Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya
suatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha
menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sejalan yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari genersi kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat
memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab
yang diterapkan dilingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus
bersosialisasi dan memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh
orang-orang sebelumnya. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan
peradaban, terjadilah evolusi budaya yang menyebabkan beberapa
problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat manusia sebagai makhluk budaya ?
2. Bagaimana hubungan manusia dan budaya ?
3. Apa saja etika dan estetika dalam berbudaya ?
4. Adakah problematika kebudayaan Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
2. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan budaya.
3. Untuk mengetahui etika dan estetika dalam berbudaya.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya problematika kebudaayan Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya


Sebelum mengulas manusia sebagai makhluk budaya, penting bagi kita
mencermati kajian tentang filsafat manusia secara singkat dan mendasar.
Bahwasanya diskusi klasik yang hingga kini masih dibicangkan seputar manusia
adalah pertanyaan siapakah sebenarnya manusia itu. Dengan pertanyaan tersebut
sejauh ini telah menghasilkan bermunculnya berbagai teori, konsep, konstruk
pemikiran bahkan telah berkembang menjadi banyak aliran terkait dengan
pemikiran hakikat manusia. Secara sederhana aliran tersebut dapat
diklasifikasikan dalam aliran utama, yaitu materialisme, idealisme, realisme, dan
aliran gamawan (teologis). Tetapi penting ditegaskan disini bahwasanya hingga
kini jawaban tentang siapa manusia itu tampaknya belum juga terpuaskan atau
belum final.
Untuk aliran materialisme misalnya mempunyai pemikiran bahwa materi
atau zat merupakan satu-satunya kenyataan, karena itu semua peristiwa dapat
terjadi melalui proses material. Demikian pula analogi yang tejadi pada manusia,
yakni kejadian ‘ada’nya adalah bagian dari proses material itu sendiri. Aliran ini
baik dari kalangan materialisme didaktik atau humanistik, keduanya tidak
mengenal adanya kenyataan bersifat spiritual. Karena itu bagi aliran ini kenyataan
yang sebenarnya adalah alam semesta yang bersifat badania.
Sebaliknya bagi pemikir atau filsafat dari aliran idealisme, mereka mendasar pada
pemikiran materialisme diatas. Menurut aliran idealisme, bukan materi yang
menjadi ‘kenyataan’ tetapi kenyataan yang sebenarnya adalah “ide” yang bersifat
rohani dan intelegensi. Oleh karena itu manusia oleh aliran ini dipandang bukan
sebagai materi tetapi sebagai makhluk yang berjiwa atau yang berkerohnian.
Substansi pemikiran dari dua pemikiran diatas diyakini secara bersamaan
oleh aliran realisme. Bagi aliran realisme dapat berupa kenyataan dunia batin atau
rohani, dan dapat juga berupa kenyataan dunia materi. Keduanya dalam
pandangan realisme adalah hakikat asli dan abadi. Hakikat manusia dengan

2
demikian adalah dapat dipandang sebagai makhluk kejiwaan / kerohanian, dan
sekaligus makhluk material. Aliran teologis ini jika dicermati tidak memiliki
irisan dengan pemikiran aliran-aliran sebelumya. Karena mereka cenderung
menetapkan kedudukan manusia secara berbeda dengan makhluk lain dimuka
bumi, karena hubungannya dengan Tuhan. Artinya manusia menurut aliran ini
diyakini sebagai makhluk materi, makhluk rohani, tetapi keduanya tidak bersifat
abadi atau sebagai hakikat asli. Menurut aliran ini, hakikat asli atau kenyataan
utama adalah Ttuhan itu sendiri.
Jika kita tarik benang merah dari pemikiran beberapa aliran diatas,
umumnya berusaha mendudukan hakikat manusia sebagai makhluk diantara
makhluk lainnya dimuka bumi, sekaligus berusaha membandingkan diantara
keduanya, kesamaan manusia sebagai makhluk dengan makhluk lainnya adalah
pada dorongon naluriah (animal instinct) yang bermuat dalam tiap gen mereka
adapun yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam hal
pengetahuan dan perasaan emosianal dan kejiwaan melalui pengetahuan yang
dimiliki manusia, ia dapat hidup jauh lebih berkembsng dari pada pengetahuan
makhluk lainnya. Demikian melalui perasaan mereka dapat mengembangkan
eksistensi kemanusiaan menjadi lebih beradab dibandingkan makhluk lainnya.
B. Hakikat Manusia Dalam Kebudayaan

Kebudayaan seringkali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat.


