Disusun oleh:
Kelompok 6 – Ekonomi Syariah/5C
1. Muhtadina Syarif Yusuf (1908204092)
2. Fitri Wulandari (1908204094)
3. Wulan Anggraeni (1908204104)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkata bantuan dan tuntunan
Allah SWT. Dan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan/Capaian Pembelajaran................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses muamalah manusia tak akan dapat kebutuhannya tanpa berhubungan
dengan orang lain, maka diperlukan adanya kerja sama. Salah satu diantara sekian
banyak bentuk kerja sama yang sangat penting untuk kesejahteraan hidup manusia
adalah jual beli. Sepanjang sejarah manusia jual beli akan terjadi di belahan bumi
manapun. Hal itu dapat dipahami karena manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan
hidupnya, khusunya di bidang materi. Manusia termasuk makhluk yang serba ingin
memiliki, semua yang dilihat dan dimiliki oleh orang lain yang dimilikinya. Namun
dalam kenyataannya, ternyata tidak semua dapat dimiliki dengan berbuat sendiri
Jual beli merupakan proses bertemunya antara penjual dan pembeli, dan dalam
jual beli terdapat barang yang diperdagangkan melalui akad (ijab-kabul). Dengan
demikian, sahnya jual beli secara umum dapat dilihat dari beberapa aspek. Yaitu
keadaan barang yang dijual, tentang tanggungan terhadap barang yang dijulal, serta
sesuatu yang menyertai barang saat terjadi jual beli. Selain itu, akad jual beli, objek,
serta orang yang melakukan akad juga merupakan hal yang penting yang
diperhitungkan dalam jual beli.
B. Tujuan/Capaian Pembelajaran
1. Membaca dengan benar teks kitab tentang syarat-syarat sahnya al-bai’.
2. Menerjemahkan per kata teks kitab.
3. Menjelaskan kandungan fiqh lintas mazhab dalam teks kitab beserta dalilnya.
4. Memahami kaana wa akhawatuhaa.
5. Mengidentifikasi isim dan khobar nya kaana wa akhwatuhaa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
والعق د ال يص ح إال بألف اظ ال بيع والش راء ال يت ص يغتها ماض ية ،مث ل أن يق ول الب ائع :ق د بعت من ك،
ويقول املشرتي :قد اشرتيت منك ،وإذا قال له :بعين سلعتك بكذا وكذا ،فقال :قد بعتها .فعند مالك أن
ال بيع ق د وق ع وق د ل زم املس تفهم إال أن ي أيت يف ذل ك بع ذر ،وعن د الش افعي أن ه ال يتم ال بيع ح ىت يق ول
املشرتي :قد اشرتيت ،وكذلك إذا قال املشرتي للبائع :بكم تبيع سلعتك؟ فيقول املشرتي بكذا وكذا،
فقال :قد اشرتيت منك .اختلف هل يلزم البيع أم ال حىت يقول :قد بعتها منك.
وعند الشافعي أنه يقع البيع باأللفاظ الصرحية وبالكناية ،وال أذكر ملالك يف ذلك قوال ،وال يكفي عند
وال خالف فيم ا أحس ب أن اإلجياب والقب ول املؤثرين يف الل زوم ال ي رتاخى أح دمها عن الث اين ح ىت
يفرتق اجمللس( ،أعين :أنه مىت قال للبائع :قد بعت سلعيت بكذا وكذا فسكت املشرتي ،ومل يقبل البيع حىت
افرتقا ،مث أتى بعد ذلك ،فقال :قد قبلت أنه ال يلزم ذلك البائع).
2
6. البائع sang penjual
7. بعت saya jual
8. املشرتي pembeli
9.
اشرتيت saya membeli
10. سلعتك barangmu/produkmu
11. قد وقع telah terjadi
فعند مالك أن البيع قد وقع وقد لزم املستفهم إال أن يأيت يف ذلك بعذر
3
، قد اشرتيت:وعند الشافعي أنه ال يتم البيع حىت يقول املشرتي
Terjemahannya :
Adapun transaksi tidak akan sah kecuali kecuali ada lafal jual dan lafal beli yang
bentuknya berupa fi’il madhi.
Contohnya hendaknya sang penjual mengatakan “benar-benar saya jual barang saya
kepada anda” dan hendaknya pembeli menjawab “benar-benar telah saya membeli
barang tersebut dari anda.”
Dan ketika pembeli mengatakan kepada penjual, “jual lah kepadaku
barangmu/produkmu dengan harga sekian dan sekian” maka penjual menjawab “saya
telah benar-benar menjual barang tersebut kepada anda.”
Maka menurut Imam Malik, bahwasanya jual beli telah terjadi dan benar-benar telah
lazim transaksi tersebut yang menyuruh menjual barang kecuali mendatangkan
pembeli tersebut dalam transaksi dengan alasan membatalkan transaksi/jual beli
tersebut.
