Anda di halaman 1dari 10

Hukum Adat

Kezia Faradiba Putri Setiyanto/19010000245

1.1 Istilah dan Pengertian Hukum Adat

            Istilah Hukum Adat tidak begitu dikenal dalam pergaulan masyarakat
sehari-hari. Istilah ini adalah terjemahan dari bahasa Belanda, "Adat-recht" yang
pertama-tama dikenalkan oleh Snouck hurgronje yang kemudian dikutip dan
dipakai oleh Van vollenhoven sebagai istilah teknis yuridis untuk menunjukkan
kepada apa yang sebelumnya disebut dengan Undang-Undang agama, lembaga
rakyat, kebiasaan, lembaga asli dan sebagainya. Istilah ini kemudian sering dipakai
dalam literatur di kalangan Perguruan Tinggi Hukum. Di dalam perundang-
undangan istilah “adat-recht” itu baru muncul pada tahun 1920 dalam UU
mengenai perguruan tinggi di negeri Belanda. Dikalangan masyarakat atau dalam
pergaulan rakyat umum hanya dikenal istilah “adat” saja.
   Kata “Adat” dan “Hukum Adat” seringkali dicampur aduk dalam
memberikan suatu pengertian padahal seharusnya keduanya adalah dua lembaga
yang berlainan.
             Adat sering dipandang sebagai sebuah tradisi sehingga terkesan sangat
lokal, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan ajaran agama dan lain-lainnya. Hal
ini dapat dimaklumi karena “adat" adalah suatu aturan tanpa adanya sanksi riil
(hukuman) di masyarakat kecuali menyangkut soal dosa adat yang erat berkaitan
dengan soal-soal pantangan untuk dilakukan (tabu dan kualat). Terlebih lagi
muncul istilah-istilah adat budaya, adat istiadat, dll.
            Kata adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan atau tradisi.
Hubungannya dengan hukum adalah bahwa adat atau kebiasaan dapat menjadi atau
dijadikan hukum dengan syarat tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
            Di dalam Pengantar Ilmu Hukum kita ketahui bahwa adat dan kebiasaan
adalah merupakan salah satu dari sumber hukum. Dengan diterimanya dan
dipakainya istilah Hukum Adat yang kemudian menjadi salah satu cabang ilmu
hukum, maka timbul beberapa defenisi yang merumuskan istilah tersebut. Antara
lain sebagai berikut :
1. Ter Haar
Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam
keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan
dalam masyarakat. Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya
bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan
hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat hukum
terhadap sipelanggar peratSeuran adat-istiadat. Apabila penguasa
menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu
sudah merupakan hukum adat.

2. Van Djik
            Hukum adat adalah istilah untuk menunjukkan hukum yang tidak
dikodifikasikan dalam kelangan orang Indonesia asli dan kalangan timur
asing (tionghoa, arab dll). Dengan istilah ini juga dimaksudkan bahwa
semua kesusilaan disemua lapangan hidup. Van Djik juga membedakan
antara Adat dan Hukum Adat yang keduanya berjalan bergandengan tangan
dan tidak dapat dipisahkan, yaitu segala bentuk kesusilaan dan kebiasaan
orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari.

        Bushar Muhammad menyimpulkan 4 (empat) hal penting dari pendapat van


djik tersebut di atas yaitu : 

      a. Segala bentuk kesusilaan dan kebiasaan orang indonesia yang menjadi


tingkah laku sehari-hari, antar lain disebut dengan adat;
     b. Ada terdiri dari dua bagian, yaitu tidak mempunyai akibat hukum dan
mempunyai akibat hukum, dan tidak memiliki akibat hukum bukanlah adat;
     c. Antara dua bagian tersebut tidak ada pemisahan yang tegas;
     d. Bagian yang menjadi hukum adat mengandung arti yang lebih luas dari pada
istilah hukum di eropa atau pengertian barat tentang hukum pada umumnya.