Beberapa ahli ilmiah sosial berusaha merumuskan berbagai definisi tentang
kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang
dimaksud dengan kebudayaan tersebut akan tetapi, ternyata definisi-definisi
tersebut tetap saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang
berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan
ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme / materialisme. Dari berbagai
definisi yang telah dibuat tersebut, Koenjaraningrat berusaha merangkum
pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud
cultural system, social system, dan aterfact. Artinya, kebudayaan tersusun atas
beberapa komponen utama, yaitu yang bersifat kognitif, normatif, dan material.

3
Sayangnya kemudian, cara pandang orang melihat kebudayaan seringkali
terjebak dalam sifat chauvinisme, yaitu membanggakan kebudayaan sendiri dan
menganggap rendah kebudayaan lain. Contoh sikap chauvinisme seperti yang
dikemukakan oleh Adolf Hiter misalnya, dengan kalimat Deutschland Uber Alles
in Welt (Jerman di atas segalala-galanya dalam dunia). Demikian juga inggris
dengan slogan: right or wrong is my country demikian pula Jepang yang
menganggap bangsanya merupakan keterunan dewa matahari. Padahal seharusnya
dalam memahami kebudayaan kita perlu jujur dan berpegangan pada sifat- sifat
kebudayaan yang variatif, reltif, universal, dan counter – culture ( meremehkan
counter lain ).

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,


karena menjadi manusia tidak lain adalah merupakan bagian hasil dari
kebudayaan itu sendiri. Hampir semua tindakan manusia merupakan produk
kebudayaan. Kecuali tindakan yang sifatnya naluriah saja ( animal instinct ) yang
bukan merupakan kebudayaan. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut
dibiasakan dengan cara belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi,
dan alkulturasi. Karena itu, budaya bukanlah sesuatu yang statis dan kaku, tetapi
senantiasa berubah sesuai perubahan sosial yang ada. Sebagaimana dikatakan Van
Peursen ( 1988 ) bahwasanya budaya semestinya diperlakukan sebagai kata kerja,
bukannya sebagai kata benda. Sebab suatu budaya dalam masyarat terus-menerus
berubah, bahkan meskipun itu adalah sebuah tradisi. Dan biasanya proses
pengalihan atau perubahan budaya difasilitasi oleh adanya kontak komunikasi
melalui bahasa. Tampa bahasa, proses pengalihan kebudayaan tidak akan terjadi.

Selajutnya hubungan antar manusia dengan kebudayaan dapat pula dilihat


dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaannya. Manusia mempunyai
empat kedudukan terhadap kebudayaan, yaitu penganut kebudayaan, pembawa
kebudayaan, manipulator kebudayaan, dan pencipta kebudayaan. Sebagai
penganut kebudayaan seseoranh hanya sebagai pelaku tradisi dan kebiasaan yang
berkembang dalam masyarakatnya. Sebaliknya pembawa kebudayaan adalah
pihak luar dan anggota masyarakat setempat yang membawa budaya asing atau

4
baru dalam tatanan masyarakat setempat. Tidak semua anggota masyarakat dapat
beradaptasi dengan budaya baru yang datang dari luar. Umumnya, budaya baru
sulit diterima dan butuh waktu bertahap untuk penyesuaian jika budaya baru
tersebut ada kemungkinan diterima. Sementara manipulator kebudayaan adalah
anggota masyarakat yang melakukan aktifias kebudayaan atau mengatas namakan
budaya setempat tetapi tidk sesuai dengan nilai-nilai atau idea luhur sebagai mana
yanag seharusnya dilkukan. Kedudukan tertinggi adalah manusia sebagai
mencipta kebudayaan, yaitu mendorong secara sadar atau tidak sadar kesemua
lapisan masyarakat untuk melakukan refitalisasi kebudayaan lama atau
menciptakan dan menemukan kembali kesepakan baru terkain ide, aktifitas
bermasyarak, atau budaya baru yang dapat diterima secara masif .

