Dari segi bahasa, ‘illat berarti penyakit, sebab, alasan atau udzhur.
Sedangkan arti ‘illat disini adalah suatu sebab tersembunyi yang membuat
cacat keabsahan sautu hadits padahal lahirnya selamat dari cacat tersebut.
Misalnya sebuah hadits setelah diadakan penelitian, ternyata ada sebab yang
membuat cacat yang menghalangi terkabulnya, seperti munqathi, mawquf,
atau perawi seorang fasik tidak bagus hafalannya, seorang ahli bid’ah, dan
lain-lain. Atau ternyata seorang perawi me-mursal-kan hadits mawshul, me-
mawshul-kan hadits munqathi, atau me-marfu-kan hadits mawquf.
b. Shahih lighayrih (shahih karena yang lain), yaitu hadits yang sedikit tidak
memenuhi hadits shahih, dan baru sampai pada tingkat hadits hasan,
karena di antara perawi ada yang kurang sedikit hafalannya dibandingkan
dalam hadits shahih, tetapi karena diperkuat dengan jalan/sanad lain, maka
naik menjadi hadits shahih li ghayrih (shahihnya karena yang lain).
2. Hadits Hasan
Dari segi bahasa, hasan berasal dari kata al-husnu, bermakna al-jamal =
keindahan. Menurut istilah , para ulama memberikan definisi hadits hasan secara
beragam. Namun yang lebih kuat adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam An-Nukhbah, yaitu hadits yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh orang yang adil, kurang sedikit ke dhabith-annya,
tidak ada keganjilan (syadzdz), tidak ada ‘illat.
b. Hasan lighayrih, adalah hadits dha’if yang naik derajatnya menjadi hasan
karena ada riwayat lain yang lebih kuat darinya. Dapat dipahami bahwa hadits
ini adalah dha’if yang periwayatan sanad lain seimbang atau lebih kuat. Dan
sebab kedha’ifannya tidak berat seperti dusata dan fasik maka dengan
demikian hadits ini naik menjadi hasan lighayrih.