3. Soepomo
          Hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis,
meliputi peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang
berwajib tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan
bahwasanya peraturan-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.
          Menunjuk kepada pasal 32 UUDS yang menyatakan, “….istilah Hukum
Adat ini dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan
legislatif, hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan negara, hukum yang
timbul karena putusan-putusan hakim, hukum yang hidup sebagai peraturan,
kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup di kota-kota maupun di
desa-desa.

4. Soekanto
            Hukum adat adalah keseluruhan adat yang tidak tertulis dan hidup dalam
masyarakat berupa kesusilaan, kebiasaan dan kelaziman serta mempunyai akibat
hukum.

5. Mr. J.H.P. Bellefroit


           Hukum adat sebagai peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak
diundangkan oleh penguasa, tetapi tetap dihormati dan ditaati oleh rakyat dengan
keyakinan bahwa peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum.

6. Prof. Dr. Hazairin


           Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah
kaidah kesusialaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam
masyarakat itu.

7. Soeroyo Wignyodipuro, S.H.


          Hukum adat adalah suatu ompleks norma-norma yang bersumber pada
perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan
peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,
sebagaian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena
mempunyai akibat hukum (sanksi).

8. Prof. Soeripto:
           Hukum adat adalah semua aturan-aturan/ peraturan-peraturan adat tingkah
laku yang bersifat hukum di segala kehidupan orang Indonesia, yang
pada umumnya tidak tertulis yang oleh masyarakat dianggap patut dan mengikat
para anggota masyarakat, yang bersifat hukum oleh karena ada kesadaran keadilan
umum, bahwa aturan-aturan/ peraturan itu harus dipertahankan oleh petugas
hukum dan petugas masyarakat dengan upaya paksa atau ancaman hukuman
(sanksi).

9. Hardjito Notopuro:
          Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis, hukum kebiasaan dengan ciri
khas yang merupakan pedoman kehidupan rakyat dalam menyelenggarakan tata
kedilan dan kesejahteran masyarakat dan bersifat kekeluargaan.
10.Kusumasi Pudjosewojo
         Adat adalah tingkah laku yang oleh dan dalam suatu masyarakat sudah,
sedang akan diadatkan.  Hukum adat ialah keseluruhan aturan tingkah laku yang
adat dan sekaligus hukum pula. Dengan kata lain hukum adat ialah keseluruhan
aturan hukum yang tak tertulis.

1.2 Tujuan mempelajari Hukum Adat

a. Tujuan Teoritis
            Tujuan Teoritis adalah untuk memelihara dan mengembangkan hukum adat
sebagai ilmu dan nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia.
Dalam piagam Adatrechtstichting (Yayasan Hukum Adat) antara lain disebutkan :
Menjamin kekalnya penyelidikan ilmiah terhadap hukum pribumi Hindia Belanda
dan bagian-bagian lain dari nusantara yang tidak terkodifikasi serta memajukan
studi mengenai hukum tersebut secara kontinyu.  

b. Tujuan Praktis

1) Bagi Praktisi Hukum


            Agar dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dapat mempertimbangkan dan
menerapkan hukum yang sesuai dengan tuntutan keadilan masyarakat, khususnya
dalam kasus-kasus yang berkenaan dengan adat. 

2) Bagi pembentuk Undang Undang


            Agar dalam pembentukan undang-undang atau peraturan perundang-
undangan Perbedaan antara hukum adat dengan adat terletak pada sumber dan
bentuknya. Hukum Adat bersumber dari alat-alat perlengkapan masyarakat dan
tidak tertulis dan ada juga yang tertulis, sedangkan adat bersumber dari masyarakat
sendiri dan tidak tertulis. Serta mempertimbangkan nilai-nilai hukum adat atau adat
pada umumnya, sehingga perundang-undangan yang dihasilkan dapat memenuhi
rasa keadilan bagi masyarakat yang menjadi subjeknya.

c. Tujuan idealis (Ilmu untuk masyarakat)


            Menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan rasa suka, cinta dan
bangga terhadap bangsa dan budaya sendiri. Menjadi bahan utama dalam
pemebentukan hukum nasional dengan membuang segi-segi negatifnya dan
disesuaikan dengan sistem hukum modern.
            Hukum adat yang merupakan intisari kebudayaan masyarakat Indonesia
yang antara lain bersifat komunalitas (gotong royong) harus menjadi bahan utama
dalam pembentukan hukum nasional Indonesia, agar sifat dan kepribadian yang
positif dan mulia tersebut tidak hilang.

