Anda di halaman 1dari 20

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I


Topik : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat
Kelompok : A9
Tgl. Praktikum : Senin, 24 Februari 2020
Pembimbing : Devi Rianti, drg., M. Kes

Penyusun :
1. Daniella Gloria T. W. 021911133176
2. Rashif Almas 021911133177
3. Belinda Meilani P. P. 021911133181
4. Zahrah Rooidatush S. 021911133182
5. Mumtaz Ramadhani P. P. G. 021911133185

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
1. TUJUAN
Di akhir praktikum mahasiswa mampu :
a) Memanipulasi material cetak alginat dengan benar
b) Melakukan uji recovery from deformation material cetak alginat dengan benar

2. CARA KERJA
2.1 Bahan :
 Bubuk alginat
 Air

Gambar 1.1 bubuk alginat

2.2 Alat :
 Bowl
 Spatula
 Ring besar dan kecil
 Lempeng kaca besar dan kecil
 Waterbath
 Alat uji recovery form deformation
 Gelas ukur
 Stopwatch

1
Gambar 2.1 Bowl Gambar 2.2 Spatula Gambar 2.3 Ring besar dan

kecil

Gambar 2.4 Lempeng kaca Gambar 5.


Waterbath Gambar 2.6 Alat uji
recoveryfromdeformation

Gambar 2.7 Gelas Ukur

2.3 Cara Kerja


2.3..1 Menentukan setting time alginat
Mengambil data dari praktikum setting time material cetak alginat.
2.3..2 Pembuatan Sampel
a) Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu dengan pengukuran yang
sesuai.

2
b) Menuangkan air sebanyak 10 ml yang telah diukur dengan gelas ukur
ke dalam bowl, dilanjutkan dengan bubuk alginat sebanyak 4,5 gram,
kemudian diaduk dengan cara memutar baik seperti angka 8 maupun
satu arah dan menekan spatula pada dinding bowl. Diaduk sampai
menjadi adonan homogen selama 30 detik (sesuai aturan pabrik). Saat
proses ini dimulai, disertai dengan pengukuran waktu menggunakan
stopwatch.
c) Letakkan ring besar di atas lempeng kaca. Setelah 30 detik, adonan
alginat dimasukkan hingga setinggi kurang lebih ¾ ring besar.
d) Ring kecil ditekan ke dalam ring besar sampai dasar ring kecil
menyentuh lempeng kaca. Alginat akan naik ke permukaan dan
memungkinkan untuk keluar dari ring. Permukaan alginat diratakan
menggunakan lempeng kaca kecil sekaligus sebagai fiksasi. Kemudian
ditunggu selama 30 detik.
e) Ring dan lempeng kaca tersebut dimasukkan ke dalam waterbath
dengan suhu 37℃ selama mencapai menit ke-3 dari awal
pencampuran alginat.
f) Sampel dikeluarkan dari waterbath.
g) Sampel dikeluarkan dari ring.
2.3..3 Pengukuran recovery from deformation
a) Sampel alginat diletakkan diatas meja alat deformasi. Permukaan atas
sampel alginat ditutup dengan lempeng kaca kecil. Pastikan jarum alat
terletak pada angka nol.
b) Melakukan uji recovery from deformation dengan cara :
 lama setting time + 45 detik : jarum indikator diturunkan sampai
berkontak dengan lempeng kaca.
 lama setting time + 55 detik : jarum indikator dibaca. Nilai indikator
dicatat sebagai nilai A, kemudian jarum diangkat keatas lagi. sampel
ditekan dengan menurunkan tuas sebanyak 4mm (4 putaran jarum
besar dial indikator) dalam waktu 1 detik. Penekanan dilakukan selama

3
5 detik, kemudian tuas dilepas lagi. Jarum indikator dibaca dan dicatat
nilai yang terbaca adalah nilai B.
c) Recovery from deformation material cetak alginat dihitung dalam %
dengan rumus :
( A−B )
100(1− )
x