Pembentukan kebudayaan sebagai mana diuraikan diatas sesungguhnya


dikarenakan manusia dihadapkan pada perseolan yang meminta pemecahan dan
penyelesaian atas kondisi kehidupan yang dialaminya. Dalam rangka bertahan
atau survive, maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi
kebutuhannya sehingga manusia melkukan berbagai cara agar tetap mampu
beradaptasi dengan perubahan sosial yang terjadi. Apayang dilakukan oleh
manusia tersebut dapat disebut sebagai proses kebudayaaan. Kebudayaan yang
digunakan oleh manusia untuk menyelesaikan masalh-maslahnya, atau yang bisa
kita sebut sebagai way of life pedoman hidup yang digunakan setiap individu
dalam bertingkah laku.

Dengan demikian maka secara definitif makana kebudayaan sendiri adalah


keseluruhan pengetahuan, kepercayaaan, seni, moral, hukum, adat serta
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai bgian dari
anggota masyarakat ( F.B. Taylor, 1871 : 21 ) . Substansi penjelasan Taylor
tersebut pada dasarnya telah merangkum semua devenisi tentang kebudayaan
yang pernah muncul atau ( jujun S Surias Umantri, 2003 : 261 ). Namun
kuntjaraningrat 1974 kemudian membaginya menjadi unsur-unsur kebudayaan
secara lebih terperincih, yaitu terdiri dari sistem reliji dan upacara keagamaan,

5
sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem kemasyarakaatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem pencarian serta sistem teknologi peralatan.

Manusia memiliki kemampuan dasar selain instingtif, juga kemampuan


untuk terus belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik.
Dengan kemampuan berkomunikasi dan belajar menjadikan manusia terus
meningkatkan kecerdasan dan cara berpikirnya. Selain itu, mausia juga memiliki
kehalusan perasaan atau kejiwaan yangdidalamnya terkandung dorongan-
dorongan hidup dasar, insting, perasaan, berpikir, kemauan, dan fantasi. Kejiwaan
atau budi yang dimiliki manusia menjdi motor atau penggerak bagi terciptanya
hubungan bermakna dengan alam sekitarnya melalui penilaian atas objek dan
kejadian. Nilai yang diberikan oleh manusia inilah yang menjadi tujuan dan
substansi dari kebudayaan itu sendiri.

Jika disimpulkan, maka inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai dasar dari
segenap wujud kebudayaan atau hasilkebudayaan. Nilai-nilai budaya dan segenap
hasilnya adalah muncul dari tata cara hidup yang merupakan kegiatan manusia
atas nilai-nilaibudaya yang dikandungnya. Cara hidup manusia tidak lain adalah
bentuk konkret (nyata) dari nilai-nilai budaya yang bersifat abstrak (idea). Dengan
bahasa lain, nilai budaya hanya bisa diketahui melali budi dan jiwa, sementara tata
cara hidup manusia dapat diketahui oleh pancaindera.dari idea kebudayaan dan
tata cara hidup manusia kemudian terwujud produk (artefak) kebudayaan sebagai
sarana untuk memudahkan atau sebagai alat dalam berkehidupan. Sarana
kebudayaan adalah perwujudan secara fisik atau nilai-nilai budaya dan tata cara
hidup yang dilakukan manusia guna memudahkan atau menjembatani tercapainya
berbagai kebutuhan manusia.

Kebudayaan dengan demikian adalah idea berupa model-model


pengetahuan yang dijadikan landasan atau acuan oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat melakukan aktivitas sosial, menciptakan materi kebudayaan dala
unsur budaya universal : agama, ilmu pengethuan, teknologi, ekonomi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian.