1.3 Ruang Lingkup Hukum Adat di Indonesia

Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven membagi Indonesia menjadi 19


lingkungan hukum adat (rechtsringen). Satu daerah yang garis-garis besar, corak
dan sifat hukum adatnya seragam disebutnya sebagai rechtskring. Setiap
lingkungan hukum adat tersebut dibagi lagi dalam beberapa bagian yang
disebut kukuban hukum (Rechtsgouw). Lingkungan hukum adat tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Aceh (Aceh Besar, Pantai Barat, Singkel, Semeuleu)
2. Tanah Gayo, Alas dan Batak
                 1. Tanah Gayo (Gayo lueus)
                 2. Tanah Alas
                 3. Tanah Batak (Tapanuli)
                   1. Tapanuli Utara; Batak Pakpak (Barus), Batak karo, Batak
Simelungun, Batak Toba (Samosir, Balige, Laguboti, Lumbun Julu)
                       2. Tapanuli Selatan; Padang Lawas (Tano Sepanjang), Angkola,
Mandailing (Sayurmatinggi)
                           3. Nias (Nias Selatan)
3. Tanah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, tanah
Kampar, Kerinci)
4. Mentawai (Orang Pagai)
5. Sumatera Selatan
                 1. Bengkulu (Renjang)
                 2. Lampung (Abung, Paminggir, Pubian, Rebang, Gedingtataan, Tulang
Bawang)
                 3. Palembang (Anak lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasemah, Semendo)
                 4. Jambi (Batin dan Penghulu)
                 5. Enggano
6. Tanah Melayu (Lingga-Riau, Indragiri, Sumatera Timur, Orang Banjar)
7. Bangka dan Belitung
8. Kalimantan (Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak, Kenya,
Dayak Klemanten, Dayak Landak, Dayak Tayan, Dayak Lawangan, Lepo Alim,
Lepo Timei, Long Glatt, Dayat Maanyan, Dayak Maanyan Siung, Dayak Ngaju,
Dayak Ot Danum, Dayak Penyambung Punan)
9. Gorontalo (Bolaang Mongondow, Suwawa, Boilohuto, Paguyaman)
10.Tanah Toraja (Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili,
Tawali, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai)
11. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar,
Selayar, Muna)
12. Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Kao, Tobelo, Kep. Sula)
13. Maluku Ambon (Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru, Seram,
Kep. Kei, Kep. Aru, Kisar)
14. Irian
15. Kep. Timor (Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba, Sumba
Tengah, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima)
16. Bali dan Lombok (Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, Karrang Asem,
Buleleng, Jembrana, Lombok, Sumbawa)
17. Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura (Jawa Pusat, Kedu, Purworejo,
Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura)
18. Daerah Kerajaan (Surakarta, Yogyakarta)
19. Jawa Barat (Priangan, Sunda, Jakarta, Banten)

1.4 Sejarah Hukum Adat

        Paling tidak ada tiga kategori ketika berbicara tentang sejarah hukum adat,
yaitu:

a. Sejarah proses pertumbuhan atau perkembangan hukum adat itu sendiri.


peraturan adat istiadat kita ini pada hakikatnya sudah terdapat pada zaman pra
hindu.
b. Sejarah hukum adat sebagai sistem hukum dari tidak/belum dikenal hingga
sampai dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan.
c. Sejarah kedudukan hukum adat sebagai masalah politik hukum di dalam system
perundang-undangan di Indonesia pada periode ini.

