Anda di halaman 1dari 7

UJI KOMPETENSI I

TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

Mata Kuliah / Sks : Fiqih


Sifat ujian : Online
Dosen Penguji : Asep Setiawan, S.Th.I., M.Ud.

SOAL:
1. Kemukakan pemahaman mahasiswa terhadap materi fikih jual beli, meliputi; pengertian dan
syarat-syarat jual beli.
2. Tuliskan dalil-dalil yang terkandung di dalam al-quran maupun as-sunnah tentang syariat jual
beli
3. Tuliskan hal-hal yang dilarang dalam transaksi jual beli beserta dalilnya.
4. Berkenaan dengan materi fiqh kebangsaan dan kenegaraan, berilah penjelasan tentang
pandangan Muhammadiyah dan panduan hidup islami warga Muhammadiyah dan berbangsa
dan berpolitik
5. Tuliskanlah refleksi perkuliahan mata kuliah Fiqih selama satu semester yang memuat; kesan
dan pesan terhadap setiap materi yang telah dipelajari dan berikanlah rancang tindaklanjut
secara pribadi terhadap setiap materi yang telah dipelajari.

NB:
 Setiap jawaban disertakan sumbernya baik dari buku, jurnal, video, website
atau referensi lainnya.
 Jawaban ditulis dalam bentuk word dengan menuliskan nama, NIM, kelas,
jurusan, mata kuliah dan dosen pengampu.
 Nama file ditulis Nama_NIM_Kelas
 Bagi yang sudah mengerjakan, harap konfirmasi di WAG kelas.
 Mohon file jawaban berupa pdf
 Selamat Mengerjakan!

﴿‫﴾مع متنياتنا بالتوفيق والنجاح‬


--*Good Luck*--

JAWABAN:
1. Pengertian:
UJI KOMPETENSI I
TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ -yang berarti menjual, mengganti, dan
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab digunakan untuk pengertian
lawannya, yaitu kata asy-syira’ (beli).
Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang dengan barang, kata bai’ yang
artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang bersebrangan, seperti hal-halnya kata
syira’.2 Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalm surat yusuf ayat 20 yang artinya:
“Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab
mereka tidak tertarik kepadanya.”

Syarat-syarat:
Dalam jual beli terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi sah dan tidaknya akad tersebut.
Diantaranya adalah syarat yang diperuntukan bagi dua orang yang melaksanakan akad dan
syarat yang diperuntukkan untuk barang yang akan dibeli. Jika salah satu darinya tidak ada,
maka akad jual beli tersebut dianggap tidak sah. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi
dalam akad jual beli sebagai berikut :
a. Syarat Terkait dengan Subjek Akad (aqid)
Aqid atau orang yang melakukan perikatan yaitu penjual (pedagang) dan pembeli,
transaksi jual beli tidak mungkin terlaksana tanpa kedua belah pihak tersebut.
Seseorang yang berakad terkadang orang yang memiliki hak dan terkadang wakil dari
yang memiliki hak. Ulama fiqih sepakat bahwa orang yang melakukan jual beli harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Aqil (Berakal)
2) Kehendak Sendiri
3) Tidak Pemboros ( Tidak Mubazir)
4) Baligh
b. Syarat Yang Terkait Objek Akad (Ma’qud ‘Alaih)
Objek atau benda yang menjadi sebab terjadinya transaksi jual beli, dalam hal ini
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Suci atau bersih barangnya
2) Dapat dimanfaatkan
3) Milik Orang Yang Melakukan Akad
4) Dapat Diserahkan
5) Dapat Diketahui Barangnya
6) Barang Yang Ditransaksikan Ada Ditangan
c. Syarat Yang Terkait dengan Sighat
Sighat dalam jual beli merupakan suatu yang sangat penting dalam jual beli, sebab
tanpa adanya sighat (ijab dan qabul) maka jual beli tidak sah. Adapun syarat-syarat
sighat sebagai berikut:
1) Satu sama lainnya berhubungan di suatu tempat tanpa ada pemisahan yang
merusak.
2) Ada kesepakatan ijab dengan qabul pada barang yang saling mereka rela
berupa barang yang dijual dan harga barang. Jika sekiranya kedua belah
pihak tidak sepakat, jual beli (akad) dinyatakan tidak sah.
UJI KOMPETENSI I
TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

3) Tidak disangkutkan dengan sesuatu urusan, seperti perkataan saya jual jika
saya jadi pergi dan perkataan lain yang serupa.
4) Tidak berwaktu, artinya tidak boleh berjualbeli dalam tempo waktu yang
tertentu atau jual beli yang sifatnya sementara waktu.