Keterangan : x adalah tinggi ring dalam satuan mm (dalam


percobaan ini didapat bahwa tinggi ring 20 mm)

3. HASIL PRAKTIKUM
3.1 Proses Manipulasi
Setting time alginat berkisar antara 2-4,5 menit. Ketidaksempurnaan cetakan dapat
saja terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya yaitu pada proses pengadukan.
Pengadukan yang tidak sesuai akan mengurangi kekuatan gel sebesar 50%. Begitu juga
dengan waktu pengadukan, apabila dilakukan terlalu lama akan mempengaruhi kekuatan
bahan cetak pula. Waktu pengadukan yang umum yaitu 30 detik hingga 1 menit,
bergantung pada jenis alginate yang digunakan. (Combe, 1986, Pg. 211-214)

Sedangkan waktu yang ideal untuk proses manipulasi alginat mulai dari
pencampuran, pengadukan hingga setting yaitu 2 menit 43,2 detik. Perlakuan tersebut
menghasilkan cetakan yang baik karena pada waktu tersebut akan didapati hampir
seluruh oklusi gigi tercetak. Untuk anak-anak dan orang yang mudah mual,
diindikasikam dengan waktu yang relative sebentar yaitu alginat dengan setting time
sekitar 1-2 menit saja. (Annusavice et al, 2014:106)

3.2 Hasil Pengamatan


Dalam percobaan ini digunakan rasio w:p 10 ml: 4,5 gram.
Recoveryfromdeformationmaterial cetak alginat dihitung dalam % dengan rumus :

( A−B )
100(1− )
x

4
Tabel 1.Hasil Pengamatan Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

Lama
Lama
settingtime Persentase Recovery from
Percobaan ke settingtime+55 ∆ (A-B)
+100detik Deformation
detik = A
=B
1 2,89 2,70 0,19 95,95%
2 2,50 7,40 0,10 95,5%
3 3,57 3,54 0,03 95,15%

4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Alginat
Alginat merupakan material cetak hidrokoloid ireversibel. Asam alginat
merupakan bahan dasar alginat yang diperoleh dari ekstrak rumput laut coklat
merupakan linier kopolimer dari asam β-D-mannuronic dan asam α-L-guluronic.
Material cetak hidrokoloid alginat dibentuk melalui proses ikatan silang antara asam
alginat dengan ion kalsium. Alginat dengan kadar asam guluronat yang lebih tinggi
biasanya menunjukkan interaksi yang lebih kuat dengan kalsium, dan karenanya,
menghasilkan kekuatan gel yang lebih besar. Untuk tujuan membuat cetakan,
digunakan alginat dengan kadar asam mannuronat lebih tinggi. (Anusavice 2012, hal.
171)

Gambar 4.1 Tabel Komposisi Alginat (Sakaguchi, RL & Powers, JM 2012,p.283)

5
4.2 Manipulasi bahan cetal alginat
Rasio perbandingan antara air dan bubuk dalam campuran sangatlah penting.
Rasio kedua hal tersebut berpengaruh pada, lama setting time, kekuatan serta kualitas
dari cetakan yang terbentuk yang tepat sangat penting. Rasio bubuk dan air berbeda-
beda tergantung dari keluaran pabrik. Bubuk yang telah diukur sesuai kadar
ditambahkan perlahan ke air yang sebelumnya sudah dituangkan ke dalam mangkuk
karet bersih. Proses pencampuran dilakukan dengan melakukan pengadukan dengan
spatula logam atau plastik yang cukup fleksibel untuk beradaptasi baik ke dinding
mangkuk. Pengadukan dilakukan hingga campuran homogen. Waktu pencampuran
sangat penting; 45 s hingga 1 menit umumnya cukup, tergantung pada merek dan
jenis alginat (set cepat atau set reguler). Instruksi pada paket harus diikuti tepat untuk
waktu pencampuran, waktu kerja, dan pengaturan waktu untuk bahan yang
digunakan. Selain itu peralatan yang bersih juga penting karena banyak masalah dan
kegagalan terkait disebabkan oleh kotoran yang tersisa pada peralatan yang.
Kontaminan, seperti sejumlah kecil gipsum yang tersisa di mangkuk dari sebelumnya
campuran plester atau batu, bisa mempercepat set. (Anusavice, 2012, hal. 173)