         Faktor yang mempengaruhi di samping faktor astronomis-iklim dan


geografis–kondisi alam–serta watak bangsa yang bersangkutan, maka faktor-faktor
terpenting yang mempengaruhi proses perkembangan hukum adat adalah:

1. Magis dan Animisme

           Alam pikiran mistis-magis serta pandangan hidup animistis-magis


sesungguhnya dialami oleh tiap bangsa di dunia ini. Faktor pertama ini khususnya
mempengaruhi dalam empat hal, sebagai berikut:

a. Pemujaan roh-roh leluhur,


b. Percaya adanya roh-roh jahat dan baik,
c. Takut kepada hukuman ataupun pembalasan oleh kekuatan gaib, dan,
d. Dijumpainya orang orang yang oleh rakyat dianggap dapat melakukan hubungan
dengan kekuatan-kekuatan gaib.

2. Agama

a. Agama Hindu. Pengaruh terbesar agama ini terdapat di Bali meskipun pengaruh
dalam hukum adatnya sedikit sekali.
b. Agama Islam. Pengaruh terbesar nyata sekali terlihat dalam hukum perkawinan.
c. Agama Kristen. Hukum perkawinan kristen diresepsi dalam hukum adatnya.

3. Kekuasaan yang lebih tinggi dari pada persekutuan hukum adat. 

             Kekuasaan itu adalah kekuasaan yang meliputi daerah-daerah yang lebih


luas daripada wilayah satu persekutuan hukum, seperti misalnya kekuasaan raja-
raja, kepala kuria, nagari.

4. Hubungan dengan orang-orang atau pun kekuasaan asing.

             Faktor ini sangat besar pengaruhnya. Hukum adat yang semula sudah
meliputi segala bidang kehidupan hukum, oleh kekuasaan asing–kekuasaan
penjajahan Belanda–menjadi terdesak sedemikian rupa hingga akhirnya praktis
menjadi bidang perdata material saja.

1.5 Perbedaan antara Hukum Adat dengan Adat dan kebiasaan

        Terdapat perbedaan antara Hukum Adat dengan Adat dan kebiasaan, berikut
perbedaannya menurut beberapa ahli : 

        1. Terhaar 
                 Suatu adat akan menjadi hukum adat, apabila ada keputusan dari kepala
adat dan apabila tidak ada keputusan maka itu tetap merupakan tingkah laku/adat.
        2. Van Vollen Hoven 
                 Yang pertama kali menyebut hukum adat memberikan definisi hukum
adat sebagai : “Himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang
pribumi dan timur asing pada satu pihak yang mempunyai sanksi (karena
bersifat hukum) dan pada pihak lain berada dalam keadaan tidak
dikodifikasikan (karena adat). Suatu kebiasaan/ adat akan menjadi hukum adat,
apabila kebiasaan itu diberi sanksi.

         3. Van Djik
                  Membedakan antara Adat dan Hukum Adat yang keduanya berjalan
bergandengan tangan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu segala bentuk kesusilaan
dan kebiasaan orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari.
         4. C.S Hurgronje
                   Pertama sekali secara sistematis menggunakan istilah Adat Recht dialih
bahasakan menjadi hukum Adat ketika melakukan penelitian di aceh dalam buku
“De Atjeherds” dan het gajoland (1891-1892). Istilah ini diakui Van Vollen Hoven
dan Terhaar.
                   Snouck Hurgronje memahami adat sebagai kebiaaan (custom) dan
Hukum adat (customary law), dengan penekanan adat lebih banyak digunakan dari
pada syaria’ah yang dikena sebagai hukum. Bentuk-bentuk adat yang mempunyai
konsekuensi hukum disebut dengan hukum adat.
          5. L. Pospisil 
                    Untuk membedakan antara adat dengan hukum adat maka harus dilihat
dari atribut-atribut hukumnya yaitu :
                      a. Atribut authority, yaitu adanya keputusan dari penguasa
masyarakat dan mereka yang berpengaruh dalam masyarakat.
                    b. Intention of Universal Application, bahwa putusan-putusan kepala
adat mempunyai jangka waktu panjang dan harus dianggap berlaku juga
dikemudian hari terhadap suatu peristiwa yang sama.
                    c. Obligation (rumusan hak dan kewajiban), yaitu dan rumusan hak-
hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang masih hidup. Dan apabila salah
satu pihak sudah meninggal dunia misal nenek moyangnya, maka hanyalah
putusan yang merumuskan mengenai kewajiban saja yang bersifat keagamaan.
                     d. Adanya sanksi/ imbalan, Putusan dari pihak yang berkuasa harus
dikuatkan dengan sanksi/imbalan yang berupa sanksi jasmani maupun sanksi
rohani berupa rasa takut, rasa malu, rasa benci dan sebagainya.