6
a. Agama
Dalam temuan antropologi dan sosiologi komponen pokok yang terdapat
dalam setiap agama meliputi adanya umat beragama, sistem keyakinan,
sistem peribadahan, sistem peralatan ritus, dan emosi keagamaan.
b. Ilmu pengetahuan
Dari penelitian antropologi dan sosiologi semua masyarakat pendukung
suatu kebudayaan, memiliki sistem pengetahuan yang utuh menanggapi
keberadaan alam nyata (natural) dan nirnyata (supernatural). Kondisi ini
menyambung kepada pemahaman tentang kehidupan dan kematian,
perbuatan dan keadilan, kefanaan dan keabadian.
c. Teknologi
Antropologi dan sosiologi juga menjumpai bahwa setiap warga
masyarakatpendukung suatu kebudayaan memiliki kemampuan secara idea
hingga melaksanakan kegiatan bersama melahirkan peralatan hidup yang
difungsikan untuk memenuhi kebutuhan pada berbagai unsur kebutuhan
budaya universal lainnya.
d. Ekonomi
Antropologi serta sosiologi juga menemukan dalam setiap masyarakat
kebudayaan adanya bentuk-bentuk ekonomi(berburu, meramu, bercocok
tanam, barter; pasar / uang, foto, komunikasi). Rentangan kekuatan
ekonomi (investasi, produksi, distribusi, eceran, buruh, kegiatan pasar, dan
penjabaran penghasilan
e. Orgnisasi sosial
Pada setiap masyarakat pendukung kebudayaan akan selalu terdapat
variasi kelompok warga masyarakat (kemargaan, keetnisan, profesi,
politik).
f. Bahasa dan komunikasi
Setiap masyarakat pendukung suatu kebudayaan memiliki simbol-simbol
bunyi dan intonasi serta isyarat yang digunakan unytuk menyampaikan
sesuatu maksud kepada seseorang atau khalayakuntuk dipahami dan
dilaksanakan. Ada untuk percakapan, tulisan, maupun seni.

7
g. Kesenian
Antropologi menemukan bahwa pada setiap masyarakat kebudayaan
mempenyai ungkapan seni berupa simbol penyataan rasa senang dan susah
(suka duka). Baik untuk umum maupun untuk sendiri. Muncul pula dalam
berbagai bentuk, mislnya ukiran, gambar, tulisan, ungkapan, teater, pentas,
dan tari.
Dengan kata lain manusia dalam kebudayaan adalah pencetus,
penganalisis dan pengubah, pengembang, penepis penggegas unsur budaya baru
dari internal maupun dari kemunculan dan kehadiran budaya eksternal, dan
pemakai budaya itu sendiri. Jadi manusia dapat berdiri sebagai subjek dan juga
objek, pewaris dan penerima waris, serta pengembang kebudayaan sekaligus.
C. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA
Perjalanan kebudayaan manusia dalam sejarahnya erat kaitannya dengan
pendidikan. Sebab semua materi yang terkandung dalam kebudayaan yang
diperoleh manusia selain dilalui secara sadar juga dilalui dengan proses belajar.
Melalui proses belajar itulah transfer nilai-nilai kebudayaan terhadap generasi
kegenerasi berikutnya dilakukan. Sehingga nilai-nilai kebudayaan senantiasa
berkelanjutan dari waktu kewaktu, dari kebudayaan masa lalu menuju kebudayaan
masa kini. Seseorang dikatakan berbudaya pada hakikatnya ketiaka ia telah
menjaga nilai-nilai luhur dan tatanan kemasyarakatan yang telah berlaku
sebelumnya, dan dengan tetap terbuka terhadap kemungkinan masuknya
kebudayaan baru.
Kebudayaan indonesia adalah salah satu dari sekian banyak kebudayaan
yang ada di dunia. Kebudayaannya sama dengan kebudayaan lain telah
berlangsung dalam waktu yang lama. Pertemuan antar kebudayaan dindonesia,
sudah dimulai sejak masuknya agama Hindu dan Budha. Kebudayaan daerah di
indonesia yang masih sederhana kemudian bertemu dengan agama Hindu dan
Budha yang menjadi sedemikian meluas dan dianut oleh banyak masyarakat di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya kerajaan yang pernah ada di
wilayah Barat dan Tengah.