Sumber: http://repository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf

2. Dalil al-quran:

ُ‫اَلَّ ِذي َْن يَْأ ُكلُ ْو َن الرِّ ٰبوا اَل يَقُ ْو ُم ْو َن اِاَّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُه‬
ۘ ‫ك ِباَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب‬
‫وا‬ َ ِ‫سِّ ٰذل‬ ۗ ‫ال َّشي ْٰط ُن ِم َن ْال َم‬
‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه‬ ۗ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬
ٰۤ ُ
َ ِٕ ‫ف َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن َعا َد فَا‬
‫ك‬ ‫ى‬ ‫ول‬ َ ۗ َ‫فَا ْنتَ ٰهى فَلَ ٗه َما َسل‬
‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُد ْو َن‬ ِ َّ‫اَصْ ٰحبُ الن‬
Artinya:
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-
Baqarah : 275)

Dalil as-sunnah:

Artinya :
Dari Rifa‟ah bin Rafi‟i RA bahwasanya Nabi SAW pernah ditanya, “Pekerjaan apa yang
paling baik?”, maka Beliau menjawab : “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang baik.” (H.R. Al-Bazzar dan dianggap shahih menurut Hakim).

Sumber: http://repository.radenintan.ac.id/1277/3/BAB_II.pdf
UJI KOMPETENSI I
TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

3. Diantara beberapa jenis jual beli yang dilarang dalam Islam antara lain:
a. Bai’ al-Talji’ah (‫)بيع التلجئة‬
Bai’ al-Talji’ah merupakan suatu bentuk jual beli yang dilakukan oleh seorang
penjual yang dalam kondisi terdesak (terpaksa) karena khawatir hartanya diambil
oleh orang lain. Atau harta yang masih dalam status sengketa sehingga agar tidak
mengalami keruguan, harta tersebut dijual kepada pihak lain.
Adapun contoh bai’ al-talji’ah antara lain;: menjual barang atau tanah yang masih
dalam posisi sengketa, atau menjual barang atau rumah untuk mengelak dari proses
lelang yang akan dilakukan oleh bank atau pemberi hutang. Menjual barang yang
masih dalam sengketa tentu merupakan tindakan yang tidak dibenarkan baik
berdasarkan norma, hukum terlebih lagi agama.
b. Jual Beli dengan Sistem Uang Hangus (‫)بيع العربون‬
Jual-beli ‘Urbun (bai’ al-‘Urbun) adalah suatu sistem atau bentuk jual beli dimana
pembeli membayar sejumlah uang (uang muka) untuk menunjukkan keseriusan dalam
melakukan transaksi jual beli. Jika jual beli tersebut dilanjutkan, maka uang muka
tersebut akan menjadi bagian dari harga barang yang diperjual belikan, sehingga
pembeli hanya menggenapkan atau melengkapi kekurangan dari harga barang.
Namun jika transaksi jual beli dibatalkan, maka keseluruhan uang muka menjadi
milik calon penjual dan sedikitpun tidak dikembalikan kepada calon pembeli. Dalam
istilah yang lebih populer jenis jual beli seperti ini sering disebut dengan “jual beli
dengan sistem uang hangus”.
Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw melarang jenis jual beli
ini, sebagaimana dijelaskan oleh para sahabat; “Naha Rasulullah saw ‘an bai’
al-‘Urbun” (Rasulullah saw telah melarang jual beli ‘Urbun).
c. Bai’ Ihtikar (‫)بيع اإلحتكار‬
Jual beli Ihtikar adalah salah satu jenis jual beli yang dilarang dalam Islam, yaitu
suatu jenis jual beli dengan sistem penimbunan. Dimana seorang penjual (pedagang)
sengaja memborong barang yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam jumlah yang
sangat banyak lalu menimbunnya, sehingga menyebabkan kelangkaan barang di
pasaran, yang pada akhirnya mengakibatkan harga barang melambung tinggi
sehingga mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat dan lemahnya daya beli mereka.
d. Jual Beli Benda Najis
Pada dasarnya, yang dimaksud dengan benda-benda najis di sini adalah makanan,
minuman atau hewan yang dianggap najis dan dilarang untuk dikonsumsi seperti
babi, anjing, minuman keras, bangkai dan lain sebagainya. Benda-benda ini tidak
hanya dilarang untuk dikonsumsi secara langsung, namun juga dilarang untuk
diperjual belikan. Bahkan orang yang memakan hasil penjualannya sama dengan
mengkonsumsi barang itu sendiri.
e. Jual Beli dengan Penipuan
Jenis jual beli ini telah umumm dikenal di tengah masyarakat sebagai salah satu
bentuk jual beli yang dilarang dan tidak disukai oleh masyarakat, baik dengan cara-
cara tradisional hingga cara-cara penipuan yang moderen. Sehingga dalam
pembahasan ini penulis hanya mengemukakan salah satu dalil yang melarang disertai
beberapa contoh jenis jual-beli dengan penipuan yang banyak dijumpai di tengah-
tengah masyarakat. Adapun salah satu dalil yang melarangnya adalah sebagaimana
hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra:
UJI KOMPETENSI I
TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