             Adat/ kebiasaan mencakup aspek yang sangat luas sedangkan hukum adat
hanyalah sebagian kecil yang telah diputuskan untuk menjadi hukum adat. Namjn,
hukum adat mempunyai nilai-nilai yang dianggap sakral/suci sedangkan adat tidak
mempunyai nilai/ biasa.

Hukum Adat dan Hukum Kebiasaan 


              Di Eropa (belanda) Hukum kebiasaan dan hukum adat memiliki arti yang
sama, disebut “gewoonte recht”, yaitu adat atau kebiasaan yang bersifat hukum
yang berhadapan dengan hukum perundangan (wettenrecht). Jika kebiasaan
disamakan dengan adat di Belanda, Indonesia sendiri membedakan antara adat
dengan kebisaan  sehingga Hukum Adat tidak sama dengan Hukum Kebiasaan.
Kebiasaan yang dibenarkan (diakui) didalam perundang-undangan merupakan
hukum kebiasaan, sedangkan Hukum Adat adalah hukum kebiasaan diluar
perundang-undangan.
              Hukum adat di eropa dan di indonesia juga bebeda dimana hukum adat
dan hukum kebiasaan memiliki arti yang sama bila melihat dari perspektif barat
sedangkan jika kita melihat dari pada negara Indonesia yang tidak menyamakan
antara hukum adat dan hukum kebiasaan pasti kita sudah dapat menyimpulkan
kedua hal tersebut pastilah memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
              Kelebihan perspektif barat terhadap persamaan antara hukum adat dan
hukum kebiasaan yaitu adat atau kebiasaan yang bersifat hukum yang berhadapan
dengan hukum perundangan sedangkan kekurangannya adalah adat atau kebiasaan
itu tidak statis tetapi dinamis yang selalu berkembang pengertiannya. Sedangkan
jika kita melihat di Indonesia kelebihannya itu terletak pada pemisahan antara adat
dan kebiasan Kebiasaan yang dibenarkan (diakui) didalam perundang-undangan
merupakan hukum kebiasaan, sedangkan Hukum Adat adalah hukum kebiasaan
diluar perundang-undangan. Sedangkan kelemahannya terletak hukum adat terletak
diuar perundang-undangan sedangkan pada kenyataan hukum adat juga sudah
termasuk didalam perundang-undangan. 
              Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan sama-sama memiliki
kelebihan dan kekurangannya hanya saja hukum adat ataupun kebiasaan itu
memiliki hubungan yang erat baik didalam pengertian maupun yang lainnya.
Namun hukum adat dan hukum kebiasaan tidak akan selalu sama dalam hal
pengertian ataupun lainnya karena seperti penjelasan di awal bahwasanya hukum
adat atau pun kebiasaan bersifat relatif dan dinamis.

1.6 Kesimpulan

               Adat sering dipandang sebagai sebuah tradisi sehingga terkesan sangat


lokal, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan ajaran agama dan lain-lainnya. Hal
ini dapat dimaklumi karena “adat” adalah suatu aturan tanpa adanya sanksi riil
(hukuman) di masyarakat kecuali menyangkut soal dosa adat yang erat berkaitan
dengan soal-soal pantangan untuk dilakukan (tabu dan kualat). Terlebih lagi
muncul istilah-istilah adat budaya, adat istiadat, dll.
              Hukum Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-
nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan
menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat kuat.
         Hukum Adat tidak sama dengan Hukum Kebiasaan. Kebiasaan yang
dibenarkan (diakui) didalam perundang-undangan merupakan hukum kebiasaan,
sedangkan Hukum Adat adalah hukum kebiasaan diluar perundang-undangan.

    

Anda mungkin juga menyukai