8
Catatan berbudaya seperti apakah yang perlu dianamkan kesetiap generasi
bangsa terhadap kebudayaan Nusantara kita. Adalah diantaranya dengan menjaga
sikap jujur dan bertanggung jawab terhadap setiap perubahan nilai, aktivitas
bersosial dan bermasyarakat serta produk kebudayaan yang dihasilkannya. Tanpa
harus tertutup terhadap kebudayaan luar, pelestarian kebudayaan sendiri
merupakan prioritas utama untuk menegaskan identitas kebangsaan dan
kenegaraan kita.,
Untuk itu manusia dalam berbudaya berkewajiban bersikap dan berperilaku yang
halus, serasi, serta tepat dalam mengamalkan nilai idea, aktivitas sosial,
kebudayaan materi, di bidang keyakinan, ilmu dan keterampilan, peralatan hidup,
pemenuhan kebutuhan rutin, berorganisasi, bertutur kata dan berkomunikasi, serta
berkesenian yang hidup dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Dengan
kata lain, manusia harus menjaga akhlak mulianya yang meliputi : etika, kata
karma, budi pekerti, moral, susila, sopan santun baik yang tertuang dalam simbol-
simbol maupun yang harus munculdalam perilaku keseharian.
D. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN INDONESIA
Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemuakan sebuah
fenomena yang lazim dihidupi, yaitu kerendahdirian masyarakat Indonesia
terhadap kebudayaannya sendiri. Kerendahdirian ini muncul dari hubungan antara
kebudayaan Barat dengan kebudayaan daerah di Indonesia. Barat yang sering
diposisikan sebagai pihak superior dan kebudayaan daerah di Indonesia sebagai
pihak inferior. Rendah diri ini disebabkan oleh penjajahan, keruakan
perilkumasyarakat indonesia, dan pencitraan yang kuat dari media tentang
keunggulan kebudayaan Barat. Namun, dari beberapa sebab tersebut, yang terus
terjadi hingga saat ini dan yang paling mendasar adalah pencitraan. Dikatakan
mendasar karena pada saat penjajahan pun sudah terjadi proseses pencitraan
tersebut.
Ungkapan khusus seperti, ilmiah, keren, fanky, dan yang gaul adalah
ungkapan yang secara tidak langsung menunjukkan kondisi rendah diri.
Ungkapan-ungkapan tersebut seringkali dilekatkan kepada kebudayaan Barat,
sedangkan kebudayaan daerah di Indonesia sepertinya jauh dari ungkapan-

9
ungkapan tersebut. Hal ini memang tidak sepenuhnya bermasalah, karena Barat
memang memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu, seperti di bidang
sains (ilmu pengetahuan). Namun, penilaian kebudayaan barat lebih superior dan
kemudian fenomena masyarakat Indonesia meninggalkan kebudayaannya sendiri
yang sudah lama dihidupi, tentu menjadi suatu masalah. Kebudayaan daerah di
Indonesia ditinggalkan hanya karena dicitrakan tidak ilmiah , keren, dan
sebagainya. Padahal, mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia
memiliki keunggulan mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial
dan juga Masyarakat barat mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka
sendiri yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kebudayaan Timur sebagai
penawar kegelisahan mereka.
Menurut banyak ahli permasalahn kemunduran budaya nasional muncul
karena persoalan pencitraan, dan karena itu harus juga diselesaikan dengan cara
pencitraan. Sudah saatnya kita melihat bahwa kebudayaan Indonesia memiliki
kesejahteraan dengan kebudayaan Barat, setelah kebudayaanIndonesia kurang
dicitrakan dan kurang di kenali oleh sebagian masyarakat Indonesia yang hidup
mulai masa 70-an. Tentu, usaha untuk mengenali kebudayaan indonesia adalah
tugas yang di tambahkan oleh setiap warga negara Indonesia. Pengenalan ini
merupakan salah satu modal untuk memiliki dan mengembangkan kebudayaan
indonesia. Minimnya pengenalan ini, merupakan salah satu faktor yang membuat
rendahnya rasa kepemilikan dan keinginan untuk mengembangkan kebudayaanya
sendiri.
Problem kebudayaan dewasa ini antara lain adalah terjadinya penafsiran
budaya yang cenderung keliru. Hal tersebut akibat miskomunikasi budaya antar
generasi yang terus menerus terjadi. Padahal, sebagai sistem gagasan yang terdiri
dari nilai-nilai, norma dan aturan, kebudayaan harus dilihat dalam tiga aspek
sekaligus, masing-masing proses pembeljaran, konteks, dan pelaku pendukung
kebudayaan. Ketiga aspek ini dapat menetukan seberapa besar dan kuat peran
kebudayaan dalam membangun kehidupan lebih baik. Revitalisasi kebudayaan
merupakan proses logis dari bagaimana kebudayaan berperan dalam
pembangunan dengan tanpa meninggalkannya atau bahkan melupakannya.