َ ‫ت َأ‬
‫ص ِاب ُع ُه َبلَالً َف َقا َل‬ ْ َ‫صب َْر ِة َط َع ٍام َفَأ ْد َخ َل َي َدهُ فِ ْي َها َف َنال‬
ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مَرَّ َعلَى‬ ِ ‫َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرس ُْو َل‬
َ ‫هللا‬
‫ْس‬ َ َّ َّ ْ
َ ‫هللا َقا َل َفال َج َعل َت ُه َف ْوقَ الط َع ِام َكيْ َي َراهُ الناسُ َمنْ غَ شَّ َفلي‬ َ ‫َأ‬ ِ ‫ارس ُْو َل‬ ْ
َ ‫ء َي‬.ُ ‫صا َبت ُه ال َّس َما‬ ‫َأ‬ َّ ‫ِب‬
َ ‫الط َع ِام َقا َل‬ َ ‫صاح‬ َ ‫َما َه َذا َيا‬
‫ – رواه مسلم‬.‫ِم ِّنى‬
“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw lewat pada setumpuk makanan, kemudian
beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut, maka jari-jari
beliau terkena makanan yang basah. Beliau bertanya; Apa ini wahai pemilik
(penjual) makanan ? Ia menjawab: Terkena hujan, wahai Rasulullah. Beliau
bersabda: Mengapa kamu tidak menaruh yang basah ini di atas agar dapat dilihat
orang ? Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan golonganku”. (HR. Muslim)
f. Bai’ al-wafa’ (‫)بيع الوفاء‬
Bai al-wafa’ adalah suatu jenis jual beli barang yang disyaratkan, dimana seorang
menjual barangnya kepada pihak lain dengan syarat barang tersebut harus dijual pada
dirinya (penjual) dengan harga tertentu dan pada saat tertentu sesuai dengan
perjanjian. Atau menjual barang dalam batas waktu tertentu, jika waktu itu tiba maka
seorang pembeli harus menjual kembali barangnya kepada penjual pertama itu.
Misalnya penjual mengatakan kepada calon pembeli, barang ini saya jual dengan
harga satu juta rupiah, dengan syarat tiga bulan yang akan datang kamu harus
menjual barang tersebut kepada saya dengan harga tertentu.
g. Jual Beli Muhaqalah, Mukhadharah, Mulamasah, Munabazah dan Muzabanah
Larangan tentang keempat jenis jual beli ini telah disebutkan dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dari sahabat Anas bin Malik ra, sebagai
berikut:

َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ْالم َُحا َقلَ ِة َو ْالم َُخ‬


‫اض َر ِة‬ ِ ‫ْن َمالِكٍ َرضِ َى هللاُ َع ْن ُه َأ َّن ُه َقا َل َن َهى َرس ُْو ُل‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫َعنْ َأ َن‬
ِ ‫سب‬
‫َو ْال ُمالَ َم َس ِة َوال ُمنا َبذ ِة والمُزا َبن ِة – رواه البخارى‬
َ َ ْ َ َ ْ
“Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah saw melarang jual beli al-
Muhaqalah, al-Mukhadharah, al-Mulamasah, al-Munabazah dan jual beli al-
Muzabanah.” (HR. Al-Bukhari)

Adapun pengertian dari kelima jenis jual beli tersebut adalah;


1) Jual beli al-Muhaqalah adalah; jenis jual beli dengan cara sewa menyewa
tanah, baik berbentuk sawah, kebun maupun berbentuk tambak dengan cara
hasilnya nanti dibagi antara pemilik tanah dengan penyewa tanah.
2) Jual beli al-Mukhadharah adalah; pengadaan jual beli buah-buahan yang masih
berada di atas pohon yang belum diketahui secara pasti kualitas (baik-buruknya)
buah yang masih diatas pohon itu pada saat terjadinya musim panen. Pengertian
jual beli seperti ini daalam praktek masyarakat di Indonesia sering disebut
dengan jual beli Ijon.
3) Jual beli al-Mulamasah adalah; mengadakan jual beli dengan cara meraba
barang yang akan diperjual belikan dengan tanpa melihat barangnya.
4) Jual beli al-Munabazah adalah; mengadakan jual beli dengan cara saling
melemparkan barang-barang yang akan dijual belikan dengan tampa
memeriksanya kembali.
5) Jual beli al-Muzabanah adalah; mengadakan jual beli kurma basah dengan
kurma kering yang masih berada di atas pohon. Hal ini juga berlaku terhadap
semua jenis buah-buahan lainnya, sehingga taksiran perbedaan volume (baik
secara kuantitas maupun kualitas) antara yang basah apabila telah kering tidak
dapat diketahui.
h. Jual Beli ‘Inah
UJI KOMPETENSI I
TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