Dan menurut Imam Syafi’i bahwasanya tidak sah jual beli tersebut sehingga pembeli
mengatakan “saya telah membelinya”
Setelah kemasukan َ َكان, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْال َولَ ُدberubah
menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
4
Setelah kemasukan أَ ْم َسى, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْالبَقَ ُرberubah
menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
Setelah kemasukan َأَصْ بَحْ ت, maka ada perubahan istilah. Mubtada " ً" ُم َد ِّرس
berubah menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
ْ َأ, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْال َغنَ ُم
Setelah kemasukan َحىo ض
berubah menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
Setelah kemasukan ظَ َّل, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْال َوالِ ُدberubah
menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
6. َبَات )Bermalam)
Setelah kemasukan َبَات, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْال َج ُّوberubah
menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
7. ار
َ صَ )Menjadi)
5
Muhammad menjadi nabi
َ لَي
8. ْس )Tidak)
سارقًا َ لَي
ِ ْس ال َّر ُج ُل
Laki-laki itu bukan pencuri
Setelah kemasukan ْس َ لَي, maka ada perubahan istilah. Mubtada " ُلooُ" ال َّرج
berubah menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
9. َزا َل
ِ َما زَ ا َل ْال َمطَ ُر
غز ْيرًا ) Hujan senantiasa deras)
Setelah kemasukan الَ َا زoo َم, maka ada perubahan istilah. Mubtada " ُرoَ" ْال َمط
berubah menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
َّ َاِ ْنف
11. ك
ك ْال َج ُّو غَائِ ًما
َّ َ ) َما ا ْنفCuaca senantiasa mendung)
Setelah kemasukan ك َّ َ َما ا ْنف, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْال َج ُّوberubah
menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
Setelah kemasukan َما فَتِ َئ, maka ada perubahan istilah. Mubtada " " ْال َج ُّوberubah
menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana.
6
قَ ْد: ِمثْ ُل ان يَّ ُق ْو َل اَلْبَ ائِ ُع،ٌاض ية ِ اش
ِ راء اَلَيِت ِص يغَُتها م ِ ص ح إالَ بأَلْ َف
ِّ اظ اَلَْبْي ِع َو ِ
َ َ ْ ُ ََوالْ َع ْق ُد الَ ي
َ ت ِمْن
ِ
َ َ بِ ْع ِن ِس ْل َعت: ُ َوإِ َذا قَ َال لَ ه،ك
: َف َق َال،ك بِ َك َذا َو َك َذا َ ت ِمْن
ُ ْ قَ ْد ا ْش َتَري: ملش رَتِ ي
ْ َ َو َي ُق ْو ُل ا،ك ُ بِ ْع
َلش افِعِ ْي أَنَهُ ال
َّ َ َو ِعْن َد ا،ك بِعُ ْذ ِر ِ ِ َك اَ َن اَلْبي ع قَ ْد وقَع وقَ ْد لَ ِزم ا
َ ملس تَف ِه َم إالَ اَن يَّأيِت َ يِف َذال
ْ َ َ َ َ َ َْ
ِ ِ فَعِْن َد مال.قَ ْدبِعُتها
َ َْ
ِ ْ َ و َك َذلِك إِ َذا قَ َال ا، قَ ْد اِ ْش تريت:ملش ِ ي
ك؟ َفَي ُق ْو ُلَ َ بِ َك ْم تَبِْي ُع ِس ْل َعت: ملش رَتِ ي ل ْلبَئِ ُع َ َ ُ ْ ََ
ِ
يَت ُم اَلَْبْي ُع حَىَت َي ُق ْو ُل اَ ْ رَت
ِ
َ قَ ْدبِ ْعُت َها ِمْن: ف َه ْل َي ْلَز ُم اَلَْبْي ُع اَْم الَ َحىَت َي ُق ْو ُل َ ت ِمْن
ِ ِ
.ك َ اُ ْختُل.ك ُ ْ َف َق َال قَ ْد ا ْشَتَري،اَلْبَئ ُع بِ َك َذا َو َك َذ
.املعاطَاةُ َد ْو َن َق ْو ٍل ِِ ِ
َ عْن َد اَلشَّافعي
ِ ِ َ َوالَ ِخال
َح ُد مُهَ ا َع ِن الثَّايِن حَىَت َ اب َوالْ َق ابُول املاُؤثَِريْ ِن يِف الْلُ ُز ْوم الََيَت َر
َ اخى أ َ َب أَ َن اإلجي
ُ َح َس
ْ ف فْي َم ا أ َ
ِ قَ ْد بِع: أَنَه م قَ َال اَلْبئِ ع: (أ َْعيِن،ي ْف ِ َق اجمللِس
َومَلْ َي ْقبَ ْل اَلَْبْي َع،ملش رَتِ ي َ ت س َلعيِت بِ َك َذا َو َك َذا فَ َس َك
ْ َات ا ُ ْ َُ ُ َىَت ُ َ رَت
.)ك اَلْبَائِ َع ِ ِ ِ
ُ قَ ْد قَبِْل: َف َق َال،ك
َ ت أَنَهُ اَل َيْلَز ُم ذَل َ مُثَ أَتَى َب ْع َد ذَل،حَىَت ا ْفَتَرقَا
Terjemahan :
Adapun transaksi tidak akan sah kecuali kecuali ada lafal jual dan lafal beli yang
bentuknya berupa fi’il madhi. Contohnya hendaknya sang penjual mengatakan “benar-benar
saya jual barang saya kepada anda” dan hendaknya pembeli menjawab “benar-benar telah
saya membeli barang tersebut dari anda.” Dan ketika pembeli mengatakan kepada penjual,