4.3 Waktu kerja


Waktu kerja dari alginat beragam bergantung pada tipe dan instruksi pabrik,
untuk alginat tipe set cepat diperlukan waktu setidaknya 1,25-2 menit dengan waktu
pencampuran setidaknya selama 45 detik, dan menyisakan waktu 30-75 detik
sebelum masuk ke waktu kerja. Sedangkan untuk alginat tipe set reguler memiliki
waktu pencampuran selama 60 detik dan menyisakan waktu kerja selama 3-4,5 menit
(Sakaguchi, RL & Powers, JM 2012, p. 283). Waktu kerja alginat dapat ditunda
selama maksimal 1 jam. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan alginat
pada clip plastic agar terhindar dari udara. Penyimpanan dengan cara ini dilakukan
karena bila diletakkan di udara terbuka, alginate, kadar air akan berkurang yang
menyebabkan sineresis (mengkerut). Selain itu, jika alginate diletakkan di dalam air,
alginat memiliki sifat imbibisi (menyerap air) yang menyebabkan cetakkan tidak
akurat.

6
4.4 Waktu pengerasan
Waktu pengerasan alginat juga beragam Berkisar antara 1 hingga 5 menit. The
American National Standards Institute / American Dental Association (ANSI/ADA)
spesifikasi nomor 18 [International Organization for Standardization (ISO) 1563]
menetapkan bahwa waktu pengerasan setidaknya harus selama yang ditentukan oleh
pabrik dan setidaknya 15 detik lebih lama dari waktu kerja yang telah ditentukan.
Menambah durasi waktu pengerasan lebih baik dicapai dengan cara mengurangi
temperature air yang digunakan daripada mengurangi proporsi bubuk. Menggunakan
air yang lebih dingin dari 18°C atau lebih hangat dari 24°C tidak dianjurkan. Waktu
pengerasan secara klinis dapat terdeteksi dengan hilangnya kelengketan permukaan.
Jika memungkinkan, cetakan harus dibiarkan di tempat 2 sampai 3 menit, karena tear
strength dan elastic recovery (recovery from deformation) meningkat secara
signifikan selama periode ini. Warna alginat yang berubah memberikan indikasi
visual waktu kerja dan waktu pengerasan. Mekanisme perubahan warna adalah
perubahan pH-terkait dari pewarna. Selain mengubah temperatur air, memilih alginat
dengan waktu setting time yang berbeda adalah alternatif yang lebih baik daripada
mengubah rasio air dan bubuk untuk menambah durasi waktu pengerasan.
(Sakaguchi, RL & Powers, JM 2012, p. 283-284).

4.5 Elastic recovery


Elastic recovery cetakan alginat dikompresi sekitar 10% di daerah undercut
selama pelepasan. Sebenarnya besarnya tergantung pada sejauh mana undercut dan
ruang antara sendok cetak dan gigi. Spesifikasi ANSI/ADA mensyaratkan bahwa
elastic recovery lebih dari 95% ketika bahan dikompresi 20% selama 5 detik pada
saat itu biasanya akan dikeluarkan dari mulut. Nilai khas untuk elastic recovery
98,2%, sesuai dengan deformasi permanen 1,8% (Sakaguchi, 2012).