Selain dari kelima jenis jual beli di atas, masih terdapat lagi beberapa jenis jual beli
yang dilarang oleh agama (Islam) karena memiliki unsur riba, yaitu jual beli ‘Inah,
yaitu; suatu jenis jual beli dimana seseorang menjual barang kepada orang lain
(pembeli) secara tidak tunai, kemudian ia membelinya lagi dari pembeli tersebut
secara tunai dengan harga yang lebih murah.
i. Bisnis (Jual Beli) Jasa Tato
Seni tato merupakan salah satu jenis bisnis yang cukup digemari oleh sebagian orang
terutama anak-anak muda. Bahkan dianggap sebagai karya seni yang menjadi ciri
khas dan identitas sekelompok orang. Orang yang menggunakannya pun merasa
percaya diri, macho dan gaul, tetapi oleh sebagian orang, para penggunanya justru
sering diidentikkan dengan penilaian-penilaian negatif, seperti preman, anak jalanan
dan lain sebagainya.

Dalam Islam, praktek tato atau bertato ini mendapatkan perhatian yang sangat serius,
bahkan termasuk salah satu perbuatan yang dikutuk atau dimurkai oleh Rasulullah
saw. Maka jika hal ini termasuk perbuatan yang dimurkai (dilaknat) oleh Rasulullah
saw, maka tentu memfasilitasi dan menjual jasa tato juga bagian yang terlarang. Hal
ini dapat dijumpai penjelasannya dalam beberapa hadis Nabi saw, antara lain:

َ َّ‫ْت َأ ِبي َف َقا َل ِإنَّ ال َّن ِبي‬


ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َعنْ َث َم ِن الد َِّم َو َث َم ِن ْال َك ْل‬
‫ب َوآك ِِل‬ ُ ‫ْن َأ ِبي ج َُح ْي َف َة َقا َل َرَأي‬
ِ ‫َعنْ َع ْو ِن ب‬
‫ – رواه البخاري‬.‫الرِّ َبا َومُو ِكلِ ِه َو ْال َواشِ َم ِة َو ْالمُسْ َت ْوشِ َم ِة‬
“Dari Aun bin Abu Juhaifah dia berkata; aku pernah melihat Ayahku berkata;
sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang hasil (menjual) darah
dan hasil penjualan anjing, memakan riba dan yang memberi makan dan yang
mentato dan yang meminta ditato.” (HR. Al-Bukhari)
j. Bisnis (Jual Beli) Prostitusi
k. Jual Beli Babi dan Anjing
l. Jual Beli Babi dan Anjing
Sumber: https://muhammadiyah.or.id/jual-beli-dilarang/

4. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islami
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku warga
Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian
Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani
kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal
usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan
lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan
budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah(teladan yang baik).
Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al- Quran dan
Sunnah Nabi yang merupakan pengembangan dan pengayaan dari pemikiran-pemikiran
formal (baku) dalam Muhammadiyah seperti Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian
Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, serta hasil-hasil Keputusan Majelis
Tarjih.
Sumber: https://teknik.umri.ac.id/?p=495

5. Kesan dan pesan saya terhadap setiap materi yang telah dipelajari dan diberikan adalah bahwa
materi-materi tersebut telah menambah wawasan saya terhadap agama Islam, bahwa Islam
UJI KOMPETENSI I
TAHUN AKADEMIK GASAL 2021/2022

tidak hanya sekedar mengatur halal & haram. Namun Islam menuntun pemeluknya untuk
hidup menjadi lebih baik dengan menjadikan kita mahluk yang beradab dan lebih tinggi
derajatnya dari mahluk lain di bumi. Misalnya dalam jual beli, kita diajarkan bagaimana cara
melakukan jual beli yang dapat menguntungkan kita dan tidak merugikan orang lain. Dalam
berbangsa dan bernegara, kita diajarkan untuk menjadi muslim yang taat & menghormati
tanah air meski negara yang ditinggali bukan negara muslim.

Anda mungkin juga menyukai