“jual lah kepadaku barangmu/produkmu dengan harga sekian dan sekian” maka penjual
menjawab “saya telah benar-benar menjual barang tersebut kepada anda.” Maka menurut
Imam Malik, bahwasanya jual beli telah terjadi dan benar-benar telah lazim transaksi tersebut
yang menyuruh menjual barang kecuali mendatangkan pembeli tersebut dalam transaksi
dengan alasan membatalkan transaksi/jual beli tersebut. Dan menurut Imam Syafi’i
bahwasanya tidak sah jual beli tersebut sehingga pembeli mengatakan “saya telah
membelinya”. Dan begitu pula hukumnya jika pembeli mengatakan kepada penjual :
“Dengan harga berapa kamu menjual barang ini?”, maka penjual menjawab “Dengan harga
sekian dan sekian”, maka pembeli tadi mengatakan : “Benar-benar saya membeli barang
7
tersebut darimu.” Ada perbedaan pendapat apakah sah jual beli nya atau tidak sah sehingga
mengatakan penjual tadi : “Benar-benar saya menjual barang tersebut kepada anda”
Menurut Imam Syafi’i bahwasanya sah jual beli dengan menggunakan kosakata yang
tegas atau kiasan (memiliki 2 makna). Dan saya tidak ingat (penulis kitab) dalam mazhab
Malik dalam hal tersebut suatu pendapatpun, dan tidak cukup (belum sah) menurut Imam
Syafi’i jual beli mu’atoh (transaksi tanpa menggunakan ijab kabul) tanpa kata-kata.
Dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal yang saya (penulis kitab) ketahui
bahwasanya ijab dan penerimaan yang berpengaruh dalam keabsahan jual beli tidak boleh
terpisah jarak salahsatu ijab kabul tadi dari yang lain sehingga terpisah dari majelis akad
(tempat transaksi), (maksud saya : bahwasanya kapan penjual mengatakan “saya telah
menjual barang saya dengan harga sekian dan sekian dan pembeli tersebut diam (tidak
mengucapkan kabul) terhadap penjulan tersebut sampai keduanya berpisah, kemudian
pembeli nya datang kembali setelah itu kemudian pembeli mengatakan “Ya, saya terima
penjualan anda yang tadi”, bahwasanya tidak diharuskan atau diterima kabulnya pembeli tadi
kepada penjual.
8
berpendapat juga bahwa jual beli mu’athah bisa dilaksanakan dalam semua
transaksi jual beli.
3.) Menurut pendapat Imam Malik sama dengan pendapat imam an-nawawi
bahwasannya jual beli muatoh itu sah dengan tindakan secara urf (adat istiadat).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adapun transaksi tidak akan sah kecuali kecuali ada lafal jual dan lafal beli yang
bentuknya berupa fi’il madhi.
2. Menurut Madzhab Asy-Syafi’i bahwa jual beli tersebut tidak sah. Tetapi tidak
mensyaratkan perbuatan hati dalam syarat dan rukun jual beli. Jadi prinsip itikad
baik bukan hanya perbuatan batin saja, tetapi merupakan cerminan dan tingkah
laku dalam perbuatan yang sesuai dengan hukum-hukum syari’at. Menurut imam
syafii bahwasannya jual beli sah dengan redaksi redaksi yang jelas.
3. Menurut ImamAn-Nawawi dan ulama lainnya memutuskan keabsahan jual beli
mu’athah dalam setiap transaksi yang menurut urf (adat) tergolong sebagai jual
beli karena tidak ada ketetapan yang mensyaratkan pelafazhan akad. An-Nawawi
9
berpendapat juga bahwa jual beli mu’athah bisa dilaksanakan dalam semua
transaksi jual beli.
4. Menurut pendapat Imam Malik sama dengan pendapat imam an-nawawi
bahwasannya jual beli muatoh itu sah dengan tindakan secara urf (adat istiadat).
5. Kaidah kaana wa akhawatuhaa adalah isim yang masuk kepada mubtada’ dan
khabar. Berfungsi merafa’kan mubtada yang disebut isim kaana dan menasabkan
khabar yang disebut khabar kaana.
DAFTAR PUSTAKA
Rusyd, I. (2007). Bidayatul Mujtahid; Analisa Fiqih Para Mujtahid . Jakarta : Pustaka
Amani.
http://mujianggun.blogspot.com/2015/12/makalah-bahasa-arab-kaana-wa-akhowatuha-html
https://hanasama.com/contoh-lengkap-kana-wa-akhwatuha-dalam-kalimat/
https://you.tube/Fr3uESSNUtQ
10
11