. Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti bakteri dan jamur. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi
mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi
itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan
pasokan nutrisi. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme
mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan
mengakibatkan penderita diabetes melitus mudah mengalami
infeksi oleh bakteri dan jamur. (sujono, 2008, hlm. 76).
2. Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada
plasma sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan
tekanan osmosis merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya
peningkatan konsentrasi larutan pada zat cair. Pada penderita diabetes
6
melitus terjadinya hiperosmolaritas karena peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah (yang notabene komposisi terbanyak adalah zat
cair). Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya
kelebihan ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa
(meningkat kurang lebih 225 mg/ menit). Kelebihan ini kemudian
menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria).
Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan
kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan berakibat
peningkatan volume air (poliuria).
Akibat volume urin yang sangaat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran adh dan
menimbulkan rasa haus. (corwin,2001, hlm.636).
Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih
dan 370-380 mosmols/ dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah.
Kondisi ini dapat berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik (khhn). (sujono, 2008, hlm. 77).
3. Starvasi selluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh
sel karena glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali
glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi tidak bisa dibawa untuk diolah.
Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk
masuk sel yaitu insulin.
Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi
selluler untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :
a. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi
jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot
7
rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel
otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki
untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan
menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak
pada penurunan massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah
lelah.
b. Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan
metabolisme protein dan asam amino yang digunakan sebagai
substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati.
Hasil dari glukoneogenesis akan dijadikan untuk proses aktivitas
sel tubuh.
c. Protein dan asam amino yang melalui proses glukoneogenesis
akan dirubah menjadi co2 dan h2o serta glukosa. Perubahan ini
E. Gejala klinis
Menurut askandar (1998)seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
8
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada
penderita diabetes mellitus adalah: poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan
menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/luka, keputihan.
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus (mansjoer dkk, 1999), yaitu :
1. Akut
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu :
1. Kardiopati diabetik,
9
trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan
malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan
kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan
buah-buahan.
Ulkus atau gangren (Soeparman, 1987, hal 377) terdapat lima grade ulkus
diabetikum antara lain:
10
6) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
3. Nefropati diabetik,
4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata, terutama adalah
retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang
memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah
yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.
Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang
daerah yang sehat. Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang
akan dibawa ke otak oleh saraf optik.
Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina,
bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat
jika cairan yang bocor mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi
penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek
yang dekat serta obyek yang lurus di depan mata. Pembuluh darah yang rapuh
bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi jernih seperti agar-agar
yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus
lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut
11
yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat
mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata.
Pembuluh darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan
glaukoma.
G. Penegakkan Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa diabetes adalah kadar glukosa
darah yang meningkat secara abnormal, yaitu pemeriksaan :
Vena <
Bukan dm Puasa 100 2 jam pp -
Kapiler < 80
Vena 100 -
Gangguan Vena 100 - 140
140
toleransi Puasa 2 jam pp Kapiler 80 –
Kapiler 80 -
Glukosa 120
120
Vena > 140 Vena > 200
Dm Puasa 2 jam pp
Kapiler > 120 Kapiler > 200
12
H. Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas
pasien. Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diit
13
c. Diit DM III : 1500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
2. Obat
a. Tablet oad (oral antidiabetes)
b. Mekanisme kerja sulfanilurea
c. Kerja oad tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
d. Kerja oad tingkat reseptor
e. Mekanisme kerja biguanida
14
setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak
memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
3. Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit
setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah
dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
a. Pemijatan (Masage)
b. Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
c. Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini
berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada
subcutan.
15
I. Pathway
16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan keluarga
adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
berapa lama klien menderita dm, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/istirahat:
letih, lemah, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
adakah riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas ego
stress, ansietas
6. Eliminasi
perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / cairan
anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / kenyamanan
abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
17
11. Keamanan
kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Hiperglikemia
2. Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif b/d Hiperglikemia
3. Berat Badan Lebih b/d Gangguan Kebiasaan Makanan
4. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Resistensi Insulin
5. Obesitas b/d Gangguan Persepsi Makan
6. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b/d Ketidak Seimbangan Cairan (mis.
Dehidrasi dan Intoksikasi air)
7. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Kurang Terpapar Informasi
Tentang Manajemen Diabetes
8. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b/d Faktor Mekanis
9. Resiko infeksi b/d Penyakit Kronis (mis. Diabetes Melitus)
18
5. Tekanan arteri 3 Monitor panas,
rata-rata (3) kemerahan, nyeri,
Membaik atau bengkak pada
4. ekstermitas.
Terapeutik :
4 Lakukan
pencegahan infeksi
5 Lakukan
perawatan kaki dan
kuku
6 Hindari
penekanan dan
pemasangan
tourniquet pada area
yang cedera
Edukasi :
7 Anjurkan berhenti
merokok.
8. Anjurkan
Berolahraga rutin
9 Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah
secara teratur.
1.
19
D. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi yang diatas.
E. Evaluasi
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes melitus ( dm ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda - tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu :
1. Klasifikasi klinis
2. klasifikasi risiko statistic
C. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes yang
sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. Bila gejala-gejala tersebut pernah
anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam darah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut Jilid I Edisi Ketiga, Jakarta : Fkui
Mansjoer, Arif, Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius Fkui
Mcphee, Stephen J & William F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta : Egc
Nathan Dm, Cleary Pa, Backlund Jy, Et Al. (December 2005)."Intensive Diabetes
Treatment And Cardiovascular Disease In Patients With Type 1 Diabetes". The New
England Journal Of Medicine 353 (25): 2643 53. Doi:10.1056/Nejmoa052187.Pmc
2637991. Pmid 16371630.
Price, Sylvia A Dan Larraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta : Egc
Suddart & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta : Egc
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3.
Jakarta : Egc
Wiley, John Dan Sons Ltd. 2009. Nanda International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.
22