7
5. PEMBAHASAN
5.1 Elastic Recovery
"Recovery from deformation" merupakan kemampuan bahan alginat untuk pulih
setelah berubah bentuk selama pelepasan dari rongga mulut. Oleh karena itu, semakin
besar recovery from deformation, akan lebih akurat bahan cetak. Ketahanan terhadap
tekanan dan ketahanan terhadap sobekan alginat bertambah seiring dengan bertambahnya
nilai deformasi. Nilai tekanan untuk alginat ketika dilepas dari daerah undercut adalah
sekitar 10%. Besarnya nilai tekanan sebenarnya bergantung pada luas daerah undercut
dan celah antara sendok cetak dan gigi. ANSI/ADA memberikan spesifikasi terhadap
elastic recovery terhadap alginat lebih dari 95% dengan nilai deformasi permanen kurang
dari 5%. Jika elastic recovery kurang dari 95% artinya terjadi perubahan dimensi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikum yaitu ketepatan alat
recovery from deformation. Sebelum memulai percobaan perlu diperhatikan 2 hal, yaitu
jarum indikator harus berada pada angka 0. Kedua adalah alginate harus diletakkan persis
di tengah-tengah jarum indicator. Bilamana terjadi kesalahan, hasil recovery from
deformation menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan spesifikasi.
Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan
teori yang ada . Bahwa semua cetakan kami mendapatkan nilai recovery from
deformation di atas 95% . Hal ini membuktikan bahwa manipulasi yang kami lakukan
sudah memenuhi syarat spesifikasi American National Standard/ American Dental
Association (ANSI/ADA). Jadi hasil cetakan yang kami lakukan mempunyai sifat elastis
yang artinya mampu kembali ke bentuk semula dan dapat menyesuaikan rongga mulut
pasien.

5.2 Stabilitas Dimensi


Perubahan dimensi gel dapat terjadi karena adanya proses sineresis, penguapan,
dan imbibisi. Penguapan dan pengerutan yang berkaitan dengan sineresis terjadi bila hasil
cetakan terkena udara pada temperatur ruangan. Sebaliknya, pengembangan akibat
imbibisi akan terjadi bila cetakan direndam dalam air. Jadi sebaiknya hasil cetakan tidak
boleh terlalu lama dibiarkan di udara. Perubahan panas juga menyebabkan perubahan
8
dimensi. Untuk alginat, hasil cetakan akan mengkerut karena perbedaan panas antara
temperatur rongga mulut (35°C) dan temperatur ruangan (23°). Bahkan perubahan
temperatur yang kecil pun dapat menyebabkan hasil cetakan mengalami ekspansi dan
distorsi. (Anusavice, 2004 : 246 -247)

6. SIMPULAN

Recovery from deformation material cetak alginat berguna untuk pemulihan


bentuk material cetak alginat ketika hasil cetakan dilepaskan dari rongga mulut pasien.
Menurut spesifikasi ANSI / ADA no.18 recovery from deformation paling sedikit 95%.
Semakin besar nilai recovery from deformation yakni diatas 95%, maka keakuratan bahan
cetak akan semakin tinggi. Dari percobaan kami, didapatkan hasil sesuai dengan teori
yaitu material cetak mampu kembali ke bentuk semula yang akan sesuai dengan keadaan
rongga mulut pasien. Hal ini berarti, mahasiswa telah mampu memanipulasi dan
melakukan uji recovery from deformation dengan benar.

7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2004. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,p. 246-7
________, _______. 2012, Phillip’s Science of Dental Materials, Elsevier, st. Louis
Missouri, p.171-173
________, ________. 2013 Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 12.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
________, ________. 2014. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 12.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, p. 106
Combe, E. C. 1986. Notes on Dental Materials. 5th edition. England : Churchill
Livingstone. p. 211-4
Sakaguchi, RL & Powers, JM 2012, Craig’s Restorative Dental Materials, 13th edn,
Elsevier, Philadelphia, p.231, 283-284

9
LAMPIRAN

[1] Anusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. p. 246 - 7

10
11
12
13
14
15
[2] Annusavice, KJ 2012, Phillip’s Science of Dental Materials, Elsevier, st. Louis
Missouri, p.171-173

16
[3] Anusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. p. 171 - 174

17
18
[4] Sakaguchi, RL & Powers, JM 2012, Craig’s Restorative Dental Materials, 13th edn,
Elsevier, Philadelphia, p.231, 283-284

19

Anda mungkin juga menyukai