10
Problem budaya Indonesia adalah ketidakkonsistenan hati nurani rakyat
Indonesia dalam mengamalkan pancasila tentang : Ketuhanan yang Maha Esa
yang terus diguncang; Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang tidak serius
dilaksanakan oleh banyak (oknum) pemangku kewenangan dalam legislatif,
eksekutif, dan yudikatif,bahkan oleh pemuka dan tokoh agama, oleh lembaga
swadaya masyarakat; persatuan indonesia yang telah dikubur hidup-hidup oleh
banyak pihak khususnya oknum polisi yangbernaung di parta-partai yang lebih
mengedepankan kesatuan-kesatuan nya; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang oleh banyak (oknum)
wakil rakyat dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan partainya serta abai
dngan kepentingan pemilihnya sembari persiapan ketika pensiun dari anggota
legislatif; keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia yang hanya sebagai slogan
dan bahkan dimanfaatkan oleh oknum berjamaahdi lingkungan legislatif untuk
membuat proyek atas nama pembangunan masyarakat yang implementasinya
tidak jarang dialihkan kebidang lain, atau dibangunkan dengankualitas yang
sangat rendah, atau jika berupa pendidikan maupun pelatihan jumlah harinya
dikurangi atau menu serta penginapannya yang diturunkan kadar serta
kelayakannya, atau biayanya di mark up atau dilebihkan,atau yang jugabersifat
korupsi kolusi dan nepotisme. Inti masalah budaya Indonesia adalah kepribadian
tak berpendirian idealis utopis dan mandiri sebaga bangsa dan warga negara
hingga larut dalam lomba kampungan, tanpa menghiraukan hari depan generasi
muda bangsa dan negara ditengah persaingan negara lain yang terus melaju dalam
berbagai kmajuan dan kekuatan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan yaitu :

Msnusia adalah makhluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk berbudaya


tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya
untuk menciptakan kebahagiaan, kaerena yang membahagiakan hidup manusia
itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang
selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sejalan yang
berhak menyandang gelar manusia yang berbudaya. Manusia sebagai pencipta
dan pengguna kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi Tuhandengan
akal dan pikirannya menjadikan khalifah dimuka bumi dan diberikan
kemampuan. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi,
intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Dan seiring dinamika pergaulan
manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan menimbulkan berbagai
problema dalam kehidupan manusia.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
serta wawasan pembaca dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun,
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana manusiayang tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkankritik dan
saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Sutarto dan Setya Yuwana Sudikan (Ed.).

pendekatan kebudayaan dalam pembangunan provinsi Jawa Timur.

Jember : Kompyawisda

Achmad, 2006. Manusia sebagai mkhluk individu dan sosial. Kencana.


Jakarta

Bagir, Haidir. 2003. Islam dan Teori Evolusi (Butir-butir tanggapan


terhadap Harun Yahya). Harian Republika 14 Maret 2003. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai